Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan senyawa-senyawa dari


asam karboksilat seperti asam asetat yang digunakan sebagai cuka, asam benzoat
sebagai pengawet makanan, dan ada beberapa senyawa asam karboksilat yang
memang sudah terkandung dalam makanan manusia seperti dalam buah-buahan.
Jeruk yang didalamnya terkandung asam sitrat, apel yang terkandung asam malat,
dan lain-lain. Asam karboksilat memiliki bau yang khas dan memiliki gugus
karboksil pada senyawanya.

Asam karboksilat mempunyai peranan sangat penting. Gugus fungsi karboksilat, -


COOH, menjadi cirinya dan merupakan. Bila suatu gugus hidroksil terikat
langsung pada suatu atom karbon dari gugus karbonil maka akan terbentuk suatu
gugus fungsi baru yaitu gugus karboksil. Senyawa-senyawa yang mengandung
gugus karbosil merupakan asam, karena dalam air senyawa-senyawa tersebut
sedikit mengalami ionisasi dengan pelepasan proton dan dapat dinetralisasikan
dengan basa.

Asam organik biasa juga kita kenal dengan asam karboksilat, contohnya asam
formiat (HCOOH) dan asam asetat (CH3COOH). Asam-asam karboksilat bersifat
asam lemah karena asam-asam karboksilat sedikit mengurai di dalam larutan
berair. Selain itu, asam-asam karboksilat ini juga memiliki nilai tetapan disosiasi
(Ka) yang kecil, seperti asam formiat yang nilai Ka-nya hanya 1,28 x 10-4 atau
asam asetat dengan nilai Ka yang hanya berkisar sekitar 1,8 x10-5. Selain asam-
asam karboksilat ini bersifat asam lemah, masih banyak lagi sifat fisika dan kimia
dari asam-asam karboksilat.
Asam karboksilat juga memepunyai beberapa turunan. Semua turunan asam
karboksilat mempunyai gugus fungsi asil (RCO-) atau aroil (ArCO-) dan bila
dihidrolisis menghasilkan asam karboksilat.Dalam kimia organik, turunan asam
karboksilat adalah kelompok senyawa organik yang memiliki gugus karbonil dan
memiliki sebuah atom elektronegatif (oksigen, nitrogen atau halogen) yang terikat
pada atom karbon karbonil. Dalam derivat asam karboksilat ini lebih spesifik
membahas halida asam, anhidrida asam, ester, amida, dan nitril.Dengan demikian,
sifat fisika dan kimia dapat diketahui dari asam karboksilat dan turunannya dapat
diketahui secara spesifik melalui percobaan asam karboksilat dan turunannya.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini agar mahasiswa diharapkan mampu


melakukan identifikasi terhadap senyawaan turunan asam karboksilat berdasarkan
test hiroxamat.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus
karboksil, –COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah
gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan
kimia yang unik dan untuk asam karboksilat

Asam asetat (CH3COOH) sejauh ini merupakan asam karboksilat yang paling
penting diperdagangan, industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam
asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam
asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7ºC, titik didih
80ºC), dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak
pelarut organik

Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh asam karboksilat adalah:

1. Reaksi Pembentukan Garam


Garam organik yang membentuk dan memiliki sifat fisik dari garam anorganik
padatannya, NaCl dan KNO3 adalah garam organik yang meleleh pada
temperatur tinggi, larut dalam air dan tidak berbau. Reaksi yang terjadi adalah:
HCOOH + Na+ → HCOONa + H2O
2. Reaksi Esterifikasi
Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR dengan
R dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung antara
asam karboksilat dengan alkohol. Secara umum reaksinya adalah:
RCOOH + R’OH → RCOOR + H2O
3. Reaksi Oksidasi
Reaksi terjadi pada pembakaran atau oleh reagen yang sangat kokoh dan kuat
seperti asam sulfat, CrO3, panas. Gugus asam karboksilat teroksidasi sangat
lambat.
4. Pembentukan Asam Karboksilat
Beberapa cara pembentukan asam karboksilat dengan jalan sintesa dapat
dikelompokkan dalam 3 cara yaitu: reaksi hidrolisis turunan asam karboksilat,
reaksi oksidasi, reaksi Grignat (Fessenden, 1997).

Derivat hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai ikatan
rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil, disebut asam karboksilat. Yang
diturunkan dari hidrokarbon alkana mempunyai rumus molukel umum RCO2H,
yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil, –COOH. Titik didih asam
karboksilat relatif tinggi dibandingkan titik didih alkohol, aldehida, dan keton
dengan bobot molekul yang kira-kira sama. Misalnya, asam formiat mendidih
23oC lebih tinggi dari pada etanol, meskipun bobot molekul keduanya sama. Titik
didih asam-asam karboksilat yang sama disebabkan oleh ikatan hidrogen
antarmolekul antara dua molekul. Asam akrboksilat mempunyai gugus karboksil,
–CO2H, terdiri dari gugus karbonil (–CO–) dan satu gugus hidroksil (–OH)
(Keenan, 1992).

Asam format terdapat pada semut merah (asal dari nama), lebah, jelatang dan
sebagainya (juga sedikit dalam urine dan peluh). Sifat fisika: cairan, tak berwarna,
merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam
paling kuat dari asam-asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida
(Riawan, 1990).

Asam karboksilat, dengan basa akan membentuk garam dan dengan alkohol
menghasilkan eter. Banyak dijumpai dalam lemak dan minyak, sehingga sering
juga disebut asam lemak. Pembuatannya antara lain melalui oksidasi alkohol
primer, sekunder atau aldehida, oksidasi alkena, oksidasi alkuna hidrolisa alkil
sianida (suatu nitril) dengan HCl encer, hidrolisa ester dengan asam, hidroilisa asil
halida, dan reagen organolitium (Wilbraham, 1992).

Asam karboksilat ialah segolongan senyawa organik yang dicirikan oleh gugus
karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil.
Rumus umum asam karboksilat ialah RCOOH. Asam karboksilat tergolong asam
karena senyawa ini mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat dan
proton
Banyak asam karboksilat rantai lurus mula-mula dipisahkan dari lemak sehingga
dijuluki juga sebagai asam lemah. Asam propionat yaitu asam dengan tiga karbon,
secara harfiah berarti asam lemak pertama (Yunani :protos = pertama;
pion = lemak). Asam berkarbon empat atau asam butirat diperoleh dari lemak
mentega (Latin:butyrum=mentega) Asam-asam aromatik mempunyai sifat-sifat
keasaman yang serupa dengan asam-asam alifatik. Asam benzoat (121°C)
merupakan padatan putih yang tetapan disosiasinya hampir sama dengan asam
asetat. Gugus-gugus hidroksil pada asam-asam karboksilat mempunyai beberapa
pengaruh penting terhadap sifat-sifat senyawa-senyawa itu

Kebanyakan asam yang larut dalam air larut juga larut dalam basa. Asam-asam
yang tidak larut dalam air juga tidak larut dalam basa, karena diubah ke dalam
garam-garam ionik. Asam-asam mempunyai titik-titk didih yang lebih tinggi
dari pada yang diramalkan oleh bobot-bobot molekulnya. Asam asetat, yang
mempunyai bobot molekul 60°C, mendidihkan pada suhu 118°C , suhu ini
202°C lebih tinggi daripada titik n-propil alkohol (b.p.98°C) yang mempunyai
bobot molekul yang sama. Penyebab dari hal ini ialah bahwa asam-asam biasanya
berada sebagai dimer, dimana gugus hidroksil dari molekul yang satu terikat pada
gugus karbonil dari molekul yang lain dalam bentuk ikatan hidrogen (Usman,
2013).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet
tetes, penangas air, gelas piala, pembakar bunsen, dan penjepit tabung.

Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah asam asetat anhidrida, benzoil


klorida amida, etil asetat, hidroksilamonium klorida, HCL, etanol, FeCl3, KOH-
etanol, kerts lakmus, indikator universal, dan propilen glikol.

3.2 Cara kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:


A. Test Hidroxamat untuk asam asetat anhidrida dan klorida asam.
1. Menambahkan 50mg (2 tetes) senyawa yang diuji ke dalam 1 ml larutan 1M
hidroksil amin hidroklorida yang dilarutkan dalam etanol.
2. Menambahkan 3 tetes larutan 6M HCL kedalam larutan yang diuji dan
panaskan sampai mendidih untuk beberapa detik. Membiarkan larutan
menjadi dingin sampai suhu kamar.
3. Menambahkan 2 tetes larutan 5% FeCl kedlaam larutan yang dingin tersebut.
Jika terbentuk warna biru kemerah-merahan atau ungu menunjukkan adanya
asam hidroxamat yang berasal darim klorida asam atau asam anhidrida.

B. Test hidroxamat untuk ester


1. Menambahkan 50mg (2 tetes) senyawa yang diuji ke dalam 1ml larutan 1M
hidroksil amin hidroklorida yang dilarutkan dalam etanol.
2. Menambahkan tetes demi tetes larutan 15% KOH-etanol kedalam larutan
yang diuji sampai pH larutan tersebut menjadi basa. Memanaskan campuran
sampai mendidih selama 30 detik. Membiarkan larutan menjadi dingin pada
suhu kamar.
3. Menambahkan tetes demi tetes larutan 10% HCl sampai pH=3, selanjutnya
menambahkan 2 tetes larutan 5% FeCl3 kedalam larutan yang dingin tersebut.
Jika terbentuk warna biru kemerah-merahan atau ungu menunjukkan adanya
asam hidroxamik yang berasal dari ester.

C. Test hidroxamat untuk amida


1. Didalam tabung reaksi yang besar dimasukkan 50mg (2tetes) senyawa yang
diuji. Menambahkan 3 ml larutan hidroksilamin hidroklorida dalam propilen
glikol.
2. Menambahkan batu didih dan memanaskan larutan sampai mendidih selama 3
menit. Mendinginkan larutan sampai suhu kamar dan selanjutnya ditambah
1ml (20 tetes) pereaksi 5% FeCl3. Jika terbentuk warna biru kemerah-merahan
atau ungu menunjukkan senyawa amida.
IV. PEMBAHASAN

4.1 Asam Karboksilat

Asam karboksilat ialah segolongan senyawa organik yang dicirikan oleh gugus
karboksil yaitu nama yang berasal dari nama gugus fungsi karbonil dan hidroksil.
Rumus umum asam karboksilat ialah RCOOH. Asam karboksilat tergolong asam
karena senyawa ini mengion dalam larutan, menghasilkan ion karboksilat dan
proton Banyak asam karboksilat rantai lurus mula-mula dipisahkan dari lemak
sehingga dijuluki juga sebagai asam lemah. Asam propionat yaitu asam dengan
tiga karbon, secara harfiah berarti asam lemak pertama
(Yunani : protos = pertama; pion = lemak). Asam berkarbon empat atau asam
butirat diperoleh dari lemak mentega (Latin:butyrum=mentega)

Kebanyakan asam yang larut dalam air larut juga larut dalam basa. Asam-asam
yang tidak larut dalam air juga tidak larut dalam basa, karena diubah ke dalam
garam-garam ionik. Asam-asam mempunyai titik-titk didih yang lebih tinggi
dari pada yang diramalkan oleh bobot-bobot molekulnya. Asam asetat, yang
mempunyai bobot molekul 60°C, mendidihkan pada suhu 118°C , suhu ini
202°C lebih tinggi daripada titik n-propil alkohol (b.p.98°C) yang mempunyai
bobot molekul yang sama. Penyebab dari hal ini ialah bahwa asam-asam biasanya
berada sebagai dimer, dimana gugus hidroksil dari molekul yang satu terikat pada
gugus karbonil dari molekul yang lain dalam bentuk ikatan hidrogen.

Struktur dan ikatan dalam asam karboksilat adalah sebagai berikut:


Atom karbon karbonil dalam gugusan karboksil adalah sp2 hibrida. Setiap atom
oksigen mempunyai dua pasang elektron sunyi. Atom-atom oksigen ini bersifat
elektonegatif dibandingkan karbonil-karbonil dan hidrogen hidroksil. Jadi,
gugusan karboksil polar.
Karena polaritas dari ikatan O-H dan karena ion karboksilat (RCO2-) adalah
resonansi stabil, asam karboksilat dapat kehilangan proton menjadi basa kuat atau
basa agak kuat.

Apapun sifat-sifat asam karboksilat adalah wujud dari asam karboksilat


tergantung dari jumlah atom C-nya, untuk senyawa asam karboksilat yang
memiliki atom C kurang dari 10, maka wujud zat tersebut adalah cair pada suhu
kamar. Sedangkan asam karboksilat yang memiliki panjang rantai C 10 atau lebih
berwujud padat. Asam karboksilat dengan panjang rantai 1-4 larut sempurna
dalam air, sedangkan asam karboksilat dengan panjang rantai 5-6 sedikit larut
dalam air dan asam karboksilat dengan panjang rantai lebih dari 6 tidak larut
dalam air. Asam karboksilat larut dalam pelarut organik (seperti eter, alkohol dan
benzena). Semua asam karboksilat merupakan asam lemah dengan Ka= + -1×10-5.
Asam karboksilat memiliki titik didih yang tinggi (lebih tinggi daripada alkohol),
karena dapat membentuk ikatan hidrogen yang kuat.

1. Reaksi dengan Basa Kuat


Reaksi Asam karboksilat dengan basa kuat akan membentuk garam dan
air. Garam karboksilat hasil reaksi merupakan sabun. Reaksi ini sering
disebut juga dengan reaksi penyabunan.
2. Reaksi substitusi
Reaksi dengan halida (PX3, PX5 dan SOX2) akan menghasilkan suatu
asilhalida. Dan reaksi dengan alkohol akan menghasilkan suatu ester dan
H2O.
3. Reaksi Reduksi menggunakan katalis CaAlPH4 akan menghasilkan
alkohol primer.
4. Reaksi dehidrasi (penghilangan molekul H2O) akan menghasilkan
anhidrida asam karboksilat.

Derivat asam karboksilat ialah senyawa yang menghasilkan asam karboksilat


apabila dihidrolisis. Tidak seperti aldehida dan keton, turunan dari asam
karboksilat mengandung gugus yang tinggal, gugus elektronegatif yang dapat
hilang sebagai anion (X- atau RCO2-) atau sebagai anion terprotonasi (ROH atau
R2NH) dan perlu diketahui bahwa semua derivat mengandung gugus asil, RCO-,
kecuali nitril.Dalam derivat asam karboksilat mengandung gugus pergi yang
terikat pada karbon asil, sedangkan aldehida dan keton tidak. Biasanya reagensia
mengadisi pada gugus karbonil dari keton atau aldehida, tetapi mensubstitusi
pergi tersebut dalam derivat asam.

1. Klorida asam
Klorida asam adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Reaktivitas
turunan asam karboksilat ditentukan oleh kebasaan gugus perginya. Basa yang
lemah bersifat lebih elektronegatif, selain itu kecil kemungkinannya
menyumbangkan elektronnya pada karbon karbonil levat efek resonansi. Ion
halida adalah basa sangat lemah karena asam konjugasinya adalah asam kuat.
Oleh karena itu, asam halida lebih reaktif dibandingkan turunan asam karboksilat
lainnya.
a. Tatanama Klorida Asam
Klorida asam diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya, dengan
imbuhan asam-at diubah menjadi –il klorida.
b. Pembuatan Klorida Asam
c. Klorida asam dapat diperoleh langsung dari asam karboksilat induk melalui
reaksi dengan tionil klorida (SOCl2) atau zat penghalogen lainnya.
d. Reaksi Klorida Asam
Halida asam merupakan yang paling reaktif diantara semua derivat asam
karboksilat. Oleh karena itu ketika terikat pada karbon positif dari gugus
karbonil, ion ini lebih mudah ditukargantikan dari pada bila terikat pada karbon
alkil.

2. Anhidrida
Pada umumnya anhidrida menunjukkan peak karbonil rangkap dalam spektrum
inframerahnya. Asam anhidrida mempunyai dua molekul asam karboksilat di
mana sebuah molekul airnya dihilangkan. (Anhidrida berarti ”suatu senyawa
tanpa air”). Misalnya dua molekul asam etanoat dan menghilangkan satu molekul
air maka didapat anhidrida etanoat (nama lama: anhidrida asetat).
a. Tata Nama Anhidrida
Pemberian nama untuk anhidrida asam cukup mengambil nama asam induk,
dan mengganti kata "asam" dengan "anhidrida". "Anhidrida" berarti "tanpa
air". Dengan demikian, asam etanoat akan menjadi anhidrida etanoat; asam
propanoat menjadi anhidrida propanoat, dan seterusnya. Untuk anhidrida asam
yang tidak simetri penamaanya dilakukan secara alfabetik.
b. Pembuatan Anhidrida
Salah satu pengeculian, anhidrida asam tidak dapat dibentuk langsung dari
asam karboksilat induknya, tapi harus dibuat dari derivat asam karboksilat
yang lebih reaktif. Ada dua cara pembuatan anhidrida, yang pertama
menggunakan klorida asam dan suatu karboksilat. Yang kedua dengan
mengolah asam karboksilat dan anhidrida asam asetat, reaksinya
reversibel. Letak kesetimbangan dapat di geser ke kanan dengan menyuling
asam asetat segera setelah asam ini terbentuk.
c. Reaksi Anhidrida
Anhidrida asam tidak bereaksi dengan natrium klorida atau natrium bromida
hal ini karena ion halida merupakan basa yang lebih lemah dari pada ion
karboksilat.Karena dengan adanya ion halida sebagai basa yang lebih lemah,
akan mengusir substituen dari intermediate tetrahedral.

3. Ester
Ester adalah salah satu senyawa organik yang sangat berguna, dapat diubah
menjadi anekaragam senyawa lain. Ester adalah suatu senyawa organik yang
terbentuk melalui penggantian satu atau lebih atom hidrogen pada gugus hidroksil
dengan suatu gugus organik. Ester banyak dijumpai dalam alam misalnya lemak
dan lilin. Ester atsiri menyebabkan dalam banyak buah dan parfum.
a. Tata Nama Ester
Nama suatu ester terdiri dari dua kata yang pertama nama gugus alkil yang
terikat pada oksigen ester, yang kedua berasal dari nama asam karboksilatnya,
dengan menghilangkan kata asam (inggris: -ic acid menjadi –ate)
b. Pembuatan Ester
Reaksi esterifikasi Fischer meupakan reaksi substitusi asil nukleofilik yang
dilakukan dibawah kondisi asam. Asam karboksilat tidak cukup reaktif untuk
menyerang dengan alkohol netral tetapi dapat dibuat lebih reaktif dengan
adanya asam kuat seperti HCl atau H2SO4. Katalis asam akan memprotonasi
oksigen karbonil, dan mengaktivasinya terhadap serangan nukleofil. Alkohol
menyerang karbon karbonil yang telah terprotonasi, dan membentuk zat
antara tetrahedral. Perpindahan proton antar molekul akan mengubah
hidroksil menjadi gugus pergi yang baik sebagai H2O. Deprotonasi dan
hilangnya H2O secara simultan memberikan suatu ester.
c. Reaksi Ester
Suatu ester bereaksi dengan air membentuk suatu asam karboksilat dan
alkohol. Ini merupakan suatu contoh reaksi hidrolisis – suatu reaksi dengan
air yang mengubah satu senyawa menjadi dua senyawa. Suatu ester bereaksi
dengan alkohol membentuk ester baru dan alkohol baru. Ini merupakan
contoh reaksi alkoholisis.

4. Amida
Amida adalah senyawa yang sangat tidak reaktif, karena protein terdiri dari asam
amino yang dihubungkan oleh ikatan amida. Amida tidak bereaksi dengan ion
halida, ion karboksilat, alkohol, atau air karena dalam setiap kasus, nukleofil yang
masuk adalah basa lemah dari gugus pergi amida. Amida dapat bereaksi dengan
air dan alkohol jika campuran reaksi dipanaskan dalam suasana asam.

5. Nitril
Resapan CºN dijumpai dalam daerah ikatan rangkap tiga dari spektrum
inframerah dan dengan intensitas antara medium ke lemah. Nitril merupakan
senyawa organik yang mengandung rangkap 3 antara atom karbon dan nitrogen.
Gugus fungsional dalam nitril adalah gugus siano.
a. Tata nama nitril\
Dalam sistem IUPAC, banyaknya atom karbon menentukan induk alkananya,
nama alkana itu diberi akhiran –nitril. Pemberian nama dengan menggantikan
imbuhan asam –at menjadi akhiran –nitril, atau –onitril.
b. Reaksi Nitril
Nitril dapat dihidrolisis dengan memanaskannya dengan asam atau basa berair.

Kegunaan dari senyawa asam karboksilat antara lain: asam format yaitu untuk
mengumpulkan lateks, penyamakan kulit, dan pada proses pencelupan
tekstil.Larutan cuka sebagai makanan yang umum digunakan sehari-hari
mempunyai kadar 25% volume asam asetat, sedangkan asam asetat murni disebut
asam asetat glasial digunakan untuk membuat selulosa asetat dalam industri
rayon.Asam sitrat juga terdapat pada jeruk, biasanya digunakan untuk pengawet
buah dalam kaleng.Dalam kehidupan sehari-hari terutama digunakan untuk
pembuatan lilin.Asam glutamat pada kecap (garam glutamat dikenal dengan nama
MSG atau monosodium glutamat dipakai untuk penyedap masakan). Dan
sebagainya.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai


berikut:
1. Asam karboksilat merupakan segolongan senyawa organik yang dicirikan
dengan adanya gugus karboksil, dengan rumus umum RCOOH
2. Turunan asam karboksilat meliputi kelompok-kelompok senyawa: halida asam
(RCOX), amida (RCONH2), ester (RCOOR’), dan anhidrida asam karboksilat
(RCOOOCR).
3. Identifikasi turunan asam karboksilat dapat dilakukan dengan cara test
hidroxamat.
4. Semua senyawa yang termasuk dalam turunan asam karboksilat jika dihidrolisis
menghasilkan asam karboksilat yang menurunkannya
5. Setiap senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsi berbeda akan
mempunyai sifat yang berbeda pula.
6. Klorida asam dan asam anhidrid bereaksi dengan hidroksil amin secara cepat
dalam suasana asam sedang ester dalam kondisi asam tidak dapat bereaksi
dengan hidroksil amin.
7. Amida hanya dapat bereaksi dengan hidroksi amin apabila direfluks
menggunakan pelarut titik didih tinggi.
8. Jika terdapat fenol dalam senyawa turunan asam karboksilat yang akan ditest
hidroxamat, maka test tersebut tidak dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia


Organik. Bina Aksara. Jakarta.

Keenan, dkk.1992. Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 2. Jakarta:Erlangga.

Usman, Hanapi. 2013. Kimia Organik. Makassar:Unhas.

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta.

Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai