Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM 2

PENENTUAN KADAR ABU

4.1 TUJUAN UMUM PRAKTIKUM


Praktikum ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan prinsip metode pengabuan
kering, (2) menjelaskan prinsip analisis kadar abu dengan metode gravimetri, (3)
mempraktekkan analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering, (4) Menghitung
kadar abu dalam bahan pangan dalam basis basah dan basis kering.

4.2 PRINSIP DAN METODE ANALISIS


Abu adalah residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen
organik bahan pangan. Sementara, kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total
mineral yang terkandung dalam bahan tersebut yang dibedakan menjadi abu total, abu
terlarut dan abu tak terlarut.
Penentuan kadar abu suatu bahan pangan dapat ditentukan dengan
menggunakan beberapa metode pengabuan sudah banyak dikembangkan. Untuk
mendapatkan ketelitian hasil yang baik, maka prosedur kerja harus dikuasai dengan
baik. Demikian juga dengan persiapan sampel dan kemungkinan kontaminasi yang
harus ditangani dalam analisis sehingga dapat mengurangi kesalahan pengukuran.
Pengabuan dapat dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung.
Pengabuan langsung yang umum dilakukan adalah pengabuan kering dengan panas
tinggi dan adanya oksigen serta pengabuan basah dengan menggunakan oksidator-
oksidator kuat. Sedangkan pengabuan tidak langsung dilakukan dengan metode
konduktometri dan metode pertukaran ion.

I. Persiapan Sampel Pada Analisis Abu


Sampel untuk pengabuan jumlahnya sangat sedikit, karenanya pengambilan
sampel harus dapat mewakili sampel yang ada. Karenanya pada persiapan sampel
biasanya dilakukan pengecilan ukuran. Selanjutnya, sampel bahan pangan nabati
dikeringkan, lalu di grinder. Untuk bahan pangan nabati yang kadar airnya < 15%
dapat langsung diabukan tanpa melalui proses pengeringan.
Bahan pangan yang mengandung lemak dan kadar air yang tinggi akan
menimbulkan cipratan atau pengembangan (swelling) dan gula tinggi akan
menimbulkan pembentukan buih, sehingga harus diuapkan terlebih dahulu dengan
lampu inframerah atau steam bath. Penambahan satu atau dua tetes minyak zaitun
dapat menghindari pembentukan crust pada sampel.
Kontaminasi terutama harus dicegah dalam analisis mineral-mineral mikro
(trace element). Kontaminasi dapat ditimbulkan oleh penggunaan alat- alat dari
logam seperti blender atau ayakan dari logam. Kontaminasi ini dapat dicegah
dengan menggunakan mortar porselen sebagai alat penggiling sampel dan ayakan
nilon atau plastik untuk mengayak sampel. Selain itu, korosi pada oven dan rak-rak
di dalamnya sangat berpotensi sebagai sumber kontaminasi.

II. Metode pengabuan kering


Analisis kadar abu dengan metode pengabuan kering dilakukan dengan cara
mendestruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur
pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan
dan berat konstan tercapai. Residu yang didapatkan merupakan total abu dari suatu
sampel.
Suhu pengabuan yang dianggap aman dari kehilangan sejumlah mineral
karena penguapan adalah 500°C. Perlakuan suhu dilakukan dengan menaikkannya
perlahan-lahan sampai 300°C di mana sampel mulai membara. Pengabuan
dilanjutkan di dalam tanur dengan suhu awal 250°C, dan dinaikkan bertahap
menjadi 450°C selama satu jam. Suhu akhir ini dipertahankan sampai seluruh
komponen organik terdekomposisi.

4.3 ALAT DAN BAHAN


Alat
 Cawan porselen (dan tutup)
 Tanur pengabuan
 Neraca analitik
 Desikator berisi bahan pengering (seperti fosfor pentoksida kering, kalsium
klorida atau butiran silica gel.

Bahan
 Makanan bayi
 Tepung hunkue
 Susu bubuk
 Mie instan
 Tepung beras
 Tepung kacang kedele

4.4 PROSEDUR ANALISIS KADAR ABU METODE PENGABUAN KERING (SNI 01-2891-
1992)
Prinsip: Abu dalam bahan ditetapkan dengan menimbang residu hasil pembakaran
komponen bahan organik pada suhu sekitar 5500C.

Prosedur Kerja
1. Keringkan cawan porselen kosong yang sudah diberi kode dengan menggunakan
pensil 2B (dan tutupnya) dalam oven bersuhu 1050C selama 15 menit dan
dinginkan dalam desikator.
2. Timbang cawan porselen kering tersebut dan catat bobotnya.
3. Timbang 2-3 g contoh ke dalam cawan porselen tersebut.
4. Bila contoh berbentuk cairan, uapkan dahulu air dalam contoh di atas penangas air
sampai kering. Bila contoh kering, arangkan dahulu di atas nyala pembakar.
5. Masukkan contoh ke dalam tanur listrik. Panaskan pada suhu maksimum 5500C
sampai pengabuan sempurna.
6. Setelah pengabuan selesai, dinginkan cawan contoh di dalam desikator, kemudian
timbang. Ulangi penimbangan hingga diperoleh bobot tetap.

Perhitungan
1. Hitung kadar abu dalam basis basah dan basis kering sebagai berikut:
Kadar abu dalam basis basah:

Kadar abu (g/100 g bahan basah) =

Kadar air dalam basis kering:

Kadar air (g/100 g bahan kering) =

Dimana:
W = bobot contoh sebelum diabukan (g)
W1 = bobot contoh + cawan sesudah diabukan (g)
W2 = bobot cawan kosong (g)

2. Hitung nilai rata-rata, standar deviasi, RSD data hasil analisis dan RSD Horwitz.

4.5 PENUGASAN
Sebelum Anda melakukan praktikum dan untuk mempersiapkan Anda melakukan
praktik analisis kadar abu bahan pangan, kerjakanlah latihan berikut ini sebagai pre
test dan kumpulkan jawaban latihan yang Anda kerjakan kepada instruktur sebelum
memulai praktikum!
1) Jelaskan persiapan contoh yang dilakukan pada analisis abu!
2) Jelaskan faktor-faktor yang dapat mengontaminasi analisis abu!
3) Jelaskan prinsip analisis abu dengan pengabuan kering!

Anda mungkin juga menyukai