Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KADAR ABU

Praktikum Kimia Analitik

Disusun oleh:

Karisma Lidia Ajana


221030790354

S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mampu memahami prinsip kerja dari penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut
asam serta mampu menetapkan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam pada sampel
dan menganalisa mutu standar dari sampel yang dianalisis.

II. TEORI DASAR


Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik (Sudarmadji,
2003). Bahan makanan yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-harimemiliki banyak
kandungan mineral di dalamnya. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat
merupakan dua macam garam, yaitu garam organik dan garam anorganik. Mineral juga
biasanya berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis (Sediaoetomo, 2000).
Penentuan kadar mineral dalam bentuk asli sulit dilakukan, oleh karenanya biasanya
dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal
dengan pengabuan (Sediaoetomo, 2000). Pengabuan adalah tahapan utama dalam proses
analisis kadar abu suatu bahan pangan dan hasil pertanian. &erdapat 3 jenis pengabuan,
yaitu pembakaran dalam tanur, pembakaran api terbuka, dan wet combustion. Pada analisis
abu dan serat seringkali digunakan jenis pengabuan dalam tanur (Khopkar, 2003).
Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi,
yaitu sekitar 500-600°C dan melakukan penimbangan zat yang tunggal setelah proses
pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbeda-beda dan berkisar antara 2-8
jam. Pengabuan dilakukan pada alat yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan
dianggap selesai apabila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu
dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan
dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur
harus terlebih dahulu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105°C agar suhunya turun
menyesuaikan dengan suhu didalam oven, kemudian dimasukkan kedalam desikator
sampai dingin, barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan
(Anonim, 2010). Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan
organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Metode pengabuan ada dua yaitu
metode pengabuan kering (langsung) dan metode pengabuan basah (tidak langsung).
1. Pengabuan kering Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi
semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600 ºC dan kemudian
melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut
(Sudarmadji, 1996). Pengabuan dilakukan melalui dua tahap yaitu :
a. Pemanasan pada suhu 300 ºC yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi
kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam
hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis.
b. Pemanasan pada suhu 800 ºC yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan
maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah
pada perubahan suhu yang tiba-tiba.
2. Pengabuan basah
a. Pengabuan basah memberikan beberapa keuntungan. Suhu yang digunakan tidak dapat
melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada
menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah
penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan
maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan.
b. Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu
kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan
adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan
pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol membentuk
kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat
mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat
permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar
porositas, sehingga mempercepat proses pengabuan. (Sudarmadji, 1996).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Krus
2. Tang krus
3. Mortir dan stemper
4. Loyang
5. Oven
6. Tanur
Bahan :
1. Sampel biskuit
2. HCl encer

IV. PROSEDUR
1. PENETAPAN KADAR ABU TOTAL
a. Krus kosong di oven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 105 ºC
b. Kemudian angkat dan dinginkan krus kedalam desikator selama 30 menit
c. Krus kosong ditimbang (A)
d. Kemudian masukkan sampel kedalam krus kosong tersebut
e. Timbang dan catat berat krus + sampel tersebut
f. Masukkan dalam oven panaskan diatas suhu 105 ºC, kemudian angkat dan dinginkan
kedalam desikator lalu timbang. Lakukan hal ini sampai berat konstan (untuk
menghilangkan kadar air)
g. Kemudian masukkan kedalam tanur selama 6 jam dengan tahapan suhu mulai dari 400 ºC,
500 ºC dan 600 ºC
h. Kemudian angkat dan dinginkan kembali didalam desikator selama 30 menit
i. Timbang sampai berat konstan (C)
Perhitungan Kadar Abu Total

2. PENETAPAN KADAR ABU TIDAK LARUT ASAM


a. Abu hasil tanur dari penetapan kadar abu total dilarutkan dengan HCl encer
b. Saring dengan kertas saring wathman
c. Masukkan kedalam krus yang konstan, lalu masukkan dalam oven kemudian panaskan
pada suhu 105 ºC
d. Angkat dan dinginkan kembali didalam desikator selama 30 menit, lalu oven kembali
sampai berat konstan
e. Kemudian masukkan kedalam tanur selama 30 menit dengan tahapan suhu mulai dari 400
ºC, 500 ºC dan 600 ºC
f. Angkat dan dinginkan kembali didalam desikator selama 30 menit, lalu oven kembali
sampai berat konstan
g. Hitung sebagai kadar abu tidak larut asam
Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam

V. HASIL PENGAMATAN
Sampel = Biskuit
Pengulangan Berat krus Berat Krus + sampel Berat Krus + abu Berat krus + abu +
(Gram) (Gram) (Gram) HCL (Gram)
1 30, 3556 35, 7934 32, 8905 32, 2235
2 30, 3687 35, 7534 32, 8123 32, 2310
3 30, 3521 35, 7134 32, 9031 32, 2984

VI. PERHITUNGAN

Pengulangan 1 = 32, 8905 – 30, 3556 / 5, 4378 x 100 = 46, 6162


Pengulangan 2 = 32, 8905 – 30, 3687 / 5, 3847 x 100 = 46, 8326
Pengulangan 3 = 32, 9031 – 30,3521 / 5, 3613 x 100 = 47, 5817
Note : berat sampel didapatkan dari ( berat krus + sampel – berat krus )

Pengulangan 1 = 32, 2235 – 30, 3556 / 5, 4378 x 100 = 34, 3502


Pengulangan 2 = 32, 2310 – 30, 3687 / 5, 3847 x 100 = 34, 5850
Pengulangan 3 = 32, 2984 – 30, 3521 / 5, 3613 x 100 = 36, 3027
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu analisis kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam
dengan proses pengabuan menggunakan tanur. Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah
mineral yang terkandung dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit
sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas garam mineral bahan
tersebut. Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu
proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi
bahan makanan. Pada peroses pengabuan ini dilakukan dengan menggunakan tanur yang
memijarkan sampel pada tahapan suhu mulai dari 400, 550 , dan 600 ºC, dilakukan
menggunakan tanur ini yaitu karena suhu dapat diatur sesuai yang telah ditentukan untuk proses
pengabuan. Metode yang digunakan adalah metode langsung yaitu pengabuan kering. Prinsip
dari pengabuan kering ini adalah destruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi dalam
tanur pengabuan tanpa terjadinya nyala api sampai terbentuk abu berwarna keabuan dan
tercapainya berat yang konstan.
Kelebihan dari pengabuan kering ini adalah yang paling banyak dipakai, mudah, murah,
sederhana, abu larut air, tidak larut air dan tidak larut asam. Sedangkan kekurannya adalah waktu
yang relatif lebiih lama, interaksi mineral serta kehilangan mineral. Sampel yang kita gunakan
adalah berbentuk biscuit.
Pada penentuan abu tidak larut asam dilakukan dengan mencampurkan abu kedalam HCl
encer, yang kemudian disaring dengan kertas saring whatman. Residu merupakan abu yang tidak
larut dalam asam yang terdiri dari pasir dan silika. Jika abu banyak mengandung abu jenis ini
maka dapat diperkirakan proses pencucian bahan tidak sempurna ataupun terjadinya kontaminasi
dari tanah selama proses bahan tersebut. Kadar abu total yang diperoleh dari pengulangan 1
adalah 46, 6162, pengulangan 2 adalah 46, 8326 dan untuk pengulangan 3 adalah 47, 5817.
Sedangkan untuk kadar abu tidak larut asam untuk pengulangan 1 adalah 34, 3502 pengulangan
2 adalah 34, 5850 sedangkan pengulangan 3 adalah 36, 3027.
VIII.KESIMPULAN
Dari hasil praktikum diatas diperoleh kadar abu dan kadar abu tidak larut asam dari sampel
biscuit secara berturut-turut adalah kadar abu : 46,6162 , 46,8326 dan 47,5817 sedangkan kadar
abu tidak larut asam secara berturut-turut : 34,3502 , 34,5850 dan 36,3027.

Anda mungkin juga menyukai