Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ANALISIS ZAT GIZI

ANALISIS KADAR ABU

DOSEN PENGAMPU : Titik Dwi Noviati, S.Gz, M.Gz

Disusun Oleh :

Nama : Fatikhah Izzatul Khusna

NIM : J310200041

Shift : B

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
A. Tujuan
Mengukur kadar abu wb dan db dari bahan pangan dengan metode
kering.
B. Prinsip
Bahan dipijarkan hingga menjadi abu dan ditimbang hingga berat
konstan.
C. Tinjauan pustaka
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu
bahan organik (Sudarmadji, 2003). Kadar abu merupakan campuran dari
komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan
pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air,
sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal
sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat
menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan
organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen
anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu (Astuti,
2009).
Penentuan kadar mineral dalam bentuk asli sulit dilakukan, oleh
karenanya biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa
pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan
(Sediaoetomo, 2000). Pengabuan adalah tahapan utama dalam proses
analisis kadar abu suatu bahan pangan dan hasil pertanian. Terdapat 3
jenis pengabuan, yaitu pembakaran dalam tanur, pembakaran api
terbuka, dan wet combustion. Pada analisis abu dan serat seringkali
digunakan jenis pengabuan dalam tanur (Hopkar, 2003).
Pada analisa kadar abu umumnya menggunkan 2 metode, yaitu
metode pengabuan kering dan metode pengabuan basah. Prinsip dari
pengabuan Cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu
kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa
ditambahkan adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik
selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan
mengakibatkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan
terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat
oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat
permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan
memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses pengabuan.
(Sudarmadji, 1996)
D. Metode
1. Bahan
a. Biskuit
2. Alat
a. Furnace
b. Oven
c. Kompor listrik
d. Penjepit
e. Desikator
f. Krusibel
g. Timbangan analitik
3. Cara kerja
Memijarkan krusibel dalam muffle furnace, lalu mendinginkan dalam oven, dan
memasukkan ke dalam eksikator sampai dingin. Setelah dingin kemudian
menimbang krusibel (Bkrus).

Menimbang 3 – 5 g sampel dalam krusibel yang telah diketahui beratnya


(Bkrus+s), selanjutnya memanaskan di atas kompor listrik sehingga bahan menjadi
arang dan tidak berasap.

Memijarkan krusibel dalam muffle sampai sampel menjadi abu berwarna


keputih-putihan, memasukkan kedalam oven 100 C untuk didinginkan. Kemudian
mendinginkan dalam eksikator, lalu menmbang (Bkrus+abu).

Memijaran abu dan ulangi selama 30 menit sampai memperoleh berat


konstan(Bkons).

E. Hasil dan pembahasan


1. Hasil
No B.Krus B.Krus+s B.Kons K.Air B.Abu B.Sampel B.Sampel K.Abu K.Abu
(g) (g) (g) (%db)(%) (g) (g) Bbs Air (g) (%wb)(%) (%db)(%)
1. 16,631 18,080 16,663 1,9074% 0,002 1,449 1,421 0,138% 0,140%
2. 15,163 17,296 15,195 2,2747% 0,032 2,133 2,084 1,500% 1,535%
3. 14,964 16,987 14,993 2,9940% 0,029 2,023 1,962 1,433% 1,478%
4. 16,772 18,793 16,790 4,7755% 0,018 2,021 1,924 0,890% 0,935%
5. 15,120 17,121 15,158 2,2523% 0,038 2,001 1,975 1,899% 1,924%
6. 22,812 24,897 22,840 1,9081% 0,028 2,085 2,045 1,399% 1,369%
7. 16,711 18,711 16,722 1,9048% 0,011 2,000 1,961 0,550% 0,560%
8. 15,490 17,521 15,550 2,4159% 0,060 2,031 1,981 2,954% 3,028%
9. 16,630 18,639 16,742 2,5641% 0,112 2,009 1,957 5,574% 5,723%
10. 12,930 14,932 12,958 1,9980% 0,028 2,002 1,972 1,398% 1,419%
2. Perhitungan (Kel 11)
B.Abu = (B kons)-(B krus)
1) Diket :
B kons = 16,663
B krus = 16,631
Ditanya :
B abu ?
B abu = 16,663-16,631
= 0,002
B.Sampel = (B krus+S)-(B krus)
1) Diket :
B krus+S = 18,080
B krus = 16,631
Ditanya : B sampel ?
B sampel = 18,080-16,631
= 1,449
B.Sampel Bbs Air = (B sampel)-
1) Diket :
B sampel = 1,449
K air = 1,9074
Ditanya : B sampel bbs air ?
B sampel bbs air = 1,449 - (1,449 x )
= 1,449 – 0,027
= 1,422
K.Abu (%wb) = x 100%
1) Diket :
Bobot abu = 0,002
Bobot sampel = 1,449
Ditanya : K.abu (%wb)
K.abu (%wb) = x 100%
= 0,138%
K.Abu(%db) = x 100%
1) Diket :
Bobot abu = 0,002
Bobot sampel bbs air = 1,421
Ditanya : K.abu (%db)
K.abu (%db) = x 100%
= 0,140%
3. Pembahasan
Analisis kadar abu pada bahan makanan bertujuan untuk
mengetahui kandungan mineral yang ada pada bahan yang diuji,
menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui
jenis bahan yang digunakan, memperkirakan kandungan bahan
utama yang digunakan dalam pembuatan suatu produk, kadar abu
juga digunakan sebagai parameter nilai gizi bahan makanan
(Sudarmadji dkk, 2007).
Metode pengabuan kering atau pengabuan langsung
memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan yang dimiliki metode
pengabuan kering yaitu dapat digunakan untuk penentuan kadar abu
total bahan makanan dan bahan hasil pertanian, digunakan untuk
sampel yang relatif banyak, dapat digunakan untuk menganalisa abu
yang larut dan tidak larut, biaya lebih murah dan tidak menimbulkan
resiko akibat penggunaan reagen yang berbahaya. Sementara,
kekurangan yang dimiliki metode pengabuan kering yaitu
membutuhkan waktu yang lebih lama, memerlukan suhu yang relatif
tinggi, dan adanya kemungkinan kehilangan air karena pemakaian
suhu tinggi.
F. Kesimpulan
Prinsip awal kadar abu adalah untuk mengetahui jumlah abu
yang terdapat pada suatu bahan terkait dengan mineral dari bahan yang
dianalisis. Cawan abu porselen dibersihkan kemudian dikeringkan dalam
oven bersuhu sekitar 105ºC selama 2 jam. Cawan abu porselen yang
telah dikeringkan dalam oven dimasukkan dalam desikator selama 30
menit dan kemudian ditimbang.
Pada praktikum kali ini memiliki tujuan mengukur kadar abu
wb dan db dari bahan pangan dengan metode kering. Metode pengabuan
kering memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini
yaitu biskuit, furnace, oven, kompor listrik, penjepit, desikator, krusibel,
dan timbangan analitik.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Dimas Panji. 2014. Analisis Kadar Air dan Abu. Universitas
Diponegoro.
Ferigo, Tri. 2019. Analisis Kadar Air, Kadar abu, Kadar Abu tak Larut
Asam dan Kadar Lemak pada Makanan Ringan di Balai
Riset dan Standarisasi Industri Medan. Universitas Sumatera
Utara
Nurhidayah, dkk. 2019. Kandungan Kolagen Sisik Ikan Bandeng
Chanos-chanos dan Sisik Ikan Nila Oreochromis niloticus.
Jurnal Biologi Makassar.
Sudarmaji S., B. H. 1996. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian
Yogyakarta: Liberty.
Vesti, Yuvita Lira. 2015. Analisis Kadar Abu. Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai