Oleh :
NIM : 1901060028
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Penentuan kadar abu berhubungan dengan mineral bahan pangan. Proses untuk
menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan
komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara
pengabuannya. Penentuan kadar abu dengan cara kering juga harus
memperhatikan karakteristik sampel yang di gunakan, karena dimana setiap
sampel mempunyai perlakuan dan pemberian panas yang berbeda-beda.
Kadar abu suatu bahan ditetapkan pula secara gravimetri. Analisis gravimetri
merupakan salah satu metode analisi kuantitatif dengan penimbangan. Penentuan
kadar abu merupakan cara pendugaan kandungan mineral bahan pangan secara
kasar. Bobot abu yang diperoleh sebagai perbedaan bobot cawan berisi abu
dengan cawan kosong. Kadar abu atau mineral merupakan bagian berat mineral
dan bahan yang didasarkan atas berat keringnya. Abu yaitu zat organik yang tidak
menguap dan sisa dari proses pembakaran atau hasil oksidasi. Penentuan kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.
Praktikum ini di kerjakan pada hari Selasa, 16 Maret 2021 di kos saya sendiri di
Karang Sukun.
2.2.1 Bahan
Bahan yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah sampel A,B,C,D, dan E.
2.2.2 Alat
Alat yang di gunakan pada praktikum kali ini adalah cawan, tanur, penjepit besi,
dan desikator, dan oven.
c. Tabel W Sampel
Jawab :
3.2 Pembahasan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi prinsipnya yaitu berdasarkan pemijaran sampai bebas karbon . Dan dimana zat
organic terurai menjadi CO2 dan H2O. Dan hasil yang di dapat dalam bahan
makanan tersebut di anggap sebagai kadar abu. Dan berdasarkan hasil perhitungan
kadar abunya, dapat di simpulkan bahwa berat kadar abu tertinggi berada pada W
cawan B sekitar 14,970% dan berat kadar abu terendah pada W cawan C sekitar
1,792%.
4.2 Saran
Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 2010. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakartaa: Yogyakarta.