LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2. Asetosal
3. Kalium Hidroksida
4. Natrium karbonat
Volume
Berat sampel Hasil
larutan
500 mg 20 ml Keruh
3.2 Perhitungan
Perlakuan I
59,5875−59,4380
Kadar (%) = x 100% = 7,377 %
2,0263
Perlakuan II
63,0020−62,8508
Kadar (%) = x 100% = 7,457 %
2,0276
Perlakuan I
61,4643−61,3949
Jam ke-1 = x 100% = 3,424 %
2,0263
61,4643−61,3925
Jam ke-2 = x 100% = 3,543 %
2,0263
61,4643−61,3903
Jam ke-3 = x 100% = 3,651 %
2,0263
61,4643−61,3893
Jam ke-4 = x 100% = 3,701 %
2,0263
Perlakuan II
64,8784−64,7990
Jam ke-1 = x 100% = 3,915 %
2,0276
64,8784−64,7946
Jam ke-2 = x 100% = 4,132 %
2,0276
64,8784−64,7944
Jam ke-3 = x 100% = 4,142 %
2,0276
64,8784−64,7939
Jam ke-4 = x 100% = 4,167 %
2,0276
3.3 Reaksi
-
3.4 Pembahasan
Uji batas merupakan pengujian untuk mengamati perubahan yang terjadi.
Adanya kontaminasi menunjukkan proses pemurnian yang kurang baik.
Kontaminasi bisa berasal dri bahan yang terkontaminasi, komponen dalam
sintesis kimia, peralatan produksi, dan hasil urai senyawa yang tidak stabil.
Pada percobaan zat tidak larut dalam asam digunakan Kalium Hidroksida.
Percobaan ini untuk melihat adanya persentase pengotor yang tidak larut
asam. Pada syarat yang telah ditentukan pengotor tidak boleh lebih dari 0,5%
dan zat bobot nya tidak boleh lebih dari 10 mg. Dengan hasil data yang telah
diperoleh yaitu zat bobot 7,9 mg dan dalam persentase mendapatkan 0,395 %
maka dapat dikatakan bahwa masih memenuhi persyaratan.
Pada data uji zat tidak larut dalam Natrium Karbonat jika menghasilkan
warna jernih maka bahan baku tersebut tidak mengandung zat pengotor.
Tetapi jika kesimpulan dari data tersebut larutan berwarna akhir tersebut
keruh maka masih terdapat zat pengotor.
Zat-zat pengotor yang dimaksudkan pada pengujian ini adalah adanya
logam berat seperti arsen, merkuri, timbal dan lain sebagainya. Jika pengotor
telah melewati persentase 1% maka bahan baku tersebut berbahaya, karena
pengotor tidak boleh lebih dari 1%.
Dilakukannya uji kadar air dimaksudkan agar bahan tersebut tidak akan
mengalami perubahan fisik dan kimiawi yang ditandai dengan tumbuhnya
mikroorganisme pada bahan sehingga bahan tersebut masih layak untuk
digunakan.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN