Anda di halaman 1dari 27

JURNAL AWAL

PERCOBAAN II
PEMISAHAN DAN ANALISIS KUALITATIF ASAM BENZOAT

Oleh :
Kelompok 8
Golongan 2

Ni Ketut Nitya Cahyani (1808551036)


Ni Putu Indah Apriliani (1808551037)
I Made Harimbawa Putra (1808551038)
Ni Kadek Diah Parwati Dewi (1808551039)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
PRAKTIKUM II
PEMISAHAN DAN ANALISIS KUALITATIF ASAM BENZOAT

I. PENDAHULUAN
I.1 Dasar Teori dan Prinsip Analisis

I.1.1 Ekstraksi Cair-Cair


Ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan ekstraksi solvent merupakan C. Akan
tetapi ekstraksi cair-cair menjadi operasi pemisahan yang unggul ketika larutan-larutan yang
akan dipisahkan mempunyai kemiripan sifat-sifat fisikanya yaitu titik didih yang
perbedaannya relatif kecil. Keunggulan lain dari ekstraksi cair-cair ini adalah dapat
beroperasi pada kondisi ruang, dapat memisahkan sistem yang memiliki sensitivitas terhadap
temperatur, dan kebutuhan energinya relatif kecil.
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan suatu larutan dengan
pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut (immisible) dengan pelarut asal yang
mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan terbentuk dua fasa beberapa saat setelah
penambahan solvent. Hal ini menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal ke
pelarut pengekstrak (solvent). Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang diberikan,
disebabkan oleh adanya daya dorong (dirving force) yang muncul akibat adanya beda
potensial kimia antara kedua pelarut. Sehingga proses ektraksi cair-cair merupakan proses
perpindahan massa yang berlangsung secara difusional (Laddha dan Degaleesan, 1978).
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa “pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan terdistribusi
dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling tidak campur”.
Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase disebut dengan koefisien
distribusi atau koefisien partisi (KD) dan diekspresikan dengan rumus berikut:

dan masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase organik dan

dalam fase air; KDmerupakan koefisien partisi. Dalam prakteknya, analit seringkali berada
dalam bentuk kimia yang berbeda karena adanya disosiasi (ionisasi), protonasi, dan juga
kompleksasi atau polimerisasi karenanya ekspreksi yang lebih berguna adalah rasio distribusi
atau rasio partisi (D).
dan masing-masing merupakan konsentrasi total analit (dalam segala

bentuk) dalam fase organik dan fase air; D merupakan rasio partisi. Jika tidak ada interaksi
antar analit yang terjadi dalam kedua fase maka nilai K D dan D adalah identik. (Gandjar &
Rohman, 2007).
I.1.2 Titrasi
Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan standar), ditambahkan secara bertahap ke
larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan
tersebut berlangsung sempurna. Sebelum basa ditambahkan harga pH adalah larutan asam
kuat, sehingga pH < 7 dan ketika basa ditambahkan sebelum titik ekivalen, harga pH
ditentukan oleh asam lemah. Pada titik ekivalen jumlah basa yang ditambahkan secara
stokiometri ekivalen terhadap jumlah asam yang ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh
larutan garam (pH=7). Titik ekivalen dalam titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa
dapat ditentukan secara stokiometri (Chandra, 2012).
Indikator asam basa adalah suatu senyawa organik yang dapat berubah warna dengan
berubahnya pH, biasa digunakan untuk membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa
dengan cara memberikan perubahan warna yang berbeda pada larutan asam dan basa
(Fessenden & Fessenden, 1999). Senyawa indicator merupakan senyawa oragank berupa
asam atau basa lemah yang berubah warnanya dalam larutan sesuai dengan pH larutan.
Senyawa indikator dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen dari suatu titrasi asam
basa. Perubahan warna indkator asam basa terjadi karena adanya perubahan struktur dalam
suasana asam basa. Contoh sebagai indicator yaitu phenolphthalein (Hanapi, 2009)
I.1.3 Asam Bensoat (Benzoate Acid)
Asam bensoat memiliki rumus struktur yaitu C7H6O2 merupakan senyawa
mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%, dihitung terhadap zat
anhidratnya. Asam benzoat memiliki pemerian hablur bentuk jarum atau sisik, putih, sedikit
berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguapnpada suhu hangat,
mudah menguap dalam uap air. Memilik kelarutan yaitu sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter. Asam benzoat memiliki berat molekul yaitu
122,12 dengan jarak lebur 121o sampai 124o(Depkes RI, 2014)
(Struktur Asam Benzoat )
I.1.4 Kloroform
Kloroform memiliki rumus molekul CHCl3 dengan pemerian cairan jernih, tdak
berwarna, mudah mengalir, mempunyai sifat khas, bau eter, rasa mans dan mudah membakar.
Memiliki kelarutan yaitu sukar larut dalam air, dapat bercampur dengan etanol, dengan eter,
dengan bensen dan dengan lemak. Memiliki bobot jenis antara 1,476 dan 1,480 (Depkes RI,
2014).
I.1.5 Aquadest
Aquadest memiliki rumus kimia H2O dengan pemerian berupa cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa (Depkes RI, 1979).
I.1.6 Natrium Hidroksida
Natrium Hidroksida (NaOH) mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
100,5% alkali total, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%.
Pemerian dari NaOH, yaitu putih atau praktis putih, keras, rapuh dan menunjukkan pecahan
hablur, massa melebur, berbentuk pellet kecil, serpihan atau batang atau bentuk lain. Jika
terpapar di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. NaOH mudah larut
dalam air dan etanol. BM dari NaOH adalah 40,00 g/mol (Depkes RI, 2004). NaOH
berkhasiat sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979).

I.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Memahami pengaruh volume pada ekstraksi cair-cair asam benzoat dan menentukan
volume pelarut pengestrak yang paling optimum.
1.2.2 Memahami pengaruh durasi pada ekstraksi cair-cair asam benzoat dan menentukan
durasi optimum yang digunakan untuk mengekstraksi asam benzoate.
1.2.3 Menganalisis dan menentukan harga koefisien distribusi obat dalam dua pelarut yang
tidak saling campur (ekstraksi cair-cair).

II. PERHITUNGAN
II.1 Pembakuan NaOH 0,1 N
Diketahui :
NaOH = 0,1 N
Volume NaOH = 500 mL = 0,5 L
BM = 40 g/mol
a =1
Penyelesaian :
N =Mxa
0,1 N =Mx1
M = 0, 1 N

II.2 Pembakuan Asam Oksalat 0,1 M


Diketahui :
Asam Oksalat = 0,1 M
Volume As. Oksalat = 100 mL = 0,1 L
BM = 126,07

Penyelesaian :

III. PROSEDUR KERJA


III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
- Alat pengaduk mekanik/vortex
- Alat sentrifuge dan tabungnya
- Labu erlenmeyer
- Gelas ukur
- Gelas beaker
- Labu ukur
- Buret
- Erlenmeyer
- Gelas Ukur 25 mL
- Pipet Ukur 10 mL, 25 mL
- Labu Takar 50 mL
III.1.2 Bahan
- Larutan sampel Asam Benzoat
- Kloroform
- Aquades
- Larutan baku asam oksalat ; 0,1 M; 0,5 M dan 1 M
- Larutan NaOH 0,1 N ; 0,5 N dan 1 N
- Indikator phenolphthalein
III.2 Prosedur Kerja
a. Lakukan pembakuan larutan NaOH dengan asam oksalat dengan indikator PP.
b. Selanjutnya titrasi dan hitung kadar larutan asam benzoat yang akan diekstraksi
dengan larutan NaOH yang telah dibakukan.
c. Siapkan masing – masing 10 mL larutan sampel asam benzoat.
d. Ekstraksi tunggal dengan 2 mL kloroform. Masukkan 10 mL C7H6O2, ke dalam
tabung kaca, tambahkan 2 mL kloroform, vortex (10 menit), sentrifugasi (10 menit),
diamkan sampai terbentuk dua lapisan, pisahkan.
e. Diambil 5 mL lapisan air tersebut, masukkan dalam labu titrasi 25 mL, tambahkan
beberapa tetes indikator pp, lalu dititrasi dengan NaOH baku. Catat volume NaOH
yang diperlukan, hitung kadar asam benzoatnya.
Dilakukan
f. Ekstraksi pembakuan
diulangi larutan
dengan NaOH
hal yang dengan
sama asam oksalat
menggunakan 5, 8,dengan
dan 10indikator PP.
mL kloroform.
g. Ekstraksi diulangi untuk volume 5mL kloroform menggunakan durasi waktu 5 menit,
10 menit, dan 15 menit.

Selanjutnya dititrasi dan dihitung kadar larutan asam benzoat yang akan
diekstraksi dengan larutan NaOH yang telah dibakukan.

Disiapkan masing – masing 10 mL larutan sampel asam benzoat.

Ekstraksi tunggal dengan 2 mL kloroform. Dimasukkan 10 mL C7H6O2,

ke dalam tabung kaca, tambahkan 2 mL kloroform, vortex (10 menit),


sentrifugasi (10 menit), diamkan sampai terbentuk dua lapisan, pisahkan.
IV. SKEMA KERJA
4.1 Skema Kerja
Diambil 5 mL lapisan air tersebut, dimasukkan dalam labu titrasi 25 mL,
ditambahkan beberapa tetes indikator pp, lalu dititrasi dengan NaOH
baku. Dicatat volume NaOH yang diperlukan, dihitung kadar asam
benzoatnya.

Ekstraksi diulangi dengan hal yang sama menggunakan 5, 8, dan 10 mL


kloroform

Ekstraksi diulangi untuk volume 5mL kloroform menggunakan durasi


waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit
Catat volume NaOH yang diperlukan, hitung kadar asam benzoatnya.

Siapkan masing-masing 5 ml larutan baku asam oksalat pada 3


erlenmeyer yang berbeda

4.2 Standarisasi Larutan Baku NaOH

Siapkan larutan baku NaOH pada glass beaker dan tutup dengan
aluminium foil

Siapkan alat titrasi dan buret 25 ml

Masukkan larutan baku NaOH ke dalm buret 25 ml

Lakukan titrasi NaOH dengan 5 ml asam oksalat, lalu catat volume


NaOH yang digunakan
4.3 Pembuatan Larutan Baku NaOH

NaOH ditimbang 2 gram menggunakan beaker glass

Dilarutkan dengan aquades sedikit demi sedikit hinga larut sambil diaduk
dengan batang pengaduk

Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Digojog perlahan NaOH hingga terlarut sempurna

4.4 Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat


Dipindahkan ke dalam botol kaca coklat dan diberi label
Ditimbang masing – masing 1,2607 gram asam oksalat di atas kertas
perkamen, lalu dimasukkan kedalam gelas beaker

Ditambahkan aquades sedikit demi sedikit, kemudian diaduk dengan batang


pengaduk hingga homogen

Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100mL; ditambahkan aquades


hingga 100 mL, digojog hingga homogen

Dimasukkan ke dalam botol kaca gelap dan dibungkus dengan aluminium foil,
kemudian diberi label
V. DATA HASIL PENGAMATAN
VI. PEMBAHASAN

Metode pemisahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu dengan metode
ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan fase cair yang memanfaatkan
perbedaan kelarutan zat terlarut yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut
pengekstrak (solvent). Dalam praktikum kali ini zat terlarut yang berpindah adalah asam
benzoat dan pelarut yang digunakan adalah aquadest dan kloroform.
Langkah awal dilakukan pembakuan NaOH untuk mengetahui dan memastikan
konsentrasi dari larutan NaOH dengan larutan baku primer yaitu asam oksalat. Larutan baku
primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan
standar dan untuk membuat larutan baku dengan konsentrasi yang dapat dihitung dengan
syarat yaitu stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO 2 dan uap air (Depkes RI, 1979).
Dilakukan pembuatan larutan NaOH, dengan cara menimbang 2 gram didalam gelas beaker
yang sudah ditara sebelumnya, karena NaOH memiliki sifat higroskopis yaitu dengan segera
mampu menyerap air dan CO2 di udara, sehingga akan mudah meleleh (Depkes RI, 1979).
Kemudian NaOH dilarutkan dengan menggunakan aquadest dan diaduk menggunakan batang
pengaduk, setelah larut maka dipindahkan ke labu ukur, bilas gelas beaker dengan aquadest
dan pindahkan ke dalam labu ukur, kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas
kemudian digojog.
Dilakukan pembakuan larutan NaOH dengan cara dititrasi dengan larutan asam
oksalat. Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali, setiap kali titrasi digunakan 5 mL asam oksalat
namun pada minggu pertama digunakan 10 mL asam oksalat yang dimasukkan ke dalam
erlenmeyer lalu ditambahkan indikator phenolphthalein sebanyak tiga tetes. Penambahan
indikator phenolphthalein bertujuan untuk mempermudah pengamatan titik akhir titrasi yang
ditandai dengan perubahan warna larutan seiring terjadinya penurunan pH dengan kata lain
bertambahnya ion H+ dari dari asam oksalat dan ion OH- dinetralkan oleh ion H+ dari C2H2O4
(Apriani, 2016). Titrasi dilakukan dengan meneteskan NaOH secara hati-hati melalui buret ke
dalam asam oksalat hingga adanya perubahan warna menjadi merah muda. Lalu volume yang
diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi dicatat sehingga dapat dihitung konsentrasinya.
Disiapkan larutan sampel dengan menambahkan 5 mL larutan asam benzoat dengan 5
mL kloroform. Kemudian dilakukan vortex dan sentrifugasi dengan variasi waktu 5, 10, 15
menit. Vortex dilakukan dengan tujuan untuk memperluas permukaan kontak antara sampel
dengan pelarut dan waktu kontaknya semakin lama sehingga perpindahan massa akan
optimal (Mirwan, 2013). Sedangkan sentrifugasi dilakukan dengan tujuan memudahkan
pemisahan kedua fase cair karena perbedaan rapat massa kedua cairan semakin besar
(Setiawan, 2007). Setelah vortex dan sentrifugasi selesai, didapatkan campuran dengan 2 fase
berbeda yaitu fase air dalam praktikum ini adalah aquadest dan fase organik dalam praktikum
ini adalah kloroform. Kedua fase memisah dengan sempurna. Aquadest dalam larutan asam
oksalat tidak akan bercampur dengan kloroform karena perbedaan berat jenis diantara
keduanya. Berat jenis aquadest yaitu 1 g/ml sedangkan berat jenis kloroform yaitu 1,476 g/ml
dan 1,480 g/ml (Depkes RI, 2014). Karena berat jenis aquadest yaitu fase air lebih ringan
daripada berat jenis kloroform maka lapisan yang ada di atas adalah lapisan fase air
sedangkan di lapisan bawah adalah fase organik.
Dilakukan pemisahan antara fase air dengan fase minyak yang ditampung pada botol
vial. Lalu diukur masing-masing volume fase air dan fase minyak yang didapat kemudian
masing-masing fase yang sudah diukur dipindah ke erlenmeyer lalu ditambahkan 3 tetes
indikator phenolphthalein. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan NaOH yang sudah dibakukan
dan dicatat volume NaOH yang diperlukan hingga larutan berubah warna menjadi merah
muda.
VII. SIMPULAN
Dari tiga kali percobaan yang dilakukan, kadar sampel yang terdistribusi pada fase
organik yang paling besar terdapat pada percobaan minggu ke-3 yaitu sebanyak 0,0252 gram
dengan durasi vortex dan sentrifugasi selama 15 menit karena luas permukaan kontak antara
sampel dengan pelarut dan waktu kontak saat proses vortex semakin lama sehingga
perpindahan massa akan optimal. Sedangkan pemisahan kedua fase cair dipermudah melalui
proses sentrifugasi sehingga perbedaan rapat massa kedua cairan semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA
Apriani, F., N. Idiawati, L. Destiarti. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia trifolia
(L.) Domin) Sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa Kuat Asam Kuat. JKK. 5(4):
74-78.
Chandra, A. D. dan Cordova, H. 2012. Rancangan Bangun Kontrol pH Berbasis Self Tuning
PID Melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik Pomits.(1): 2.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesi. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Fessenden, R. J., Fessenden, J. S.1999. Kimia Organik. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarya: Pustaka Pelajar,
hal: 46-51.
Hanapi, A., B. Purwono., C. Anwar., 2009. Sintesis Turunan Senyawa Imina Dari Vanilin
Sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Jurnal Sains dan Teknologi UIN Malang. 112-
118.
Laddha,G.S dan D. T. Edison. 1976. Transport Phenomena in Liquid Extraction. New Delhi:
Mc Graw-Hill Publishing Co. Ltd.
Mirwan, A. 2013. Keberlakuan Model HB-GFT Sistem n-Heksana-MEK-AIR Pada Ekstraksi
Cair-Cair Kolom Isian. Jurnal Konversi. 2(1): 32-39.
Setiawan, T. 2007. Analisis Pemisahan Air dari Biodiesel dengan Memakai Disc Stack
Centrifuge dengan Kajian Eksperimental dan Anatik. Jurnal Penelitian Kimia. 7(1): 1-
7.

Lampiran 1
5.1 Praktikum Minggu Pertama
5.1.1 Molaritas NaOH setelah standarisasi
Diketahui : M C2H2O4= 0,1 M
V C2H2O4= 10 mL
V1 NaOH = 19,8 mL
V2 NaOH = 19,5 mL
V3 NaOH = 19,4 mL
 Mol C2H2O4 = M x V
= 0,1 M x 10 ml
= 1 mmol
2NaOH + C2H2O4 Na2C2O4 + H2O
M : 2 mmol 1 mmol - -
B : 2 mmol 1 mmol 1 mmol 1 mmol
S : 0 0 1 mmol 1 mmol
Jumlah mol NaOH saat bereaksi adalah 2 mmol
 Perhitungan Molaritas NaOH
1. Titrasi larutan asam oksalat 1

= 0,1 M

2. Titrasi larutan asam oksalat 2

= 0,1 M

3. Titrasi larutan asam oksalat 3

= 0,1 M

Maka molaritas rata – rata NaOH adalah = 0,1 M

5.1.2 Kadar Larutan Sampel yang Terdistribusi pada Fase Organik


 Volume NaOH rata-rata untuk titrasi sampel

= 0,3 ml
 Mol C7H6O2
M=

0,1 M =

n = 0,03 mmol
NaOH + C7H6O2 C7H6O2Na + H2O
M: 0,03 mmol 0,03 mmol - -
B: 0,03 mmol 0,03 mmo 0,03 mmol 0,03 mmol
S: 0 mmol 0 mmol 0,03 mmol 0,03 mmol
Jumlah mol C7H6O2 saat bereaksi adalah 0,03 mmol
 Perhitungan Kadar Sampel
1. Titrasi Sampel 1

= 0,0073 M

2. Titrasi Sampel 2

= 0,0067 M

3. Titrasi larutan asam oksalat 3

= 0,007 M
Kadar rata – rata sampel adalah = 0,0035 gram

Jadi kadar sampel yang terdistribusi pada fase organic aalah sebanyak 0,0035 gram
5.1.3 Kadar Larutan Sampel yang Terdistribusi pada Fase Air
 Volume NaOH rata-rata untuk titrasi sampel

= 0,013 ml
 Mol C7H6O2
M=

0,1 M =

n = 0,013 mmol
NaOH + C7H6O2 C7H6O2Na + H2O
M: 0,013 mmol 0,013 mmol - -
B: 0,013 mmol 0,013 mmol 0,013 mmol 0,013 mmol
S: 0 mmol 0 mmol 0,013 mmol 0,013 mmol
Jumlah mol C7H6O2 saat bereaksi adalah 0,013 mmol
 Perhitungan Kadar Sampel
1. Titrasi Sampel 1

= 0,026 M

2. Titrasi Sampel 2
= 0,034M

3. Titrasi Sampel 3

= 0,0034 M

Kadar rata – rata sampel adalah = 0,000133 gram

Jadi kadar sampel yang terdistribusi pada fase organic aalah sebanyak 0,000133 gram

5.2 Praktikum Minggu Kedua


5.2.1 Molaritas NaOH setelah standarisasi
2NaOH + C2H2O4 Na2C2O4 + H2O
M : 1 mmol 0,5 mmol - -
B : 1 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol
S : 0 0 0,5 mmol 0,5 mmol
Jumlah mol NaOH saat bereaksi adalah 0,5 mmol
 Perhitungan Molaritas NaOH
1. Titrasi larutan asam oksalat 1

= 0,097 M

2. Titrasi larutan asam oksalat 2


= 0,101 M

3. Titrasi larutan asam oksalat 3

= 0,099 M

Maka molaritas rata – rata NaOH adalah = 0,099 M

5.2.2 Kadar Larutan Sampel yang Terdistribusi pada Fase Organik


 Volume NaOH rata-rata untuk titrasi sampel

= 0,05 ml

 Mol C7H6O2
M=

0,1 M =

n = 0,005 mmol
NaOH + C7H6O2 C7H6O2Na + H2O
M: 0,005 mmol 0,005 mmol - -
B: 0,005 mmol 0,005 mmo 0,005 mmol 0,005 mmol
S: 0 mmol 0 mmol 0,005 mmol 0,005 mmol
Jumlah mol C7H6O2 saat bereaksi adalah 0,005 mmol
 Perhitungan Kadar Sampel
1. Titrasi Sampel 1
= 0,0003 M

2. Titrasi Sampel 2

= 0,00125 M

3. Titrasi larutan asam oksalat 3

= 0,001 M

Kadar rata – rata sampel adalah = 0,00057 gram

Jadi kadar sampel yang terdistribusi pada fase organic aalah sebanyak 0,00057 gram
5.2.3 Kadar Larutan Sampel yang Terdistribusi pada Fase Air
 Volume NaOH rata-rata untuk titrasi sampel

= 0,083 ml
 Mol C7H6O2
M=
0,1 M =

n = 0,013 mmol
NaOH + C7H6O2 C7H6O2Na + H2O
M: 0,083 mmol 0,083 mmol - -
B: 0,083 mmol 0,083 mmol 0,083 mmol 0,083 mmol
S: 0 mmol 0 mmol 0,083 mmol 0,083 mmol
Jumlah mol C7H6O2 saat bereaksi adalah 0,083 mmol
 Perhitungan Kadar Sampel
1. Titrasi Sampel 1

= 0,0016 M

2. Titrasi Sampel 2

= 0,0015M

3. Titrasi Sampel 3

= 0,0017 M
Kadar rata – rata sampel adalah = 0,00098 gram

Jadi kadar sampel yang terdistribusi pada fase organic aalah sebanyak 0,00098 gram

5.3 Praktikum Minggu Ketiga


5.3.1 Molaritas NaOH setelah standarisasi
2NaOH + C2H2O4 Na2C2O4 + H2O
M : 1 mmol 0,5 mmol - -
B : 1 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol 0,5 mmol
S : 0 0 0,5 mmol 0,5 mmol
Jumlah mol NaOH saat bereaksi adalah 0,5 mmol
 Perhitungan Molaritas NaOH
1. Titrasi larutan asam oksalat 1

= 0,1 M

2. Titrasi larutan asam oksalat 2

= 0,10 M

3. Titrasi larutan asam oksalat 3

= 0,10 M

Maka molaritas rata – rata NaOH adalah = 0,1 M

5.3.2 Kadar Larutan Sampel yang Terdistribusi pada Fase Organik


 Volume NaOH rata-rata untuk titrasi sampel

= 2,067 ml

 Mol C7H6O2
M=

0,1 M =

n = 0,2067 mmol
NaOH + C7H6O2 C7H6O2Na + H2O
M: 0,2067 mmol 0,2067 mmol - -
B: 0,2067 mmol 0,2067 mmol 0,2067 mmol 0,2067 mmol
S: 0 mmol 0 mmol 0,2067 mmol 0,2067 mmol
Jumlah mol C7H6O2 saat bereaksi adalah 0,2067 mmol
 Perhitungan Kadar Sampel
1. Titrasi Sampel 1

= 0,041 M

2. Titrasi Sampel 2

= 0,06 M

3. Titrasi larutan asam oksalat 3


= 0,041 M

Kadar rata – rata sampel adalah = 0,0252 gram

Jadi kadar sampel yang terdistribusi pada fase organic aalah sebanyak 0,0252 gram
5.3.3 Kadar Larutan Sampel yang Terdistribusi pada Fase Air
 Volume NaOH rata-rata untuk titrasi sampel

= 0,1 ml
 Mol C7H6O2
M=

0,1 M =

n = 0,01 mmol
NaOH + C7H6O2 C7H6O2Na + H2O
M: 0,01 mmol 0,01 mmol - -
B: 0,01 mmol 0,01 mmol 0,01 mmol 0,01 mmol
S: 0 mmol 0 mmol 0,01 mmol 0,01 mmol
Jumlah mol C7H6O2 saat bereaksi adalah 0,01 mmol
 Perhitungan Kadar Sampel
1. Titrasi Sampel 1

= 0,04 M
2. Titrasi Sampel 2

= 0,0181M

3. Titrasi Sampel 3

= 0,02 M

Kadar rata – rata sampel adalah = 0,113 gram

Jadi kadar sampel yang terdistribusi pada fase organic aalah sebanyak 0,113 gram
Lampiran 2

Penimbangan NaOH Pembuatan larutan NaOH

Larutan NaOH

Larutan sampel

Larutan asam oksalat

Sampel untuk sentrifugasi


Standarisasi NaOH dengan asam oksalat Vortex pada sampel

Fase Air

Sentrifugasi pada sampel

Fase organik Hasil titrasi sampel


Hasil titrasi fase organik Hasil titrasi fase air

Anda mungkin juga menyukai