Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA II

PENGENALAN ALAT, CARA DAN PERHITUNGAN PENGUJIAN ARANG

Disusun oleh:

Nama : Arifah Nur Afifi

NIM : 20/459079/KT/09244

Kelompok : 18

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut,
1) Mengetahui cara pengujian kualitas arang (kadar abu, kadar zat mudah terbang,
kadar karbon terikat, kadar air, dan berat jenis).
2) Dapat menghitung dan menentukan kualitas arang.

I.2. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut,


1) Mahasiswa atau praktikan dapat mengetahui cara pengujian kualitas arang (kadar
abu, kadar zat mudah terbang, kadar karbon terikat, kadar air, dan berat jenis).
2) Mahasiswa atau praktikan memahami cara untuk menghitung dan menentukan
kualitas arang.
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan meliputi :
1. Funace.
2. Timbangan.
3. Oven.
4. Cawan porselin.
Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas :
1. Arang.
2. Parafin.
2.2. Cara Kerja

3. Kadar zat mudah


1. Kadar air 2. Berat jenis
menguap

5. Kadar karbon
4. Kadar abu
terikat

Uraian :

1. Kadar air
Contoh uji arang dan timbang dengan berat 2±0,1 g. Hasil penimbangan tersebut dicatat
sebagai berat mula-mula (a). Cuplikan sampel tersebut dimasukkan ke dalam botol
timbang yang telah dikeringkan sebelumnya dan diketahui berat awalnya. Dimasukkan
botol timbang yang telah berisi sampel dengan kondisi terbuka ke dalam oven yang
bersuhu 103±2°C. ditimbang beratnya setiap minimal 2 jam sekali sampai beratnya
konstan. Sebelum ditimbang, dimasukkan botol timbang beserta sampel ke dalam
desikator selama 15 menit. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh berat konstan (b).
Hitungan kadar air arang dengan rumus:

Ka = (a – b)/a * 100%

Keterangan:

a : berat sampel awal (gram)

b : berat kering tanur (gram)

2. Berat jenis

Sampel kadar air yang telah kering tanur, dan catat berat kering tanurnya sebagai berat (a).
Sampel yang telah kering tersebut dicelupkan dalam parafin dan ditimbang kembali beratnya
sebagai berat (b). Langkah selanjutnya adalah menimbang gelas piala berisi aquades (w1).
Kedalam gelas tersebut dimasukkan contoh uji yang telah dilapisi parafin dengan bantuan
jarum preparat secara vertikal tanpa menyentuh dinding gelas piala, berat yang diperoleh
dicatat sebagai w2.

3. Kadar abu

Contoh uji seberat ± 2 gram dan timbang dengan pasti serta catat hasilnya sebagai berat awal
(a). Dikeringkan cawan porselin/cawan pengabuan dalam oven dan timbang berat kering
kosongnya (b). Dimasukkan sampel ke dalam cawan porselin/cawan pengabuan yang telah
diketahui berat keringnya tersebut. Dimasukkan cawan yang berisi sampel arang ke dalam
furnace dan naikkan suhu furnace hingga 600°C. Setelah mencapai suhu 600°C tunggu
selama selama 4 jam. Setelah 4 jam, tutup furnace dibuka selama 1 menit untuk
menyempurnakan proses pengabuan, dan kemudian matikan furnace. Setelah dingin, ambil
cawan porselin yang berisi abu dan dimasukkan dalam desikator. Ditimbang berat cawan
porselin akhir sebagai berat c (berat cawan+berat abu). Dihitung kadar abu arang dengan
rumus sebagai berikut :

KadarAbu = c – b / a *100%

Keterangan :

a : berat sampel (gram)

b : berat cawan (gram)


c : berat cawan + berat abu (gram)

4. Kadar zat mudah menguap

Contoh uji seberat ± 2 gram dan timbangdengan pasti serta catat hasilnya sebagai berat awal
(a). Dikeringkan cawan porselin/cawan pengabuan dalam oven dan timbang berat kering
kosongnya (b). Dimasukkan sampel ke dalam cawan porselin/cawan pengabuan yang telah
diketahui berat keringnya tersebut. Dimasukkan cawan yang berisi sampel arang ke dalam
furnace dan naikkan suhu furnace hingga 900°C. Setelah mencapai suhu 900°C tunggu
selama selama 15 menit kemudian dimatikan. Setelah dingin, ambil cawan porselin yang
berisi sapel dan dimasukkandalam desikator. Ditimbang berat cawan porselin akhir sebagai
berat c (berat cawan+berat sampel).

Hitung kadar zat mudah menguap dengan rumus sebagai berikut :

Kehilangan berat = (a+b)-c / a *100%

Kadar Zat Menguap = Kehilanganberat(%) – Ka(%)

Keterangan :

A : berat sampel (gram)

B : berat cawan (gram)

C : berat cawan + berat sampel (gram)

5. Kadar karbon terikat

Kadar karbon terikat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kadar karbon terikat (%) = 100 – (% Air + % Abu + % Zat menguap)


BAB III

DATA PRAKTIKUM

Tabel 3.1 Data Sekunder

Berat Berat Berat Cawan Berat Cawan + Berat Cawan +


Kode
Cawan Sampel + Sampel Sampel Setelah Sampel Setelah
Sampel
(g) (g) BKT Furnace 600 ‘C Furnace 900 ‘C
1 26,921 2,023 28,723 26,972 27,653
2 27,078 2,019 28,881 27,139 27,771
3 26,832 2,012 28,627 26,89 27,588

Tabel 3.2. Perhitungan


Kadar zat
Kode Kadar air Kehilangan Kadar abu Kadar karbon
terbang
sampel (%) berat (%) (%) terikat (%)
(%)
1 10,9244 63,8161 52,8917 2,5210 22,7385
2 10,6984 65,6761 54,9777 3,0213 20,6043
3 10,7853 62,4254 51,6401 2,8827 23,9066

Contoh perhitungan :
1. Kadar air
KA = (a – b) / a * 100%
= (2,023 – (28,723 – 26,921)) / 2,023 * 100%
= 10,9244%
2. Kadar zat terbang
Kehilangan berat = (a + b) – c / a * 100%
= (2,023 + 26,921) – 27,653 / 2,023 * 100%
= 63,8161%
Kadar zat terbang = Kehilangan berat (%) – KA(%)
= 63,8161 – 10,9244
= 52,8917%
3. Kadar abu
Kadar abu = c – b / a * 100%
= 26,972 – 26,921 / 2,023 * 100%
= 2,5210%
4. Kadar karbon terikat
Kadar karbon terikat = 100 – (%KA + %Kadar abu + %Kadar zat menguap)
= 100 – (10,9244% + 2,5210% + 52,8917%)
= 22,7385%
BAB IV

PEMBAHASAN

Kadar air pada kayu secara umum merupakan kandungan air yang dinyatakan dengan
persentase berat kayu kering tanur. Pada arang, maka kadar air ini dapat dinyatakan sebagai
kandungan air yang tersisa dalam arang yang umumnya pada biomassa berperan dalam daya
tahan penyimpanan, nilai kalor bersih, pengapian diri, perancangan pabrik, perhitungan
jumlah untuk konsumsi boiler. Kadar abu dalam arang sebagai produk biomassa merupakan
residu sisa pembakaran yang memiliki sifat tidak mudah terbakar. (Yuliah, et al. 2017).
Kadar abu pada arang meliputi persentase oksida-oksida mineral dalam karbon yakni silicon,
sulfur, kalsium, dan komponen lain berjumlah kecil. Kadar abu diuji untuk memeriksa
apakah masih terdapat kandungan oksida logam dalam arang setelah dipanaskan setelah suhu
600 C. (Rahman, et al. 2018). Kadar air yang terkandung pada arang dapat dipengaruhi
terutama oleh suhu dan waktu ketika proses karbonisasi. (Hendrawan, et al. 2017) Kadar air
dapat menunjukkan sifat higroskopis dari arang. Kadar air juga dapat dipengaruhi oleh sifat
higroskopis arang, jumlah air yang terdapat di udara, lamanya proses pendinginan,
penggilingan, dan pengayakan. (Maulana, et al. 2017) sementara itu, kadar abu arang dapat
dipengaruhi oleh kandungan mineral yang terdapat dalam kayu yang digunakan (Salim, 2016)
Kadar zat mudah menguap didefinisikan sebagai persentase kandungan zat (volatile matter)
yang dapat menguap akibat dari proses dekomposisi senyawa-senyawa dalam arang selain
air. Kadar zat mudah menguap dapat disebabkan oleh reaksi antara karbon monok sida dengan
turunan alkohol. Selain itu, kadar zat mudah menguap juga dapat dipengaruhi oleh
penambahan komposisi arang, serta kesempurnaan dari proses karbonisasi yang dilakukan.
Tingginya kadar ini dapat disebabkan karena proses karbonisasi yang tidak op timal. Suhu dan
waktu pengarangan juga akan mempengaruhi kadar zat mudah menguap pada arang yang
semakin besar suhu dan semakin lama waktu pengarangan maka akan membuat kadar zat
mudah menguap semakin sedikit. (Arifah, 2017). Kadar karbon terikat dapat didefinisikan
sebagai persentase kandungan karbon yang diikat oleh arang yang dapat menentukan kualitas
dari arang tersebut, dengan nilai kadar karbon terikat yang semakin tinggi maka kualitas
arang yang dihasilkan juga semakin baik sebab dengan tingginya kad ar karbon terikat maka
asap yang dihasilkan lebih sedikit. (Sulistyaningkarti dan Utami, 2017). Kadar karbon terikat
pada arang dapat dipengaruhi selain oleh tinggi rendahnya kadar zat menguap dan kadar abu,
juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dan lignin dari bahan yang dapat terkonversi
menjadi karbon. Kadar karbon yang semakin rendah akan menunjukkan atom karbon yang
bereaksi dengan uap air menjadi gas karbon monoksida dan karbon dioksida. (Kusdarini, et
al. 2017).
Arang memiliki standar tertentu pada beberapa parameter. Pada praktikum ini
dilakukan pengujian arang pada empat parameter yakni kadar air, kadar abu, kadar zat mudah
menguap atau kadar zat terbang, serta kadar karbon terikat. Adapun standar mutu arang
menurut SNI 01-1683-1989 yakni sebagai berikut.
Karakteristik Syarat
Kadar air Maks. 6%
Kadar zat menguap Maks. 30%
Kadar abu Maks. 4%
Benda asing Maks. 1
Tertahan ayakan berlubang 6,35 cm Min. 90%
Lolos ayakan berlubang 3,18 cm Maks. 2%

Dari hasil pengujian arang, diperoleh hasil sebagai berikut,

Kode Kadar air Kehilangan Kadar zat Kadar abu (%) Kadar karbon
sampel (%) berat (%) terbang (%) terikat (%)
1 10,9244 63,8161 52,8917 2,5210 22,7385
2 10,6984 65,6761 54,9777 3,0213 20,6043
3 10,7853 62,4254 51,6401 2,8827 23,9066

Menurut standar SNI yang telah dilampirkan, dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel tidak
memenuhi standar pada parameter kadar air dan kadar zat menguap, hal ini ditunjukkan pada
hasil perhitungan kadar air yang melebihi 6% dan hasil perhitungan kadar zat menguap yang
melebihi 30%. Ketiga sampel tersebut hanya memenuhi standar pada kadar abu yang
terkandung yakni pada nilai di bawah 4%.
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut,

1. Pengujian kualitas arang berdasarkan kadar abu, kadar zat mudah terbang, kadar karbon
terikat, kadar air; dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
• Kadar air
KA = (a – b) / a * 100%
• Kadar zat terbang
Kehilangan berat = (a + b) – c / a * 100%
Kadar zat terbang = Kehilangan berat (%) – KA(%)
• Kadar abu
Kadar abu = c – b / a * 100%
• Kadar karbon terikat
Kadar karbon terikat= 100 – (%KA + %Kadar abu + %Kadar zat menguap)
2. Hasil pengujian arang menunjukkan bahwa ketiga sampel arang tidak memenuhi
standar kadar air dan kadar zat terbang, namun dari segi kadar abu, ketiga sampel yang
diuji telah sesuai standar.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Imas. 2019. Multimanfaat Arang dan Asap Cair dari Limbah Biomasa. Deepublish.
Sleman.

Arifah, Rena. 2017. Keberadaan Karbon Terikat dalam Briket Arang Dipengaruhi oleh Kadar
Abu dan Kadara Zat yang Menguap. Wahana Inovasi. 6(2): 365 – 377.

Hendrawan, Yusuf, Sandra Malin Sutan, dan Rizka Kreative Y.R. 2017. Pengaruh Variasi
Suhu Karbonisasi dan Konsentrasi Aktivator terhadap Karakteristik Karbon Aktif dari
AmpasTebu (Bagasse) Menggunakan Activating Agent NaCl. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem. 5(3): 200 – 207.

Kusdarini, Esthi, Agus Budianto, dan Desyana Ghafarunnisa. 2017. Produksi Karbon Aktif
dari Batubara BItuminus dengan Aktivasi Tunggal H 3PO4, Kombinasi H3PO4-
NH4HCO3, dan Termal. Reaktor. 17(2): 74 – 80.

Maulana, Gusti Gilang Ramadhan, Lya Agustina, dan Susi. 2017. Proses Aktivasi Arang
Aktif dari Cangkang Kemiri (Aleurites moluccana) dengan Variasi Jenis dan
Konsentrasi Aktivator Kimia. ZIRAA’AH. 42(3): 247 – 256.

Salim, Rais. 2016. Karakteristik dan Mutu Arang Kayu Jati (Tectona grandis) dengan Sistem
Pengarangan Campuran pada Metode Tungku Drum. Jurnal Riset Industri. 8(2): 53 –
64.

Sulistyaningkarti, Lilih dan Budi Utami. 2017. Pembuatan Briket Arang dari Limbah Organik
Tongkol Jagung dengan Menggunakan Variasi Jenis dan Persentase Perekat. Jurnal
Kimia dan Pendidikan Kimia. 2(1): 43 – 53.

Yuliah, Yayah, Sri Suryaningsih, dan Khoirima Ulfi. 2017. Penentuan Kadar Air Hilang dan
Volatile Matter pada Bio-Briket dari Campuran Arang Sekam Padi dan Batok Kelapa.
Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika. 1(1): 51 – 57.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai