ACARA II
PENGENALAN ALAT, CARA DAN PERHITUNGAN
PENGUJIAN ARANG
Disusun oleh:
Nama : Tantyo Dharmawan
NIM : 20/462061/KT/09444
Kloter :4
Kelompok : 51
1. Mengetahui cara pengujian kualitas arang (kadar abu, kadar zat mudah terbang,
kadar karbon terikat, kadar air, dan berat jenis)
2. Dapat menghitung dan menentukan kualitas arang
1 Funace
2 Timbangan
3 Oven
4 Cawan porselin
5 Arang
6 Parafin
1. Kadar air
Contoh uji arang Sampel dimasukkan Botol timbang
diambil kemudian ke botol timbang dimasukkan ke oven
ditimbang yang telah diketahui bersuhu 103 +- 2oC
berat awalnya
2. Berat jenis
Gunakan sampel Celup sampel ke Timbang gelas piala
parafin dan berisi aquades (W1),
ditimbang contoh uji dimasukkan
kembali (b) lalu timbang (W2)
Hitung Bj
𝑎
𝐵𝑗 =
(𝑏 − 𝑎ሻ
(𝑊2 − 𝑊1 − ( ሻሻ
0,9
3. Kadar abu
Sampel 1
(𝑎 + 𝑏ሻ −
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = 𝑥100%
𝑎
(2,023+26,921)−27,653
= 2,023 𝑥100%
= 63,816 %
Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai presentasi
kelemmbaban dalam arang dengan berat arang kering bebas air atau kering tanur
(Dahlen et al., 2011). Menurut Nurhayati dan Adalina (2009), kadar air arang kayu
dipengaruhi oleh waktu proses karbonisasi, dan kadar air bahan baku yang rendah
menunjukkan proses pembakaran lebih cepat. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa tidak
semua perlakuan dan interaksinya menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap kadar
air. Sebagai contoh adalah suhu pengarangan 400 C dengan waktu pengarangan 3 jam
sebesar 0,96% tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kadar air yang
dihasilkan pada suhu pengarangan 400 C dengan waktu pengarangan 4 jam sebesar
0,95%.
Abu adalah zat – zat anorganik yang berupa logam ataupun mineral yang
merupakan sisa setelah pembakaran sempurna. Semakin rendah kadar abu maka
kualitas arang yang dihasilkan semakin bagus (Junary et al., 2015). Besarnya nilai
karbon berbanding lurus dengan nilai kalor yang dihasilkan. Kadar karbon terikat
mempengaruhi kalor, semakin tinggi kadar karbon terikat maka semakin tinggi pula
nilai kalornya (Sarwono et al., 2013)
Standar mutu briket arang kayu menurut SNI adalah nilai kadar abu adalah
kurang dari atau sama dengan 8%, nilai kadar abu kurang dari atau sama dengan 8%,
nilai kadar zat terbang yakni kurang dari atau sama dengan 15% dan nilai karbon
terikat sebesar 65%. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa
nilai rata - rata kadar air ketiga sampel adalah sebesar 10,803 %, jika dibandingkan
dengan standar yakni 8 % maka nilai kadar air yang didapat jauh lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan air yang dimiliki sangat banyak dan mungkin
disebabkan oleh jenis kayu yang berbeda dan waktu pemrosesan yang kurang lama.
Nilai rerata kadar zat terbang pada ketiga sampel yakni 53,17 % jika dibandingkan
dengan standar SNI maka nilai kadar zat tebang jauh lebih tinggi. Nilai kadar abu
didapatkan sebesar 2,521%, 3,021%, dan 2,882%. jika dibandingkan dengan standar
maka sampel memiliki nilai yang lebih kecil dan menurut teori semakin kecil nilai
kadar abu semakin baik kualitas arangnya. Begitupun sebaliknya, apabila nilai
kandungan abu semakin tinggi maka kualitasnya akan semakin rendah karena
kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor dari arang. Salah satu
penyusun abu adalah silika, pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor arang yang
dihasilkan dan kadar abu yang tinggi akan mempersulit proses penyalaan arang. Nilai
kadar rata – rata karbon terikat sebesar 33,663%, 31,303%, dan 34,692%. Jika
dibandingkan dengan standar maka nilainya jauh dibawah standar. Kecilnya nilai yang
dihasilkan dikarenakan suhu yang dihasilkan lebih rendah sehingga komponen kadar
air, kadar zat tebang, dan kadar abu diperbesar. Kandungan kadar karbon terikat yang
terdapat dalam arang merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
menentukan kualitas arang, semakin tinggi nilai kadar karbon terikat maka semakin
baik pula kualitas arang yang dihasilkan. Begitupun sebaliknya, semakin rendah nilai
yang dihasilkan maka kualitasnya semakin buruk. Sehingga perlu diperbaiki saat
proses pembakaran arang dengan suhu yang sesuai agar arang yang dihasilkan mampu
memenuhi standar kualitas yang baik.
BAB V
KESIMPULAN
1. Cara pengujian kualitas arang dilakukan dengan menghitung kadar abu, kadar zat
mudah terbang, kadar karbon terikat, kadar air, dan berat jenis. Setelah diketahui
nilainya kemudian dibandingkan dengan standar nilai – nilai difat fisik-kimia briket
arang.
2. Cara menghitung dan menentukan kualitas arang yakni menggunakan rumus sebagai
berikut:
o 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟 𝑥 100 %
o Kadar zat terbang = Kehilangan berat (%) – Ka (%)
o Kadar abu = ((Furnace 600-berat cawan)/berat sampel) * 100%
Dahlen, J., Jones, P.D., Seale, R.D. and Shmulsky, R., 2012. Bending strength and stiffness
of in-grade Douglas-fir and southern pine No. 2 2× 4 lumber. Canadian Journal of
Forest Research, 42(5), pp.858-867.
Junary, E., Pane, J. P., dan Herlina, N. 2015. Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka
dan Penambahan Kapur dalam Pembuatan Briket Arang Berbahan Baku Pelepah Aren
(Arenga pinnata). Jurnal TeKnik Kimia, 4(2): 32-38.
Nurhayati, T. and Adalina, Y., 2009. Analisis teknis dan finansial produksi arang dan cuka
kayu dari limbah industri penggergajian dan pemanfaatannya. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan, 27(4), pp.337-351.
Purwanto, D., 2011. Arang dari Limbah Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq). Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(1), pp.57-66.
Sarwono dan Siswandi. 2013. Uji Sistem Pemberian Nutrisi dan Macam Media terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada (Latuca sativa L.) Hidroponik. J. Agronomika. 08 (01)
: 144-148.