Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN SEKUNDER KAYU

ACARA II
PENGENALAN ALAT, CARA DAN PERHITUNGAN
PENGUJIAN ARANG

Disusun oleh:
Nama : Tantyo Dharmawan
NIM : 20/462061/KT/09444
Kloter :4
Kelompok : 51

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengetahui cara pengujian kualitas arang (kadar abu, kadar zat mudah terbang,
kadar karbon terikat, kadar air, dan berat jenis)
2. Dapat menghitung dan menentukan kualitas arang

1.2 Manfaat praktikum


Manfaat dari praktikum ini adalah:

1 Mampu mengetahui cara pengujian kualitas arang


2 Mampu menghitung dan menentukan kualitas arang
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam acara ini adalah:

1 Funace
2 Timbangan
3 Oven
4 Cawan porselin
5 Arang
6 Parafin

2.2 Cara kerja


Cara kerja yang digunkan di praktikum ini adalah:

1. Kadar air
Contoh uji arang Sampel dimasukkan Botol timbang
diambil kemudian ke botol timbang dimasukkan ke oven
ditimbang yang telah diketahui bersuhu 103 +- 2oC
berat awalnya

Hitung kadar air dengan rumus: Timbang beratnya 2


𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑘𝑡 jam sekali sampai
𝐾𝑎 = 𝑥 100 % beratnya konstan
𝑏𝑘𝑡

2. Berat jenis
Gunakan sampel Celup sampel ke Timbang gelas piala
parafin dan berisi aquades (W1),
ditimbang contoh uji dimasukkan
kembali (b) lalu timbang (W2)

Hitung Bj
𝑎
𝐵𝑗 =
(𝑏 − 𝑎ሻ
(𝑊2 − 𝑊1 − ( ሻሻ
0,9
3. Kadar abu

Ambil contoh Keringkan cawan Masukkan sampel ke


uji kemudian dalam oven dan cawan, lalu masukkan
timbang (a) timbang berat cawan ke furnace bersuhu
kosongnya (b) 600oC selama 4 jam

Hitung kadar abu, rumus: Setelah dingin,


letakkan cawan di Setelah 4 jam, furnace
𝑐−𝑏 dibuka selama 1 menit
𝐾 𝑎𝑏𝑢 = 𝑥 100 % desikator dan
𝑎
timbang (c)

4. Kadar zat mudah menguap

Ambil contoh Keringkan cawan Masukkan sampel ke


uji kemudian dalam oven dan cawan, lalu masukkan
timbang (a) timbang berat cawan ke furnace bersuhu
kosongnya (b) 900oC selama 15 menit

Kehilangan berat= Setelah dingin,


Kadar zat menguap=
letakkan cawan di
Kehilangan berat%– Ka% (𝑎+𝑏ሻ−𝑐 desikator dan timbang
𝑎 x 100 %
(c)

5. Kadar karbon terikat


Kadar karbon terikat dihitung menggunakan rumus:
Kadar karbon terikat (%) = 100 – (%air+%abu+%zat menguap)
BAB III
DATA PRAKTIKUM

3.1 DATA PRAKTIKUM


Tabel 1. Data Pengujian Arang
Berat Cawan + Berat Cawan +
Kode Berat Berat Berat Cawan +
Kelompok Sampel Setelah Sampel Setelah
Sampel Cawan (g) Sampel (g) Sampel BKT
Furnace 600 'C Furnace 900 'C
1 26,921 2,023 28,723 26,972 27,653
GENAP 2 27,078 2,019 28,881 27,139 27,771
3 26,832 2,012 28,627 26,89 27,588

3.2 HASIL PERHITUNGAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan data seperti di atas.
Setelah didapatkan data maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk
menentukan kadar air, kadar zat terbang, kadar abu, kadar karbon terikat.
3.2.1 Kadar Air
Kode sampel Kadar Abu
1 10.924
2 10.698
3 10.785

Sampel 1 = 𝑎−𝑏 x 100% = 2,023−1,802 x 100% = 10,924 %


𝑎 2,023
𝑎−𝑏 2,019−1,803
Sampel 2 = x 100 % = x 100% = 10,698%
𝑎 2,019
Sampel 3 = 𝑎−𝑏 𝑥 100% = 2,012−1,795 x 100% = 10,785%
𝑎 2,012

3.2.2 Kadar Abu


Kode sampel Kadar Abu
1 2,521008403
2 3,021297672
3 2,882703777

Sampel 1 = 𝑐−𝑏 x 100% = 26,972−26,921 x 100% = 2,521%


𝑎 2,023

Sampel 2 = 𝑐−𝑏 x 100 % = 27,139−27,078 x 100% = 3,021%


𝑎 2,019

Sampel 3 = 𝑐−𝑏 𝑥 100% = 26,89−26,832 x 100% = 2,883%


𝑎 2,012

3.2.3 Kadar Zat Terbuang


Kode sampel Kehilangan berat Kadar Zat Menguap
1 63,81611468 52,89174493
2 65,67607727 54,97771174
3 62,42544732 51,64015905

Sampel 1
(𝑎 + 𝑏ሻ −
𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = 𝑥100%
𝑎
(2,023+26,921)−27,653
= 2,023 𝑥100%
= 63,816 %

𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝 = 𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 (%) − 𝐾𝑎 (%ሻ


= 63,816 – 10,924
= 52,892 %

3.2.4 Kadar Karbon Terikat


Kode sampel Kadar Karbon Terikat
1 33,66287692
2 31,30262506
3 34,69184891

Sampel 1 = 100 – (%Air + %Abu + % Zat menguap)


= 100 – (10,924 + 2,521 + 52,892)
= 33,663 %
BAB IV
PEMBAHASAN

Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang dinyatakan sebagai presentasi
kelemmbaban dalam arang dengan berat arang kering bebas air atau kering tanur
(Dahlen et al., 2011). Menurut Nurhayati dan Adalina (2009), kadar air arang kayu
dipengaruhi oleh waktu proses karbonisasi, dan kadar air bahan baku yang rendah
menunjukkan proses pembakaran lebih cepat. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa tidak
semua perlakuan dan interaksinya menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap kadar
air. Sebagai contoh adalah suhu pengarangan 400 C dengan waktu pengarangan 3 jam
sebesar 0,96% tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap kadar air yang
dihasilkan pada suhu pengarangan 400 C dengan waktu pengarangan 4 jam sebesar
0,95%.

Menurut Djatmiko (dalam Purwanto, 2011) arang kayu yang diperdagangkan di


pasaran Amerika Serikat mempunyai kadar zat terbang 18 - 22%, dan arang kayu untuk
industri peleburan timah di Bangka memiliki kadar zat terbang 33,40%. Rendahnya
suhu pengarangan 400 C dan waktu karbonisasi 2 jam dapat menyebabkan tingginya
kadar zat terbang, besarnya kadar zat terbang 23,68% dalam hal ini untuk arang serbuk
gergaji kayu juga disebabkan oleh rendahnya suhu karbonisasi 350 C. Besarnya nilai
kadar zat mudah menguap mempengaruhi nilai karbon terikat, semakin tinggi kadar zat
mudah menguap/kadar zat terbang maka semakin rendah kadar karbon terikatnya
(Sarwono et al., 2013).

Abu adalah zat – zat anorganik yang berupa logam ataupun mineral yang
merupakan sisa setelah pembakaran sempurna. Semakin rendah kadar abu maka
kualitas arang yang dihasilkan semakin bagus (Junary et al., 2015). Besarnya nilai
karbon berbanding lurus dengan nilai kalor yang dihasilkan. Kadar karbon terikat
mempengaruhi kalor, semakin tinggi kadar karbon terikat maka semakin tinggi pula
nilai kalornya (Sarwono et al., 2013)

Standar mutu briket arang kayu menurut SNI adalah nilai kadar abu adalah
kurang dari atau sama dengan 8%, nilai kadar abu kurang dari atau sama dengan 8%,
nilai kadar zat terbang yakni kurang dari atau sama dengan 15% dan nilai karbon
terikat sebesar 65%. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa
nilai rata - rata kadar air ketiga sampel adalah sebesar 10,803 %, jika dibandingkan
dengan standar yakni 8 % maka nilai kadar air yang didapat jauh lebih tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan air yang dimiliki sangat banyak dan mungkin
disebabkan oleh jenis kayu yang berbeda dan waktu pemrosesan yang kurang lama.
Nilai rerata kadar zat terbang pada ketiga sampel yakni 53,17 % jika dibandingkan
dengan standar SNI maka nilai kadar zat tebang jauh lebih tinggi. Nilai kadar abu
didapatkan sebesar 2,521%, 3,021%, dan 2,882%. jika dibandingkan dengan standar
maka sampel memiliki nilai yang lebih kecil dan menurut teori semakin kecil nilai
kadar abu semakin baik kualitas arangnya. Begitupun sebaliknya, apabila nilai
kandungan abu semakin tinggi maka kualitasnya akan semakin rendah karena
kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor dari arang. Salah satu
penyusun abu adalah silika, pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor arang yang
dihasilkan dan kadar abu yang tinggi akan mempersulit proses penyalaan arang. Nilai
kadar rata – rata karbon terikat sebesar 33,663%, 31,303%, dan 34,692%. Jika
dibandingkan dengan standar maka nilainya jauh dibawah standar. Kecilnya nilai yang
dihasilkan dikarenakan suhu yang dihasilkan lebih rendah sehingga komponen kadar
air, kadar zat tebang, dan kadar abu diperbesar. Kandungan kadar karbon terikat yang
terdapat dalam arang merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk
menentukan kualitas arang, semakin tinggi nilai kadar karbon terikat maka semakin
baik pula kualitas arang yang dihasilkan. Begitupun sebaliknya, semakin rendah nilai
yang dihasilkan maka kualitasnya semakin buruk. Sehingga perlu diperbaiki saat
proses pembakaran arang dengan suhu yang sesuai agar arang yang dihasilkan mampu
memenuhi standar kualitas yang baik.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah:

1. Cara pengujian kualitas arang dilakukan dengan menghitung kadar abu, kadar zat
mudah terbang, kadar karbon terikat, kadar air, dan berat jenis. Setelah diketahui
nilainya kemudian dibandingkan dengan standar nilai – nilai difat fisik-kimia briket
arang.
2. Cara menghitung dan menentukan kualitas arang yakni menggunakan rumus sebagai
berikut:
o 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑎𝑛𝑢𝑟 𝑥 100 %
o Kadar zat terbang = Kehilangan berat (%) – Ka (%)
o Kadar abu = ((Furnace 600-berat cawan)/berat sampel) * 100%

o Kadar karbon terikat = 100 - (%Air + %Abu + %Zat terbang)


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa sampel dengan nilai
kadar air tertinggi adalah sampel 1 dengan besar Ka 10,924%. Kadar abu tertinggi ada
pada sampel nomor 2 yaitu sebesar 3,021%. Kadar zat mudah terbang tertinggi ada
pada sampel nomor 2 sebesar 54,978%, dan kadar karbon terikat tertinggi yaitu pada
sampel 3 sebesar 34,691%. Jika dibandingkan dengan SNI maka hanya kadar abu
saja yang memenuhi standar, sehingga perlu dilakukan evaluasi dalam pembuatan
arang.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlen, J., Jones, P.D., Seale, R.D. and Shmulsky, R., 2012. Bending strength and stiffness
of in-grade Douglas-fir and southern pine No. 2 2× 4 lumber. Canadian Journal of
Forest Research, 42(5), pp.858-867.

Junary, E., Pane, J. P., dan Herlina, N. 2015. Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka
dan Penambahan Kapur dalam Pembuatan Briket Arang Berbahan Baku Pelepah Aren
(Arenga pinnata). Jurnal TeKnik Kimia, 4(2): 32-38.

Nurhayati, T. and Adalina, Y., 2009. Analisis teknis dan finansial produksi arang dan cuka
kayu dari limbah industri penggergajian dan pemanfaatannya. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan, 27(4), pp.337-351.

Purwanto, D., 2011. Arang dari Limbah Tempurung Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq). Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 29(1), pp.57-66.

Sarwono dan Siswandi. 2013. Uji Sistem Pemberian Nutrisi dan Macam Media terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Selada (Latuca sativa L.) Hidroponik. J. Agronomika. 08 (01)
: 144-148.

Anda mungkin juga menyukai