Latar Belakang
Kalibrasi yaitu memastikan hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh
suatu alat ukur dengan nilai yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Kalibrasi
merupakan rangkaian kegiatan pengukuran instrumen-instrumen ukur secara dengan
menggunakan perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan.
Kadar air merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk
menentukan kualitas bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan citarasa. Kadar air turut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan
pangan. Bakteri, kapang, dan khamir dapat berkembang dengan cepat pada bahan
pangan khususnya padi dengan kandungan air yang tinggi, sehingga akan terjadi
kerusakan pada bahan pangan. Kadar air memegang peranan penting karena aktivitas
air menyebabkan terjadinya proses pembusukan. Selain menyebabkan kerusakan
mikrobiologis, kadar air yang tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan kimiawi dan
enzimatis pada bahan pangan (Kaleta et al 2013).
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Melakukan pengukuran kadar air dengan alat ukur
2. Melakukan kalibrasi alat ukur kadar air menggunakan motede oven
BAB II
PROSEDUR PRAKTIKUM
( B−A )−(C− A)
¿ x 100 %
(B−A )
Persamaan 2:
%bb (basis kering) = {(berat awal – berat akhir)/(berat akhir)} x 100% atau
( B−A )−(C− A)
¿ x 100 %
(C− A)
Hidupkan alat
BAB III
HASIL
Metode Oven
Kadar Air Tinggi
Berat cawan + Berat cawan +
berat
ulangan No cawan bahan ( sebelum bahan ( setelah
cawan (g)
oven) (g) oven) (g)
1 2 3 4 5
1 49 2.3493 7.3916 6.3072
2 53 2.4522 7.4848 6.4297
3 51 2.3940 7.3935 6.4162
4 6 2.3240 7.3244 6.2707
5 66 2.3340 7.4907 6.4331
Metode Oven
Kadar Air Rendah
Berat cawan + Berat cawan +
berat
ulangan No cawan bahan ( sebelum bahan ( setelah
cawan (g)
oven) (g) oven) (g)
1 55 2.2749 7.5923 7.0206
2 23 2.2874 7.3616 6.8106
3 c2 3.3669 8.4122 7.8644
4 d3 3.3156 8.3370 7.7981
5 24 4.0519 9.0561 8.5195
1. Crown x Oven
Crown Oven
Crown x Oven
23.4 21.5061
Kadar Air Oven
25
20.8 20.9653
f(x) = 1.11157328223817 x − 3.03319713324976
Tinggi 20.9 19.5480 20
R² = 0.976855757202852
21.2 21.0723 15
20 20.5092 10
12.4 10.7515
5
12.6 10.8589
0
Rendah 12.6 10.8576 10 12 14 16 18 20 22 24 26
12.9 10.7321
Kadar Air Crown
12.2 10.7230
Nilai kadar air oven didapatkan dari perhitungan rumus %bb yaitu:
%bb (basis basah) = {(berat awal – berat akhir)/(berat awal)} x 100% atau
( B−A )−(C− A)
¿ x 100 %
(B−A )
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, didapatkan nilai pada
oven dengan kadar air tinggi yaitu sebesar 21.5061, 20.9653, 19.5480, 21.0723, dan
20.5092. Kadar air rendah yaitu sebesar 10.7515, 10.8589, 10.8576, 10.7321, dan
10.7230. Sementara itu hasil pengukuran menggunakan alat kadar air Crown sudah
tersedia pada tabel. Pada grafik terlihat dua kelompok utama yaitu kelompok kadar
air tinggi dan kadar air rendah. Persamaannya yaitu y = 1.1116x - 3.0332, dengan
nilai determinasi sebesar R² = 0.9769.
2. Kett x Oven
17.9 20.5092 10
11.2 10.7515 5
12.2 10.8589 0
Rendah 12.2 10.8576 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
12.1 10.7321 Kadar Air Kett
12.1 10.7230
3. Grainer x Oven
Grainer Oven
20.7 21.5061
Grainer x Oven
Kadar Air Oven
10
0
8 10 12 14 16 18 20 22
20.8 21.0723
21 20.5092
10.2 10.7515
10.5 10.8589
Rendah 10.3 10.8576
10.1 10.7321
10.3 10.7230
BAB IV
PEMBAHASAN
Kalibrasi alat ukur kadar air dapat dilakukan dengan metode oven, yaitu dengan
mengukur kadar air pada bahan uji, kemudian dikelompokkan antara yang tinggi dan
rendah, lalu dibandingkan dengan hasil dari metode oven dengan pembuatan grafik,
yang kemudian diperoleh persamaan y = ax +b dan juga nilai R2.
Sesuai dengan literatur, yaitu menurut Schmidt (2000), pengukuran kadar air
di laboratorium biasanya dilakukan dengan menggunakan metode oven yang
merupakan metode secara langsung. Metode
ini juga dapat digunakan untuk mengkalibrasi moisture tester sebagai pengukur tidak
langsung kandungan air dalam suatu benih. Metode tidak langsung ini memberikan
hasil yang cukup cepat, misalnya untuk menentukan perlu tidaknya pengeringan lebih
lanjut.
Tingkat ketelitian alat menggunakan Crown moisture testing adalah sebesar 97.69%
berdasarkan nilai dari koefisien determinasi sebesar R2 = 0.9769 dan persamaannya
yaitu y = 1.1116x - 3.0332.
Tingkat ketelitian alat menggunakan Kett moisture testing adalah sebesar 98.46%
berdasarkan nilai dari koefisien determinasi sebesar R2 = 0.9846 dan persamaannya
yaitu y = 1.6457x - 8.8503.
Tingkat ketelitian alat menggunakan Grainer moisture testing adalah sebesar 98.51%
berdasarkan nilai dari koefisien determinasi sebesar R2 = 0.9851 dan persamaannya
yaitu y = 0.9288x + 1.2544.
B. Bila kadar air yang terukur pada alat adalah 12%, berapa sesungguhnya
kadar air bahan berdasarkan nilai kalibrasi masing-masing alat.
1. Jika pada Crown moisture testing = 12%, maka dengan menggunakan persamaan y
= 1.1116x - 3.0332, maka perhitungannya adalah:
Diket : x = 12
Jawab : y = 1.1116x - 3.0332
y = 1.1116 (12) - 3.0332
y = 10.306
Karena kadar air sesungguhnya pada bahan adalah kadar air berat basah (bb), dan
pada grafik hanya menggunakan hasil perhitungan berat basah, maka nilai y dapat
dinyatakan sebagai kadar air sesungguhnya, yaitu sebesar 10.3%.
2. Jika pada Kett moisture testing = 12%, maka dengan menggunakan persamaan y =
1.6457x - 8.8503, maka perhitungannya adalah:
Diket : x = 12
Jawab : y = 1.6457x - 8.8503
y = 1.6457 (12) - 8.8503
y = 10.8981
Karena kadar air sesungguhnya pada bahan adalah kadar air berat basah (bb), dan
pada grafik hanya menggunakan hasil perhitungan berat basah, maka nilai y dapat
dinyatakan sebagai kadar air sesungguhnya, yaitu sebesar 10.9%.
3. Jika pada Grainer moisture testing = 12%, maka dengan menggunakan persamaan
y = 0.9288x + 1.2544, maka perhitungannya adalah:
Diket : x = 12
Jawab : y = 0.9288x + 1.2544
y = 0.9288 (12) + 1.2544
y = 12.4
Karena kadar air sesungguhnya pada bahan adalah kadar air berat basah (bb), dan
pada grafik hanya menggunakan hasil perhitungan berat basah, maka nilai y dapat
dinyatakan sebagai kadar air sesungguhnya, yaitu sebesar 12.4%.
C. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing alat ukur berdasarkan
prinsip kerjanya (prinsip kerja tahanan dan kapasitor)
Alat ukur kadar air yang menggunakan prinsip kerja kapasitor adalah Grain
moisture tester, sedangkan yang menggunakan prinsip kerja tahanan adalah Crown
moisture testing dan Kett moisture tester. Jika dibandingkan antara prinsip kerja
tahanan dan kapasitor, maka prinsip tipe kapasitansi adalah menempatkan bahan pada
dua plat kapasitor dan kandungan air berakibat pada sifat dielektrikal, sample air yang
terukur sebanding dengan nilai kapasitan pada bahan tersebut. Sementara pada tipe
resistansi, kadar air yang terukur berbanding terbalik dengan nilai resistan bahan yang
diukur (Fahroji et al 2016).
Alat yang menggunakan prinsip kapasitor sangat memperhatikan berat
bahan yang diuji, hal inilah yang menyebabkan pada alat Grain moisture tester
terdapat data klasifikasi dari biji-bijian yang berbeda. Bahan yang diuji tidak boleh
melebihi atau kurang dari ukuran yang terdapat pada data karena akan
mempengaruhi ketelitian dari alat tersebut. Salah satu kelebihannya adalah tidak
merusak bahan karena hanya perlu ditimbang saja (non destruktif). Sementara untuk
alat berprinsip tahanan, diperlukan tekanan pada bahan hingga bahan menjadi hancur
untuk mendapatkan nilai kadar airnya. Ini menjadi salah satu kekurangan dari alat
tersebut (destruktif).
Selain itu kelebihan dan kekurangan lainnya dari masing-masing alat adalah:
1. Kelebihan yang dimiliki Crown moisture testing yaitu hanya membutuhkan sedikit
sampel, alatnya relatif kecil dan hanya menggunakan baterai sehingga bisa dibawa-
bawa. Merupakan alat digital, sehingga lebih mudah dalam membaca hasil
pengukuran, tidak ada kesalahan parallax.
Kekurangannya yaitu merusak bahan (destruktif), dan terbatas hanya 6 jenis bahan
saja.
2. Kelebihan yang dimiliki oleh Kett moisture testing adalah hanya membutuhkan
sedikit sampel
Kekurangannya yaitu membutuhkan proses yang lebih lama karena sampel harus
dihancurkan dan ditekan, merusak bahan (destruktif), hanya untuk biji-bijian yang
kecil, karena wadah ujinya kecil, masih menggunakan listrik dan ukurannya cukup
besar sehingga tidak praktis untuk dibawa kemana-mana. Selain itu hasil
pengukurannya masih analog, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan nilai secara
pasti (ada kemungkinan kesalahan parallax).
3. Kelebihan yang dimiliki oleh Grainer moisture testing yaitu tidak merusak sampel
(non-destruktif), banyak produk yang dapat diukur kadar airnya (ada klasifikasinya).
Merupakan alat digital, sehingga lebih mudah dalam membaca hasil pengukuran,
tidak ada kesalahan parallax.
D. Bagaimana cara mengkonversi alat dari basis basah ke basis kering? Dan
berikan contohnya!
Wm
m= Wm=m x (Wm+ Wd)
Wm+Wd
Wm
M= Wm=M x Wd
Wd
Maka:
Sehingga:
m x (Wm+Wd )
M=
Wd
m M
M= dan m= Maka untuk mengkonversi basis basah ke basis
1−m 1+ M
kering dapat menggunakan rumus:
m
M=
1−m
m
M=
1−m
0.234
M=
1−0.234
m
M=
1−m
0.183
M=
1−0.183
m
M=
1−m
0.207
M=
1−0.207
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Fahroji dan Hendri. 2016. Kinerja beberapa tipe moisture meter dalam penentuan
kadar air padi. Jurnal Lahan Suboptimal. Vol. 5, No.1: 62-70.
http://www.jlsuboptimal.unsri.ac.id/