Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENANGANAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Kalibrasi Alat Ukur Kadar Air

Alifah Maulidiyah (F1502201001)


Tanggal praktikum: 18 Februari 2021
Teknologi Pascapanen

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kalibrasi yaitu memastikan hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh
suatu alat ukur dengan nilai yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Kalibrasi
merupakan rangkaian kegiatan pengukuran instrumen-instrumen ukur secara dengan
menggunakan perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan.
Kadar air merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk
menentukan kualitas bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan citarasa. Kadar air turut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan
pangan. Bakteri, kapang, dan khamir dapat berkembang dengan cepat pada bahan
pangan khususnya padi dengan kandungan air yang tinggi, sehingga akan terjadi
kerusakan pada bahan pangan. Kadar air memegang peranan penting karena aktivitas
air menyebabkan terjadinya proses pembusukan. Selain menyebabkan kerusakan
mikrobiologis, kadar air yang tinggi juga dapat menyebabkan kerusakan kimiawi dan
enzimatis pada bahan pangan (Kaleta et al 2013).

Pada umumnya, kadar air biji-


bijian akan selalu berubah
mengikuti perubahan kelembaban
udara sekitarnya untuk mencapai
kadar air kesetimbangan pada
tingkat kelembaban tersebut. Pada
kadar air kesetimbangan, maka air
dalam biji-bijian tidak akan menguap
ke lingkungan dan juga tidak
akan menyerap air dari lingkungan
pada titik kadar air dan RH tertentu
Pada umumnya, kadar air biji-
bijian akan selalu berubah
mengikuti perubahan kelembaban
udara sekitarnya untuk mencapai
kadar air kesetimbangan pada
tingkat kelembaban tersebut. Pada
kadar air kesetimbangan, maka air
dalam biji-bijian tidak akan menguap
ke lingkungan dan juga tidak
akan menyerap air dari lingkungan
pada titik kadar air dan RH tertentu
Penting untuk mempelajari cara yang berbeda dalam menentukan kadar air
untuk mengetahui kehandalan masing-masing alat seperti akurasi dan presisi. Kadar
air dapat ditentukan dengan metode primer yaitu berdasarkan pengukuran berat
seperti metode oven kering atau infra red atau metode sekunder yaitu menggunakan
peralatan elektronik dengan memanfaatkan karakteristik elektronik bahan. Alat yang
digunakan dalam metode sekunder ini ada dua yaitu tipe kapasitansi dan resistansi
(Fahroji et al 2016).

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum kali ini adalah:
1. Melakukan pengukuran kadar air dengan alat ukur
2. Melakukan kalibrasi alat ukur kadar air menggunakan motede oven

Alat dan Bahan


Alat : Oven, timbangan analitik, Grain moisture tester, Crown moisture tester, Kett

moisture tester, cawan, desikator,


Bahan : Gabah kadar air rendah (13-17% bb) dan gabah kadar air tinggi (20-30% bb)

BAB II
PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Prosedur Pengukuran Kadar Air


A. Pengukuran Metode Primer (Metode langsung)

Keringkan cawan kosong dalam oven


Siapkan alat dan bahan
pada suhu 105oC selama 15 menit

Dinginkan cawan dalam desikator


selama 10 menit

Beri label pada cawan dan ditimbang


.
sebagai berat A gram

Timbang sampel secara acak


sebanyak 5 -10 gr

Masukkan sampel ke dalam cawan


dan timbang sebagai berat B gram

Oven cawan + sampel selama 72 jam


pada suhu 100oC
Dinginkan cawan + sampel dalam
desikator

Timbang cawan + sampel sebagai


berat C gram
Persamaan 1:
%bb (basis basah) = {(berat awal – berat akhir)/(berat awal)} x 100% atau

( B−A )−(C− A)
¿ x 100 %
(B−A )
Persamaan 2:
%bb (basis kering) = {(berat awal – berat akhir)/(berat akhir)} x 100% atau

( B−A )−(C− A)
¿ x 100 %
(C− A)

B. Metode Sekunder (metode tidak langsung)


A. Crown Moisture Tester

Pasang baterai pada alat

Pasang handel penggerus pada alat

Hidupkan alat

Pilih jenis sampel yang akan diukur,


tekan tombol select

Masukkan sampel satu layer pada


wadah tempat sampel

Masukkan sampel ke unit ukur

Putar handle penggerus hingga tidak


dapat diputar
Tekan tombol measure

B. Kett Moisture Tester


Keluarkan sampel dan bersihkan alat

Nyalakan alat (tuas posisi on dan


lampu indicator menyala)

Putar pengaturan A hingga jarum


sampai di A

Ambil sampel gabah (1 sendok)

Masukkan ke tempat penggiling

Tutup dan putar tuas penggiling

Dikeluarkan lalu dimasukkan ke


tempat sampel pengukuran

Masukkan sampel ke ruang


pengukuran

Tekan tuas hingga jarum display


menunjukkan kadar air gabah

Bersihkan tempat sampel dan


penggiling dengan sikat pembersih
C. Grainer II
Timbang sampel gabah (110 g)

Hidupkan unit pengukur kadar air


(tekan tombol select & angka 32)

Tekan tombol MEA hingga muncul


tulisan pour

Masukkan sampel gabah

Ratakan sampel yang diukur

Muncul nilai kadar air

2. Prosedur Kalibrasi Alat Ukur

Buat grafik korelasi nilai kadar air


(metode primer dan sekunder)

Gambar sumbu X sebagai nilai KA


alat, dan Y sebagai nilai KA oven

Buat garis regresi pada excel


Munculkan informasi persamaan regresi linier,
nilai koefisien korelasi dan determinasi

BAB III
HASIL

Metode Oven
Kadar Air Tinggi
Berat cawan + Berat cawan +
berat
ulangan No cawan bahan ( sebelum bahan ( setelah
cawan (g)
oven) (g) oven) (g)
1 2 3 4 5
1 49 2.3493 7.3916 6.3072
2 53 2.4522 7.4848 6.4297
3 51 2.3940 7.3935 6.4162
4 6 2.3240 7.3244 6.2707
5 66 2.3340 7.4907 6.4331

Metode Oven
Kadar Air Rendah
Berat cawan + Berat cawan +
berat
ulangan No cawan bahan ( sebelum bahan ( setelah
cawan (g)
oven) (g) oven) (g)
1 55 2.2749 7.5923 7.0206
2 23 2.2874 7.3616 6.8106
3 c2 3.3669 8.4122 7.8644
4 d3 3.3156 8.3370 7.7981
5 24 4.0519 9.0561 8.5195

Data Crown moisture tester


Alat Crown
Ulanga
n KA rendah KA tinggi
1 12.4 23.4
2 12.6 20.8
3 12.6 20.9
4 12.9 21.2
5 12.2 20

Data Kett moisture tester


Alat Kett
Ulangan KA rendah KA tinggi
1 11.2 18.3
2 12.2 17.5
3 12.2 17.8
4 12.1 18.3
5 12.1 17.9

Data Grain moisture tester


Alat Grainer II
Ulangan KA rendah KA tinggi
1 10.2 20.7
2 10.5 20.9
3 10.3 21.3
4 10.1 20.8
5 10.3 21

1. Crown x Oven

Crown Oven
Crown x Oven
23.4 21.5061
Kadar Air Oven

25
20.8 20.9653
f(x) = 1.11157328223817 x − 3.03319713324976
Tinggi 20.9 19.5480 20
R² = 0.976855757202852
21.2 21.0723 15
20 20.5092 10
12.4 10.7515
5
12.6 10.8589
0
Rendah 12.6 10.8576 10 12 14 16 18 20 22 24 26
12.9 10.7321
Kadar Air Crown
12.2 10.7230

Nilai kadar air oven didapatkan dari perhitungan rumus %bb yaitu:

%bb (basis basah) = {(berat awal – berat akhir)/(berat awal)} x 100% atau
( B−A )−(C− A)
¿ x 100 %
(B−A )
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, didapatkan nilai pada
oven dengan kadar air tinggi yaitu sebesar 21.5061, 20.9653, 19.5480, 21.0723, dan
20.5092. Kadar air rendah yaitu sebesar 10.7515, 10.8589, 10.8576, 10.7321, dan
10.7230. Sementara itu hasil pengukuran menggunakan alat kadar air Crown sudah
tersedia pada tabel. Pada grafik terlihat dua kelompok utama yaitu kelompok kadar
air tinggi dan kadar air rendah. Persamaannya yaitu y = 1.1116x - 3.0332, dengan
nilai determinasi sebesar R² = 0.9769.

2. Kett x Oven

  Kett Oven Kett x Oven


18.3 21.5061
Kadar Air Oven
25
17.5 20.9653
20 f(x) = 1.64566748011652 x − 8.85033749116672
Tinggi 17.8 19.5480 R² = 0.984639615882946
18.3 21.0723 15

17.9 20.5092 10
11.2 10.7515 5
12.2 10.8589 0
Rendah 12.2 10.8576 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
12.1 10.7321 Kadar Air Kett
12.1 10.7230

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus berat basah, maka didapatkan


nilai pada oven dengan kadar air tinggi yaitu sebesar 21.5061, 20.9653, 19.5480,
21.0723, dan 20.5092. Kadar air rendah yaitu sebesar 10.7515, 10.8589, 10.8576,
10.7321, dan 10.7230. Sementara itu hasil pengukuran menggunakan alat kadar air
Crown sudah tersedia pada tabel. Pada grafik terlihat dua kelompok utama yaitu
kelompok kadar air tinggi dan kadar air rendah. Persamaannya yaitu y = 1.6457x -
8.8503, dengan nilai determinasi sebesar R² = 0.9846.

3. Grainer x Oven

  Grainer Oven
20.7 21.5061
Grainer x Oven
Kadar Air Oven

Tinggi 20.9 20.9653 25

21.3 19.5480 20 f(x) = 0.92876011069266 x + 1.25444600866286


R² = 0.98508236418361
15

10

0
8 10 12 14 16 18 20 22
20.8 21.0723
21 20.5092
10.2 10.7515
10.5 10.8589
Rendah 10.3 10.8576
10.1 10.7321
10.3 10.7230

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus berat basah, maka didapatkan


nilai pada oven dengan kadar air tinggi yaitu sebesar 21.5061, 20.9653, 19.5480,
21.0723, dan 20.5092. Kadar air rendah yaitu sebesar 10.7515, 10.8589, 10.8576,
10.7321, dan 10.7230. Sementara itu hasil pengukuran menggunakan alat kadar air
Grainer sudah tersedia pada tabel. Pada grafik terlihat dua kelompok utama yaitu
kelompok kadar air tinggi dan kadar air rendah. Persamaannya yaitu y = 0.9288x +
1.2544, dengan nilai determinasi sebesar R² = 0.9851.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil kalibrasi berdasarkan nilai determinasi dan persamaan yang dihasilkan


oleh masing-masing alat.

Kalibrasi alat ukur kadar air dapat dilakukan dengan metode oven, yaitu dengan
mengukur kadar air pada bahan uji, kemudian dikelompokkan antara yang tinggi dan
rendah, lalu dibandingkan dengan hasil dari metode oven dengan pembuatan grafik,
yang kemudian diperoleh persamaan y = ax +b dan juga nilai R2.

Sesuai dengan literatur, yaitu menurut Schmidt (2000), pengukuran kadar air
di laboratorium biasanya dilakukan dengan menggunakan metode oven yang
merupakan metode secara langsung. Metode
ini juga dapat digunakan untuk mengkalibrasi moisture tester sebagai pengukur tidak
langsung kandungan air dalam suatu benih. Metode tidak langsung ini memberikan
hasil yang cukup cepat, misalnya untuk menentukan perlu tidaknya pengeringan lebih
lanjut.

Tingkat ketelitian alat menggunakan Crown moisture testing adalah sebesar 97.69%
berdasarkan nilai dari koefisien determinasi sebesar R2 = 0.9769 dan persamaannya
yaitu y = 1.1116x - 3.0332.
Tingkat ketelitian alat menggunakan Kett moisture testing adalah sebesar 98.46%
berdasarkan nilai dari koefisien determinasi sebesar R2 = 0.9846 dan persamaannya
yaitu y = 1.6457x - 8.8503.

Tingkat ketelitian alat menggunakan Grainer moisture testing adalah sebesar 98.51%
berdasarkan nilai dari koefisien determinasi sebesar R2 = 0.9851 dan persamaannya
yaitu y = 0.9288x + 1.2544.

B. Bila kadar air yang terukur pada alat adalah 12%, berapa sesungguhnya
kadar air bahan berdasarkan nilai kalibrasi masing-masing alat.

1. Jika pada Crown moisture testing = 12%, maka dengan menggunakan persamaan y
= 1.1116x - 3.0332, maka perhitungannya adalah:
Diket : x = 12
Jawab : y = 1.1116x - 3.0332
y = 1.1116 (12) - 3.0332
y = 10.306
Karena kadar air sesungguhnya pada bahan adalah kadar air berat basah (bb), dan
pada grafik hanya menggunakan hasil perhitungan berat basah, maka nilai y dapat
dinyatakan sebagai kadar air sesungguhnya, yaitu sebesar 10.3%.

2. Jika pada Kett moisture testing = 12%, maka dengan menggunakan persamaan y =
1.6457x - 8.8503, maka perhitungannya adalah:
Diket : x = 12
Jawab : y = 1.6457x - 8.8503
y = 1.6457 (12) - 8.8503
y = 10.8981
Karena kadar air sesungguhnya pada bahan adalah kadar air berat basah (bb), dan
pada grafik hanya menggunakan hasil perhitungan berat basah, maka nilai y dapat
dinyatakan sebagai kadar air sesungguhnya, yaitu sebesar 10.9%.

3. Jika pada Grainer moisture testing = 12%, maka dengan menggunakan persamaan
y = 0.9288x + 1.2544, maka perhitungannya adalah:
Diket : x = 12
Jawab : y = 0.9288x + 1.2544
y = 0.9288 (12) + 1.2544
y = 12.4
Karena kadar air sesungguhnya pada bahan adalah kadar air berat basah (bb), dan
pada grafik hanya menggunakan hasil perhitungan berat basah, maka nilai y dapat
dinyatakan sebagai kadar air sesungguhnya, yaitu sebesar 12.4%.
C. Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing alat ukur berdasarkan
prinsip kerjanya (prinsip kerja tahanan dan kapasitor)

Alat ukur kadar air yang menggunakan prinsip kerja kapasitor adalah Grain
moisture tester, sedangkan yang menggunakan prinsip kerja tahanan adalah Crown
moisture testing dan Kett moisture tester. Jika dibandingkan antara prinsip kerja
tahanan dan kapasitor, maka prinsip tipe kapasitansi adalah menempatkan bahan pada
dua plat kapasitor dan kandungan air berakibat pada sifat dielektrikal, sample air yang
terukur sebanding dengan nilai kapasitan pada bahan tersebut. Sementara pada tipe
resistansi, kadar air yang terukur berbanding terbalik dengan nilai resistan bahan yang
diukur (Fahroji et al 2016).
Alat yang menggunakan prinsip kapasitor sangat memperhatikan berat
bahan yang diuji, hal inilah yang menyebabkan pada alat Grain moisture tester
terdapat data klasifikasi dari biji-bijian yang berbeda. Bahan yang diuji tidak boleh
melebihi atau kurang dari ukuran yang terdapat pada data karena akan
mempengaruhi ketelitian dari alat tersebut. Salah satu kelebihannya adalah tidak
merusak bahan karena hanya perlu ditimbang saja (non destruktif). Sementara untuk
alat berprinsip tahanan, diperlukan tekanan pada bahan hingga bahan menjadi hancur
untuk mendapatkan nilai kadar airnya. Ini menjadi salah satu kekurangan dari alat
tersebut (destruktif).

Selain itu kelebihan dan kekurangan lainnya dari masing-masing alat adalah:

1. Kelebihan yang dimiliki Crown moisture testing yaitu hanya membutuhkan sedikit
sampel, alatnya relatif kecil dan hanya menggunakan baterai sehingga bisa dibawa-
bawa. Merupakan alat digital, sehingga lebih mudah dalam membaca hasil
pengukuran, tidak ada kesalahan parallax.

Kekurangannya yaitu merusak bahan (destruktif), dan terbatas hanya 6 jenis bahan
saja.

2. Kelebihan yang dimiliki oleh Kett moisture testing adalah hanya membutuhkan
sedikit sampel

Kekurangannya yaitu membutuhkan proses yang lebih lama karena sampel harus
dihancurkan dan ditekan, merusak bahan (destruktif), hanya untuk biji-bijian yang
kecil, karena wadah ujinya kecil, masih menggunakan listrik dan ukurannya cukup
besar sehingga tidak praktis untuk dibawa kemana-mana. Selain itu hasil
pengukurannya masih analog, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan nilai secara
pasti (ada kemungkinan kesalahan parallax).

3. Kelebihan yang dimiliki oleh Grainer moisture testing yaitu tidak merusak sampel
(non-destruktif), banyak produk yang dapat diukur kadar airnya (ada klasifikasinya).
Merupakan alat digital, sehingga lebih mudah dalam membaca hasil pengukuran,
tidak ada kesalahan parallax.

Kekurangannya yaitu dalam setiap pengukuran dibutuhkan lebih banyak sampel.

D. Bagaimana cara mengkonversi alat dari basis basah ke basis kering? Dan
berikan contohnya!

Konversi alatnya yaitu dengan menggunakan rumus:

Wm
m= Wm=m x (Wm+ Wd)
Wm+Wd

Wm
M= Wm=M x Wd
Wd

Maka:

M x Wd=m x (Wm+ Wd)

Sehingga:

m x (Wm+Wd )
M=
Wd

Karena Wm+Wd=1 , maka:

m M
M= dan m= Maka untuk mengkonversi basis basah ke basis
1−m 1+ M
kering dapat menggunakan rumus:

m
M=
1−m

Diket: m = kadar air basis basah (%)


M = kadar air kering (%)
Wm = berat air dalam bahan (gr)
Wd = berat bahan kering
Contoh:

1. Konversi pada alat Crown moisture tester:


Data m = 23.4 % bb
Dit = M (% bk)?
23.4
Jawab: m= =0.234
100

m
M=
1−m
0.234
M=
1−0.234

M =0.305 4 M =0.305 x 100 %


M =30.5 % bk
2. Konversi pada alat Kett moisture tester:
Data m = 18.3 % bb
Dit = M (% bk)?
18.3
Jawab: m= =0.183
100

m
M=
1−m
0.183
M=
1−0.183

M =0. 2239 M =0.224 x 100 %


M =22.4 % bk
3. Konversi pada alat Grain moisture tester:
Data m = 20.7 % bb
Dit = M (% bk)?
20.7
Jawab: m= =0.207
100

m
M=
1−m
0.207
M=
1−0.207

M =0. 261 M =0.261 x 100 %


M =26.1 % bk
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa


kesimpulan, yaitu:
1. Kalibrasi alat ukur kadar air dapat dilakukan dengan metode oven, hingga
diperoleh persamaan y = ax +b dan juga nilai R2.
2. Tingkat ketelitian masing-masing alat ukur kadar air yaitu Crown moisture
tester sebesar 97.69%, Kett moisture tester sebesar 98.46%, Grain moisture
tester sebesar 98.51%, sehingga dapat diketahui bahwa alat yang memiliki
tingkat ketelitian paling tinggi adalah Grain moisture tester.
3. Nilai kadar air sesungguhnya pada bahan yang diukur menggunakan alat
dapat diketahui dari persamaan yang terdapat pada grafik. Pada alat Crown
moisture tester yaitu y = 1.1116x - 3.0332, pada Kett moisture tester yaitu y =
1.6457x - 8.8503, dan Grain moisture tester yaitu y = 0.9288x + 1.2544.
Kadar air yang ingin diuji adalah x, dan kadar air sesungguhnya adalah y.
4. Setiap alat ukur kadar air memiliki prinsip kerja yang berbeda, dan masing-
masing prinsip kerja tersebut sama-sama mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Sehingga untuk penggunaanya perlu disesuaikan dengan
kebutuhan.
5. Alat ukur kadar air dapat dikonversi dari kadar air tinggi ke kadar air rendah
m(%bb)
menggunakan persamaan: M (%bk )=
1−m(%bb)

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Fahroji dan Hendri. 2016. Kinerja beberapa tipe moisture meter dalam penentuan
kadar air padi. Jurnal Lahan Suboptimal. Vol. 5, No.1: 62-70.
http://www.jlsuboptimal.unsri.ac.id/

Kaleta, Agnieszka dan Górnicki, Krzysztof. 2013. Kriteria of determination of safe


grain storage time-a review. In Advances in Agrophysical Research (pp. 295-
318). InTech Publisher. http://dx.doi.org/10.5772/52235
Schmidt, Lars Holger. 2000. Guide to handling of tropical and subtropical forest seed.
Danida Forest Seed Centre. Denmark (DK). University of Copenhagen.
http://scholar.google.com/citations?user=7REBkgYAAAAJ&hl=id

Anda mungkin juga menyukai