Anda di halaman 1dari 207

PERCOBAAN I

PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH


(ASTM D 2216: SNI 1965:2008)

1.1 MAKSUD

Maksud uji penentuan kadar air tanah adalah untuk memeriksa kadar air
suatu contoh tanah. Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam tanah dan berat kering tanah yang dinyatakan dalam
persen.Tujuan uji kadar air ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi
perilaku material dan sifatnya, pada tanah kohesif konsistensi tanah tergantung
dari nilai kadar airnya.

1.2 PERALATAN

a. Dua cawan tempat benda uji.


b. Oven pengering: dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat memelihara
keseragaman temperatur 110ºC.
c. Desikator untuk menstabilkan suhu cawan.
d. Timbangan semua timbangan yang memiliki ketelitian 0,01 gram
diperlukan untuk benda uji dengan berat maksimum 200 gram (termasuk
berat cawan tempat benda uji) dan timbangan yang memiliki ketelitian 0,1
gram diperlukan untuk benda uji dengan berat lebih dari 200 gram.
e. Saringan lolos No.4.
f. Peralatan lain seperti sendok, kaos tangan dan lainya(jika ingin
menggunakan).

1.3 BENDA UJI

Berat minimum material basah yang dipilih untuk mewakili contoh uji
total, harus sesuai dengan ketentuan Tabel 1.

1
Tabel 1. Berat minimum benda uji berat jenis
Berat minimum Berat minimum
benda uji basah benda uji basah
yang yang
Ukuran pantikel Ukuran saringan direkomendasikan direkomendasikan
standar untuk kadar air untuk kadar air
maksimum yang dilaporkan yang di laporkan
(100% lolos) pada ± 0.1 % pada ± 1 %

≤ 2.0 mm No. 10 20 gram 20 gram


4.75 mm No. 4 100 gram 20 gram
9.5 mm 3/8 in 500 gram 50 gram
19.0 mm ¾ in 2.5 kg 250 gram
37.5 mm 1 ½ in 10 kg 1 kg
75.0 3 in 50 kg 5 kg
Keterangan "Harus digunakan untuk yang mewakili tidak kurang dari 20
gram. Jika berat contoh uji total yang digunakan tidak ditemukan berat
persyaratan minimum yang tersedia pada tabel di atas. Laporkan bahwa seluruh
contoh uji digunakan untuk pengujian.

Sumber: SNI 1965:2008

1.4 PELAKSANAAN

a. Menimbang dan mencatat berat cawan kering yang kosong tanpa benda uji
beserta tutupnya,untuk mendapatkan nilai (W1).
b. Memasukkan benda uji ke dalam cawan yang telah lulus uji dengan
saringan no.4 lalu ditimbang lagi beserta tutupnya untuk mendapatkan nilai
(W2),lakukan cara yang sama pada cawan ke dua lalu buka tutupnya.
c. Kemudian memasukkan cawan yang berisi benda uji ke dalam oven
dengan suhu 110 º C,melakukan pengovennya sekitar 12-16 jam,setelah

2
menunggu proses pengovenan keluarkan cawan dari oven. Sebelum
menimbang dimasukkan ke dalam desikator untuk menstabilkan suhunya
d. Setelah suhu stabil benda uji beserta cawan dikeluarkan dari dalam
desikator,tutup cawan lalu timbang untuk mendapatkan nilai berat kering
tanah (W3),lalukan cara yang sama pada cawan ke dua.

3
1.5 BAGAN ALIR PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH

Mulai

Menimbang cawan kering yang kosong dan tutupnya

Membaca dan mencatat hasilnya.

Menyiapkan benda uji ke dalam cawan dan memasang ke dalam


cawan dan memasang tutupnya.

Memasukkan benda uji ke dalam cawan dan memasang


tutupnya.

Membaca dan mencatat hasilnya.

Membuka tutup dan memasukkan cawan berisi benda uji


basah ke oven pengering hingga beratnya konstan.

Mengeluarkan cawan dari oven dan menutup kembali.

Membaca dan mencatat hasilnya.

Menimbang cawan berisi tanah kering beserta tutupnya.

Membaca dan mencatat


hasilnya.

Selesa
i

4
1.6 HITUNGAN

ω= W2 – W3 100%
W3 –W1
Keterangan:

ω = kadar air tanah, %


W1 = berat cawan kosong, gram
W2 = berat cawan basah dan tanah basah, gram
W3 = berat cawan basah dan tanah kering, gram
(W2-W3) = berat air, gram
(W3-W1) = berat tanah kering, gram

DATA PRAKTIKUM

a. Benda uji A
1. No cawan =A
2. Berat cawan kosong (W1) = 11,3 gram
3. Berat cawan + tanah basah (W2) = 30 gram
4. Berat cawan + tanah kering (W3) = 28,5 gram
b. Benda uji B
1. No cawan =B
2. Berat cawan kosong (W1) = 11,1 gram
3. Berat cawan + tanah basah (W2) = 30,2 gram
4. Berat cawan + tanah kering (W3) = 28,7 gram

1.7 ANALISIS HITUNGAN

a. Benda uji A
Kadar air = W2−W3 x 100%
W3−W1

= 28,5−11,3 x 100%
30−28,5

= 8,7 %
b. Benda uji B
Kadar air = W2−W3 x 100%
W3−W1

5
30,2−28,7
= 28,7−11,1 x 100%
= 8,52 %
c. Kadar air rata – rata
= Kadar air A + Kadar Air B
2
= 8,7 % + 8, 52 %
2
= 8,62 %

6
1.8 PEMBAHASAN

Menurut Harry Chirstady Hardiyatmo, mekanika tanah 1 segumpai tanah


dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering, maka tanah
hanya terdiri dari dua bagian yaitu, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara.
Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian,yaitu bagian bagian padat
(butiran),pori-pori udara dari air pori. Bagian-bagian tanah dapat tanah dapat
digambarkan dalam bentuk diagram fase ditunjukkan dalam gambar 1.1 yang
memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai voulume (v) dan berat total (w).
Sedangkan gambar 1.1 b memperlihatkan hubungan berat dengan volumenya.

a b
gambar 1.1 diagram fase
Keterangan :
W3 = Berat butir tanah
Wv = Berat air
Vw = Volume air
Vs = Volume butiran padat
Vw = Volume udara

Kadar air (w) adalah perbandingan antara berat air (Wv) dengan berat butir
padat (Ws) dinyatakan dalam persen
Keterangan :
a. Elemen yang mempunyai volume V dan dan berat atas W
b. Hubungan dengan berat dan volumenya

7
( sumber : Harry Christady Hardiantmo)
Dalam praktikum kadar air dilakukan secara diplo dengan fungsi untuk
koreksi antara percobaan 1 dan percobaan 2 dengan selisih yang kecil
kemungkinan kesalahan dalan praktikum dipengaruhi oleh :
a. Pengaruh suhu dan keadaan mengukur.
b. Kurang ketelitian dalam mengukur.
c. Kurang menyesuaikan dengan baik alat ukur yang dipakai tidak tepat.

Kegunaan hasil uji kadar air ini dapat dilakukan untuk menentukan
konsentrasi perilaku material dan sifat pada tanah kohesif. Konsisten tanah
tergantung dari nilai kadar airnya. Disamping itu pada nilai kadar airnya dapat
digambarkan untuk pengujian lainnya seperti pada menentukan batas cair dan
batas plastis.

Sebagai tambahan cara uji ini ada beberapa material organik dapat menjadi
hangus dalam oven pada temperatur pengeringan standar (110 º C). Material yang
mengandung gysum (calsium sulfat dihidrate) terhidrasi. Dapat disimpulkan itu
akan menimbulkan masalah khusus sebagai material terhidrasi lambat pada
temperatur pengeringan dapat membentuk cairan calsium sulfat hamdyrate yang
keberadaannya dapat mengurangi tingkat dehidrasi terhadap gysum buatan alam.
Material yang mengandung gysum atau mengurangi kehangusan pada tanah
organik tinggi, dapat dilakukan pengiringan pada suhu 60 ºC dalam sebuah
desikator dalam temperatur yang berbeda maka dari itu air temperatur pengeringan
yang digunakan berbeda dengan temperatur pengeringan standar. seperti yang
ditetapkan dalam benda uji ini hasil kadar air ditentukan pada temperatur
pengering standar.

( Sumber: SNI 1965-2008 cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan
laboratorium)

1.9 KESIMPULAN

Dari alat praktikum didapat nilai kadar air 1 adalah 8,7% dan nilai kadar 2
adalah 8,52%. Jika dirata-rata menunjukkan nilai rata-rata 8,62%

8
LAPORAN SEMENTARA

PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: Kelompok 5B…............
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………………

No. Cawan Timbang


Parameter
A B
Berat cawan kosong (W1), gram 11,3 11,1

Berat cawan + tanah basah (W2), gram 30 30,2

Berat cawan + tanah kering (W3), gram 28,5 28,7

Berat air (W2-W3) 1,5 1,5

Berat tanah kering (W3-W1) 17,2 17,6


W  W3
Kadar air,   2 .100%
8,72 8,52
W3  W1
Kadar air rata-rata 8,622

Penguji/Mahasiswa
Diperiksa/Asisten

(……………………………)
(……………………………)

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

9
GAMBAR ALAT

PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH

1. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat memelihara keseragaman


temperature 110°±5°C.

Gambar 1.1 Oven

2. Cawan berfungsi sebagai tempat benda uji.

Gambar 1.2 Cawan

3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram diperlukan untuk benda uji dengan
berat maksimum 200 gram (termasuk benda uji), dan timbangan dengan
ketelitian 0,1 gram untuk benda uji dengan berat lebih dari 200 gram.

10
Gambar 1.3 Timbangan ketelitian 0.01 gram

4. Desikator berfungsi untuk mendinginkan benda uji sehingga suhu benda uji
menjadi suhu ruangan.

Gambar 1.4 Desikator

11
GAMBAR PELAKSANAAN

PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

12
(g)

Keterangan :
a. Menyiapkan sampel tanah.
b. Menimbang dan mencatat berat cawan kering yang kosong.
c. Mengambil sampel tanah dan memasukkan ke cawan.
d. Menimbang dan mencatat berat cawan.
e. Memasukkan cawan yang berisi benda uji basah kedalam oven pengering.
f. Mendinginkan cawan dalam desikator.
g. Menimbang cawan dan tanah kering.

13
PERCOBAAN II
PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH

(ASTM D 854; SNI 1964:2008)

2.1 MAKSUD

Maksud dan tujuan uji berat jenis tanah ini adalah untuk menentukan berat
jenis suatu contoh tanah dengan piknometer. Berat jenis tanah adalah
perbandingan antara berat butir tanah dan berat air suling pada suhu dan volume
yang sama.

2.2 PERALATAN

a. Dua buah piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau boto ukur
dengan kapasitas 50 ml.
b. Penggerus/penumbuk untuk menghaluskan benda uji yang belum lolos
saringan No.4
c. Corong kaca.
d. Spatula.
e. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
f. Kompor listrik
g. Panci untuk merebus piknometer .
h. Termometer rentang pembacaan 0 ºC - 50 ºC dengan kemampuan baca 0,1
ºC
i. Saringan No 4 (4,75 mm) dan No 10 (2,00 mm) serta penanda.
j. Oven pengering dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat memelihara
keseragaman temperature 100C. ±50C.
k. Wash bottle untuk pengisian air destilasi ke dalam piknometer.

14
2.3 BENDA UJI

Tanah yang digunakan pada uji berat jenis dilakukan terhadap benda uji
kering oven lolos saringan No.4. Apabila tanah mengandung partikel lebih besar
saringan No.4 (4,75 mm), maka bagian yang tertahan saringan No.4 (4,75 mm)
gumpalan tanah dihancurkan didalam cawan porselin menggunakan
penumbuk/penggerus dengan kepala berlapis plastik. Apabila tanah merupakan
gabungan dari partikel yang lebih besar dan lebih kecil dari saringan No.4 (4,75
mm), maka contoh tanah harus dipisahkan menggunakan saringan No.4 (4,75).
Berat dari contoh uji keringoven paling sedikit 25 gram dengan menggunakan
botol ukur, dan sedikitnya 10 gram apabila menggunakan botol yang dilengkapi
dengan penutupnya. Contoh tanah harus dikeringkan selama paling kurang 12 jam
atau sampai beratnya tetap, dalam sebuah oven dengan temperatur 110°C ± 5°C,
kemudian didinginkan dalam desikator. Pengujian berat jenis dilakukan dengan
sistem ganda (duplo) dan hasilnya dirata ratakan.

2.4 PELAKSANAAN

a. Mengeringkan benda uji dalam oven pada temperatur 110°C selama ±12
jam, setelah itu mendinginkan dalam desikator,jika ada butiran tanah lebih
besar dari saringan nomor 4 digerus terblebih dahulu.
b. Piknometer yang telah dicuci kemudian dikeringkan dan selanjutnya
ditimbang untuk mendapatkan nilai (W1).
c. Masukkan benda uji kedalam piknometer dengan menggunakan corong
kaca dan sepatula kemudian ditimbang untuk mendapatkan nilai (W2).
d. Menambahkan air distilasi kedalam piknometer sebanyak dua
pertiganya,kemudian ditutup dan diamkan selama 12 jam.
e. Setalah didiamkan 12 jam, piknometer yang berisi benda uji dan air suling
kita rebus selama ± 10 menit dan dimiring-miringkan untu mengeluarkan
udara yang terperangkap didalamnya, Setelah direbus selama 10 menit
piknometer dimasukkan ke dalam desikator untuk menstabilkan suhu.

15
f. Kemudian tambahkan air suling sampai penuh lalu ukur suhu untuk
mendapatkan nilai temperatur (Tx), setelah itu tutup piknometer kemudian
ditimbang untuk mendapatkan nilai (W3).
g. Mengkalibrasi piknometer dengan cara mencuci dan membersihkan,
keringkan piknometer dan diisi air destilasi sampai penuh kemudian ukur
suhunya setelah itu,menimbang untuk mendapatkan nilai (W4).

16
2.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH

Mulai

Mengeringkan benda uji dalam oven pada temperatur 110°C


selama ±12 jam dan mendinginkan dalam desikator

Mencuci,mengeringkan dan menimbang piknometer kosong

Membaca dan mencatat hasilnya

Masukkan benda uji kedalam piknometer dan menimbang

Membaca dan mencatat hasilnya

Menambahkan air distilasi 2 piknometer dan membiarkan selama


3

±12 jam

Merebus piknometer selama ±10 menit dan mendinginkan dalam


desikator

Menambah air suling sampai penuh,menimbang dan mengukur


suhunya

Membaca dan mencatat hasilnya

Mengkalibrasi piknometer mengosongkan dan membersihkan


piknometer,mengisi air suling dengan penuh,menimbang dan
mengukur suhunya

Membaca dan mencatat


hasilnya

Selesa
i

17
2.6 HITUNGAN

a. Berat W4 ditentukan dari temperatur Ti yang diamati, nilai tersebut harus


dikalibrasi untuk temperatur Tx yang berlaku ketika berat W3 ditentukan
kemudian. Nilai W4 dihitung sebagai berikut:
Kerapatan air pada Tx
W4 ( pada Tx) = Kerapatan air pada Ti . ( W4 ( pada Ti) -W1)+W1
Keterangan:
W4 (Tx) = berat piknometer dan air pada temperatur Tx, gram.
W4 (Ti) = berat piknometer dan air pada temperatur Ti, gram.
W1 = berat piknometer, gram.
Ti = temperatur air yang diamati (ketika W4 ditentukam), °C.
Tx = temperatur yang diperlukan/dikehendaki (ketika W3
ditentukan), °C.

Nilai kerapatan air diambil pada Tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara kerapatan relatif air dalam temperature


Temperatur, derajat Hubungan kerapatan
No
Celcius relatif air
1. 18 0,9986244
2. 19 0,9984347
3. 20 0,9982343
4. 21 0,9980233
5. 22 0,9978019
6. 23 0,9975702
7. 24 0,9973286
8. 25 0.9970770
9. 26 0,9968156
10. 27 0,9965451
11. 28 0,9962652
12. 29 0,9939761
13. 30 0.9956780
Sumber: SNI-1964-2008

18
b. Hitungan berat jenis tanah berdasarkan temperatur air, Tx sebagai berikut:
Wt
G=
Wt+W4 (pada tx )-W3
Keterangan:
W1 = berat contoh tanah kering (W2 – W1), gram.
W4 (Tx)= berat piknometer dan air pada temperatur Tx, gram.
W3 = berat piknometer berisi air dan tanah pada temperatur Tx, gram.

Tx = temperatur air dalam piknometer ketika berat W3 ditentukan,°C.

DATA PRAKTIKUM
a. Benda uji A
1.
Berat piknomoter (W1) = 75,9 gram
2.
Berat piknometer + tanah (𝑊2) = 86,7 gram
3.
Berat piknometer + tanah + air pada temperatur Tx (W3) = 181,8 gram
4.
Berat piknometer + air penuh pada temperatur Ti (W4) = 174,6 gram
5.
Temperatur ketika (W3) ditentukan (Tx),c = 28°C
6.
Temperatur ketika W4 ditentukan (Ti), c = 29°C
7.
Berat piknometer + air penuh (setelah dikalibrasi) = 174,6 gram
pada temperatur Tx (W4(pada Tx) )
b. Benda uji B
1.
Berat piknomoter (W1) = 66,5 gram
2.
Berat piknometer + tanah (𝑊2) = 77,6 gram
3.
Berat piknometer + tanah + air pada temperatur Tx (W3) = 167,6 gram
4.
Berat piknometer + air penuh pada temperatur Ti (W4) = 160,7 gram
5.
Temperatur ketika (W3) ditentukan (Tx),c = 28°C
6.
Temperatur ketika W4 ditentukan (Ti), c = 29°C
7.
Berat piknometer + air penuh (setelah dikalibrasi) = 160,7 gram
pada temperatur Tx (W4(pada Tx)

19
2.7 ANALISIS HITUNGAN

a. Benda uji A
1. Berat tanah Wt = W2 - W1
= 86,7 – 75,9
= 10,8 gram
2. Berat jenis = wt
Wt+W4 −W3

10,8
= 10,8+174,6−181,8
= 3 gram
b. Benda uji B
1. Berat tanah Wt = W2 - W1
= 77,6 – 66,5
= 11,1 gram
2. Berat jenis = Wt

Wt +W4 −W3

11,1
= 11,1+160,7−167,6
= 2,6 gram

c. Berat jenis rata – rata


= Berat jenis A + Berat jenis B
2
= 3+2,6
2
= 2,8 gram

20
2.8 PEMBAHASAN

Berat spesifik atau berat jenis (specifi graudy) (Gs) adalah perbandingan
antara berat volume butiran padat (Ys), dengan berat volume air (Yw) pada
temperatur 40° Celcius

Gs= Ys
Yw

Gs tidak berdimensi secara terpikal. Berat jenis berbagai tanah berkisar 2,65
sampai 2,75. Berat jenis Gs = 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tidak
berkoneksi atau tanah grandes sedangkan untuk tanah-tanah kohesif tidak
mengandung bahan organik Gs berkisar di antara 2,68 sampai 2,72 nilai berat jenis
dari berbagai jenis tanah diberikan dalam tabel nilai laboratorium.

Tabel 2.1 Nilai spesifik graucdy,Gs berbagai jenis tanah

Jenis Tanah Gs
Pasir 2,65 - 2,67
Pasir kedanauan 2,67 - 2,70
Lempung nonorganik 2,70 – 2,80
Tanah benmeka atau besi 2,75 - 3,00
Tanah Organik 1,00 - 2,60
Sumber . I Wayan Redana ‘Mekanika Tanah’ (hal : 14)

Percobaan pengujian berat jenis tanah dilaksanakan di laboratorium Mekanika


tanah, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menimbang piknometer
yang sudah kita pilih sebagai W1 setelah itu masukkan benda uji ke dalam
piknometer sebagai W2 Tambahkan air destilasi ke piknometer yang sudah berisi
benda uji sebanyak dua pertiganya diamkan kurang lebih 12 jam setelah
didiamkan 12 jam. Rebus piknometer berisi benda Uji selama 10 menit atau paling
lama 1 jam untuk mengeluarkan udara di dalam benda uji untuk mempercepat
proses tersebut dapat memiringkan sekali-kali tambahkan air suling ke Piknometer
sampai penuh lalu keringkan dengan lap setelah itu timbang piknometer lagi
sebagai W3 dan jangan lupa ukur suhunya sebagai Tx mengkalibrasi piknometer
sebagai W4 dan ukur suhunya sebagai T1 setelah semua data didapatkan maka
dapat kita hitung W4 pada Txnya dengan cara :

21
Kerapatan air pada Tx
W4 ( pada Tx) = Kerapatan air pada Ti . ( W4 ( pada Ti) -W1)+W1

Jika sudah mendapatkan W4 pada Tx maka baru bisa kita hitung berat jenisnya.

2.9 KESIMPULAN

Berdasarkan dari Hasil pengujian berat jenis tanah yang sudah kita lakukan,
diperoleh berat jenisnya sebesar 2,8 gram dengan cara mencari berat jenis rata-
rata dari 2 benda uji pada piknometer 1 dan piknometer 2 seperti berikut ini :

1. Berat jenis piknometer A = 3 gram


2. Berat jenis piknometer B = 2,6 gram
3. Berat jenis piknometer rata-rata = 2,8 gram

Maka dari itu dapat kita simpulkan tanah yang kita uji adalah tanah norganik.

22
LAPORAN SEMENTARA

PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: Kelompok 5B................
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………………

No. Piknometer
Parameter
A B
Berat piknometer (W1), gram 75,9 66,5
Berat piknometer + tanah (W2), gram 86,7 77,6
Berat piknometer + tanah + air pada temperatur Tx (W3), gram 181,8 167,6
Berat piknometer + air penuh pada temperatur Ti (W4), gram 174,6 160,7
Temperatur ketika W3 ditentukan (Tx), Oc 28 28
Temperatur ketika W4 ditentukan (Ti), Oc 29 29
Berat piknometer + air penuh (setelah dikalibrasi) pada
174,6 160,7
temperatur Tx (W4 (pada Tx) ), gram
Berat tanah (Wt = W2 – W1), gram 10,8 11,1
Berat jenis, Wt

Wt + W4 (pada Tx) - W3 3,00 2,64

Rata-rata 2,821

Penguji/Mahasiswa
Diperiksa/Asisten

(……………………………)
(……………………………)

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil -

23
GAMBAR ALAT

PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH

1. Piknometer berfungsi untuk mengukur nilai massa jenis tanah atau benda uji
lainnya

Gambar 2.1 Piknometer

2. Saringan berfungsi untuk menyaring tanah yang lolos ayakan no.4

Gambar 2.2 Saringan

24
3. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram untuk menimbang benda uji

Gambar 2.3 Timbangan

4. Oven berfungsi untuk mengeringkan sampel tanah guna mendapatkan


besarnya kadar air

Gambar 2.4 Oven


5. Desikator berfungsi untuk mendinginkan bahan atau benda uji sampai dingin
atau temperatur suhu sama dengan temperatur ruangan (bisa dipegang dengan
aman menggunakan tangan)

25
Gambar 2.5 Desikator
6. Termometer berfungsi untuk mengatur suhu (temperatur) atau perubahan suhu

Gambar 2.6 Termometer


7. Wash bottle berfungsi untuk membantu penambahan air destilasi ke benda uji

Gambar 2.7 Wash bottle

8. Tungku listrik (hot plate) berfungsi untuk memanaskan panci saat merebus
piknometer

26
Gambar 2.8 Tungku listrik (hot plate)

9. Panci berfungsi untuk merebus piknometer

Gambar 2.9 Panci


10. Cawan porselen berfungsi sebagai tempat benda uji

Gambar 2.10 Cawan porselen

27
11. Corong kaca berfungsi untuk pengisian benda uji (tanah) kedalam piknometer

Gambar 2.11 Corong kaca

12. Penggerus atau penumbuk berfungsi untuk menumbuk atau menghaluskan


tanah yang masih menggumpal

Gambar 2.12 Penggerus atau penumbuk

28
GAMBAR PELAKSANAAN

PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH

(a) (b)

(d)
(c)

(e) (f)

29
(g) (h)

(i)

Keterangan :
a. Menyiapkan tanah kering kemudian memasukkan benda uji kedalam oven
b. Mengeluarkan tanah dari oven kemudian tunggu sampai tanah suhu
turun,kemudian tanah digerus
c. Menimbang piknometer kosong
d. Menambahkan air destilasi 2/3 volume piknometer yang sudah ditambah
benda uji sebelumnya
e. Membiarkannya selama 12 jam
f. Merebus dan sedikit memiringkan piknometer
g. Memasukkan piknometer ke dalam desikator
h. Mengkalibrasi piknometer
i. Termometer dicelupkan ke dalam piknometer , dan temperatur di ukur dan di
catat dalam bilangan bulat

30
PERCOBAAN III
PENENTUAN BATAS CAIR TANAH

(ASTM D 4318; SNI-1967-2008)

3.1 MAKSUD

Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan batas cair
dari suatu tanah. Batas cair itu sendiri adalah kadar air tanah tersebut pada
keadaan batas peralihan antara cair dan keadaan plastis. Nilai batas cair diterapkan
untuk menentukan konsistensi perilaku material dimana sifat tanah kohesif. Selain
itu nilai batas cair dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas
tanah.

3.2 PERALATAN

a. Mesin casagrande
b. Grooving tool
c. Air suling
d. Spatula
e. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
f. Penggerus
g. Cawan porselen
h. Saringan No.40
i. Mangkok kuningan
j. Oven dengan suhu maksimum 110 °C

31
3.3 BENDA UJI

Menyiapkan contoh tanah untuk pemeriksaan sebanyak ±100 gram. Contoh


tanah harus bebas atau telah dibebaskan dari butir – butir yang lebih besar dari
0,425 mm (tertahan saringan No.40).

3.4 PELAKSANAAN

a. Menyiapkan tanah yang telah disaring menggunakan saringan No.40.


Kemudian menimbang tanah sebanyak ±100 gram menggunakan
timbangan dengan ketelitian 0,01 gram dan memasukannya ke dalam
cawan proselen. Setelah itu mencampurkan tanah tersebut dengan air
destilasi secukupnya, lalu diaduk sampai rata menggunakan spatula.
b. Setelah tanahnya rata kemudian memindahkan tanah ke dalam mangkok
kuningan dengan ketebalan 10mm setelah itu meratakannya. Selanjutnya
membuat alur pada tanah menggunakan grooving tool di bagian tengah
tanah tersebut.
c. Meletakan tanah pada alat casagrande lalu menyalakan alat tersebut
sampai tanah menyatu. Setelah tanah menyatu matikan alat casagrande
sehingga dapat diketahui jumlah ketukannya. Hal yang harus dilakukan
selanjutnya adalah siapkan 2 cawan kosong beserta tutupnya lalu
menimbangnya satu persatu menggunakan timbangan dengan ketelitian
0,001 gram kemudian mencatat hasilnya untuk mendapatkan nilai W1.
d. Selanjutnya memasukan sampel ke dalam 2 cawan tersebut lalu tutup
kembali, setelah itu menimbang sampel satu persatu menggunakan
timbangan yang sama dan mencatat kembali hasilnya untuk mendapat
W2. Kemudian memasukan sampel ke dalam oven selama 12-16 jam
tanpa menggunakan tutup cawan. Setelah mengoven sampel selama 12-16
jam lalu memasukannya kedalam deskilator untuk menstabilkan suhunya.
Setelah itu menimbang kembali kedua sampel beserta tutupnya satu
persatu jika suhu cawan sudah stabil kemudian mencatat hasilnya agar
mendapatkan nilai W3. Lakukan pengujian sebanyak 3 kali dengan
kejenuhan air yang berbeda, sehingga mendapatkan ketentuan-ketentuan

32
dengan rentang pukul 15-25, 20-35, 25-35 untuk menghasilkan nilai batas
cair di pukulan 25 dengan menggunakan grafik.

33
3.5 BAGAN ALIR PENENTUAN BATAS CAIR TANAH

Mulai

Menyiapkan benda uji sebanyak ±100 gram

Menempatkan benda uji kedalam cawan porselen

Menambahkan air destilasi secukupnya dan mengaduk


menggunakan spatula sampai rata

Menindahkan benda uji ke dalam mangkuk kuningan


hingga mencapai ketebalan 10 mm pada titik kedalaman

Menggores tanah yang berada pada mangkok kuningan


secara membagi dua dengan menggunakan grooving tool

Menghidupkan Casagrande hingga kedua bagian tanah


bertemu

Membaca dan mencatat jumlah pukulan yang


diperlukan

Mengambil sampel dan menguji kadar air

Selesai

34
3.6 HITUNGAN

1. Batas cair (LL)


Setiap data hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan
merupakan satu titik dalam grafik, dengan jumlah pukulan sebagai absis
(dengan skala log) dan kadar air sebagai ordinat (dalam persen dan skala
biasa). Tarik garis lurus penghubung terbaik dari titik-titik yang diperoleh,
batas cair tanah adalah kadar air yang diperoleh pada perpotongan garis
penghubung tersebut dengan garis vertikal 25 pukulan. Batas cair
dilaporkan sebagai bilangan bulat yang terdekat.

LL = W𝑛 (N/
25)0,121......................................................................(2)
Atau
LL =
k. W𝑛...........................................................................(3)
Dengan pengertian:
N adalah jumlah pukulan yang menyebabkan tertutupnya alur pada kadar
air tertentu;
LL adalah batas cair terkoreksi untuk tertutupnya alur pada 25 pukulan
(%);
W𝑛 adalah kadar air (%);
K adalah factor koreksi yang diberikan pada Tabel 1
Tabel 1 Faktor koreksi
Jumlah pukulan (N) Faktor batas cair (k)
22 0,985
23 0,990
24 0,995
25 1,000
26 1,005
27 1,009
28 1,014

35
2. Flow indeks (IF)

Kemiringan dari garis dalam kurva didefinisikan sebagai indeks


aliran (flow indeks). Nilai ω1 dan ω2 diambil masing-masing dibawah dan

diatas 25 pukulan. Perhatikan bahwa nilai ω1 dan ω2 dapat ditukarkan


untuk memperoleh nilai positifnya, walaupun kemiringan kurva
sebenarnya negative ( Hardiyatmo: 2018).

DATA PRAKTIKUM
1. Percobaan 1
Jumlah pukulan (N) : 18
Nomor cawan timbang :A
Berat cawan kosong (W1) : 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) : 31,8 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) : 24,3 garm

Percobaan 1
Jumlah pukulan (N) : 18
Nomor cawan timbang :B
Berat cawan kosong (W1) : 11,4 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) : 31,2 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) : 23,9 gram

2. Percobaan 2
Jumlah pukulan (N) 28
Nomor cawan timbang :C
Berat cawan kosong (W1) :11 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) : 30,1 gram

Berat cawan + tanah kering (W3) : 24,1 gram

36
Percobaan 2
Jumlah pukulan (N) : 28
Nomor cawan timbang :D
Berat cawan kosong (W1) : 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) : 30 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) : 24,3 gram

3. Percobaan 3
Jumlah pukulan (N) : 38
Nomor cawan timbang :E
Berat cawan kosong (W1) : 11,3gram
Berat cawan + tanah basah (W2) : 32 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) : 25,5 gram

Percobaan 3
Jumlah pukulan (N) : 38
Nomor cawan timbang :F
Berat cawan kosong (W1) : 11,3 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) : 31,6 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) : 25,7 gram

3.7 ANALISI HITUNGAN

a. Berat air (A) =W2 – W3


b. Berat tanah kering = W3 – W1
c. Kadar air (W) = W2− W3
x100%
W3 −W1

d. Indeks Plastisitas = IL - PL
e. Flow Indeks = 𝑊2− 𝑊1
log 𝑥(
𝑁2
)
𝑁1

Keterangan :
LL = liquid limit

37
W1 = kadar air untuk pukulan 1
W2 = kadar air untuk pukulan 2
W3 = kadar air untuk pukulan 3
PL = plastis limit
N1 = jumlah pukulan W1
N2 = jumlah pukulan W2

1) Benda Uji untuk 18 pukulan


Berat air A =W2 – W3
= 31,8 – 24,3
= 7,5 gram

Berat air B =W2 – W3


= 31,2 – 23,9
= 7,3 gram

Berat kering tanah A = W3 – W1


= 24,3 – 11,2
= 13,1gram

Berat kering tanah B = W3 – W1


= 23,9 – 11,4
= 12,5 gram

Kadar air A (W) = W2− W3


x100%
W3 −W1

31,8− 24,3
= 24,3 −11,2 x100%

=57,2 %

38
Kadar air B (W) = W2− W3
x100%
W3 −W1

31,2− 23,9
= 23,4 −11,4x100%

= 58,40 %

Kadar air rata-rata = 57,83 %

2) Benda Uji untuk 28 pukulan


Berat air C =W2 – W3
= 30,1 – 24,1
= 6 gram

Berat air D =W2 – W3


= 30 – 24,3
= 5,7 gram

Berat tanah kering C = W3 – W1


= 24,1 - 11
= 13,1 gram

Berat tanah kering D = W3 – W1


= 24,3 – 11,2
= 13,1 gram

Kadar air C (W) = W2− W3


x100%
W3 −W1

30,1− 24,1
= 24,1 −11 x100%

= 45,80 %

Kadar air D (W) = 𝑊2− 𝑊3


x100%
𝑊3 −𝑊1

39
30− 24,3
= 24,3 −11,2x100%

= 43,51 %

Kadar air rata-rata = 44,66 %

3) Benda Uji untuk 38 pukulan


Berat air E =W2 – W3
= 32 – 25,5
= 6,5 gram

Berat air F =W2 – W3


= 31,6 – 25,7
= 5,9 gram

Berat tanah kering E = W3 – W1


= 25,5 – 11,3
= 14,2 gram

Berat tanah kering F = W3 – W1


= 25,7 – 11,3
= 14,4 gram

Kadar air E (W) = W2− W3


x100%
W3 −W1

32− 25,5
= 25,5 −11,3x100%

= 45,77 %

Kadar air F (W) = W2− W3


x100%
W3 −W1

31,6− 25,7
= 25,7 −11,3x100%

40
= 40,97 %

Kadar air rata-rata = 43,37 %

4) Batas cair = 49,50 %

W 1−W 2
5) Flow Indeks = N2
log ( )
N1
= 68,63 %

41
3.8 PEMBAHASAN

Perubahan keadaan dari keadaan satu ke keadaan berikutnya yaitu ada


keadaan yang mempunyai arti penting pola perubahan satu ke keadaan
berikutnya dapat dilihat pada gambar 3.1 kandungan air yang terdapat pada
tanah saat terjadi perubahan keadaan ini diketahui sebagai beatas konsisitensi.

Liquids Plastik Semi-plastik Solid

Liquids limit Plastik limit Shringkage limit

Gambar 3.1 Skema perubahan keadaan

Berdasarkan gambar 3.1 dapat diketahui bahwa yang disebut batas


plastis/konsisitensi adalah liquid limit (batas cair). Plastic limit(batas cair) dan
shrinkage limit(batas pengerutan).
a. Liquids limit (batas cair) adalah kandungan air minimum pada tanah,
sehingga butir tanah tidak dapat bergerak di dalamnya.
b. Plastic limit (batas plastis) adalah kandungan air minimum pada tanah,
saat tanah dapat digulung hingga mencapai diameter 3mm tanpa
mengalami retk-retak.
c. Shringkage limit (batas pengerutan) adalah kandungan air minum pada
tanah meskipun tanah dikeringkan hingga air yang terkandung
menguap, maka tidak akan mengurangi volume tanah.

42
Gambar 3.2 Skema Alat Uji Batas Cair

Cassagrande mendefinisikan batas liquid sebagai kadar air pada


standar tanah yang ditorehkan. Pada percobaan penentuan batas cair
tanah diperoleh kadar air pada ketukan 18 sebesar 57,83% pada
ketukan 28 sebesar 44,66 % dan pada ketukan 38 mendapatkan nilai
sebesar 43,37% Setelah didapatkan kadar air masing-masing ketukan,
maka kemudian dibuat grafik atau kurva untuk menentukan batas cair
(Gambar 3.3)

Gambar 3.3 Kurva untuk Penentuan Batas Cair


Pada kurva tersebut ketukan 25 didapatkan nilai kadar air sebesar
49,5. Sehingga batas cair (LL) tersebut sebebsar 49,5%

3.9 KESIMPULAN

Pada pengujian batas cair semakin besar kadar airnya maka jumlah
pukulan semakin kecil. Begitu juga sebaliknya apabila batas cair semakin kecil
kadar airnya maka jumlah pukulan semakin besar. Setelah dilakukan
percobaan diperoleh benda uji 18 pukulan sebesar 57,83 ; benda uji 28
pukulan sebesar 44,66 ; dan benda uji 38 pukulan sebesar 43,37.
Sehingga didapat nilai batas cair sebesar 49,50 dan flow indeks sebesar
68,63.Pada pengujian batas cair, semakin besar jumlah pukulan maka semakin
kecil kadar airnya begitupun sebaliknya. Dilihat dari hasil percobaan ketika
benda uji mendapat pukulan sebanyak 38 kali dan kadar airnya semakin kecil,

43
ini menandakan bahwa benda uji memenuhi syarat. Ini menandakan bahwa
benda uji memenuhi syarat.

44
LAPORAN SEMENTARA

PENENTUAN BATAS CAIR TANAH

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: Kelompok 5B.................
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………………

Percobaan No.
Parameter
1 2 3
Jumlah pukulan (N) 18 28 38
No. cawan timbang A B C D E F
Berat cawan kosong (W1), gram 11,2 11,4 11 11,2 11,3 11,3
Berat cawan + tanah basah (W2), gram 31,8 31,2 30,1 30,1 32 31,6
Berat cawan + tanah kering (W3), gram 24,3 23,9 24,1 24,3 25,5 25,7
Berat air (W2-W3) 7,5 7,3 6 5,7 6,5 5,9
Berat tanah kering (W3-W1) 13,1 12,5 13,1 13,1 14,2 14,1
W W
Kadar air,   2 3 .100%
57,25 58,40 45,80 43,51 45,77 40,97
W3 W1
Kadar air rata-rata 57,826 44,656 43,373
Batas cair = 49,5 Flow index = 68,632

Penguji/Mahasiswa
Diperiksa/Asisten

(……………………………)
(……………………………)

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

45
GRAFIK PENENTUAN BATAS CAIR

46
GAMBAR ALAT

PENENTUAN BATAS CAIR TANAH


1. Cassagrande berfungsi sebagai alat uji batas cair mekanik

Gambar 3.1 Cassagrande

2. Saringan No. 40 dan pan penadah berfungsi untuk mengayak sampel

Gambar 3.2 Saringan No.40

3. Spatula berfungsi untuk alat pembantu mengaduk/mengambil sampel.

Gambar 3.3 Spatula

47
4. Grooving Tools berfungsi sebagai alat pembarut.

Gambar 3.4 Grooving Tools

5. Cawan Porselen berfungsi untuk tempat menaruh sampel.

Gambar 3.5 Cawan Porselen

6. Botol air destilasi berfungsi untuk menyimpan air destilasi.

Gambar 3.6 Botol air destilasi

48
7. Penumbuk/penggerus berfungsi untuk menumbuk benda uji menjadi partikel yang
lebih kecil.

Gambar 3.7 Penumbuk

49
GAMBAR PELAKSANAAN

BATAS CAIR TANAH

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

50
(h)
(g)

(i) (j)

Keterangan :

a. Menyiapkan dan menimbang sampel tanah


b. Mencampurkan tanah dengan air destilasi secukupnya
c. Meletakkan tanah di mangkok kuningan
d. Membelah tanah menggunakan grooving tools
e. Uji dengan cassagrande
f. Memasukan sampel ke cawan dan menimbangnya
g. Masukan ke dalam oven
h. Mengeluarkan dan memasukan ke dalam desikator
i. Menimbang sambel dan catat hasilnya

51
PERCOBAAN IV
PENELITIAN BATAS PLASTIS DAN INDEKS
PLASTISTAS TANAH
( ASTM D 4318; SNI-1966-2008)

4.1 MAKSUD

Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan batas
terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan plastis, dan angka indeks plastisitas
suatu tanah. Batas dihitung berdasarkan presentasi berat air terhadap berat tanah
kering pada benda uji. Angka indeks plastisitas tanah didapat setelah pengujian
batas cair dan batas plastis selesai dilakukan. Sedangkan angka indeks plastis
tanah merupakan selisi angka batas cair (liquid limit, LL) dengan batas plastis
(plastic limit, PL).

4.2 PERALATAN

a. Penggerus
b. Besi pembanding
c. Spatula
d. Plat kaca
e. 2 Buah cawan
f. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
g. Cawan porselen beserta benda uji
h. Air destilasi
i. Saringan No.40
j. Oven
k. Alat desikator

4.3 BENDA UJI

Contoh tanah yang perlu disediakan untuk pemeriksaan ini secukupnya.


Contoh tanah harus bebas atau telah dibebaskan dari butir-butir yang lebih besar

52
dari 0,425 mm (tertahan saringan No.40). Jika masih terdapat butiran-butiran
maka dihaluskan terlebih dahulu.

4.4 PELAKSANAAN

a. Menyiapkan tanah yang telah disaring dengan saringan No.40 dimasukan


kedalam cawan, selanjutnya memasukan air destilasi kedalam cawan
tersebut secukupnya hingga keadaan plastis Lalu diaduk dengan
menggunakan spatula agar hasilnya rata.
b. Ketika sampel sudah dalam keadaan plastis maka sampel digulung-gulung
sehingga setebal alat pembanding yang mempunyai diameter 3mm.
Menggulung-gulung sampel dengan perlahan agar tidak terjadi keretakan,
jika terjadi keretakan maka berhenti.
c. Jika sampel sudah setebal alat pembanding dan sudah terjadi keretakan,
maka langkah selanjutnya memotong-motong sampel dengan panjang
secukunya dan melakukan hal yang sama sampai sampel tercukupi. Lalu,
memasukan sampel tersebut kedalam cawan dan mengoven sampel tersebut
kurang lebih 12 jam dengan suhu oven 110 °C.
d. Setelah mengoven sampel selama12 jam, lalu mengeluarkan sampel dari
oven dan memasukannya ke dalam alat desikator hingga suhunya menjadi
stabil. Jika suhunya sudah stabil maka kita menimbang sampel tersebut
dengan menggunakan neraca yang mempunyai ketelitin 0,01 gram dan
mencatat hasilnya.

53
4.5 BAGAN ALIR PENELITIAN BATAS PLASTIS DAN INDEKS
PLASTISTAS TANAH

Mulai

Menyiapkan benda uji sebanyak 15-20 gram

Menempatkan benda uji ke dalam cawan porselen

Menambahkan air destilasi hingga menjadi cukup


plastis

Mengambil Sebagian dari tanah (sekitar 8 gram)


untuk diuji

Menggelengkan tanah menjadi bentuk bulat


Panjang berdiameter 3mm

Tidak
Tanah
Retakan

Ya
Membaca dan mencatat hasilnya

Mengambil sampel dan menguji kadar airnya

Selesai

54
4.6 HITUNGAN

a. Nilai batas plastis tanah adalah kadar air yang diperoleh pada pemeriksaan
tersebut yang dinyatakan dalam persen.
b. Menghitung indeks plastis tanah sebagai selisih antara batas cair dengan
batas plastisnya, sebagai berikut :
a. Indeks Plastis (IP) = batas cair (LL) – bats plastis (PL)
c. Klasifikasi tanah sesuai Unified Soil Classification System (USCS).
d. Menulis selisih perhitungan tersebut sebagai indeks plastisitas tanah,
kecuali terjadi kondisi sebagai berikut :
a. Jika batas plastis atau batas plastis tidak dapat ditentukan, indeks
plastisitas dinyatakan dengan: NP (Non Plastis);
b. Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas
dinyatakan juga dengan: NP (Non Plastis)

DATA PRAKTIKUM
A. Benda Uji A
Berat cawan kosong (W1) = 11,4 gram
Berat cawan+tanah basah (W2) = 19,7 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 17,3 gram

B. Benda Uji B
Berat cawan kosong (W1) = 11 gram
Berat cawan+tanah basah (W2) = 19,7 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 17,3 gram

4.7 ANALISIS HITUNGAN

A. Benda Uji A

Berat air = W2 – W1
= 19,7 – 11,4
= 2,40 gram

55
Berat tanah kering = W3 – W1

= 17,3 – 11,4

= 5,90 gram

Kadar Air, ω = W2−


W3 x 100%
W3 −W1

19,7−
=
5,90 x 100%
5,90 −11,4

= 40,6 %

B. Benda Uji B

Berat air = W2 – W1
= 19,7 – 11
= 2,40 gram

Berat tanah kering = W3 – W1


= 17,3 – 11

= 6,30 gram

Kadar Air, ω = W2−


x 100%
W3
W3 −W1

19,7− 17,3
= 17,3 −11 x 100%
= 38.10

C. Batas plastisitas (PL)

40,68+38,10
PL = 2

= 39,39 %
LL (Liquid Limit) = 49,50%
IP ( Indeks Plastis ) = LL – PL
= 10,11%

56
4.8 PEMBAHASAN

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah plastis dan semi padat. Yaitu presentase kadar air dimana tanah pada
diameter silinder 3mm mulai retak-retak ketika digulung.

Indeks plastis (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih
bersifat plastis. Karena air indeks plastis menunjukan sifat keplastisan tanah. Jika
tanah mempunyai PI jika PI rendah seperti lanau sedangkan penguranagan kadar
air berakibat tanah menjadi kering. Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat,
macam tanah, dan kohesif diberikan oleh atterberg terdapat dalam tabel 4.1

PI Sifat Macam Kohesif


0 No plastis Pasir Non kohesif
≤7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7-17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif
≥17 Plastisitas tinggi Lempunga Kohesif
Tabel 4.1 Nilai Indeks plastisitas dan masam tanah (jumikis 1962)

Batas cair dan batas plastis tidak secara langsung memberi angka-angka
yang dapat sipakai dalam percobaan batas-batas Atterberg ini adalah suatu
gambaran secara garis besar sifa-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas
cair dan batas plastisnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu
daya dukungnya rendah, perapatannya tinggi. Batas plastisitas merupakan kadar
air minimum dimana tanah dapat digulung-gulung hingga diameter 3mm. batas
plastisitas merupakan bagian dari batas-batas konsistensi yang mana hal ini
berhubungan dengan sifat kasar tanah.

Nilai batas plastisitas tanah dipengaruhi oleh factor benyaknya air yang
menyerap ke dalam tanah rembesan, serta angka pori tanah dan hal pengadukan
contoh tanah yang diuji.

57
Gambar 4.2 Variasi volume dan kadar air pada kedudukan batas
cair, batas plastis, dan batas susut.

Gambar 4.2 menunjukan hubungan variasi kadar air dan volume total
tanah pada kedudukan batas cair, batas plastis, dan batas susut. Batas-batas
atterberg sangat berguna untuk identifikasi secara langsung dalam spesifikasi,
garis control tanah yang akan digunakan untuk membangun struktur urugan tanah.

Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan tipe indeks pengujian yang


sangat sederhana untuk memperoleh karakteristik tersebut digunakan unutuk
mnentukan kelompok klasifikasi. Umumnya klasifikasi tanah didasarkan atas
ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan dan uji sedimentas dan
plastisitas.

4.9 KESIMPULAN

Maka nilai yang didapat dari hasil pengujian mendapatkan LL sebesar 49,50
sedangkan nilai PI sebesar 39,39 dan mendapatkan nilai PL sebesar 10,11.

58
LAPORAN SEMENTARA

PENENTUANBATAS PLASTIS DAN INDEKS


PLASTISITAS TANAH

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: Kelompok 5B................
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………………

No. Cawan Timbang


Parameter
A B
Berat cawan kosong (W1), gram 11,4 11

Berat cawan + tanah basah (W2), gram 19,7 19,7

Berat cawan + tanah kering (W3), gram 17,3 17,3

Berat air (W2-W3) 2,4 2,4

Berat tanah kering (W3-W1) 5,9 6,3

W2 W3
Kadar air,   .100% 40,68 38,10
W3 W1

Batas plastis (PL) 39,387

LL (Liquid Limit) PL (Plastic Limit) PI (Plasticity Index)


49,5 39,39 10,11
LL (Liquid Limit) mengacu pada Percobaan
3 ……………………………

Penguji/Mahasiswa

Diperiksa/Asisten

(……………………………) (……………………………)
Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

59
GAMBAR ALAT

PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN INDEKS PLASTISITAS

1. Mangkok porselen berfungsi sebagai tempat benda uji

Gambar 4.1 Mangkok porselen

2. Penumbuk/ pneggerus berfungsi untuk menumbuk benda uji agar menjadi


partikel yang lebih kecil.

Gambar 4.2 Penggerus

3. Saringan No.40 serta pan penadah berfungsi untuk mengayak sampel.

Gambar 4.3 Saringan No.40 dan pan penadah


60
4. Batang pembanding ukuran 3mm berfungsi untuk membandingkan batang
pembanding dengan sampel.

Gambar 4.4 Batang pembanding

5. Spatula berfungsi sebagai alat bantu dalam mengaduk dan mengambil sampel.

Gambar 4.5 Spatula

6. Botol air destilasi berfungsi untuk menampung air destilasi.

Gambar 4.6 Botol air destilasi

61
7. Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk dapat memeihara keseragaman
temperature

Gambar 4.7 Oven

62
GAMBAR PELAKSANAAN

PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN INDEKS PLASTISITAS

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

63
(h)
(g)

Keterangan :

a. Menyiapkan sampel lolos No.40 dan menimbangnya


b. Masukan air destilasi dan aduk hingga rata
c. Menggulung sampel setebal 3mm
d. Masukan sampel kedalam cwaan
e. Menimbang cawan beserta benda uji
f. Masukan sampel ke dalam oven
g. Masukan kedalam alat destilasi
h. Menimbang dan mencatat sampel

64
PERCOBAAN V
PENENTUAN BATAS SUSUT DAN FAKTOR-FAKTOR SUSUT
TANAH

(SNI-4144-2012)

5.1 MAKSUD

Maksud percobaan adalah untuk menentukan factor-faktor susut meliputi


batas susut, rasio susut, susut liner dan susut volume terhadap tanah-tanah
berbutir halus yang kuat terhadap pengeringan pada temperatur ruang.

Istilah batas susut dinyatakan sebagai kadar air dalam persen, yang khusus
diasumsikan untuk menyatakan sejumlah air yang diperlukan untuk mengisi
rongga-rongga suatu tanah kohesif pada angka pori minimum yang terbentuk
lewat pengeringan (biasabya oven).

5.2 PERALATAN

a. Timbangan dengan ketelitian 0,01


b. Air raksa
c. Cawan petri
d. Cawan gelas
e. Plat kaca
f. Air destilasi
g. Spatula
h. Ayakan nomor 40
i. Desiktor
j. Cawan susut

65
5.3 BENDA UJI

Menyiapkan contoh tanah yang telah dibersihkan dari butir – butir tertahan
saringan No.40 (0,425 mm). Jika contoh tanah dari lapangan mengandung
butir-butir yang lebih besar dari 0,425 mm, keringkan tanah pada ruangan
terbuka. Kemudian hancurkan tanah dalam cawan porselen menggunakan
penumbuk/penggerus yang kepalanya terbungkus lapisan plastik, sehingga
butir –butir akan terpisah tanpa merusak butir butir tersebut.

5.4 PELAKSANAAN

a. Tanah lolos saringan No.40 sebanyak 30 gram yang ada di cawan


porselen dicampur dengan air destilasi secara perlahan, sampai tingkat
kejenuhan, aduk dengan rata sampai tanah menjadi pasta.
b. Tempatkan tanah di tengah-tengah cawan susut yang sudah diolesi
dengan yaseline atau oli, 1/3 bagian cawan dan diketuk-ketuk agar tidak
ada rongga udara didalamnya. Setelah itu tambahkan 1/3 lalu di ketuk-
ketuk kembali. Terakhir isi lagi sampai penuh, lalu bagian tanah yang
mencuat diratakan dengan spatula dan tanah yang menempel di cawan
dibersihkan. Pada pengujian ini kita buat 2 benda uji yang sama.
c. Tanah di diamkan dalam suhu ruangan sampai warnanya berubah
menjadi lebih terang, sebelum dimasukkan ke dalam oven.
d. Setelah benda uji disuhu konstan, masukkan cawan susutnya dan
masukkan air raksa sampai penuh lalu ratakan dengan plat kaca, lalu
timbang. Kita mendapatkan volume cawan susut
e. Setelah ditimbang, masukkan kembali air raksanya, setelah itu
menggunakan cawan gelas. Masukkan air raksa sampai penuh kedalam
cawan gelas dan diratakan menggunakan plat kaca, lalu di keluarkan dari
cawan petri denga perlahan jangan sampai tumpah. Masukkan kembali air
raksa yang tumpah di cawan petri, kemudian masukkan kembali cawan
gelasnya kedalam cawan petri. Terakhir masukan benda uji ke dalam
cawan gelas yang berisi air raksa, lalu ditekan menggunakan plat kaca.
f. Air yang berlebih atau tumpeah ke cawan petri, lalu ditimbang. Kita dapat
volume tanah kering.

66
5.5 BAGAN ALIR PENENTUAN BATAS SUSUT DAN FAKTOR-
FAKTOR SUSUT TANAH

Mulai

Menyiapkan benda uji lolos ayalam saringan No.40

Menempatkan benda uji kedalam cawan porselen sebanyak 30


gram.

Mencampurkan dengan air destilasi sampai jenuh dan menjadi


pasta

Menempatkan pasta tanah kebagian tengah-tengah cawan susut sebanyak


1/3 bagian dari cawan.

Mengetuk-ngetuk perlahan cawan hingga tanah menyentuh dinding


cawan

Mengulangi langkah-langkah mengisi cawan susut dengan benda uji


sebanyak 3 kali hingga benda uji melebihi cawan susut, lalu meratakan
dengan spatula

Menimbang dan mencatat cawan sisit + tanah


basah

Membaca dan mencatat


hasilnya

Memasukkan cawan susut + tanah ke dalam oven minimal 16 jam

67
A

Membiarkan cawan sisit & tanah dalam suhu pancar sampai warna berubah
menjadi terang

Mendinginkan kedalam desikator sampai suhu normal dan menimbang cawan


susut + tanah kering

Membaca dan mencatat


hasilnya

Mengukur volume Mengukur volume


cawan tanah

Menempatakan cawan susut Menempatkan cawan gelas ke


ke dalam cawan petri lalu dalam cawan petri lalu
menuangkan air raksa sampai menuangkan air raksa sampai
meluap meluap.
Meratakan dengan plat transparan
sampai rata.

Meratakan dengan plat transparan


sampai rata lalu menimbang Menempatkan cawan gelas dari
cawan petri + air raksa (W4) cawan petri lalu air raksa dalam
cairan petri kembalikan ke
dalam botol penyimpanan lalu
menimbang cawan petri (W5)
Membaca dan
mencatat hasilnya

Membaca dan
mencatat hasilnya

68
B

Memasukkan kembali cawan gelas yang berisi air raksa ke dalam cawan petri

Menempatkan contoh tanah kering diatas cawan gelas yang berisi air raksa lalu
menekan contoh dengan playt

Menimbang cawan petri yang berisi tumahan air raksa akibat terdesak contoh
tanah kering

Membaca dan mencatat hasilnya

Selesai

69
5.6. HITUNGAN

1. Batas susut tanah adalah batas kadar air dimana tanah dengan kadar air
dibawah nilai tersebut tidak menyusut lagi.
2. Batas susut (S) bisa dihitung dari data yang dihasilakan pada penentuan
perubahan volume susut dengan rumus sebagai berikut:
V−V
S= ω 100%
− W
Keterangan:
S = batas susut (%)

𝜔 = kadar air (%)

V = volume basah benda uji (cm³)

𝑉° = volume kering oven benda uji (cm³)

W° = berat kering oven benda uji (gram)

Sebagai alternatif, bila berat jenis G dan rasio susut R didapat maka batas
susut dapat di hitung dengan rumus berikut:

1 1
S − 100%
R
= G
Keterangan:

S = batas susut

(%). R = rasio susut


G = berat jenis contoh tanah

Berat jenis dapat dihitung dengan rumus pendekatan berikut:

W.
G=
(V. Yw
−Ww)

Keterangan:
G = berat jenis contoh tanah
W. = berat kering oven benda uji (gr)
V = volume basah benda uji (cm³)

70
Yw = berat isi air (g/cm³)
Ww = berat bash benda uji (gram)
3. Rasio susut (R) dapat dihitung dari data yang dihasilkan pada
penentuan susut volume dengan rumus berikut:

W.
R=
V.
Keterangan:
R = rasio susut
W. = berat kering oven benda uji (gram)
V. = volume kering oven benda uji (cm³)
4. Volume susut atau perubahan volume (VC), dapat dihitung dari data
yang dihasilkan dari penentuan perubahan volume susut dengan rumus
berikut:

VC = (ω − S)R

Keterangan:
VC = volume susut (%)
ω = kadar air awal (%)
5. Susut lineal (LS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
3
LS = 100 (1 − 100
)
√ VC + 100

LS = 100 ( 1- 3 100
√ )
VC + 100

DATA PRAKTIKUM

a. Percobaan 1 :
Berat cawan susut (W1) = 11,9 gr
Berat cawan susut + contoh tanah basah (W2) = 28,5 gr
Berat cawan susut + contoh tanah kering (W3) = 22,9 gr
Berat cawan susut + air raksa (W4) = 175,7 gr
Berat cawan petri (W5) = 48,2 gr

71
Berat cawan petri + air raksa yang = 187,71gr
didesak oleh benda uji (W6)

b. Percobaan 2 :
Berat cawan susut (W1) = 12,1 gr
Berat cawan susut + contoh tanah basah (W2) = 28,8 gr
Berat cawan susut + contoh tanah kering (W3) = 22,9 gr
Berat cawan susut + air raksa (W4) = 185,2 gr
Berat cawan petri (W5) = 48,2 gr
Berat cawan petri + air raksa yang = 203,4gr
didesak oleh benda uji (W6)
c. Percobaan 3 :
Berat cawan susut (W1) = 11,9 gr
Berat cawan susut + contoh tanah basah (W2) = 28,1 gr
Berat cawan susut + contoh tanah kering (W3) = 22,9 gr
Berat cawan susut + air raksa (W4) = 179,8 gr
Berat cawan petri (W5) = 48,2 gr
Berat cawan petri + air raksa yang = 204,4gr
didesak oleh benda uji (W6)

5.7 ANALISI HITUNGAN

a. Percobaan 1
1. Berat air
berat cawan susut + tanah basah (W2) = 28,5 gr
berat cawan susut + tanah kering (W3) =22,9 gr
berat air (Ww) = W2 – W3
= 28,5 – 22,9
= 5,6 gr
2. Berat basah contoh tanah
berat cawan susut + tanah basah (W2) = 28,5 gr
berat cawan susut(W1) = 11,9 gr
berat basah contoh tanah (W) = W2 – W1

72
= 28,5 – 11,9
= 16,6 gr
3. Berat kering contoh tanah
Berat cawan susut + tanah kering (W3) = 22,9 gr
Berat cawab susut (W1) = 11,9 gr
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gram
4. Volume basah contoh tanah
berat cawan susut + air raksa (W4) = 175,7 gr
berat cawan susut(W1) = 11,9 gr
volume basah contoh tanah (V) = W4 – W1 / 13,50

= 175,7 – 11,9 / 13,50

= 12,13 cm3

5. Volume kering contoh tanah


Berat cawan petri + air raksa (W6) = 187,71 gr
Yang didesak benda uji
Berat cawan petri (W5) = 48,2 gr
Volume kering contoh tanah (Vo) = W6 – W5 /13,50
= 187,71 – 48,2 / 13,50
= 10,33 cm3
6. Kadar air awal
Berat air (Ww) = 5,6 gr
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Kadar air awal (W) = Ww / Wo x 100%
= 5,6 / 11 x 100%
= 50,91 %
7. Berat jenis (G)
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Volume basah contoh tanah (V) = 12,13 cm3
γ =1
Berat jenis air (Ww) =5,6 gr
Berat jenis (G) = Wo / V . 𝛾w . Ww

73
= 11 / 12,13 . 1 . 5,6
= 1,68gr
8. Rasio susut
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Volume kering contoh tanah (Vo) = 10,33 gr
Rasio susut = Wo / Vo
= 11 / 10,33
= 1,064 gr
9. Dari hasil perubahan volume
Kadar air awal (w) = 50,91 %
Volume basah contoh tanah (V) = 12,13 cm3
Volume kering contoh tanah (Vo) = 10,33 cm3
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Batas susut (s) = w- V-Vo / Wo x 100%

= 50,91 –( 12,13 – 10,33 / 11)


x 100%
= 34,552 %

Dari rasio susut dan berat jenis


Rasio susut (R) = 1,064 cm 3
Berat jejnis (G) = 1,68 gr
Batas susut (s) = (1 / R – 1 / G) . 100%
= (1 / 1,064 – 1 / 1,68) . 100%
= 34,552 %
10. Perubahan volume
kadar air awal (w) = 50,91 %
batas susut (s) = 34,552 %
rasio susut (R) = 1,064 %
perubahan volume (Vc) = (w – s) . R
= (50,91 – 34,552) . 1,064

74
= 17,441 gr/cm3
11. Susut linear
Perubahan volume (Vc) = 17,441 gr/cm3
Susut linear (Ls) = 100 . (1 − ∛(100/(𝑉𝐶+100)))
= 5,210 cm 3

b. Percobaan 2
1. Berat air
berat cawan susut + tanah basah (W2) = 28,8 gr
berat cawan susut + tanah kering (W3) =22,9 gr
berat air (Ww) = W2 – W3
= 28,5 – 22,9
= 5,9 gram
2. Berat basah contoh tanah
berat cawan susut + tanah basah (W2) = 28,8 gr
berat cawan susut(W1) = 12,1 gr
berat basah contoh tanah (W) = W2 – W1
= 28,8 – 12,1
= 16,7 gram

3. Berat kering contoh tanah


Berat cawan susut + tanah kering (W3) =22,9 gr

Berat cawab susut (W1) = 12,1 gr


Berat kering contoh tanah (Wo) = 10,8 gr
4. Volume basah contoh tanah
berat cawan susut + air raksa (W4) = 185,2 gr
berat cawan susut (W1) = 12,1 gr
volume basah contoh tanah (V) = W4 – W1 / 13,50

= 185,2– 12,1 / 13,50

= 12,82 cm3

75
5. Volume kering contoh tanah
Berat cawan petri + air raksa (W6) = 203,4 gr
Yang didesak benda uji
Berat cawan petri (W5) = 48,2 gr
Volume kering contoh tanah (Vo) = W6 – W5 /13,50
= 203,4 – 48,2 / 13,50
= 11,50 cm3
6. Kadar air awal
Berat air (Ww) = 5,9 gr
Berat kering contoh tanah (Wo) = 10,8 gr
Kadar air awal (W) = Ww / Wo x 100%
= 5,9 / 10,8 x 100%
= 54,63 %
7. Berat jenis (G)
Berat kering contoh tanah (Wo) = 10,8 gr
Volume basah contoh tanah (V) = 12,82 gr
𝛾 =1
Berat jenis air (Ww) =5,9 gr
Berat jenis (G) = Wo / V . 𝛾w . Ww
= 10,8 / 12,82 . 1 . 5,9
= 1,56 gr/cm3
8. Rasio susut
Berat kering contoh tanah (Wo) = 10,8 gr
Volume kering contoh tanah (Vo) = 11,50 cm3
Rasio susut = Wo / Vo
= 10,8 / 11,50
= 0,939 gr/cm3
9. Dari hasil perubahan volume
Kadar air awal (w) = 54,63 gr
Volume basah contoh tanah (V) = 12,82 cm3
Volume kering contoh tanah (Vo) = 11,50 cm3
Berat kering contoh tanah (Wo) = 10,8 gr

76
Batas susut (s) = w- V-Vo / Wo . 100%

= 54,63 –( 12,82 – 11,50 /


10,8) . 100%
= 42,353 %
Dari rasio susut dan berat jenis
Rasio susut (R) = 0,939 gr/ cm3
Berat jejnis (G) = 1,56 gr
Batas susut (s) = (1 / R – 1 / G) . 100%
= (1 / 0,939 – 1 / 1,56) . 100%
= 42,353 %
10. Perubahan volume
kadar air awal (w) = 54,63 gr
batas susut (s) = 42,353 %
rasio susut (R) = 0,939 gr/cm3
perubahan volume (Vc) = (w – s) . R
= (54,63 – 42,353) . 0,939
= 11,534 cm 3
11. Susut linear
Perubahan volume (Vc) = 11,534cm3
Susut linear (Ls) = 100 . (1 − ∛(100/(𝑉𝐶+100)))

= 3,573 cm 3

c. Percobaan 3
1. Berat air
berat cawan susut + tanah basah (W2) = 28,1 gr
berat cawan susut + tanah kering (W3) =22,9 gr
berat air (Ww) = W2 – W3 gr

= 28,1 – 22,9 gr

= 5,2 gr
b. Berat basah contoh tanah
berat cawan susut + tanah basah (W2) = 28,1 gr

77
berat cawan susut(W1) = 11,9 gr
berat basah contoh tanah (W) = W2 – W1
= 28,1 – 11,9
= 16,2 gram
c. Berat kering contoh tanah
Berat cawan susut + tanah kering (W3) =22,9 gr
Berat cawab susut (W1) = 11,9 gr
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
d. Volume basah contoh tanah
berat cawan susut + air raksa (W4) = 179,8 gr
berat cawan susut(W1) = 11,9 gr
volume basah contoh tanah (V) = W4 – W1 / 13,50

= 179,8– 11,9 / 13,50

= 12,44 cm3

e. Volume kering contoh tanah


Berat cawan petri + air raksa (W6) = 204,4 gr
Yang didesak benda uji
Berat cawan petri (W5) = 48,2 gr
Volume kering contoh tanah (Vo) = W6 – W5 /13,50
= 204,4 – 48,2 / 13,50
= 11,57 cm3
f. Kadar air awal
Berat air (Ww) = 5,2 gr
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Kadar air awal (W) = Ww / Wo x 100%
= 5,2 / 11 x 100%
= 47,27 %
g. Berat jenis (G)
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Volume basah contoh tanah (V) = 12,44 cm3
𝛾 =1

78
Berat jenis air (Ww) =5,2 gr
Berat jenis (G) = Wo / V . 𝛾w . Ww
= 11 / 12,44 . 1 . 5,2
= 1,52 gr/cm3
h. Rasio susut
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Volume kering contoh tanah (Vo) = 11,57 cm3
Rasio susut = Wo / Vo
= 11 / 11,57
= 0,951 gr/cm3
i. Dari hasil perubahan volume
Kadar air awal (w) = 47,27 %
Volume basah contoh tanah (V) = 12,44 cm3
Volume kering contoh tanah (Vo) = 11,57 cm3
Berat kering contoh tanah (Wo) = 11 gr
Batas susut (s) = w- V-Vo / Wo . 100%

= 47,27 –( 12,44 – 11,57 / 11)


. 100%
= 39,394 %

Dari rasio susut dan berat jenis


Rasio susut (R) = 0,951 gr/cm3
Berat jejnis (G) = 1,52 gr
Batas susut (s) = (1 / R – 1 / G) . 100%
= (1 / 0,951 – 1 / 1,52) . 100%
= 39,394 %
j. Perubahan volume
kadar air awal (w) = 47,27 %
batas susut (s) = 39,394 %
rasio susut (R) = 0,951 gr/cm3
perubahan volume (Vc) = (w – s) . R

79
= (47,27 – 39,394) . 0,951
= 7,490 cm 3
k. Susut linear
Perubahan volume (Vc) = 7,490 cm 3
Susut linear (Ls) = 100 . (1 − ∛(100/(VC+100)))
= 2,379cm 3

d. Nilai rata-rata
1. Kadar air awal (w) = (W1 +W2 + W3) / 3
= 50,91 + 54,63 + 47,27 / 3
= 50,94 %
2. Berat jenis (G) = (G1 +G2 + G3) / 3
= 1,68 + 1,56 + 1,52 / 3
= 1,588 gr/cm3

3. Rasio susut (R) = (R1 + R2 + R3) / 3


= 1,064 + 0,939 + 0,951 / 3
= 0,985 gr/cm3

4. Batas susut (s)


Dari hasil perubaha volume = (S1 + S2 + S3) / 3
= 34,552 + 42,353 + 39,394 /3
= 38,766 %

Dari rasio susut dan berat jenis = (S1+ S2 + S3) / 3


= 34,552 + 42,353 + 39,394 /3
= 38,766 %
Perubahan volume (Vc) = (Vc1 + Vc2 + Vc3) / 3
= 17,441 + 11,534 + 7,490 / 3
=12,145cm 3

80
Susut linear (Ls) =( Ls1 + Ls2 + Ls3) /3
= 5,210 + 3,573 + 2,379 / 3
= 3,721cm3
5.8 PEMBAHASAN

Batas susut adalah kadar air pada kedudukan tanah antara daerah semi padat
yaitu presentase dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan
perubahan volume tanah. Hubungan antara batas susut dan angka susut
menghasilkan batas jenis tanah asli. Pengurangan kadar air tanah dengan
pengurangan volume tanah. Hal ini digambarkan dalam batas-batas atteberg untul
menentukan batas konsistensi tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan
kadar airnya.

Atteberg memberikan cara untuk menggambarkan batas-batas dari tanah


dengan mempertimbangkan kandungan air tanah. Batas-batas tersebut adalah
batas cair (liquid limit), batas plastis (plastis limit), dan batas susut.

Batas-batas atteberg sangat berguna untuk identifiikasi dari klasifikasi tanah.


Batats-batas ini di sering digunakan secara langsung dalam spesifikasi guna tanah
yang akan digunakan untuk membangunstruktur tanah.

Percobaan batas susut dilakukan di laboratorium, dengan cawan porselin,


bagian dalam dilapisi dengan pelumas dan diisi dengan benda uji. Volume
ditentukan dengan air raksa. Langkah-langkah pegujian susut dapat dilakukan
dengan menempatkan contoh tanah ke dalam cawan porselin dan mencapurkan air
destilasi, sehingga contoh tanah jenih dan tidak terdapat lagi gelembung udara,
mengaduk sampai menjadi pasta, tempatkan contoh tanah ditengah cawan susut
sebanyak 1/3 baguan volume cawan dan mengetuk-ngetuk perlahan sampai
menyentuh dinding cawan. Megulanginya sampai 3/3 bagian atau volume cawan
terpenuhi. Menimbang dan mencatat berat contoh tanah basah dan cawan, lalu
memasukkan kedalam oven selama minimal 16 jam. Mengeluarkan dan
menimbang contoh tanah. Mengukur volume cawan susut dengan cara
memsukkan kedalam cawan petri lalu menuangkan air raksa pada cawan sampai
meluap. Kemudian menghitung volume.

Mengukur volume tanah kering dengan caramenempatkan cawan gelas


kedalam cawan petri lalu menuangkan air raksa pada cwan sampai meluap.
81
Mengangkat cawa gelas dari cawan petri, lalu membersihkan cawan petri dengan

82
air raksa. Meletakkan kembali cawan gelas berisi air raksa. Tumpahan air raksa
adalah volumde dari benda kering.

5.9 KESIMPULAN

Dari hasil pengujian batas susut tanah, diperoleh selisih ketiga data tersebut
sehingga dapat dirata-ratakan dan diperoleh sebagi berikut :

1. Kadar air awal = 50,94 %


2. Berat jenis = 1,588 gr/cm3
3. Rasio susut = 0,985 gr/cm3
4. Batas susut
Dari hasil perubahan volume = 38,766 %

Dari rasio berat jenis = 38,766 %


5. Perubahan volume = 12,145 cm 3
6. Susut linear = 3,721 cm 3

83
LAPORAN SEMENTARA

PENENTUAN BATAS SUSUT DAN FAKTOR-FAKTOR


SUSUT TANAH

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: Kelompok 5B…
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………………

No. Percobaan
Parameter
1 2 3

Berat cawan susut (W1), gr 11,9 12,1 11,9

Berat cawan susut + contoh tanah basah (W2), gr 28,5 28,8 28,1

Berat cawan susut + contoh tanah kering (W3), gr 22,9 22,9 22,9

Berat air (Ww = W2 – W3), gr 5,6 5,9 5,2

Berat basah contoh tanah (W = W2 - W1), gr 16,6 16,7 16,2

Berat kering contoh tanah (Wo = W3 - W1), gr 11 10,8 11

Berat cawan susut + air raksa (W4), gr 175.7 185,2 179,8


Volume basah contoh tanah,
(W4  W1 ) 12,133 12,822 12,437
V , cm3
13,5

Berat cawan petri (W5), gr 48,2 48,2 48,2


Berat cawan petri + air raksa yang didesak oleh
benda uji (W6), gr 187,71 203,4 204,4
Volume kering contoh tanah,
(W6  W5 ) 3 10,334 11,496 11,570
V o 13,5 , cm

Kadar air awal,


W
  w .100% 50,91 54,63 47,27
Wo

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

84
Berat jenis,
Wo 1,684 1,560 1,520
G
V.  W 
w w
Rasio susut,
W 1,064 0,939 0,951
R o
Vo
Batas susut,
 Dari hasil perubahan volume:
V Vo  34,552 42,353 39,394
S 100%
 .
 Wo 
 Dari rasio susut dan berat jenis:
1 1
S   .10 0% 34,522 42,353 39,394
R G

Perubahan volume, VC = (ω-S).R 17,411 11,534 7,490


Susut linier, 100
LS  100. 1  3 5,210 3,573 2,379
VC 100

Nilai rata-rata:
1. Kadar air awal (ω) = 50,937 %
2. Berat jenis (G) = 1,588 gr/cm3
3. Rasio susut (R) = 0,985 gr/cm3
4. Batas susut (S)
a. Dari hasil perubahan volume = 38,766 %
b. Dari rasio susut dan berat jenis = 38,766 %
5. Perubahan volume (VC) = 12,145 cm3
6. Susut linier (LS) = 3,720 cm 3

……………………………

Diperiksa/Asisten Penguji/Mahasiswa

(……………………………) (…………………………

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

85
86
GAMBAR ALAT

PENENTUAN BATAS SUSUT DAN FAKTOR SUSUT TANAH

1. Cawan porselen berfungsi untuk menaruh benda uji

Gambar 5.1 Cawan porselen

2. Spatula berfungsi untuk mengambil benda uji dari mangkok dan


memindahkan ke wadah atau cawan

Gambar 5.2 Spatula

3. Penggerus atau penumbuk berfungsi untuk mengambil atau menghaluskan


tanah yang masih menggumpal

87
Gambar 5.3 Penggerus atau penumbuk

4. Saringan no.40 berfungsi untuk menyaring tanah yang lolos ayakan no.40

Gambar 5.4 Saringan no.40

5. Cawan susut berfungsi untuk penentuan batas susut tanah dan faktor susut
tanah

Gambar 5.5 Cawan susut

88
6. Cawan petri berfungsi untuk penentuan batas susut tanah dan faktor susut
tanah

Gambar 5.6 Cawan petri

7. Wash bottle berfungsi untuk membantu penambahan air destilasi ke benda uji

Gambar 5.7 Wash bottle

8. Air raksa berfungsi untuk membantu volume susut tanah

Gambar 5.8 Air raksa


9. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji dengan berat maksimum
200 gram dengan ketelitian 0.01 gram

89
Gambar 5.9 Timbangan

10. Oven pengering berfungsi untuk mengeringkan sampel tanah guna


mendapatkan besarnya kadar air

Gambar 5.10 Oven pengering

11. Desikator berfungsi untuk mendinginkan bahan atau benda uji sampai dingin
atau temperatur suhu dengan temperatur ruangan

Gambar 5.11 Desikator

90
GAMBAR PELAKSANAAN

PENENTUAN BATAS SUSUT DAN FAKTOR SUSUT TANAH

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

91
(h)
(g)

(i)

Keterangan :
a. Menimbang cawan susut
b. Menyiapkan tanah lolos ayakan no.40 kemudian menimbangnya
c. Mengaduk tanah benda uji yang telah di campur air destilasi sampai menjadi
pasta
d. Memasukkan tanah benda uji yang telah menjadi pasta ke dalam cawan susut
sampai penuh
e. Meratakan permukaan cawan susut serta membersihkan bagian luar dari
cawan susut kemudian menimbang cawan susut yang telah terisi benda uji
kemudian membiarkan dalam suhu ruangan sampai berubah warna menjadi
lebih terang
f. Memasukkan ke dalam oven
g. Mengeluarkan tanah benda uji dalam cawan susut dari oven dan
menimbangnya

92
h. Memasukkan benda uji kering oven ke dalam cawan petri yang terisi air raksa
dan menekan benda uji dengan plat transparan
i. Menimbang air raksa yang tumpah dalam cawan

93
PERCOBAAN VI
PENGUJIAN ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH

(SNI-3423-2008)

6.1 MAKSUD

Maksud percobaan tanah adalah untuk menentukan pembagian ukuran butir


(gradasi) dari tanah lulus saringan No. 10 (2,00 mm) dengan metode analisis
hidrometer dan saringan.

6.2 PERALATAN

a. Gelas ukur 1000 ml


b. Saringan No. 10, 20, 40, 60, 140, 200
c. Tabung ukur 500 ml dan 1000 ml
d. Sodium (heksametaphospat) seberat 40 gram
e. Gelas kimia
f. Hydrometer 151 H dan 152 H
g. Thermometer
h. Mangkok
i. Mixer
j. Oven
k. Desikator

6.3 BENDA UJI

Contoh tanah dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jenis tanah yang tidak mengandung batu hampir semua butirannya lebih
halus dari saringan No.10 (2,00 mm). Benda uji tidak perlu dikeringkan dan
tidak perlu disaring dengan saringan No.10 (2,00 mm).
2. Jenis tanah yang mengandung batu atau mengandung banyak butiran yang
lebih kasar dari saringan No.10 (2,00 mm). Untuk benda uji jenis ini perlu
mengeringkan contoh tanah di udara terbuka sampai bisa disaring dengan
saringan No.10 (2,00 mm). Ambil benda uji yang lolos saringan No.10

94
(2,00 mm), untuk pengujian hidrometer, diperkirakan 100 gram untuk tanah
kepasiran dan 50 gram untuk tanah kelanauan atau kelempungan, dan untuk
penentuan air higroskopis paling sedikit 10 gram.

6.4 PELAKSANAAN

a. Siapkan tanah 100 atau 50 gram, setelah itu siapkan larutan dispresi.
Dengan mencapurkan air destilasi sebanyak 125 ml kemudia masukkan
sodium heksametaphosat, lalu di aduk dan capurkan ke tanah, kemudian
diaduk kembali dan di diamkan selama ± 12 jam dalam keadaan tertutup
plastic.
b. Setelah di diamkan selama 12 jam, air beserta larutan dimasukkan ke
dalam tabung dispresi kemudia dibersihkan dengan air agar benda uji tidak
ada yang tertinggal di dalam cawan. Lalu dimasukkan kedalam mixer, dan
di mixer selama 60 detik.
c. Setelah dimixer benda uji dimasukkan ke dalam tabung jangan sampai ada
tanah yang tersisa, lalu ditambahkan air sampai 1000 ml. Kemudian tabung
ditutup dengan plastic lalu kocok sebanyak 60 kali.
d. Setelah itu siapkan larutan dispresinya lagi dengan mencapurkan 40 gram
sodium heksametaphospat dalam air destilasi sebanyak 125 ml, lalu
diaduk. Kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dan ditambahkan
dengan air destilasi dengan hingga ketinggian 1000 ml.
e. Setelah itu menyiapkan tabung yang satunya dengan cairan biasa, sehabis
itu lakukan pembacaan dengan menggunakan hydrometer, jangan lupa
untuk menyiapkan stopwatch. Pembacaan pada setiap menit ke 5, 10, 15,
30, 60, 250, dan 1440 menit, lakukan dengan langkah yang sama terhadap
air lain.
f. Fungsi dari cairan biasa ini untuk mencuci hydrometer, kemudian disetiap
menit lakukan pengukuran suhu lalu dicatat hasilnya.
g. Sehabis pembacaan ke 1440 menit, kemudian tanahnya disaring
menggunakan saringan No.200. tambahkan dengan tanah 450 gram yan

95
disisakan tadi, kemudian dicuci hingga bersih sampai lumpurnya hilang
dan airnya jernih.
h. Tanah yang habis dicuci di masukkan ke dalam oven untuk dikeringkan.
Setelah dikeringkan di dalam oven kurang lebih 12 jam benda uji
dikeluarkan dari dalam oven, dan bentuknya akan berubah menjadi
butiran, yang tadinya berair menjadi kering. Kemudian di dinginkan ke
dalam desikator sampai suhunya konstan.
i. Setelah suhunya konstan, benda uji dimasukkan ke dalam saringan dengan
urutan 200, 140, 60, 40, 15, 20, 10, kemudian diayak. Seletah melakukan
pengayakan lakukan penimbangan terhadap semua benda uji yang
tertinggal di dalam saringan, per masing-masing saringannya.
j. Kemudian catat hasilnya

96
6.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH

Mulai

Menyiapkan benda uji berupa tanah 500 gram, 50 gram untuk analisis
hydrometer dan 450 untuk saringan

Menganalisis tanah 50 gram untuk analisis hydrometer

Menempatkan tanah pada cawan porselen

Menyiapkan larutan disperse berupa larutan 40 gram larutan heksamethapospat


yang dilarutkan 1000 ml air distilasi

Menambahkan larutan tersebut sebanyak 125 ml pada tanah yang berada pada
cawan porselen

Mencampur dan mengaduk campuran tersebut sampai tercampur merata,


kemudian merendamnya selama 12 jam

Setelah 12 jam, memasukan campuran ke dalam laarutan disperse dan


memasang pada mixer kemudian hidupkan mixer selama 1 menit

Memasukkan campuran ke dalam tabung gelas dan menambahkan air destilasi


sampai 100 ml

Mengocok tabung sebanyak 60 kali

Menyalakan stopwatch setelah selesai mengocok

97
A

Memasukkan hydrometer dan membaca sesuaiwaktu yang sudah ditentukan

Setelah pembacaan berakhir mencuci dari tabung dan menyiapkan


tanah sebanyak 450 gram dengan lolos ayakan No.40

Mencuci tanah sampai bersih

Mengambil tanah yang tertahan pada saringan dan memasukkan ke


dalam cawan porselen kemudian oven

Menyaring tanah kering dengan saringan No. 4, 10, 20, 40, 60, 100, 200

Menimbang tanah yang tertahan pada setiap


saringan

Membaca dan mencatat


hasilnya

Selesai

98
6.6 HITUNGAN

a. Presentase air hidroskopis


Air higroskopis harus dinyatakan sebagai presentase dari berat kering tanah
dan ditentukan sebagai berikut:
Presentase air hidroskopis = w-w˳ .100

keterangan:
W = berat kering udara contoh tanah.
W˳ = berat kering oven contoh tanah.
b. Presentase tanah dalam larutan (suspensi)
Menghitung Presentase sisa tanah yang telah terurai sebagai berikut:

Untuk hidrometer 152 H, P = R.a .100


W

(R-1)α
Untuk hidrometer 151 H, P = 1606. .100
W

Harga a dapat diperoleh dengan rumus:


2,65-1,00
α= ·G atau dicari pada Tabel 3 (terlampir)
2,65 G-1

keterangan:
P = presentase sisa tanah yang telah terurai dalam suspensi.
R = koreksi pembacaan hidrometer, R = R1 – R2
R1 = pembacaan hidrometer dalam suspensi.
R2 = pembacaan hidrometer dalam larutan standar.
W = berat kering udara contoh tanah yang diuji.
a = konstanta yang tergantung dari kepadatan suspensi.
G = berat jenis butiran tanah.

99
c. Diameter butiran tanah dalam suspensi
L
d = K√
T

keterangan:
L = jarak dari permukaan suspense ke tempat kepadatan suspense yang
diukur, mm. Jarak L ini dinamakan kedalam efektif
K = konstanta tergantung temperature suspense dan berat jenis dari butrian
tanah.
T = interval waktu dari mulainya pengendapan sampai waktu pembacaan,
menit.
d. Analisis saringan butir halus
wn
1.
Presentase berat tanah tertahan saringan, bn = .100

2.
Presentase kumulatif dari tanah yang tertahan, cn = cn-1 + bn
3.
Presentase tanah yang lolos saringan, cn = cn-1 + bn
4.
Tanah yang hilang selama pengujian analisis saringan =w˳-w₁ .100

….harus < 2%.


Keterangan:
bh = presentase berat tanah tertahan saringan ke-n, %.
Wn = berat tanah yang tertahan saringan ke-n, gram.
Cn = presentase kumulatif dari tanah yang tertahan ke-n, gram.
en = presentase tanah yang lolos saringan ke-n, gram.
W0 = berat kering oven contoh tanah yang diuji ( sebelum
dianalisis saringan).
W1 = berat kering oven contoh tanah yang diuji (setelah
dianalisis saringan).

e. Penggambaran grafik
Menggambar akumulasi presentase butir dengan diameter yang
berbeda pada kertas semi logaritmis untuk memperoleh kurva akumulasi
ukuran butir, dengan ukuran butiran dalam mm sebagai absis dengan skala
logaritma dan presentase butir yang lolos saringan sebagai ordinat dengan
skala biasa.

100
DATA PRAKTIKUM

1. Tipe hydrometer = 151 H


2. Koreksi mniskus, Fm = 0,001
3. Berat jenis tanah = 2,64
4. Suhu suspensi = 29°C
5. Koreksi temperature F1 dan F2 = a = 1,0
6. Konstanta (K) = 0,01221
7. Koreksi bacaan nol = 1,001

6.7 ANALISIS HITUNGAN

a. Analisis pengendapan hydrometer untuk waktu 0,5 menit


1.
Pembacaan hydrometer (R) = 1,016
2.
Koreksi pembacaan
- R = 1,016
- Fz = 1,001
- Ft = 3,05
- Rcp = R+Ft-Fz
= 1,016+3,05-1,001
= 3,065
3.
Bacaan hydrometer actual
- R = 1,016
- Fm = 1,001
- Rcl = R+Rm
= 1,017
4.
Kedalaman (L) cm : 11,0
5.
Diameter butir
- K = 0,01221
- T = 0,5
L
- d = K√
T

= 0,05728

101
6.
Butiran halus %
- a = 1,0 %
- p = 6,1441 %
7.
Koreksi butiran halus %
- P = 6,1441 %
- Berat tanah lolos saringan no 200
- P’ = 6,1441 x 69,720%
100
= 4,2837 %
b. Analisis Saringan Butiran
- Berat tanah kering (W1), gram = 500 gram
- Berat tanah kering + oven (W2), gram = 146,6
- Presentase air hidroskopis % = 𝑤1−𝑤2
𝑥100
𝑤1

500−146,6
= 500 𝑥100
= 70,68 %
1.
Presentase berat tanah saringan no 10
a. berat tertahan saringan = 14,000
b. berat tanah kering = 500 gram
c. berat tertahan saringan % = berat tertahan saringan X100
berat tanah kering

= 14 X100
500

= 2,8%
d. komulatif tertahan % (cn - n) = 2,8 – 0
= 2,8 %
e. tanah yang lolos saringan % (cn – n) = w – (cn – n)
= 100 – 2,8
= 97,2%

102
2.
presentase berat tanah saringan no.20
a. berat tertahan saringa = 32,400 gr
b. berat tanah kering = 500 gr
berat tertahan saringan
c. berat tertahan saringan = X100
berat tanah kering

= 32,4 X100
500

= 6,48 gr
d. komulatif terthaan % (cn – b) = cn – a + bn
= 9,280 %
e. tanah yang lolos saringan % = 100 – cn – a
= 90,720 %

3.
Presentase berat tanah saringan no.60
a. berat tertahan saringan = 44,200 gr

b. berat tanah kering = 500 gr


berat tertahan saringan
c. berat tertahan saringan % cn = X100
berat tanah kering

= 44,2 X100
500

= 8,84 gr
d. komulatif tertahan % (cn – a ) = cn – c + bn
= 26,800 %
e. tanah yang lolos saringan % = 100 – cn – d
= 73,200 %
4.
Presentase berat tanah saringan no.200
a. berat tertahan saringan = 2,400 gr

b. berat tanah kering = 500 gr


berat tertahan saringan
c. berat tertahan saringan % cn = X100
berat tanah kering

= 2400 X100
500

= 0,480 %
d. komulatif tertahan % (cn – a ) = cn – c + bn
= 30,280 %
e. tanah yang lolos saringan % = 100 – cn – d

103
= 100 – 30,280
= 69,720 %

5.
Presentase gravel = 0%
6.
Presentase sand = 30,28%
7.
Presentase silt = 66,34%
8.
Presentase clay = 3,37958%
D60
9.
Cu =
D10
0,073
=
0,0059
= 1,237 %
D30 2
10.
Cc =
D60 x D 10
2
= (0,062)
¿¿
= 0,892 %

104
6.8 PEMBAHASAN

Sifat-sifat tanah sangat tergantung terhadap ukuran butirdan besar


butiranyya dijadikan dasar sebagai pemberiannama klasifikasi tanah. Maka
dari itum analisis butiran tanah ini merupakan pengujian yang sangat sering
untuk dilakukan.

Menganalisis ukuran partikel butir tanah meliputi penentuan presentase


berat partikel tanah pada ukuran butiranyang berbeda distribusi ukuran butir
tanah ini ditentukan dengan :

1. Analisis saringan (analisis ayakan) untuuk tanah berbutir kasar.


2. Analisis hydrometer untuk tanah yang berbutir halus

Analisis hydrometer ini berdasar atas umum stokes, yaitu pengedepan


butiran yang megandung pada besarnya ukuran butir dari idensitas dari butiran
tanah dan dalam butiran ini terjadi gerak brown.

Analisis saringan dilakukan sebagai tanah uang tertahan saringan no.200


untuk tanah yang lolos saringan no.200, distribusi, uukuran butirnya didapat
dengan melaksanakan tes hydrometer. Untuk tanah yang terdiri dari campuran
butiran halus dari besar. Gabungan antara analisis saringan dan sedmentasi
dapat digerakan.

Dari hasil penggambaran yang didapatkan, tanah berbutir kasar yang


digolongkan sebagai gradasi baik bila tidak ada kelebihan, butiran pada
sembarang ukuran dan tidak ada kurang pada ukuran butiran sedang.
Umumnya tanah yang bergradasi bauj jika distribusi ukurannya meluas. Tanah
berbutir kasar digambarkan sebagai bergradasi buruk. Bila jumlah butirnya
sebagian besar dikelompokkan dalam batas interval parameter butir yang
sempit (gradasi seragam).

Untuk tanah yang terdiri dari campuran butiran halus dan kasar,gabungan
antara analisis saringan dan sedimentasi dapat digunakan. Dari hasil
penggambaran kurva yang diperoleh, tanah berbutir kasar digolongkan sebagai
gradasi baik bila tidak ada kelebihan butiran pada sembarang ukurunanya dan
tidak ada yang kurang pada ukuran butiran sedang. Umumnya tanah

105
bergradasi baik jika distribusi ukuran butirannya tersebar meluas (pada ukuran
butirannya). Tanah berbutir kasar digambarkan sebagai bergradasi buruk, bila
jumlah berat butiran sebagian besar mengelompok di dalam batas interval
diameter butir yang sempit (disebut gradasi seragam). Tanah juga termasuk
bergradasi buruk, jika butiran besar maupun kecil ada, tapi dengan pembagian
butiran yang relatif rendah pada ukuran sedang (contoh pada gambar).

Notasi D10 didefinisikan sebagai 10% dari berat butiran total berdiameter
lebih kecil dari ukuran butiran tertentu. Sebagai contoh, D10 = 0,45 mm,artinya
10% dari berat butiran total berdiameter kurang dari 0,45 mm. Ukuran ukuran
yang lain sepert D30,D60 didefinisikan seperti cara yang sama. Ukuran D 10
didefinisikan sebagai ukuran (effective size).

Gambar 6.1 analisis distribusi ukuran butiran


Kemiringan dan bentuk umum dari kurva distribusi butiran digambarkan
oleh koefisien keseragaman (coefficient of unformity), Cu dan koefisien gradasi
(coefficient of gradation),Cc, yang diberikan menurut persamaan :

D60
Cu = D10

(D30)2
CC = (D60)(D10)

Tanah bergradasi baik jika mempunyai koefisien gradasi 1 < CC < 3


dengan Cu > 4 untuk kerikil, dan Cu > 6 untuk pasir. Tanah disebut bergradasi
sangat baik, bila Cu > 15.

106
6.9 KESIMPULAN

Bedasarkan hasil pengujian didapatkan :

a. Nilai Cu = 1,237 mm, nilai Cc = 0,892 mm, dari hasil tersebut dapat
disimpulkan tanah termasuk gradasi baik.
b. Presentase gravel = 0%
c. Presentase sand = 30,28%
d. Presentase silt = 66,34%
e. Presentase clay = 3,37958%

107
LAPORAN SEMENTARA

PENGUJIAN ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH

Proyek : …………………………. No. Contoh : …………………………. Dikerjakan oleh: ………………………….


Lokasi : …………………………. Kedalaman : …………………………. Diperiksa oleh : ………………………….
Jenis tanah : ………………………….

Berat tanah kering yang diuji, W = 50 gram Berat jenis tanah, G = 2,64
Tipe hidrometer = 151 H 2,65 1,00 G
a . = 1,0
Koreksi meniskus hidrometer, m = 0,001 gama w 2,65 G 1

Waktu Pembacaan Koreksi Bacaan Hidrometer Kedalaman (L), cm Diameter Butir, mm % butiran Koreksi %
(T), Hidrometer bacaan, Aktual Rcl=R+Fm d√
𝐿
Halus P butiran Halus
menit (R1) Rcp=R+Ft-Fz (P)
𝑇

0,5 1,016 3,065 1,017 11,0 0,05728 6,1441 4,2837


1 1,015 3,064 1,016 11,5 0,04141 6,1421 4,2823
2 1.011 3,063 1,015 11,8 0,02966 6,1401 4,2809
5 1,008 3,060 1,012 12,3 0,01915 6,1341 4,2767
15 1,006 3,059 1,011 12,6 0,01119 6,1321 4,2753
30 1,004 3,057 1,009 13,1 0,00807 6,1281 4,2725
60 1,006 3,055 1,007 13,4 0,00577 6,1241 4,2697
250 1,004 3,053 1,005 13,7 0,00286 6,1200 4,2669
1440 1,002 3,051 1,003 14,2 0,00121 6,1160 4,2641

108
Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

109
ANALISIS SARINGAN (SETELAH ANALISIS HIDROMETER)

Berat tanah kering oven yang Wo =gr


diperiksa,
W Wo .100
Persentase air Wo =- 3,956 %
hidroskopis,

No. Ukuran Berat tertahan % berat tanah % kumulatif % Tanah Koreksi % tanah
Saringan butir, mm saringan ,gr saringan tertahan yang lolos yang lolos

No.4 4,75 0 0 0 100 100


No.10 2 14,000 2,800 2,800 97,200 67,768
No.20 1,18 32,400 6,480 9,280 90,720 63,250
No.40 0,425 43,400 8,680 17,960 82,040 57,198
No.60 0,25 44,200 8,840 26,800 73,200 51,035
No.100 0,15 15,000 3,000 29,800 70,200 48,943
No.200 0,075 2,400 0,480 30,280 69,720 48,609
Pan
< 0,075 1 0,20 30,480 69,520 48,469
penadah
Berat 152,4 30,480
total

Tanah yang hilang selama pengujian analisis saringan  Wo W1 .100 < 2%.
Wo
= - 3,956 %

(Memenuhi Syarat/Tidak Memenuhi Syarat) **)


wn
Keterangan, bn  .100 cn = cn-1 + bn en = 100 - cn
o

Diperiksa/Asisten Penguji/Mahasiswa

(……………………………) (……………………………)

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

110
Tabel 3. Harga a, untuk berbagai harga G (3)

Berat Jenis, G Konstanta, a


2,95 0,94
2,85 0,96
2,75 0,98
2,65 1,00
2,55 1,02
2,45 1,05
2,35 1,08
(3)
Sumber: SNI-3423-2008

Tabel 4. Harga kedalaman efektif berdasarkan hidrometer dan larutan sedimentasi


di dalam silinder berukuran khusus untuk tipe hidrometer 151 H (4)

Pembacaan Pembacaa
Kedalaman Kedalaman
aktual n
efektif (L), mm efektif (L), mm
hidrometer hidrometer
aktual
1.000 163 1.025 97
1.001 160 1.026 94
1.002 158 1.027 92
1.003 155 1.028 89
1.004 152 1.029 86
1.005 150 1.030 84
1.006 147 1.031 81
1.007 144 1.032 78
1.008 142 1.033 76
1.009 139 1.034 73
1.010 137 1.035 70
1.011 134
1.036 68
1.012 131
1.037 65
1.013 129 1,038 62
1.014 126
1.015 123
1.016 121
1.017 118
1.018 115
1.019 113
1.020 110
1.021 107
1.022 105
1.023 102
1.024 100

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

111
Tabel 5. Harga kedalaman efektif berdasarkan hidrometer dan larutan sedimentasi
di dalam silinder berukuran khusus untuk tipe hidrometer 152 H (4)

Pembacaa Pembacaan
Kedalaman Kedalaman
n aktual aktual
efektif (L), mm efektif (L), mm
hidrometer hidrometer
0 163 37 102
1 161 38 101
2 160 39 99
3 158 40 97
4 156 41 96
5 155 42 94
6 153 43 92
7 152 44 91
8 150 45 89
46 88
9 148
47 86
10 147
48 84
11 145
49 83
12 143
50 81
13 142
51 79
14 140
52 78
15 138
53 76
16 137 54 74
17 135 55 73
18 133 56 71
19 132 57 70
20 130 58 68
21 129 59 66
22 127 60 65
23 125
24 124
25 122
26 120 (4)
Sumber: Tabel 2 AASHTO T88-00
27 119 dan Tabel 2 ASTM D 22-63
28 117 (Reapproped 1990)
29 115
30 114
31 112
32 111
33 109
34 107
35 106
36 104
Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

112
Tabel 6. Harga K untuk digunakan dalam rumus menghitung diameter butir tanah
pada analisis hidrometer (5)

Temperatu Berat jenis butiran


r 2,45 2,50 2.55 tanah
2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
oC
16 0,01510 0,01505 0,01481 0,01457 0,01435 0,01414 0,01394 0,01374 0,01356

17 0,01511 0,01486 0,01462 0,01439 0,01417 0,01396 0,01376 0,01356 0,01338


18 0,01492 0,01467 0,01443 0,01421 0,01399 0,01378 0,01359 0,01339 0,01321
19 0,01474 0,01449 0,01425 0,01403 0,01382 0,01361 0,01342 0,01323 0,01305
20 0,01456 0,01431 0,01408 0,01386 0,01365 0,01344 0,01325 0,01307 0,01289
21 0,01438 0,01414 0,01391 0,01369 0,01348 0,01328 0,01309 0,01291 0,01273
22 0,01421 0,01397 0,01374 0,01353 0,01332 0,01312 0,01294 0,01276 0,01258
23 0,01404 0,01381 0,01358 0,01337 0,01317 0,01297 0,01279 0,01261 0,01243
24 0,01388 0,01365 0,01342 0,01321 0,01301 0,01282 0,01264 0,01246 0,01229
25 0,01372 0,01349 0,01327 0,01306 0,01286 0,01267 0,01249 0,01232 0,01215
26 0,01357 0,01334 0,01312 0,01291 0,01272 0,01253 0,01235 0,01218 0,01201
27 0,01342 0,01319 0,01297 0,01277 0,01258 0,01239 0,01221 0,01204 0,01188
28 0,01327 0,01304 0,01283 0,01264 0,01244 0,01225 0,01208 0,01191 0,01175
29 0,01312 0,01290 0,01269 0,01249 0,01230 0,01212 0,01195 0,01178 0,01162
30 0,01298 0,01276 0,01256 0,01236 0,01217 0,01199 0,01182 0,01165 0,01149
(5)
Sumber: ASTM D 422-63 (Reapproved 1990)

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY


113
GRAFIK DISTRIBUSI UKURAN BUTIR

114
GAMBAR ALAT

PENGUJIAN ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH

1. Cawan porselen berfungsi untuk menaruh hasil benda uji

Gambar 6.1 Cawan porselen

2. Gelas kimia berfungsi untuk menuangkan air destilasi sebanyak 125 ml le


dalam tabung gelas ukur

Gambar 6.2 Gelas kimia

115
3. Tabung gelas ukur berfungsi sebagai tempat uji air destilasi dan larutan
dispersi

Gambar 6.3 Tabung Gelas Ukur

4. Saringan No.20,40,60,140,200 berfungsi untuk menyaring tanah benda uji

Gambar 6.4 Saringan No.20,40,60,140,200

5. Desikator berfungsi untuk mendinginkan bahan atau benda uji sampai dingin
atau temperatur suhu sama dengan temperatur ruangan (bisa dipegang dengan
aman menggunakan tangan)

Gambar 6.5 Desikator

116
6. Hidrometer berfungsi untuk mengukur berat

Gambar 6.6 Hidrometer

1. Termometer berfungsi untuk mengukur suhu

Gambar 6.7 Termometer

2. Oven pengering berfungsi untuk mengeringkan sampel tanah guna


mendapatkan besarnya kadar air

Gambar 6.8 Oven pengering

117
3. Mixer berfungsi untuk mencampur larutan dispersi, air destilasi, dan tanah
lolos ayakan

Gambar 6.9 Mixer

118
GAMBAR PELAKSANAAN

PENGUJIAN ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

119
(g) (h)

(i)
Keterangan :
a. Menimbang tanah 50 gram menggunakan mangkok
b. Menimbang serbuk dispersi menggunakan gelas kimia
c. Menambahkan air sebanyak 125 ml dan melarutkan serbuk dispersi dengan
wadah/mangkok
d. Mencampur dan mengaduk tanah dengan air dispersi sampai seluruh tanah
tercampur dengan larutan, rendam selama 12 jam di dalam wadah/cawan
e. Menuangkan campuran ke dalam mangkok dispersi, membilas menggunakan
air destilasi, lalu mixer selama 1 menit
f. Memindahkan campuran yang telah di mixer kedalam tabung gelas ukur, lalu
menambahkan air destilasi sampai volume campuran menjadi 1000 ml,
kemudian menutup mulut tabung rapat-rapat (menggunakan plastik dan karet)

120
mengocok secara bolak-balik sebanyak 60 putaran. Membuat cairan standar
yang terdiri dari larutan dispersi 125 ml dan di tambah air destilasi hingga
mencapai 1000 ml. Menyiapkan air bersih ditabung 2 untuk membilas.
Memasukkan alat hidrometer kedalam tabung dan membiarkan hidrometer
terapung bebas dan menjalankan stopwatch
g. Melakukan pembacaan pertama yaitu pada T= 5 menit, bacalah skala yang
ditunjuk oleh puncak meniskus muka air dan mencelupkan termometer dan
mencatat temperatur suspensinya. Melakukan kembali langkah selanjutnya
dan mencatat hasil pembacaan pada T= 15 menit, 30 menit, 60 menit, 250
menit, 1440 menit.

121
PERCOBAAN VII
PENGUJIAN KEPADATAN TANAH

(ASTM D 1557; SNI 1742:2008)

7.1 MAKSUD

Pemadatan tanah di laboratorium dimaksudkan untuk menentukan kadar air


optimum dan kepadatan kering maksimum apabila dipadatkan dengan tenaga
pemadatan tertentu. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan
untuk menentukan syarat yang harus dicapai pada pekerjaan pemadatan tanah di
lapanga. Berdasarkan besarnya tenaga pemadatan yang dilaksanakan ada dua
macam cara pemadatan, yaitu pemadatan ringan dan pemadatan berat.

7.2 PERALATAN

a. cetakan
b. alat penumbuk
c. palu
d. linggis
e. sekop
f. pisau perata
g. kaliper
h. Saringan no 4
i. timbangan
j. cawan
k. gelas ukur

7.3 BENDA UJI

Menyiapkan contoh tanah seberat 6,8 kg. Contoh tanah harus bebas atau
telah dibebaskan dari butir – butir yang lebih besar dari 4,75 mm (saringan
No.4) untuk melakukan pengujian kepadatan tanah.

122
7.4 PELAKSANAAN

a. Membersihkan cetakan dan menimbang berat cetakan dan keping alas


dengan ketelitian 1 gram (𝐵1) serta mengukur diameter dalam dan
tingginya dengan ketelitian 0,1 mm.
b. Memasang leher sambung pada cetakan dan keping alas, kemudian
mengunci dan menempatkan pada landasan dari beton dengan berat tidak
kurang dari 100 kg yang diletakkan pada dasar yang stabil.
c. Mengambil contoh uji yang akan dipadatkan, menuangkan ke dalam
loyang dan mengaduk sampai merata.
d. Memadatkan contoh uji di dalam cetakan (dengan leher sambung) dalam 3
lapis (untuk kepadatan ringan) atau 5 lapis (untuk kepadatan berat) dengan
ketebalan yang sama. Pemadatan dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Untuk lapis pertama, isi contoh uji ke dalam cetakan dengan jumlah
yang sedikit melebihi 1/3 (untuk kepadatan ringan) atau 1/5 (untuk
kepadatan berat) dari ketebalan padat total, sebarkan secara merata dan
menekan sedikit dengan alat penumbuk atau alat lain yang serupa agar
merata. Memadatkan secara merata pada seluruh bagian permukaan
contoh uji di dalam cetakan dengan menggunakan alat penumbuk
dengan berat 2,5 kg (untuk kepadatan ringan) atau 4,54 kg (untuk
kepadatan berat) yang dijatuhkan secara bebas dari. ketinggian 305
mm (untuk kepadatan ringan) atau 457 mm (untuk kepadatan berat) di
atas permukaan contoh uji tersebut sebanyak 25 atau 56 kali (sesuai
dengan cara ujinya).

123
2. Melakukan pemadatan untuk lapis selanjutnya dengan cara seperti
lapis pertama.
e. Melepaskan leher sambung, memotong kelebihan contoh uji yang telah
dipadatkan dan meratakan permukaannya menggunakan pisau perata,
sehingga betul-betul rata dengan permukaan cetakan.
f. Menimbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keping alasnya
dengan ketelitian 1 gram (𝐵2).
g. Membuka keping alas dan mengeluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder). Belah benda uji secara
vertikal menjadi 2 bagian yang sama, kemudian mengambil sejumlah
contoh yang mewakili dari salah satu bagian untuk pengujian kadar air.
h. Memecahkan benda uji sampai secara visual lolos saringan 4,75 mm
(untuk cara A 0 dan B) atau saringan 19,00 mm (untuk cara C dan D)
mencampurkan dengan sisa contoh uji di dalam loyang. menambahkan air
secukupnya sehingga kadar airnya meningkat 1% sampai dengan 3% dari
kadar air benda uji pertama, kemudian mengaduk sampai merata.
i. Mengulangi langkah-langkah yang diuraikan dalam butir 4 sampai dengan
8 diatas beberapa kali sehingga didapat minimal 5 data pengujian dengan
kadar air yang berbeda-beda.

124
7.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN KEPADATAN TANAH

Mulai

Memasukan benda uji kedalam cawan dan campurkan dengan air dispersi

Benda uji di mixer dan setelah itu di masukan ke tabung ukur di tutup dan
di kocok sebanyak 60 kali

Menyiapkan larutan air dispersi dan di masukkan ke dalam tabung ukur

Melakukan pembacaan menggunakan hidrometer dan catat hasilnya

Melakukan penyaringan benda uji menggunakan saringan no.200

Menambahkan benda uji analisis saringan ke hasil saringan no.200 cuci


bersih hingga lumpurnya hilang

Masukan benda uji kedalam oven untuk di keringkan

Ayak benda uji menggunkan saringan dari yang terbesar ke terkecil

Selesai

125
7.6 HITUNGAN

a. Hitung kepadatan basah dengan rumus sebagai berikut:


(B2−B1)
ρ= V

Keterangan :
ρ = Kepadatan basah,gram/cm3
B1 = Berat cetakan dan kepimg alas, gram
B2 = Berat cetakan dan keeping alas dan benda uji,gram
V = Volume benda uji atau volume cetakan, cm3

b. Hitung kadar air benda uji. Masing-masing pengujian diambil minimal


contoh tanah dari bagian yang berbeda (misal: dari bagian atas dan
tengah).
c. Hitung kepadatan (berat isi) kering dengan rumus sebagai berikut:

P
Pd= .100%
(100+ω)
Keterangan:
ρd = Kepadatan kering, gram/cm³
ρ = Kepadatan basah, gram/cm³
ω = Kadar air, %

d. Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100” dengan
rumus sebagai berikut:
GS . ρW .
ρzav = .100%
(100+ GS . ω)

Keterangan:
ρzav = Kepadatan kering untuk drajat kejenuhan 100%
Gs = Berat jenis tanah
Pw = Kepadatan air, gram/cm³

e. Penggambaran grafik
1. Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X)
dan kadar air (sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian
gambarkan sebuah kurva yang halus yang menghubungkan titik-titik

126
tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan, tentukan kepadatan
kering maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum.
2. Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan kadar air
pada derajat kejenuhan 100Y6 (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak
boleh memotong garis jenuh dan pada harga kadar air yang tinggi
grafik pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh tersebut.

DATA PRAKTIKUM

a. Persiapan peralatan
1. Percobaan 1

Diameter cetakan = 15,24 cm

Tinggi cetakan = 17,785 cm

Volume cetakan = 3243 cm3

2. Percobaan 2
Diameter cetakan = 15,24 cm
Tinggi cetakan = 17,785 cm

Volume cetakan = 3.243 cm3

3. Percobaan 3
Diameter cetakan = 15,06 cm
Tinggi cetakan = 17,785 cm
Volume cetakan = 3166 cm
4. Percobaan 4
Diameter cetakan = 15,24 cm
Tinggi cetakan = 17,785 cm
Volume cetakan = 3.243 cm3
5. Percobaan 5
Diameter cetakan = 15,24 cm
Tinggi cetakan = 17,785 cm
Volume cetakan = 3,243 cm3

127
b. Persiapan benda uji
1. Percobaan 1
Berat tanah = 6800 %
Penambahan air = 600 cc
Kadar air awal = 6,413 %
2. Percobaan 2
Berat tanah = 6800 %
Penambahan air = 750 cc
Kadar air awal = 6,458 %
3. Percobaan 3
Berat tanah = 6800 %
Penambahan air = 900 cc
Kadar air awal = 6,701 %
4. Percobaan 4
Berat tanah = 6800 %
Penambahan air = 1050 cc
Kadar air awal = 6,337 %
5. Percobaan 5
Berat tanah = 6800 %
Penambahan air = 1200 cc
Kadar air awal = 6,55 %
c. Kepadatan tanah
1. Percobaan 1
Berat cetakan + keeping alas (B1) = 7613 gr
Berat cetakan + keeping akat + tanah abas (B2) = 12851 gr
Kepadatan tanah B1−B2 = 1,62 gr/cm3
v

2. Percobaan 2
Berat cetakan + keeping alas (B1) = 7600 gr
Berat cetakan + keeping akat + tanah abas (B2) = 13603 gr
Kepadatan tanah B1−B2 =1,85 gr/cm3
v

128
3. Percobaan 3
Berat cetakan + keeping alas (B1) = 7618 gr
Berat cetakan + keeping akat + tanah abas (B2) = 13687 gr
Kepadatan tanah B1−B2 = 1,95 gr/cm3
v

4. Percobaan 4
Berat cetakan + keeping alas (B1) = 7613 gr
Berat cetakan + keeping akat + tanah abas (B2) = 13516 gr
Kepadatan tanah B1−B2 = 1,82 gr/cm3
v

5. Percobaan 5
Berat cetakan + keeping alas (B1) = 7595 gr
Berat cetakan + keeping akat + tanah abas (B2) = 13603 gr
Kepadatan tanah B1−B2 = 1,65 gr/cm3
v

d. Kadar air
1. Percobaan 1
a. Cawan 20
Berat cawan kosong (W1) = 11 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 29,6 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 28 gr
Kadar air w2−w3
100% = 9,412 gr
w3−w2

b. Cawan 31
Berat cawan kosong (W1) = 11,6 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 32,6 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 29,7 gr

Kadar air w2−w3


100% = 16,022 %
w3−w2

kadar air 1+kadar air


Kadar air rata-rata = 2 2

9,412+16,022
=
2

129
= 12,717 %

2. Percobaan 2
a. Cawan 48
Berat cawan kosong (W1) =11,1 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 33,8 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 29,8 gr
Kadar air w2−w3
100% = 21,390 %
w3−w2

b. Cawan 47
Berat cawan kosong (W1) = 11,4 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 33 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 30,9 gr
Kadar air w2−w3
100% = 10,769 %
w3−w2

kadar air 1+ kadar air


Kadar air rata-rata = 2 2

21,390+10,769
=
2

= 16,080 %

3. Percobaan 3
a. Cawan 9
Berat cawan kosong (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah baah (W2) = 33 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 31,6 gr
Kadar air w2−w3
100% = 6,897
w3−w2

b. Cawan 44
Berat cawan kosong (W1) = 11,5 gr
Berat cawan + tanah baah (W2) = 30 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 26 gr
Kadar air w2−w3
100% = 27,586 %
w3−w2

130
kadar air 1 + kadar air
Kadar air rata-rata = 2 2

6,897+27,586
= 2

= 17,241 %

4. Percobaan 4
a. Cawan 11
Berat cawan kosong (W1) =11,3 gr
Berat cawan + tanah baah (W2) = 43,5 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38,2 gr
Kadar air w2−w3
100% = 19,703 gr
w3−w2

b. Cawan 12
Berat cawan kosong (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah baah (W2) = 36,8 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 32,7 gr
Kadar air w2−w3
100% = 19,159 %
w3−w2

kadar air 1+ kadar air 2


Kadar air rata-rata = 2

19,703+19,159
= 2

= 19,431 %

5. Percobaan 5
a. Cawan 24
Berat cawan kosong (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah baah (W2) = 36 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 32 gr
Kadar air w2−w3
100% = 19,324 gr
w3−w2

131
b. Cawan 42
Berat cawan kosong (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah baah (W2) = 36,2 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 32,2 gr
Kadar air w2−w3
100% = 19,139 %
w3−w2

kadar air 1+ kadar air 2


Kadar air rata-rata = 2

19,324+19,231
= 2

= 19,139 %

7.7 ANALISIS PERHITUNGAN

a. Kepadatan kering
1. Percobaan 1
p
a. Pd = (100−𝑤
)
100

= 1,433 gr/cm3

b. Pd pada saat S =1
65 𝑝𝑤
Pzav =
(100+65 .𝑤) 100

= 1,433 gr/cm3

2. Percobaan 2
p
a. Pd = (100−𝑤
)
100

= 1,595 gr/cm3

b. Pd pada saat S =1

132
65 𝑝𝑤
Pzav = (100+65 .𝑤 100
)

= 1,941 gr/cm3
3. Percobaan 3
p
a. Pd = (100−𝑤 100
)

= 1,635 gr/cm3

b.Pd pada saat S =1


65 𝑝𝑤
Pzav = (100+65 .𝑤
)
100

= 1,898 gr/cm3
p
4. 1 Pd = (100−𝑤 100
)

=2,259 gr/cm3

2 Pd pada saat S =1
65 𝑝𝑤
Pzav = (100+65 .𝑤
)
100

= 1,822 gr/cm3

5. Percobaan 5
p
1 Pd = (100−𝑤
)
100

=2,294 gr/cm3

2 Pd pada saat S =1
65 𝑝𝑤
Pzav =
(100+65 .𝑤) 100

= 1,829 gr/cm3

133
7.8 PEMBAHASAN

Secara umum dari kata kerja “memadat” adalah menekan sampai rapat dan
merata kesegala arah. Dalam mekanika tanah kata kerja “memadat” adalah
menekan partikel-partikel tanah sampai rapat bersamanya dengan keluarnya udara
dari ruang pori.Dengan demikian yang disebut dengan pemadatan tanah adalah
usaha memadatkan tanah (mengurangi ruang pori) dengan cara mekanis yaitu
menumbuk,menggilas atau mengetarkan

Tujuan pemadatan tanah adalah untuk memperbaiki muka kualitas tanah,


karena :

1. Dapat membesar daya dukung tanah,karena sudut gesek dalam tanah


bertambah besar dan koreksi bertambah besar pula
2. Mengurangi pemeabilty (permaibilitas)
3. Mengurangi penurunan tanah
4. Mengurangi kembang susut tanah karena ruang pori menjadi sediikit
Untuk mmemudahkan dalam pemadatan perlu dibasahi karena semakin basah
tanah akan mudah dihancurkan.Bila terlalu basah akan menghasilkan tanah yang
kurang padat. Secara teoritis kepadatan maksimalkan didapatkan apabila udara
dapat dikeluarkan sedangkan air tidak dapat dipadatkan. Oleh sebab itu tanah yang
kenyang air dapat dipadatkan

Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga

Dengan tenaga pemadatan tertentu dan dengan air yang terbaik (OMC) akan
dapat mengahasilkan kepadatan yang maksimal yang dimaksud dengan kadar air

134
terbaik adalah jumlah air yang terdapat dalam tanah. Jika tanah dipadatkan dapat
menghasilkan kepadatan yang maksimal.
Untuk menentukan hubungan kadar air dan berat volume dan untuk
mengevaluasi tanah agar memenuhi persyratan kepadatan, maka umumnya
dilakukan uji pemadatan untuk berbagai jenis tanah pada umumnya terdapat satu
nilai air optimum untuk mencapai volume kering maksimumnya.

7.9 KESIMPULAN

Berdasarkan grafik dan perhitungan didapat OMC sebesar 17,241% dan MDD
sebesar 1,634 gr/cm³. Dalam pengamplikasikan dilapangan inilah OMC diunakan
untuk menapatkan kadar air optimum tanah,sedangkan MDD digiunakan untuk
padat kering maksimum

135
LAPORAN SEMENTARA

PENGUJIAN KEPADATAN TANAH

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: …………………………
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………

Jenis pengujian kepadatan = ringan/berat Cara = A/B/C/D


Berat jenis contoh uji (Gs) = 2,638 kg

Persiapan peralatan:
Percobaan No. 1 2 3 4 5
Diameter cetakan (cm) 15,24 15,24 15,06 15,24 15,24
Tinggi cetakan (cm) 17,79 17,79 17,79 17,79 17,79
Volume benda 3244,25 3244,25 3168,06 3244,25 3244,25
(cm3)
uji/cetakan
Persiapan contoh uji:
Berat tanah basah yang 6800 6800 6800 6800 6800
(gr)
disiapkan
Kadar air awal (%) 6,413 6,458 6,701 6,334 6,55
Penambahan air (%)
Penambahan air (cc) 600 750 900 1050 1200
Kepadatan basah:
Nomor Percobaan 1 2 3 4 5
Berat cetakan + keping 7613 7600 7618 7613 7595
(gr)
alas (B1)
Berat cetakan + keping 12851 13603 13687 13516 13603
alas + tanah basah (B2) (gr)
(gr/cm3)
Kepadatan basah,
(gr/cm3) 1,615 1,850 1,916 1,820 1,852
(B  B )
 2 V 1

Kadar air:
Nomor Percobaan 1 2 3 4 5

No. Cawan 20 31 48 47 9 44 11 12 24 42
Berat cawan
(gr) 11 11,6 11,1 11,4 11,3 11,5 11,3 11,3 11,3 11,3
kosong (W1)
Berat cawan + tanah
(gr) 29,6 32,1 33,6 33 33 30 43,5 36,8 36 36,2
basah (W2)
Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY
136
Berat cawan + tanah
(gr) 28 29,7 29,8 30,9 31,6 26 38,2 32,7 32 32,2
kering (W3)
Kadar air,
W  W3
 2 .100% (%) 9,412 16,022 21,390 10,769 6,897 27,586 19,70 19,15 19,32 19,13
3 9 4 9
W3  W1

Kadar air rata-rata (%) 12,717 16,080 17,241 19,431 19,231

Kepadatan kering:
Kepadatan kering,

 .100 gr/cm3 1,432 1,594 1,634 1,524 1,553
d
(100   )

Kepadatan kering, S = 1
Gs .w
  .100 gr/cm3
zav
(100  G .) 1,975 1,852 1,813 1,744 1,750
s

Kadar air optimum, OMC = 18,410 %


Padat kering maksimum, MDD = 1,382 gr/cm3

…………………………….

Diperiksa/Asisten Penguji/Mahasiswa

(……………………………) (……………………………)

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

137
GRAFIK HUBUNGAN KADAR AIR DAN KEPADATAN
KERING

138
GAMBAR ALAT

PENGUJIAN KEPADATAN TANAH

1. Cetakan digunakan untuk mencetak tanah.

Gambar 1.1 Cetakan


2. Alat penumbuk digunakan untuk memadatkan tanah dengan pola melingkar

Gambar 1.2 Alat penumbuk

3. Palu dan linggis

Gambar 1.3 Palu dan linggis

139
4. Sekop digunakan mengambil tanah.

Gambar 1.4 Sekop

5. Pisau perata berfungsi untuk meratakan benda uji di dalam cetakan

Gambar 1.5 Pisau perata

6. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji dan cetakan.

Gambar 1.6 Timbangan

140
7. Tabung Gelas

Gambar 1.7 Tabung Gelas

141
GAMBAR PELAKSANAAN

PENGUJIAN KEPADATAN TANAH

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

142
(g) (h)

(i) (j)

Keterangan :
a. Menyiapkan tanah sebanyak 6,8 kg
b. Mencampur tanah dengan air sesuai ukuran yang telah ditentukan, kemudian
mengaduk tanah yang telah dicampur dengan air sampai merata
c. Membersihkan cetakan dan menimbang berat cetakan dan keping alas serta
ukur diameter dalam dan tingginya
d. Memasukkan tanah benda uji ke dalam cetakan
e. Menumbuk sebanyak 56 kali setiap lapis dalam 5 lapis tanah
f. Meratakan permukaan menggunakan pisau perata sehingga benar-benar rata
dengan permukaan cetakan dan menimbangnya
g. Mengambil sampel tanah yang telah di padatkan
h. Menimbang cawan yang berisi benda uji
i. Memasukkan cawan berisi tanah ke dalam oven
j. Mengeluarkan dari desikator dan menimbang berat kering setelah di oven

143
PERCOBAAN VIII
PENGUJIAN UJI CBR LABORATORIUM

(ASTM D 1883-99; SNI 1744;2012)

8.1 MAKSUD

Pengujian CBR (California Bearing Ratio) laboraturium dimaksudkan untuk


menentukan nilai CBR contoh material tanah, agregat atau campuran tanah dan
agregat yang dipadatkan di laboratorium pada kadar tertentu. CBR (California
Bearing Ratio) adalah perbandingan antara beban penetrasi atau jenis material dan
beban standar kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.

8.2 PERALATAN

1. Cetakan berupa silender dari logam.


2. Leher sambungan.
3. Sendok pengaduk.
4. Sekop.
5. Clam pemisah
6. Kuas
7. Palubesi.
8. Linggis.
9. Pisau perata.
10. Pahat.
11. Spatula.
12. Jangka sorong.
13. Cawan.
14. Vaselin.
15. Loyang.
16. Penumbuk.

144
8.3 BENDA UJI

Ambil contoh tanah kering udaraseperti yang digunakan pada percobaan


pengujian kepadatan tanah, sebanyak 3 contoh dengan berat masing-masing
± 6,8kg.

1. Bila kadar air tanah ωo>ωopt maka contoh tanah boleh dikeringkan
udara. Bila kadar air telah dicapai maka kadar air telah sesuai dan
berat tanah menjadi:
Wbaru = W. ( 100+ ωopt)/ (100+ωo)

keterangan:
Wbaru = berat contoh tanah yang di siapkan,gr.
W = berat contoh tanah yang disiapkan pada pengujian
kepadatan tanah, gr.
ωopt = kadar air optimum,%
ωo = kadar air asli,%
Ww = berat penambahan air,gr.

Campur material tanahdengan air tersebut sampai agar mencapai


kadar air optimum.

CATATAN: Jumlah air yang ditambahkan boleh sedikit lebih


besar (0,5 % atau 1%) untuk mengantisipasi penguapan.

2. Memasukan contoh tersebut kedalam kantong plastic dan tutup agar


tidak terjadi penguapan. Diamkan selama; 3 jam untuk contoh uji
berupa kerikil dan pasir kelanauan/kelempungan; 12 jam untuk contoh
uji berupa lanau dan 24 jam untuk contoh uji berupa lempung,
sedangkan untuk contoh uji berupa kerikil dan pasi rtidak perlu di
diamkan.

145
8.4 .PELAKSANAAN

a. Memasangcetakan CBR pada keping alas, kemudian mengunci dan


menimbang. Masukkan keeping pemisah kedalam cetakan dan
pasang kertas filter kasar pada permukaan keping pemisah.
Memasang leher sambung pada permukaan cetakan dan kunci pada
batang dari keeping alas.
b. Memadatkan masing-masing contoh tersebut di dalam cetakan CBR
dengan jumlah tumbukan 10, 30 dan 65 tumbukan perlapis.
CATATAN: Jika densitas kering ditentukan dari pemadatan ringan
maka penumbukan dilakukan dalam 3 lapis. Jika densitas kering
ditentukan dari pemadatan berat maka penumbukan dilakukan dalam
5 lapis.
c. Jika contoh tanah direndam, menentukan kadar air material yang
dipadatkan. Berat contoh kadar air minimum 100 gram untuk
material berbutir halus dan 500 gram untuk material berbutir kasar.
d. Buka leher sambungan, memotong kelebihan benda uji dengan pisau
pemotong dan meratakan permukaannya sampai rata dengan
permukaan cetakan menggunakan alat perata. Permukaan yang tidak
beraturan atau berlubang harus diisi dengan material halus, lalu
dipadatkan dan diratakan.
e. Mengeluarkan keeping pemisah dan kertas saring dari dalam
cetakan, kembalikan balikan dan pasang kembali cetakan berisi
contoh pada alas, kemudian ditimbang.
f. Untuk pemeriksaan CBR langsung, contoh ini siap diperiksa. Bila
dikehendaki CBR yang direndam (soaked CBR) harus dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memasang keeping pengembangan dengan batang atau tangkai
pengatur di atas bendauji dalam cetakan dan memasang keeping
beban minimum 4,54kg.
2. Memasang kaki tiga dengan arloji ukur pengembangan pada
permukaan cetakan, mengatur dan menentukan pembacaan awal.
3. Memasukkan cetakan berisi benda uji kedalam air dan

146
membiarkan air meresap atau masuk secara bebas dari
permukaan dan dasar benda uji. Selama perendaman,
pertahankan permukaan air di dalam cetakan dan bak perendam
sekitar 25 mm di atas permukaan benda uji. Rendam benda uji
sekitar 96 jam (4 hari). Selama perendaman setiap hari dibaca
besarnya pengembangan yang terjadi.
4. Setelah pembacaan akhir arloji pengembangan, keluarkan benda
uji dari bak perendam, tuuangkan air dari permukaan benda uji
dan biarkan selama 15 menit. Lakukan secara hati-hati,
permukaan benda uji tidak boleh terganggu selama penuangan
air.
5. Setelah menuangkan air, keluarkan keeping beban beserta
keeping berlubang banyak, kemudian diyimbang dan catat berat
tanah bersama cetakan.
g. Memasang kembali keeping beban diatas benda uji. Letakkan contoh
tanah bersama cetakan diatas piringan penekan pada alat penetrasi
CBR. Mengatur piston penetrasi sampai menyentuh permukaan
benda uji, kemudian mengatur arloji pengukur penetrasi dan arloji
beban pada posisi nol.
h. Membiarkan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan
penetrasi seragam pada 1,27 mm/menit. Mencatat beban apabila
penetrasi menunjukan 0,32 mm (0,0125 inch) ; 0,64 mm (0,025
inch); 1,27 mm (0,050 inch); 1,91 mm (0,075 inch); 2,54 mm (0,10
inch); 3,81 mm (0,15 inch); 5,08 mm (0,20 inch); 7,62 mm (0,30
inch); 10,16 mm (0,40 inch); dan 12,70 mm (0,50inch).
i. Mengeluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air
sekurang-kurangnya 100 gram untuk tanah berbutir halus dan
sekurang-kurangnya 500 gram untuk tanah berbutir kasar.

147
8.5 BAGAN ALIR CBR

Mulai

Mengatur diameter dan tinggi cetakan beserta keping atas


lalu membongkarnya

Menbaca dan mencatat hasilnya

Memasang leher cetakan kemudian memberikan vaselin


pada permukaan dalam cetakan dan leher cetakan.

Mencampurkan tanah dengan air yang telah ditentukan.

Membagi tanah untuk 3 lapisan bagi kepadatan dengan


dan 3 lapisan untuk kepadatan berat

Memasukkan tanah ke dalam cetakan kemudian


ditumbuk sebanyak 25 kali atau lebih tergantung cara
pengujian

Setelah penumbukan lapisan terakhir selesai melepas


leher kemudian memotong kelebihan tanah dengan pisau
perata

Membersihkan sisa tanah pada cetakan dan keping atas


kemudian menimbang cetakan,keping atas beserta tanah
basah

Membaca dan mecatat hasilnya

Mengambil sempel tanah bagian atas dan bawah cetakan


kemudian menguji kadar airnya

Selesai

148
8.6 HITUNGAN

a. Beban penetrasi
Beban penetrasi didapat dari:

P = a.k
Keterangan :
a = pembajaan arloji ukur beban,div.
k = kalibrasi proving ring,lbs/div.
b. Grafik hubungan antara beban dan penetrasi
Gambarkan grafik hubungan antara beban dan penetrasi setiap benda
uji, dengan penetrasi sebagai absis dan beban penetrasi sebagai ordinat.
Ada kemungkinan grafik yang diperoleh, pada bagian awalnya tidak
berupa garis lurus, maka dalam hal ini diadakan koreksi titik nolnya.
c. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi harus ditentukan untuk setiap benda uji pada
penetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5,08 mm (0,20 inch). Nimai CBR
dinyatakan dalam persen, diperoleh dengan membagi nilai beban
terkoreksi pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5,08 mm (0,20 inch)
dengan beban standar.

P't .100
CBR0,1"=
Ps1

P't .100
CBR0,2"=
Ps2
keterangan:
CBR0,1′′ = nilai CBR pada penetrasi 0,1’’ (%)
CBR0,2′′ = nilai CBR pada penetrasi 0,2’’ (%)
P′1 = nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,1’’ (lbs)
P′2 = nilai beban terkoreksi pada penetrai 0,2’’ (lbs)
Ps1 = beban standar pada penetrasi 0,1’’ (3000 lbs)
Ps2 = beban standar pada penetrasi 0,2’’ (4500 lbs)

CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch). Jika CBR
pada penetrasi 5,08 mm (0,20 inch) lebih besar dari CBR pada penetrasi

149
2,54 mm (0,10 inch), pengujian CBR harus diulang, jika setelah diulang,
tetap memberikan hasil yang serupa, CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,20
inch) harus digunakan.

d. CBR desain
Data hasil pengujian dari 3 benda uji digambarkan dalam bentuk grafik
hubungan nilai CBR dengan densitas kering/ kepadatan kering. CBR
desain ditentukan pada persentase densitas kering maksimum yang
diperlukan, umumnya pada persentase minimum yang di syaratkan sesuai
spesifikasi (± 95%)
e. Pengembangan
Pengembangan dinyatakan sebagai persentase tinggi benda uji awal.
Dihitung dengan rumus:
h₁-h₀
Δh= .100
h₁
Keterangan :
∆ℎ = pengembangan,
%
ℎ0 = tinggi awal benda uji (=116,43 mm)
ℎ1 = tinggi akhir benda uji setelah perendaman, mm

DATA PRAKTIKUM

Jenis pengujian
Direndam
Cara
Persiapkan Benda uji
a. Kadar air awal (Wo) =
b. Kadar air optimum (Wopt) = 16,940 %
c. Berat tanah awal yang disiapkan (W) = 6800 gr
d. Penambahan air (Ww) = 650 gr

1. Pengujian tumbukan 10
Tinggi cetakan = 11,92 cm
Diameter cetakan = 15,008 cm
Berat cetakan = 4168 gr

150
a. Nomor cawan timbangan =A
Berat cawan (W1) = 11,1 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44,4 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 39,7
b. Nomor cawan timbangan =B
Berat cawan (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 46,9 gr
Berat cawan + tanah basah (W3) = 41,4 gr
Berat tanah + cetakan = 7484 gr
2. Pengujian tumbukan 30
Tinggi cetakan = 11,91 cm
Diameter cetakan = 15,275 cm
Berat cetakan = 4165 gr
a. Nomor cawan timbangan =C
Berat cawan (W1) =11,3 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 49,5 gr
Berat cawan + tanah basah (W3) = 43,9 gr
b. Nomor cawan timbangan =D
Berat cawan (W1) = 11,2 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 34,8 gr
Berat cawan + tanah basah (W3) = 31,3 gr
Berat tanah + cetakan = 8082 gr
3. Pengujian tumbukan 65
Tinggi cetakan = 11,95 cm
Diameter cetakan = 15,221 cm
Berat cetakan = 4164 gr
a. Nomor cawan timbangan =E
Berat cawan (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 54,7 gr
Berat cawan + tanah basah (W3) = 48,3 gr
b. Nomor cawan timbangan =F
Berat cawan (W1) = 11,1 gr

151
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44,4 gr
Berat cawan + tanah basah (W3) = 9,6 gr
Berat tanah + cetakan = 8233 gr

8.7 ANALISIS HITUNGAN

a. Pengujian tumbukan = 10 tumbukan


1. Voulume cetakan
Tinggi cetakan =11,92 cm
Diameter cetakan =15,008 cm
Volume cetakan = ¼ x 3,14 x 15,0082 x 11,92
= 2108,33 cm2
2. Kadar air (ω)
Nomor cawan timbangan =A
Berat cawan (W1) = 11,1 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44,4 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 39,7 gr
Kadar air (W) = W2− W3
x100%
W3−W1

44,4 −
=
39,7 x100%
39,7−11,1

= 16,434
%

Nomor cawan timbangan =B


Berat cawan (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 46,9 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 41,4 gr
Kadar air (ω) = W2− W3
x100%
W3−W1

46,9 −
=
41,4 x100%
41,4−11,3

= 18,272
%

152
Kadar air rata-rata
Kadar air percobaan I = 16,434 %
Kadar air percobaan II = 18,272 %
16,434+18,272
Kadar air = 2

= 17,353 %
3. Densitas basah (p)
Berat tanah + cetakan (B2) = 7484 gr
Berat cetakan (B1) = 4168 gr
Volume cetakan (V) = 2108,33 cm2
− 𝐵1)
𝐵2
Densitas basah (p) =(
𝑉

7484−4168
= 2108,33

= 1,573 gr/cm3

4. Densitas kering (pd)


Densitas basah (p) = 1,573 gr/cm3
Kadar air tanah (ω) = 17,353
Densitas kering
) = 𝜌
x 100
(pd (100+𝜔 )

1,573 x 100
= (100+17,353)
= 1,340 gr/cm3
5. Bahan penetrasi
Waktu = 2 menit
Penetrasi = 2,54 mm
= 0,1 inch
Pembacaan arloji (a) =8
Kalibrasi proving ring = 31,9942
Beban (P) =a.k
= 8 . 31,9942
= 255,953 lbs/div

153
6. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi pada kondisi 0,1 “ (P′1)
Nilai beban terkoreksi pada kondisi 0,2 “ (P′2)
P1
CBR 0,1 “ = .100
300
0

255,9
= 3000 .100

= 8,53 %

383,930380,5
CBR 0,2 “ = .100
4500

= 8,46 %

b. Pengujian tumbukan = 30 tumbukan


1. Voulume cetakan
Tinggi cetakan =11,91 cm
Diameter cetakan =15,275 cm
Volume cetakan = ¼ x 3,14 x 15,2752 x 11,91
= 2182 cm2

2. Kadar air (ω)


Nomor cawan timbangan =C
Berat cawan (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 49,5 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 43,9 gr
Kadar air (ω) = W2− W3
x100%
W3−W1

49,5 − Berat cawan


=
43,9
43,9−11,3 + tanah basah
= 17,178 (W2) = 34,8
%
gr
Nomor cawan timbangan =D
Berat cawan (W1) = 11,2 gr
154
x100%

155
Berat cawan + tanah kering (W3) = 31,3 gr
Kadar air (ω) = W2− W3
x100%
W3−W1

34,8 −
=
31,3 x100%
31,3−11,2

= 17,413
%

Kadar air rata-rata


Kadar air percobaan I = 17,178 %
Kadar air percobaan II = 17,413 %
17,178+17,413
Kadar air = 2

= 17,295 %
3. Densitas basah (p)
Berat tanah + cetakan (B2) = 8082 gr
Berat cetakan (B1) = 4165 gr
Volume cetakan (V) = 2182 cm2
− 𝐵1)
𝐵2
Densitas basah (p) =(
𝑉

8082−4165
= 2182

= 1,795 gr/cm3

4. Densitas kering (pd)


Densitas basah (p) = 1,795 gr/cm3
Kadar air tanah (ω) = 17,295
Densitas kering
) = 𝜌
x 100
(pd (100+𝜔)

1,795 x 100
= (100+17,295)
= 1,530 gr/cm3
5. Bahan penetrasi
Waktu = 2 menit
Penetrasi = 2,54 mm
= 0,1 inch
Pembacaan arloji (a) = 27
Kalibrasi proving ring = 31,9942
156
Beban (P) =a.k
= 27 . 31,9942
= 863,843 lbs/div

6. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi pada kondisi 0,1 “ (P′1)
Nilai beban terkoreksi pada kondisi 0,2 “ (P′2)
825,5
CBR 0,1 “ = .100
3000
255,953
=:
3000 .100

= 27,52 %

1310,5
CBR 0,2 “ = .100
4500

= 29,12 %

c. Pengujian tumbukan = 65 tumbukan


1. Voulume cetakan
Tinggi cetakan =11,95 cm
Diameter cetakan =15,221 cm
Volume cetakan = ¼ x 3,14 x 15,2212 x 11,95
= 2173,70 cm2
2. Kadar air (ω)
Nomor cawan timbangan =E
Berat cawan (W1) = 11,3 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 54,7 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 48,3 gr
Kadar air (ω) = W2− W3
x100%
W3−W1

157
54,7 −
=
48,3 x100%
49,3−11,3

= 17,297
%

Nomor cawan timbangan =F


Berat cawan (W1) = 11,1 gr
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44,4 gr
Berat cawan + tanah kering (W3) = 39,6 gr
Kadar air (W) = W2− W3
x100%
W3−W1

44,4 −
=
39,6 x100%
39,6−11,1

= 16,842
%

Kadar air rata-rata


Kadar air percobaan I = 17,297 %
Kadar air percobaan II = 16,842 %
17,297+16,842
Kadar air = 2

= 17,070
3. Densitas basah (p)
Berat tanah + cetakan (B2) = 8233 gr
Berat cetakan (B1) = 4164 gr
Volume cetakan (V) = 2173,70 cm2
− B1)
B2
Densitas basah (p) =(
V

8233−4164
= 2173,70

= 1,872 gr/cm3

4. Densitas kering (pd)


Densitas basah (p) = 1,872 gr/cm3
Kadar air tanah (ω) = 17,070
Densitas kering 1,872
) = p
=
(pd (100+ω)

158
x 100 x 100
(100+17,353)

159
= 1,599 gr/cm3

5. Bahan penetrasi
Waktu = 2 menit
Penetrasi = 2,54 mm
= 0,1 inch
Pembacaan arloji (a) = 33,5
Kalibrasi proving ring = 31,9942
Beban (P) =a.k
= 33,5 . 31,9942
= 1071,806 lbs/div

6. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi pada kondisi 0,1 “ (P′1)
Nilai beban terkoreksi pada kondisi 0,2 “ (P′2)
CBR 0,1 “ = P1 .100
3000

1105,4
= 3000 .100

= 36,85 %

CBR 0,2 “ = 1599,6 .100


4500

= 35,55 %

160
8.8 PEMBAHASAN

California Bearing Ratio (CBR) adalah rasio dari gaya perlawanan penetrasi
(Penetration Resistence) dari tanah terhadap panetrasi sebuah piston ditekan
secara kontinu dengan gaya parlawanan penetrasi serupa pada contoh tanah
standar berupa batu pecah di california. Rasio tersebut diambil pada penetrasi 25
dan 5.0 mm (0,1 dan 0,2) dengan konstanta angka tertinggi yang digunakan. Gaya
perlawanan penetrasi adalah gaya yang diperlukan untuk menahan penetrasi
konstan dari suatu Piston ke dalam tanah.

Tujuan percobaan ini adalah untuk menilai kekuatan tanah yang dasar yang
komplikasi dilaboratorium yang akan digunakan dalam percobaan tebal
pelaksanaan. Hasil percobaan dinyatakan sebagai nilai CBR (dalam %) yang
nantinya dipakai untuk meneruskan tebal perkerasan.

Pada perencanaan Jalan baru, tebal perkerasen biasanya ditentukan dari nilai
CBR tanah dasar yang didapatkan. Nilai CBR yang digunakan pada perencanaan
disebut perencanaan CBR desain (CBR Design). Desain CBR dapat jadi
percobaan dilaboratorium dengan memperhitungkan dua faktor yaitu:

1. Kadar air tunah serba berat isi kering pada waktu di padatkan.

2. Percobaan pada kadar air yang mungkin terjadi setelah perkerasan selesai
dibuat.

Pada cara penumbukan pada pengisian California Bearing Rasio (CBR)


laboratorium harus sesuai dengan kepadatan yang berlaku,

GAMBAR

Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga

161
CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 (0,1 inch). Jika CBR pada penetrasi
5,08 mm (0,2 inch ) lebih besar dari CBR pada penetrasi 2,54 mm ( 0,1 inch )
pengujian CBR harus diulang. Jika setelah diulang tetap memberikan hasil yang
serupa. CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,2 inch) harus digunakan.

Dari hasil percobaan didapatkan hasil bahan penetrasi 0,1 dan 0,2 inch dimana
0,1 inch lebih besar dari 0,2 inch yang mana dari data tersebut telah memenuhi
persyaratan bahwa pada umumnya CBR dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,1 inch)

8.9 KESIMPULAN

Dari hasil pengujian CBR Laboratorium didapatkan nilai densitas kering


maksimum (pada molis) sebesar 1,599 g/cm3. Sehingga hasil densitas kering (95%
pada molis) yang diperoleh sebesar 1,519 gr/cm3 Berdasarkan grafik hubungan
CBR dan densitas kering didapatkan CBR dalam sebesar 28,8%.

Perigaplikasian CBR di dunia Proyek adalah biasanya digunakan untuk


pembuatan jalan baru dan pembuatan landasan pacu.

162
LAPORAN SEMENTARA

PENGUJIAN CBR LABORATORIUM

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: Kelomook 5B
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………………

Jenis pengujian kepadatan = ringan/berat *) Cara = A/B/C/D *)


Direndam = ya/tidak *)

Persiapan benda uji:


Kadar air awal(ωo) = 8,605 %
Kadar air optimum (ωopt) = 18,7 %
Berat tanah awal yang disiapkan = 6800 gr (pada pengujian kepadatan tanah)
Penambahan air = 650 gr (jika ωo < ωopt)
Berat tanah yang disiapkan = 6800 gr (jika ωo > ωopt)

Data cetakan:
10 30 65
Metode pemadatan
tumbukan/lapis tumbukan/lapis tumbukan/lapis
Tinggi cetakan, cm 11,918 11,907 11,946
Diameter cetakan, cm 15,008 15,275 15,221
Volume cetakan (V),cm 3
2108,33 2182,00 2173,70
Berat cetakan (B1), gr 4168 4165 4164

Pengembangan:
Metode pemadatan 10 tumbukan/lapis 30 tumbukan/lapis 65 tumbukan/lapis
Tanggal
Jam
Pembacaan, div
Perubahan, div
Pengembangan, %

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

163
Kadar air:
Metode pemadatan 10 tumbukan/lapis 30 tumbukan/lapis 65 tumbukan/lapis
Pengambilan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
sampel pengujian pengujian pengujian pengujian pengujian pengujian
No. cawan timbang A B C D E F
Berat cawan (W1),
gr 11,1 11,3 11,3 11,2 11,3 11,1
Berat cawan +
tanah basah (W2), 44,4 46,9 49,5 34,8 54,7 44,4
gr
Berat cawan +
tanah kering (W3), 39,7 41,4 43,9 31,3 48,3 39,6
gr
Kadar air,
W  W3
 2 .100% 16,43 18,27 17,17 17,41 17,29 16,84
W3  W1 4 2 8 3 7 2

Kadar air rata-rata 17,353 17,295 17,070

Densitas/Kepadatan:
Metode pemadatan 10 tumbukan/lapis 30 tumbukan/lapis 65 tumbukan/lapis
Pengambilan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
sampel direndam direndam direndam direndam direndam direndam
Berat tanah +
7484 8082 8233
cetakan (B2), gr
Densitas basah,
1,573 1,795 1,872
(B  B )
 2 V 1
(gr/cm3)

Densitas kering,
 1,340 1,531 1,599
  .100
d
(100  )
, (gr/cm3)

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

164
DATA BEBAN PENETRASI

Kalibrasi proving ring (k) = 31,99420 lbs/div

10 tumbukan 30 tumbukan 65 tumbukan


Waktu Penetrasi Pembaca Pembaca Pembaca
Beban Beban Beban
an arloji an arloji an arloji
(P = a.k) (P = a.k) (P = a.k)
(a) (a) (a)
menit mm inch div lbs div lbs Div lbs
0 0 0 0 0,0000 0 0,000 0 0
0,25 0,32 0,0125 1 31,9942 2,3 73,587 3 95,9826
0,5 0,64 0,0250 2 63,9884 5,11 163,490 6 191,9652
1 1,27 0,0500 5 159,9710 12,1 387,130 15 479,9130
1,5 1,91 0,0750 6 191,9652 21 671,878 26 831,8492
2 2,54 0,1000 8 255,9536 27 863,843 33,5 1071,8057
3 3,81 0,1500 10 319,9420 33,7 1078,205 44 1407,7448
4 5,08 0,2000 12 383,9304 43 1375,751 50,2 1606,1088
6 7,62 0,3000 15 479,9130 51 1631,704 51 1631,7042
8 10,16 0,4000 17 543,9014 51 1631,704 51 1631,7042
10 12,70 0,5000 19 607,8898 51 1631,704 51 1631,7042

Laboratorium Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil - UTY

165
GRAFIK CBR DESAIN

166
167
168
169
GAMBAR ALAT

PENGUJIAN CBR
1. Cetakan berupa silinder dari logam dengan ukuran diameter bagian dalam
17.83 cm dan tinggi 17.83 cm. cetakan harus dilengkapi leher sambung
(extensioncollar) dengan tinggi 5 cm dan keeping alas yang berlubanng
banyak.

Gambar 8.1 Cetakan


2. Keping pemisah terbuat dari logam, berpenampang bundar dengan diameter
(150.80 ±0.80) mm dan tinggi (61.37±0.25) mm

Gambar 8.2 Keping pemisah


3. Penumbuk; sesuai ketentuan pada pengujuan kepadatan tanah (SNI-1742-2008
atau SNI-1743-2008).

170
Gambar 8.3 Penumbuk

4. Peralatan pengukur pengembangan tanah terdiri atas plat berlubang-lubang


dengan batang pengatur, tripod dan arloji pengukur penetrasi berkapasitas 25
mm dengan ketelitian pembacaan sampai 0.02 mm.

Gambar 8.4 Peralatan pengukur pengembang tanah

5. Keping beban terbuat dari logam dan berpenampang bundar dengan massa
setiap keping (2.27±0.04) kg.

Gambar 8.5 Keping beban

171
6. Piston penetrasi terbuat dari logam dan berpenampang bundar dengan diameter
(49.63±0.13)mm, luas penampang 1935 mm² (3 inchi²) dan Panjang tidak
kurang dari 102 mm.

Gambar 8.6 Piston penetrasi

7. Alat penetrasi yang mampu memberikan peningkatan beban yang seragam


pada kecepatan penetrasi piston ke dalam benda uji sebesar 1,27 mm/menit.
Kapasitas alat ini harus melebihi kapasitas kekuatan material yang diuji.

Gambar 8.7 Alat penetrasi

172
8. Cawan kadar air

Gambar 8.8 Cawan


9. Oven pengering dengan kapasitas temperature (110±5)̊C

Gambar 8.9 Oven pengering


10. Loyang

Gambar 8.10 Loyang

173
11. Sendok pengaduk

Gambar 8.11 Sendok pengaduk

12. Kuas/Alat perata (straightedge)

13. Jangka Sorong

Gambar 8.12 Kuas/Alat perata

Gambar 8.13 Jangka sorong

174
14. Timbangan

Gambar 8.14 Timbangan


15. Desikator

Gambar 8.15 Desikator

175
GAMBAR PELAKSANAAN

PENGUJIAN CBR LABORATORIUM

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

176
(g ) (h)

(i) (j)

(k)

177
Keterangan :
a. Menyiapkan tanah sample
b. Mengayak tanah dengan ayakan No.40
c. Menimbang tanah yang akan dipadatkan
d. Mencampur tanah dengan air sesuai ukuran yang ditentukan.
e. Memasukkan tanah kedalam silinder dalam 3 lapis dan menumbuk 56 kali setiap
lapis
f. Menimbang tanah yang sudah ditumbuk
g. Menguji tanah yang sudah dipadatkan di mesin CBR
h. Mengambil sampel tanah dari cetakan silinder untuk diuji kadar airnya.
i. Memasukan kedalam oven
j. Mengeluarkan dari oven dan memasukkan kedalam desikator
k. Mengeluarkan dari desikator dan menimbang tanah kering

178
PERCOBAAN IX
PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN
ALAT KONUS PASIR (SAND CONE)
(SNI 03-2828:1992)

9.1 MAKSUD

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kepadatan lapisan tanah


lapangan dengan cara menggunakan volume lubang secara tangsung.
Untuk menentukan derajat kepadatan ditempat dari lapisan tanah atau
perkerasan yang telah dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya terbatas
untuk tanag yang mengandung butir kasar tidak lebih dari 5 cm. kepadatan
lapangan ialah berat kering persatuan isi.

9.2 PERALATAN

a. Satu set peralatan sand cone


b. wadah
c. Timbangan dengan ketelitian 1 gram
d. Penggaris
e. Nampan
f. Palu, pahat, dan cetok
g. Oven
h. Kaleng lapangan

179
9.3 BENDA UJI

Lapisan tanah atau lapis podasi bahwa berupa sirtu dan batu pecah yang akan
diuji yang mengandung butir berukuran tidak lebih dari 5 cm, harus dipersiapkan
terlebih dahulu dengan membuat lubang berdiameter 16,51 cm,kedalaman 10 cm
sampai 15 cm

9.4 PELAKSANAAN

a. Mencari volume botol sebagai berikut :


1. Timbang berat kosong corong logam + tabung botol (W1) gram.
2. Letakkan tabung di atas meja dan pasang corong logam diatasnya sebagai
penutup botol dan buka kerannya.
3. Isi botol dengan air sampai keluar dari keran.
4. Tutup kerannya dan buang air yang lebih dari batas keran.
5. Timbang corong logam dan tabung botol yang sudah terisi air (W2) gram.
6. Berat air (W1 – W2) dalam botol juga merupakan volume botol sendiri,
karena massa jenis air adalah 1 g/cm3.

b. Menentukan berat isi pasir:

1. Isi botol dengan pasir kwarsa melalui corong sampai penuh.


2. Usahakan pasir dalam corong jangan sampai kurang dari ½ tinggi corong
3. Apabila Botol sudah hampir penuh dan pasir dalam corong tidak
mengalir lagi, miringkan botol hingga pasir bisa memenuhi semua ruang
di dalam sand cone
4. Tutup kran ketika botol sudah terisi penuh oleh pasir, dan buang pasir
yang masih tertinggal di corong
5. Timbang botol berisi pasir (W3) gram

c. Menentukan berat pasir dalam corong:

180
1. isi botol pelan-pelan dengan pasir secukupnya dan timbang (w4 gram).
2. Kemudian botol dibalik untuk mencari berat pasir yang ada di corong.
3. Buka keran dan tunggu hingga pasir berhenti mengalir. Tutup keran
ketika pasir sudah berhenti dan timbang botol (W5).
4. Cari berat pasir dalam corong (Wc = W4 – W5) gram.

d. Menentukan berat isi tanah

1. Isi botol dengan pasir secukupnya.


2. Buat lubang galian pada lubang pelat setinggi kira-kira 10 cm
3. Tanah pada lubang diletakkan pada wadah (W9) dan timbang wadah dan
tanah (w8).
4. Kemudian balik botol sand cone di atas pelat berlubang dan buka keran
penutupnya.
5. Tunggu hingga lubang terpenuhi.
6. Setelah penuh tutup keran pada corong dan timbang botol berisi pasir
sisa pengujian (W6).
7. ambil tanah sedikit dari wadah untuk menentukan kadar air W%.

181
9.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN

a. Menentukan kalibrasi pasir

Mulai

. Menimbang berat botol kosong beserta corong

Membaca dan mencatat


hasilnya

Mengisi botol dengan air sampai penuh menimbang dan mengukur


suhu air

Membaca dan mencatat


hasilnya

Mengulang pengujian sampai 3 kali dan mengambil rata – rata dari


ketiga hasil

Memenuhi Tidak
Persyarata
n

Ya

Selesai

182
b. Menentukan isi botol pasir

Mulai

Mengosongkan
. botol lalu mengetingkan

Meletakkan alat dan botol pada dasar yang rata menutup kran dan
mengisi corong dengan pasir

Membuka kran, mengisi botol sampai penuh dan menjaga corong


selalu terisi setengahnya selama pengisian

Menutup kran serta membersihkan kelebihan pasir dan menimbang

Membaca dan mencatat


hasilnya

Tidak
Memenuhi
Persyarata
n
Ya

Selesai

183
c. Menentukan pasir dalam corong

Mulai

.
Memasukkan pasir kedalam botol, memasang corong dan menimbang

Membaca dan mencatat


hasilnya

Meletakkan Plat lapangan pada dasar yang rata dan memasang corong
dan botol diatasnya

Membuka kran dan membiarkan pasir mengisi corong bawah

Menutup corong setelah pasir berhenti mengalir dan menimbang


corong serta botol berisi sisa pasir

Membaca dan mencatat


hasilnya

Mengulani pengujian sampai tiga kali dan mengambil rata – rata sari
ketiga hasil

Tidak
Memenuhi
Persyarata
n

Ya

Selesai

184
2. Menentukan kepadatan tanah lapangan

Mulai

Membersihkan
. dan meratakan permukaan tanah meletakkan plat corong
dan mengkokohkan dengan paku

Menggali lubang ± 10 cm

Menimbang kaleng lapangan kosong, catatlah hasilnya

Memasukkan tanah hasil galian dan menimbangnya catatlah hasilnya

Mengambil sebagian tanah untuk menguji kadar air

Mengisi botol dengan pasir hasil kalibrasi dan menimbang beratnya serta
cawan baca dan catat hasilnya

Meletakkan alat diatas plat corong menghadap ke bawah dan membuka


kran untuk menguji kadar air

Menutup kran setelah pasir berhenti mengalir menimbang sisa pasir


beserta alat baca dan mencatat hasilnya

Tidak
Memenuhi
Persyarata
n

Ya

Selesai

185
9.6 HITUNGAN

1. Berat isi botol pasir = volume botol (𝑉𝑏)


w₂-w₁
Vb=
Keterangan : Pw

Vb = berat isi botol pasir/volume botol, cm3


W1 = berat botol kosong + corong, gr
W2 = berat botol + air + corong, gr
Ρw = kerapatan relatif air berdasarkan temperature air ketika W2
2. Berat isi pasir ( γρ )
w₃-w₁
γp=
keterangan : Vb

γρ = berat isi pasir, gr/cm3

W1 = berat botol kosong + corong, gr


W3 = berat botol + air + corong, gr
Vb = berat isi botol pasir/volume botol cm3
3. Berat isi tanah kering
γd
γd Lap= . 100%
100+
keterangan :
γd Lap = berat isi tanah kering, gr/cm3
W
γ =
9
d
= berat tanah isi bersih, gr/cm3
𝑉

W
V=
13
= volume pasir dalam lubang, cm3
γd

ω = kadar air tanah lapangan, %


W9=W8−W7 = berat tanah basah, gr
W13 = W 12 − W 6 = berat pasir dalam lubang, gr

186
W12 = W 10 − W 11 = berat pasir dalam corong dan lubang, gr
W8 = berat kaleng/wadah + tanah basah, gr
W7 = berat kaleng/wadah kosong, gr
W 6 = = W 4 − W 5 = berat pasir dalam corong, gr
W 11 = berat botol + sisa pasir + corong, gr
W 10 = berat botol + pasir + corong, gr
W4 = berat botol + pasir + corong (saat kalibrasi), gr
W5 = berat botol + sisa pasir + corong (saat kalibrasi),gr
4. Derajat kepadatan

Dejarat kepadatan = γd Lap


γd Lab.95% . 100%
keterangan :
γdLap = berat isi tanah kering, gr/cm3
γdLap . 95% = kepadatan laboratorium 95%, gr/cm3

DATA PRAKTIKUM
a. Hasil Percobaan kaliborasi pasir sandcone
a. Percobaan 1
1. Berat botol + corong (W1) = 689 gr
2. Berat botol + corong + air (W2) = 5676 gr
3. Berat botol + Corong + pasir (W3) = 8688 gr
4. Kerapatan Relatif = 0.99598
5. Temperatur = 29 °C
6. Berat botol + pasir + corong (W4) = 8688 gr
7. Berat botol + sisa pasir + corong (W5)= 7020 gr
d. Percobaan 2
a. Berat botol + corong (W1) = 681 gr
b. Berat botol + corong + air (W2) = 5675 gr

187
c. Berat botol + Corong + pasir (W3) = 8683 gr
d. Kerapatan Relatif = 0.99568
e. Temperatur = 30 °C
f. Berat botol + pasir + corong (W4) = 8683 gr
g. Berat botol + sisa pasir + corong (W5)= 7008 gr
e. Percobaan 3
a. Berat botol + corong (W1) = 681 gr
b. Berat botol + corong + air (W2) = 5676 gr
c. Berat botol + Corong + pasir (W3) = 8685 gr
d. Kepadatan Relatif = 0.99598
e. Temperatur = 30 °C
f. Berat botol + pasir + corong (W4) = 8685 gr
g. Berat botol + sisa pasir + corong (W5)= 7012 gr
2. Percobaan kadar air tanah lapangan
a. Percobaan 1
Cawan no 24a
1. Berat cawan kosong (W1) = 11.2 gr
2. Berat cawan + tanah basah (W3) = 43.8 gr
3. Berat cawan + tanah kering (W2) = 48.1 gr
Cawan no 33a
1. Berat cawan kosong (W1) = 11.3 gr
2. Berat cawan + tanah basah (W3) = 54 gr
3. Berat cawan + tanah kering (W2) = 60.2 gr
b. Percobaan 2
Cawan no 24a
1. Berat cawan kosong (W1) = 11.7 gr
2. Berat cawan + tanah basah (W3) = 48.2 gr
3. Berat cawan + tanah kering (W2) = 53.3 gr
Cawan no 33a
1. Berat cawan kosong (W1) = 11.2 gr

188
2. Berat cawan + tanah basah (W3) = 50.2 gr
3. Berat cawan + tanah kering (W2) = 56.1 gr
c. Percobaan 3
Cawan no 24a
1. Berat cawan kosong (W1) = 11.1 gr
2. Berat cawan + tanah basah (W3) = 35.1 gr
3. Berat cawan + tanah kering (W2) = 39.5 gr
Cawan no 33 a
1. Berat cawan kosong (W1) = 11.4 gr
2. Berat cawan + tanah basah (W3) = 33.7 gr
3. Berat cawan + tanah kering (W2) = 37.6 gr
3. Kepadatan tanah
a. Percobaan 1
1. Berat kaleng / wadah kosong (W7) = 342 gr
2. Berat kaleng + tanah basah (W8) = 1856 gr
3. Berat kaleng + pasir + corong (W10) = 7020 gr
4. Berat sisa pasir + corong (W11) = 3821 gr
b. Percobaan 2
1. Berat kaleng / wadah kosong (W7) = 342 gr
2. Berat kaleng + tanah basah (W8) = 2247 gr
3. Berat kaleng + pasir + corong (W10) = 6978 gr
4. Berat sisa pasir + corong (W11) = 3585 gr
c. Percobaan 3
1. Berat kaleng / wadah kosong (W7) = 342 gr
2. Berat kaleng + tanah basah (W8) = 2400 gr
3. Berat kaleng + pasir + corong (W10) = 7048 gr
4. Berat sisa pasir + corong (W11) = 3502 gr

189
9.7 ANALISIS HITUNGAN

1. Percobaan 1
a. Kalibrasi Pasir Sandcone
Volume botol (Vb) = W2-W1
V

5676 - 689
= 0,99598

= 5007,129

Berat isi pasir (γp) = W3-W1


Vb

8688 - 689
= 5007,129

= 1.598 %
b. Kadar air tanah lapangan
Cawan no 24a
Kadar air (W) = W2-W3 X100%
W3-W1

48.1 - 43.8
= 43.8 - 11.2 X100%
= 13,190 %
Cawan no 33a
Kadar air (W) = W2-W3 X100%
W3-W1

60.2 - 54
= 54 - 11.3 X100%
= 14.520%
c. Kepadatan tanah lapangan
Berat tanah basah (W9) = W8 – W7
= 1856 - 342
= 1514 gr
Berat pasir dalam corong = W10 – W11
dan lubang (W12) = 7020 - 3821

190
= 3199 gr
Berat pasir dalam lubang = W12 – W6
= 3199 - 1668
= 1531 gr
Volume pasir dalam lubang (Ve) = W13
γb

1531
= 1598
= 958.358 cm3
Berat volume basa (γb) = W9
Ve

1514
= 958.358
= 1580 gr/cm3

Berat volume kering ( γdlap) = 100+


γd
x 100%
𝜔

1580
= 100+13.855 X 100
= 0.1543 gr/cm3
Kepadatan tanah maks laboratorium = 1062 gr/cm3
Kepadatan laboratorium 95% = γdlab X 95%
= 0.1543 X 95%
=1,466 gr/cm3
Derajat kepadatan = γdlap
Γdlap ..95% X 100%
0.1543
= 0.1466 X 100%
=724.475
2. Percobaan 2 %

a. Kalibrasi Pasir Sandcone

W2-W1
Volume botol (Vb) =

191
V
5675 - 681
0,99568

192
= 1718 gr
W13
Volume pasir dalam lubang Ve
= γp

1718
= 1595

= 1076.85 cm3
Berat volume basah (γb) = W9
Ve

1905
= 1076.85
= 1769 gr/cm3

Berat volume kering (γdlap) = 100+𝜔


γd
x 100%

1769
= 100+14.550 x 100
= 1.5443 gr/cm3
Kepadatan tanah maks laboratorium = 1062 gr/cm3
Kepadatan laboratorium 95% = γdlap X95%
= 1.5443 X 95%
=1.4671 gr/cm3
Derajat kepadatan = γdlap
Γdlap . .95% X 100%
1.5443
= 1.4671 X 100%
=72.383%
3. Percobaan 3
a. Kalibrasi Pasir Sandcone
Volume botol (Vb) = W2-W1
V

5676 - 681
= 0,99598

= 5015.161

193
Berat isi pasir (γp) = W3-W1
Vb

8685 - 681
= 5015.161

= 1.596

b. Kadar air tanah lapangan


Cawan no 24a
Kadar air (W) = W2-W3 X 100%
W3-W1

39.5 - 35.1
= 35.1 - 11.1 X 100%
= 18.333 %
Cawan no 33a
Kadar air ( W) = W2-W3 X 100%
W3-W1

37.6 - 33.7
= 33.7 - 11.4 X 100%
= 17.489 %
c. Kepadatan tanah lapangan
Berat tanah basah (W9) = W8 – W7
= 2400 - 342
= 2058 gr
Berat pasir dalam
corong dan lubang (W12) = W10 – W11
= 7048 - 3502
= 3546 gr
Berat pasir dalam lubang (W13) = W12 – W6
= 3546 - 1673
= 1873 gr
W13
Volume pasir dalam lubang (Ve) =
γp
1873
=
1596

194
= 1173.59 cm3
W9
Berat volume basah ( γp)
Ve
=
2058
= 1173.59
= 1754 gr/cm3

Berat volume kering (γdlap) = 100+𝜔


γd
x 100%

1754
= 100+17.911 X 100
= 1.4872 gr/cm3
Kepadatan tanah maks laboratorium = 1062 gr/cm3
Kepadatan laboratorium 95% = γdlap X 95%
= 1.4872 X 95%
=1.4129 gr/cm3
Derajat kepadatan = γdlap
Γdlap . .95% X 100%
1.4872
= 1.4129 X 100%
=75.164

195
9.8 PEMBAHASAN

Sandcone adalah alat yang digunakan untuk tes pengujian dalam hal ini untuk
menentukan kepadatan lapisan tanah dilapangan dengan menggunakan pasir baik itu
lapisan tanah atau perkerasan lapisan tanah yang di padatkan.
Percobaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan
pemadatan dilapangan yang dinyatakaan dalam derajat pemadatan ( degree of
compaction) yaitu perbandingan antara γd lapangan ( kerucut pasir ) dengan γd maks
hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam presentase lapangan.
Tujuan dari pemadatan adalah untuk memperoleh stabilitas tanah dan
memperbaiki sifat – sifat teknisnya , oleh karena itu sifat teknis timbunan sangat
penting untuk diperhatikan. Tidak hanya kadar air dan berat keringnya pengujian
untuk contoh pemadatan dilapangan dispesifikasikan dan hasilnya menjadi standar u
tuk mengontrol suatu proyek.
Selain itu test sandcone bertujuan untuk menentukan derajat kepadatan
lapangan yang didapat dari presentase perbandingan antara berat isi tanah
keringlapangan ( kepadatan kering lapangan ) dan berat isi tanah kering pada saat
pengujian di laboratorium (kepadatan standar)

Gambar 9.1 Pengujian Sand Cone

196
Berdasarkan pengujian sandcone didapat hasil derajat kepadatan berdasarkan
percobaan 1= 1,519 percobaan 2 = 1,519 dan percobaan 3 = 1,519 sehingga dapat di
ambil rata – rata sebesar 2,740 maka nilai memenuhi persyaratan spesifikasi
kepadatan sebesar 1062 gr/cm3.

9.9 KESIMPULAN

Dalam percobaan ini syarat spesifikasi kepadatan lpanagn berdasarkan hasil


percobaan sandcone adalah
Pengujian I
1) Kadar air lapangan = 13,190 % dan 14,520 %
2) Berat kepadatan lapangan = 1,466 gr/cm3
3) Derajat kepadatan = 72,447 %
4) Berat isi pasir = 1,598 gr/cm3
5) Kadar air rata rata = 13,85 %

Pengujian II

1) Kadar air lapangan = 13,973 % dan 15,128 %


2) Berat kepadatan lapangan = 1,4671 gr/cm3
3) Derajat kepadatan = 72,383 %
4) Berat isi pasir = 1,595 gr/cm3
5) Kadar air rata rata = 14,55 %

Pengujian III

1) Kadar air lapangan = 18,333 % dan 17,489 %


2) Berat kepadatan lapangan = 1,4129 gr/cm3
3) Derajat kepadatan = 75,164 %
4) Berat isi pasir = 1,596 gr/cm3
5) Kadar air rata rata = 13,85 %

197
LAPORAN SEMENTARA

PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN


KONUS PASIR (SAND CONE)

Proyek : ……………………… Jenis tanah : …………………………


Lokasi : ………………………
No. Contoh : ……………………… Dikerjakan oleh: Kelompok 5B................
Kedalaman : ……………………… Diperiksa oleh : …………………………

No. Titik 1 2 3
Berat botol kosong + corong (W1), gr 689 681 681
Berat botol + air penuh + corong (W2), gr 5676 5676 5676
Temperatur (T), C o
29 30 30
Kerapatan relatif air (ρω) 0,99598 0,99598 0,99598
W  W1 3
K A L I B R A S IP A S I RS A N DC O N E

Volume botol, V  2 cm
b
5007,13 5016,67 5015,16
w
Volume botol rata-rata 5012,99
Syarat: selisih Vb dengan Vb rata-rata tidak boleh > 3
5,859 3,685 2,174
cm3
Berat botol + pasir penuh + corong (W3), gr 8688 8683 8685
W  W1
Berat isi pasir,   3 gr/cm3
p
1,598 1,585 1,596
Vb
Berat isi pasir rata-rata 1,596
Syarat: selisih γp dengan γp rata-rata tidak boleh > 1%
dari γp rata-rata 0,001 0,001 0,000
Berat botol + pasir + corong (W4), gr 8688 8683 8685
Berat botol + sisa pasir + corong (W5), gr 7020 7008 7012
Berat pasir dalam corong (W6 = W4- W5), gr 1668 1675 1673
Berat pasir dalam corong rata-rata 1672
Syarat: selisih W6 dengan W6 rata-rata tidak boleh >
1% dari W6 rata-rata 0,239 0,179 0,060

Berat isi pasir (γp) = 1,596 gr/cm3


Berat pasir dalam corong (W6) = 1672 gr

198
Kadar Air Tanah Lapangan:

No. Titik
Parameter
1 2 3

Berat cawan kosong (W1), gr 11,2 11,3 11,7 11,2 11,1 11,4

Berat cawan + tanah basah (W2), gr 48,1 60,2 53,3 56,1 39,5 37,6

Berat cawan + tanah kering (W3), gr 43,8 54 48,2 50,2 35,1 33,7

Berat air (W2-W3), gr 4,3 6,2 5,1 5,9 4,4 3,9

Berat tanah kering (W3-W1), gr 32,6 32,2 36,5 39 24 22,3


W  W3
Kadar air,   2 .100%
13,19 19,25 13,97 15,13 18,33 17,49
W3  W1
Kadar air rata-rata, % 16,222 14,550 17,911

Kepadatan Tanah Lapangan:

No. Titik
Parameter Rumus
1 2 3
Berat kaleng/wadah kosong (W7), gr 342 342 342
Berat kaleng/wadah + tanah basah (W8), gr 1856 2247 2400
Berat tanah basah (W9 = W8- W7), gr 1514 1905 2400
Berat botol + pasir + corong (W10), gr 7020 1905 2058
Berat botol + sisa pasir + corong (W11), gr 3821 3585 3502
Berat pasir dalam corong dan (W12 = W10- W11), gr
3199 3393 3546
lubang
Berat pasir dalam lubang (W13 = W12- W6), gr 1531 1718 1873
W
V  13 cm3
Volume pasir dalam lubang e 958 1077,06 1173,59
p
W9
 gr/cm3
Berat isi tanah basah b
1,580 1,769 1,663
Ve
b
 Lap  .100% ,
Berat isi tanah kering d
100   1,359 1,544 1,410
gr/cm3
Kepadatan maksimum γd Lab., gr/cm3
1,599 1,599 1,599
laboratorium
Kepadatan laboratorium 95% (γd Lab.95%), gr/cm3 1,519 1,519 1,519
 d Lap.
Derajat kepadatan  dLab.95%.100% 95,00 95,00 95,00

Derajat kepadatan rata-rata 95,00

199
Hasil perhitungan:

 Kadar air (ω) = 15,439 %


 Kepadatan lapangan (γd Lap.) = 1,599 gr/cm3
 Derajat kepadatan = 94,997 %

Rekomendasi dan saran:


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

…………………………….

Diperiksa/Asisten Penguji/Mahasiswa

(……………………………) (……………………………)

200
GAMBAR ALAT

PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT


KONUS PASIR (SANDCONE)

1. Botol transparan berfungsi sebagai wadah untuk pasir otawa

Gambar 9.1 Botol transparan

2. Corong kalibrasi berfungsi untuk menentukan banyaknya pasir otawa yang akan
digunakan

Gambar 9.2 Corong kalibrasi

3. Plat dudukan berfungsi sebagai dudukan untuk corong pasir

201
Gambar 9.3 Plat dudukan

4. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji

Gambar 9.4 Timbangan

5. Bahan pembantu berupa pasir otawa berfungsi untuk mengukur kepadatan tanah
di lapangan

Gambar 9.5 Pasir otawa

202
GAMBAR PELAKSANAAN

PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT


KONUS PASIR (SAND CONE)

(a) (b)

(c)
(d)

203
(e) (f)

(h)
(g)

(i) (j)

204
(k) (l)
Keterangan :
a. Menimbang botol kosong dan corong
b. Menimbang botol dan corong yang berisi air serta mengukur suhunya
c. Mengosongkon botol dan air lalu mengeringkan dan meletakkan di dasar yang
rata kemudiam mengising corong besar pelan-pelan dengan pasir sampai penuh,
dengan selama pengisian corong selalu terisi paling sedikit setengahnya
d. Menimbang botol dan corong yang berisi pasir
e. Menimbang berat kaleng lapangan kosong
f. Menyiapkan lokasi yang mau di uji kepadatannya, kemudian pasang plat lalu di
paku di bagian setiap ujugnya, kemudian menggali tanah sampai ke dalaman 10
cm dan tanah hasil galian di taruh di kaleng semuanya
g. Meletakkan botol pasir di atas plat yang sudah di lubangi sedalam 10 cm dengan
corong menghadap ke bawah dan membuka kran secara perlahan
h. Menimbang sisa pasir dalam botol
i. Menimbang berat kaleng lapangan yang sudah di isi pasir di lubang sedalam 10
cm
j. Mengambil sampel tanah dan memasukkan ke dalam cawan untuk di lakukan
proses menimbang
k. Masukkan di oven kurang lebih 12 jam
l. Menimbang benda uji yang telah di lakukan di o

205
DAFTAR PUSTAKA

Anonim : (2000). Modul praktikum Mekanika Tanah 1. Universitas Teknologi


Yogyakarta

Anonim : SNI – 2828- 1992 Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat
konsus pasir. Pusjalan Balitbang PU

Anonim : SNI – 1965 – 2008 cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan
di laboratorium. Badan standar desiosi Nasional.

Anonim : SNI – 1742 – 2008 cara uji kepadatan ringan untuk tanah Badan
Standarisasi Nasional

Anonim : SNI – 1968 – 2008 cara uji penentuan batas plastis dan indeks Plastisitas
Tanah. Badan Standar Nasional.

Anonim : SNI – 1748 – 2008 uji berat jenis Tanah. Badan Standarisasi Nasional.

Anonim :SNI – 1748 – 2008 cara uji kepadatan berat. Untuk tanah Badan
Standarisasi Nasional.

Anonim : SNI – 1967 – 2008 cara uji Batas Cair Tanah. Badan Standarisasi
Nasional.

Anonim : SNI – 3422 – 2008 cara uji penentuan Batas Susut Tanah. Badan
Standarisasi Nasional.

Anonim : SNI – 3423 – 2008 cara uji Analisis Ukuran Butir Tanah. Badan
Standarisasi Nasional.

Anonim : SNI – 1744 – 2008 Metode uji CBR Laboratorium Badan Standarisasi
Nasional

Sumber : Renda 1 wayan. Mekanika Tanah. Hal 14

Sumber : Herdiyanto Hery Christady. Mekanika Tanah 1 edisi keenam hal 50 - 61

Sumber : Kurniawan Faisal Teddy. Laporan Mekanika Tanah 2011

206
Resume Hasil Uji Laboratorium
Sifat Fisik (Index Uraian
No Properties) Pemeriksaan Hasil Uji Spesifikasi Keterangan
1 Berat Jenis Berat jenis {Gs} 2,82 ˉˉ ˉˉ
Batas Cair {LL} 49,5 ˉˉ ˉˉ
Batas Plastis {PL} 39,39 ˉˉ ˉˉ
Indeks Plastisitas
ˉˉ ˉˉ
2 Atterberg Limit {PI} 10,11
Batas Susut {R} ˉˉ ˉˉ
Rasio Susut {S} 0,985 ˉˉ ˉˉ
Susut linier {LS} 3,721 ˉˉ ˉˉ
Lolos Saringan
ˉˉ ˉˉ
no.200 (0,075mm) 0,697
Koef. Gradasi
ˉˉ ˉˉ
keseragaman {Cu} 1,23
Koef. Gradasi
ˉˉ ˉˉ
{Cc} 0,00475
3 Analisis Ukuran Butir
Jenis Gradisi ˉˉ ˉˉ
Gravel {G} 0% ˉˉ ˉˉ
Sand {S} 30,28% ˉˉ ˉˉ
Silt {M} 66,34% ˉˉ ˉˉ
Clay {C} 3,38% ˉˉ ˉˉ
Sistem AASHTO A-7-6 Min A-7-6
4 Klasifikasi Tanah
Sistem USCS CC Min CH ˉˉ

Sifat Teknik Uraian


No Hasil Uji Spesifikasi Keterangan
(Engineering Properties) Pemeriksaan
Kepadatan Kering
Kepadatan Berat Maksimum 1,63 ˉˉ ˉˉ
1 (Modified Proctor {MDD} gr/cm3
Compaction) Kadar Air
ˉˉ ˉˉ
Optimum {OMC} 17,24%
2 CBR Laboratorium CBR 95% % Min 6%

Uraian
No Pengujian Lapangan Hasil Uji Spesifikasi Keterangan
Pemeriksaan
Derajat Kepadatan 186,165% Min 95% ˉˉ
1 Sandcone Lapangan Kadar Air (-3 OMC
15,439% ˉˉ
Lapangan +1)

207

Anda mungkin juga menyukai