MEKANIKA TANAH 1
Dosen Pengampu: Rika Nuraini, S.T., M.Eng., Env.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
Dosen Pengampu: Rika Nuraini, S.T., M.Eng., Env.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
Laporan Praktikum ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
Laporan Mekanika Tanah 1 ini ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
Mengetahui/Menyetujui
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga Laporan Praktikum Mekanika Tanah 1 ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Laporan praktikum ini disusun guna memenuhi
persyaratan tugas besar Mekanika Tanah 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng., selaku ketua Program Studi Teknik Sipil.
2. Bapak Cahyo Dita Saputro, S.T., M.T., selaku dosen wali penyusun.
3. Rika Nuraini, S.T., M.Eng., Env., selaku dosen pengampu mata kuliah
Mekanika Tanah 1.
4. Saudara/I Andi Syakiah Annisa, Ezlan Yusuf, Hardoni Ananda, Heny
Nurhasanah, Igga Amalia Mifta Huijanah, Muhammad Rizky Fadlila, dan Oki
Andi Putra, selaku asisten dosen Mekanika Tanah 1.
5. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Teknologi Yogyakarta.
6. Semua pihak yang telah membantu selama praktikum dan penyusunan laporan
ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki,
penyusun menyadari untuk kesempurnaan laporan ini masih jauh. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan
untuk peningkatan berikutnya.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penyusun
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
MEKANIKA TANAH 1
Catatan Asistensi
No. Hari, Tanggal Materi Asistensi Paraf
4. Sabtu, - Pembahasan
27 Maret 2021 Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
5. Sabtu, - Kesimpulan
3 April 2021 Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
6. Sabtu, - Grafik
10 April 2021 Bab III
Bab IV
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
AC C JILID
:)
UNIVERSITAS TEKNOLOGI
YOGYAKARTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI LEMBAR ASISTENSI
PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………………..
Halaman Judul………………………………………………………………………
Halaman Pengesahan…………………………………………………………….….
Kata Pengantar………………...……………………………………………………
Lembar Asistensi……………………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………….……
Bab I Pemeriksaan Kadar Air Tanah………………………………………….…….
Bab II Pengujian Berat Jenis Tanah…………………………………………..…….
Bab III Penentuan Batas Cair Tanah………………………………………..………
Bab IV Penentuan Batas Plastis Dan Indeks Plastisitas Tanah………………..……
Bab V Penentuan Batas Susut Dan Faktor – Faktor Susut Tanah……………..……
Bab VI Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah………………………..…...……...
Bab VII Pengujian Kepadatan Tanah……………………………………..………...
Bab VIII Pengujian Cbr Laboratorium………………………………...……………
Bab IX Pengujian Kepadatan Lapangan Dengan Alat Konus Pasir (SandCone)…..
Daftar Pustaka………………………………………………………………………
PERCOBAAN I
PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH
(ASTM D 2216; SNI 1965:2008)
1.1 MAKSUD
Maksud dari percobaaan ini adalah untuk memeriksa kadar air dalam suatu
contoh tanah. Dimana kadar air tanah mempunyai pengertian yaitu perbandingan
antara berat air yang terkandung dalam tanah dan berat kering tanah yang
dinyatakan dalam persen. Kegunaan hasil kadar air ini juga dapat diterapkan untuk
menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya pada tanah kohesif
konsistensi tanah, pengujian penentuan batas cair dan batas plastis tanah
tergantung dari nilai kadar airnya. Maka pemeriksaan ini bertujuan untuk
menentukan nilai kadar air tanah yang terkandung dalam suatu contoh tanah.
1.2 PERALATAN
a. Cawan kosong
b. Cawan porselen
c. Tanah seberat 20gram yang telah lolos saringan No 4.
d. Saringan No. 4.
e. Timbangan
f. Oven pengering : dilengkapi dengan pengatur suhu untuk untuk dapat
memelihara keseragaman temperature.
g. Desikator.
Keterangan (*) harus digunakan untuk mewakili kurang dari 20 gram. Jika
berat contoh uji total yang digunakan tidak ditemukan berat persyaratan minimal
yang tersedia pada tabel di atas. Laporkan bahwa seluruh contoh uji digunakan
untuk pengujian (Sumber : SNI 1965:2008).
1.4 PELAKSANAAN
a. Menimbang berat cawan kosong beserta tutupnya, kemudian mencatat
hasilnya (W1, gram).
b. Memasukkan benda uji ke dalam cawan kosong
c. Menimbang benda uji beserta cawan kosong, kemudian catat hasilnya (W2,
gram).
d. Memasukan cawan yang berisi benda uji ke dalam oven. Lalu mendiamkan
selama 12 sampai 16 jam.
e. Kemudian mengeluarkan benda uji dari dalam oven.
f. Memasukan benda uji ke dalam desikator agar benda uji dan cawannya
menjadi dingin pada temperatur ruangan
g. Mengeluarkan benda uji dari desikator, lalu menimbang benda uji beserta
berat cawan dan catat hasilnya (W3, gram).
1.5 BAGAN ALIR PEMERIKSAAN KADAR AIR TANAH
Mulai
Selesai
1.6 HITUNGAN
𝑊1–𝑊2
ω= x 100%
𝑊2–𝑊3
Keterangan :
14,66 + 14,69
= 2
= 14,68%
1.9 PEMBAHASAN
Menurut Hardiatmo (2012) segumpal tanah dapat terdiri dari dua atau tiga
bagian. Dalam tanah yang kering maka yang terdiri dari dua bagian, yaitu
butirbutir tanah dan pori-pori udara.
Dalam tanah yang jauh juga terdapat dua bagian yaitu bagian padat atau
butiran dan air pori dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian padat (butiran) pori-pori udara dan air pori-pori bagian tanah yang dapat
Digambar dalam bentuk diagram pase ditunjukkan dalam gambar 1.1 dan gambar
1.1a, memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume (V) dan berat total
(W), sedangkan gambar 1.1b memerlihatkan hubungan berat dengan volumenya.
Vw = Volume air
Va =Volume udara
kadar air (𝜔) adalah perbandingan antara berat air (W) dengan butiran padat
(Ws) dinyatakan dalam persen.
Keterangan :
Dalam praktikum ini dilakukan dengan cara diplo dengan fungsi untuk koreksi
antara percobaan I dan percobaan II dengan selisih yang kecil. Kemungkinan
kesalahan dalam praktikum dipengaruhi oleh :
Kegunaan hasil uji kadar air ini dapat dilakukan untuk menentukan konsentrasi
perilaku material dan sifat pada tanah kohesif. Konsisten tanah tergantung pada
nilai kadar airnya. Di samping itu pada nilai kadar air dapat digambarkan untuk
pengujian lainnya seperti pada pengujian menentukan batas cair dan batas plastis
tanah.
Sebagai tambahan cara uji ini ada beberapa material organic dapat menjadi
hangus dalam oven pada temperature pengeringan standar (110˚C). Material yang
mengandung gypsum (kalsium sulfat dihidrate) atau komposisi yang lain,
mempunyai air yang dipanaskan terhidrasi. Dapat disimpulkan itu akan
menimbulkan masalah khusus sebagai material terhidrasi lambat pada temperature
pengeringan dapat membentuk cairan calsium sulfat hamdyrate yang
keberadaanya tidak normal/secara alami, kecuali di daerah kering/tandus agar
dapat mengurangi tingkat dehidrasi terhadap gypsum buatan alam. Material yang
mengandung
gypsum atau mengurangi kehangusan pada tanah organik tinggi dapat dilakukan
dengan pengeringan pada suhu 60˚C dalam sebuah desikator dalam temperature
yang berbeda dengan temperatur pengering standar. Seperti yang ditetapkan dalam
benda uji ini. Hasil kadar air ini ditentukan pada temperatur standar. (sumber :
SNI 1965-2008 cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan laboratorium)
1.10 KESIMPULAN
Dari data praktikum diperoleh nilai
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
Keterangan :
a. Menyiapkan tanah disturb
b. Menimbang dan mencatat berat cawan kosong beserta tutupnya, (W1, gram).
c. Menimbang dan mencatat berat benda uji beserta cawan kosong, (W2, gram).
d. Memasukan cawan yang berisi benda uji ke dalam oven. Lalu mendiamkan
selama 12 sampai 16 jam.
e. Mendinginkan benda uji beserta cawannya ke dalam desikator
f. Menimbang dan mencatat berat benda uji beserta berat cawan, (W3, gram).
PERCOBAAN II
PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH
(SNI 1964:2008)
2.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan berat jenis suatu contoh
tanah yang lolos saringan 4,75 mm dengan menggunakan alat piknometer. Maka
pengujian ini bertujuan untuk menentukan hasil perbandingan antara berat butir
tanah dengan air suling pada volume dan suhu tertentu sehingga kita dapat
menentukan berat jenis tanah. Pengujian ini juga dapat diterapkan untuk
menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya.
2.2 PERALATAN
a. Cawan
b. Cawan porselen
c. Thermometer
d. Penggerus (penumbuk)
e. Piknometer
f. Air destilasi
g. Tanah yang lolos ayakan No. 10
h. Saringan No.10
i. Saringan No.4
j. Corong kaca
k. Desikator
l. Timbangan
a. Tanah yang digunakan pada uji berat jenis dilakukan terhadap benda uji
yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm) dan saringan No.10 (2,00 mm).
b. Apabila tanah mengandung pertikel yang lebih besar dari saringan no.4
(4,75 mm), maka bagian yang tertahan saringan no. 4 (4,75 mm) gumpalan
tanah dihancurkan di dalam cawan porselen menggunakan
penumbuk/penggerus dengan kepala berlapis plastik.
c. Apabila tanah merupakan gabungan partikel yang lebih kecil dan lebih
besar dari saringan no. 4 (4,75 mm), maka contoh tanah harus dipisahkan
menggunakan saringan no. 4 (4,75 mm) kemudian masing-masing
dikerjakan sendiri, nilai beserta jenis tanah diambil dari rat-rata keduanya.
d. Contoh tanah harus dikeringkan selama 12 jam kemudian dinginkan di
dalam deskalator.
e. Pengujian berat jenis dilakukan dengan system ganda (duplo) dan hasilnya
dirata-ratakan.
2.4 PELAKSANAAN
a. Memasukan tanah ke dalam cawan porselen. Menumbuk tanah kembali
sehingga hasilnya halus maksimal, setelah itu menimbang tanah tersebut
sebanyak 10 gram.
b. Menimbang piknometer kosong dan mencatat hasilnya (W1, gram).
c. Memasukan benda uji ke dalam piknometer dengan menggunakan corong
kaca, kemudian menimbang benda uji yang telah dimasukkan ke dalam
piknometer lalu mencatat hasil timbangan (W2, gram).
d. Menambahkan air destilasi ke dalam piknometer yang berisi benda uji
secara perlahan-lahan, hingga piknometer terisi 2/3 bagian. Kemudian
mendiamkan benda uji selama 12 jam.
e. Merebus piknometer yang berisi benda uji selama 10 menit dan perlahan-
lahan memutar piknometer agar tidak ada udara yang mengedap.
Kemudian mengangkat dan mendinginkan di dalam desikator selama
beberapa menit.
f. Setelah dingin, menambahkan air destilasi pada piknometer sampai penuh
kemudian menimbang dan mencatat hasil penimbangan ke dalam laporan
sementara (W3, gram).
g. Mengukur suhu air dalam piknometer dengan menggunakan thermometer.
Kemudian mencatat hasil pengukuran suhu.
h. Mengkalibrasikan piknometer dengan cara memasukan air destilasi ke
dalam piknometer sampai penuh lalu menimbang benda uji dan catat
hasilnya dalam laporan sementara (W4, gram).
i. Mengukur suhu dengan thermometer pada piknometer yang sudah di
kalibrasi dan catat hasilnya ke dalam laporan sementara (Ti).
2.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH
MULAI
Memasukkan air destilasi sebanyak 2/3 tinggi benda uji lalu mendiamkannya selama 12 jam
A
A
SELESAI
2.6 HITUNGAN
a. Beban W4 ditentukan dari temperature Ti yang diamati, nilai tersebut harus
dikolaborasi untuk temperature Tx yang berlaku ketika berat W3
ditentukan kemudian Nilai W4 dihitung sebagai berikut :
Keterangan :
W4 (Tx) = Berat piknometer dan air pada temperature Tx (gr)
W4 (Ti) = Berat piknometer dan air pada temperature Ti (gr)
W1 = Berat piknometer (gr)
Ti = Temperature air yang diamati (ketika W4 ditentukan)
(°C) Tx = Temperature air yang diamati (ketika W3 ditentukan)
(°C)
Keterangan :
Wt = Berat contoh tanah kering (W2 – W1), gram
W4 (Pada Tx) = Berat piknometer dan air pada temperature Tx, gram.
W3 = Berat piknometer berisi air dan tanah pada temperature
Tx, gram.
Tz = Temperature air dalam piknometer ketika W3 ditentukan
°C
b. Piknometer B
Berat piknometer (W1) = 57,00 gram
Berat piknometer+ tanah (W2) = 70,80 gram
Berat piknometer + tanah + air pada temperature Tx (W3) = 162,80 gram
Berat piknometer + air pada temperature Ti (W4) = 154,20 gram
Tempeature ketika W3 (Tx) = 30,00 °C
Temperature ketika W4 ditentukan (Ti) = 29,50 °C
Berat piknometer + air penuh (setelah dikalibrasi)
pada temperatur Tx (W4 (pada Tx)) = 154.28 gram
2.8 ANALISIS HITUNGAN
a. Piknometer A
14,60
= 14,60 +151,50 −160,10
= 2,43
b. Piknometer B
13,80
= 13,80 +154,20 −162,80
= 2,65
2.9 PEMBAHASAN
Berat spesifik atau berat jenis (specific graving) (Cr) adalah perbandingan
antara berat volume butiran padat (ɣ) dengan berat volume air (ɣw) pada
temperature 4ºC.
ɣs
Gs =
ɣw
Berat jenis (Gs) tidak berdimensi secara tipikal, berat jenis berbagai berat jenis
tanah berkisaran antara 2,65 – 2,75. Berat jenis Gs = 2,65 biasanya digunakan
untuk tanah-tanah yang tidak berkohesif. Sedangkan untuk tanah kohesif tidak
mengandung bahan organic, Gs berkisaran antara 2,65 – 2,75. Nilai-nilai berat
jenis dari berbagai jenis tanah diberikan dalam tabel 2.1 dan tabel 2.2.
Tabel 2.1 Pembagian Berat Jenis Tanah
Type Tanah Gs
Kerikil 2,65 – 2,68
Pasir 2,65 – 2,67
Pasir Berlanau 2,67 – 2,70
Lanau Tak Organik 2,62 – 2,68
Lempung Organik 2,70 – 2,75
Lempung Tak Organik 2,68 – 2,75
Tanah Dengan Mika atau Besi 2,75 – 3,00
Tanah Organik < 2,00
Tanah Humus 1,37
Gembut 1,25 – 1,80
(Sumber : HC “Mekanika Tanah 1” Gramedia, Jakarta)
Jenis Tanah Gs
Pasir 2,65-2,67
Pasir 2,67-2,70
Lempung anorganik 2,70-2,80
Tanah bermika 2,75-3,00
Besi tanah organik 1,00-2,60
Sumber : I Wayan Redana Hal.14
Dari data hasil hasil perhitungan rata-rata berat jenis tanah diatas maka
didapat Gs rata-rata adalah 2,54, dengan Gs A = 2,43 dan Gs B = 2,65. Dengan
demikian berdasarkan table 2.1 dan tabel 2.2 berat senis tanah rata-rata yaitu 2,54
berkisar antara 1,00 sampai 2,60, termasuk jenis tanah Besi tanah organik.
Sedangkan untuk Gs A = 2,43 termasuk jenis tanah Besi tanah organik dimana
kisaran antara 1,00 sampai 2,60 sedangkan untuk Gs B = 2,65 termasuk kedalam
jenis tanah Lanau Tak Organik dengan kisaran anatara 2,62 – 2,68
2.10 KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil pengujian berat jenis tanah yang sudah dilaksanakan,
diperoleh berat jenis tanah sebesar 2,54 gram dengan cara mencari berat jenis dari
rata-rata dua benda uji pada piknometer A dan piknometer B seperti berikut ini
Rata-rata 2,82
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
7. Wash Bottle berfungsi untuk membantu penambahan air destilasi ke benda uji.
8. Tungku listrik (Hot Plate) berfungsi untuk memanaskan pamci saat merebus
piknometer.
11. Corong kaca berfungsi untuk pengisian benda uji (tanah) ke dalam piknometer.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i)
Keterangan :
a. Memasukan tanah ke dalam cawan porselen. Menumbuk tanah kembali
sehingga hasilnya halus maksimal, setelah itu menimbang tanah tersebut
sebanyak 10 gram.
b. Menimbang piknometer kosong dan mencatat hasilnya (W1, gram).
c. Memasukan benda uji ke dalam piknometer dengan menggunakan corong
kaca, kemudian menimbang benda uji yang telah dimasukkan ke dalam
piknometer lalu mencatat hasil timbangan (W2, gram).
d. Menambahkan air destilasi ke dalam piknometer yang berisi benda uji secara
perlahan-lahan, hingga piknometer terisi 2/3 bagian. Kemudian mendiamkan
benda uji selama 12 jam.
e. Merebus piknometer yang berisi benda uji selama 10 menit dan perlahan-
lahan memutar piknometer agar tidak ada udara yang mengedap. Kemudian
mengangkat dan mendinginkan di dalam desikator selama beberapa menit.
f. Setelah dingin, menambahkan air destilasi pada piknometer sampai penuh
kemudian menimbang dan mencatat hasil penimbangan ke dalam laporan
sementara (W3, gram).
g. Mengukur suhu air dalam piknometer dengan menggunakan thermometer.
Kemudian mencatat hasil pengukuran suhu.
h. Mengkalibrasikan piknometer dengan cara memasukan air destilasi ke dalam
piknometer sampai penuh lalu menimbang benda uji dan catat hasilnya dalam
laporan sementara (W4, gram).
i. Mengukur suhu dengan thermometer pada piknometer yang sudah di kalibrasi
dan catat hasilnya ke dalam laporan sementara (Ti).
PERCOBAAN III
PENENTUAN BATAS CAIR TANAH
(SNI 1967:2008)
3.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai acuan untuk menentukan batas cair
tanah dengan cara casagrande. Maka percobaan ini bertujuan untuk memperoleh
besaran batas cair tanah, sehingga dapat digunakan untuk menentukan sifat dan
klasifikasi tanah. Dalam percobaan ini juga bertujuan untuk menentukan nilai
indeks plastisitas tanah yang diperoleh dari nilai batas cair itu sendiri melalui cara
nilai batas cair dikurangi dengan nilai batas plastis.
3.2 PERALATAN
a. Alat uji batas cair mekanik (Casagrande)
b. Ayakan No. 40
c. Cawan porselen dan penumbuk
d. Tanah (benda uji)
e. Air destilasi
f. Alat pembarut (grooving tool)
g. Spatula
h. Cawan
i. Timbangan
j. Oven
3.4 PELAKSANAAN
a. Melakukan penimbangan terhadap benda uji dalam cawan porselen
sebanyak ±100 gram
b. Menambahkan air destilasi terhadap benda uji secara trial and error (coba-
coba) dan mengaduk tanah dengan air destilasi hingga tercampur rata.
c. Memasukkan benda uji pada cawan kuningan, kemudian membentuknya
Setelah itu membagi benda uji menjadi 2 bagian yang sama besar lalu
meratakan bagian yang dibagi dengan alat pembarut.
d. Meletakkan benda uji pada alat Casagrande, kemudian menyalakan alat
dan melakukan perhitungan. Menghentikan perhitungan apabila benda uji
sudah saling menyatu, kemudian mencatat perhitungannya.
e. Menimbang cawan kosong dan mencatat hasilnya. Setelah itu,
memasukkan benda uji yang dibagi 2 ke dalam cawan yang berbeda,
kemudian menimbangnya kembali dan mencatat hasilnya.
f. Melakukan peng-oven-nan selama 12 sampai 16 jam. Setelah itu,
mengeluarkan benda uji setelah selesai di oven, kemudian menimbang
beratnya kembali dan mencatat hasilnya.
3.5 BAGAN ALIR PENENTUAN BATAS CAIR TANAH
MULAI
Memasukan benda uji pada cawan kuningan lalu dibentuk kemudian dibagi menjadi 2 bagian dan
kan benda uji yang sudah di bagi 2 kedalam cawan lalu menimbangnya (Benda uji yang diamabil adalah benda uji yang berla
Selesai
3.6 HITUNGAN
a. Batas cair (LL)
Setiap data hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan merupakan satu
titik dalam grafik, dengan jumlah pukulan sebagai absis (dengan skala log)
dan kadar air sebagai ordinat (dalam persen dan skala biasa). Tarik garis
lurus penghubung terbaik dengan titik-titik yang diperoleh, batas cair tanah
adalah kadar air yang diperoleh pada perpotongan garis penghubung
tersebut dengan vertikal 25 pukulan. Batas cair dilaporkan sebagai
bilangan bulat yang terdekat
LL = Wn(N/25)0,121
Atau
LL = k . Wn
Keteranga :
N = jumlah pukulan yang menyebabkan tertutupnya alur pada kadar
air tertentu.
LL = bata cair terkoreksi untuk tertutupnya alur pada 25 pukulan (%).
Wn = kadar air (%).
k = faktor koreksi yang diberikan pada Tabel 1.
Tabel 3.1 Faktor koreksi
= 41,1%
2. Timbangan B
Berat cawan kosong ( W1 ) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah ( W2 ) = 32,8 gram
Berat cawan + tanah kering ( W3 ) = 27,6 gram
Berat air ( W2 – W3 ) = 32,8 – 27,6
= 5,2 gram
Berat tanah kering ( W3 – W1 ) = 27,6 – 11,2
= 16,4 gram
Kadar air, 𝜔 = 5,2
𝑊2−𝑊3 × 100 = × 100%
16,4
𝑊3−𝑊1
= 31,71 %
= 32,48 %
2. Timbangan B
Berat cawan kosong ( W1 ) = 11,4 gram
Berat cawan + tanah basah ( W2 ) = 29,2 gram
Berat cawan + tanah kering ( W3 ) = 24,5 gram
Berat air ( W2 – W3 ) = 29,2 – 24,5
= 4,7 gram
Berat tanah kering ( W3 – W1 ) = 24,5 – 11,4
= 13,1 gram
Kadar air, 𝜔 = 4,7
𝑊2−𝑊3 × 100 = × 100%
13,1
𝑊3−𝑊1
= 35,88 %
= 24,4 %
2. Timbangan B
Berat cawan kosong ( W1 ) = 11,1 gram
Berat cawan + tanah basah ( W2 ) = 29,5 gram
Berat cawan + tanah kering ( W3 ) = 24,1 gram
Berat air ( W2 – W3 ) = 29,5 – 24,1
= 5,4 gram
Berat tanah kering ( W3 – W1 ) = 24,1 – 11,1
= 13,0 gram
Kadar air, 𝜔 = 5,4
𝑊2−𝑊3 × 100 = × 100%
13,0
𝑊3−𝑊1
= 41,54 %
= 36,41%
32,48+35,88
2. Kadar air rata-rata parameter 2 A dan B =
2
= 34,18 %
24,4+41,54
3. Kadar air rata-rata parameter 3 A dan B =
2
= 32,97 %
4. Batas cair = 33,54
(36,41−34,18)
5. Flow index = 𝐿𝑂𝐺(23−15)
= 2,464
3.9 PEMBAHASAN
Batas cair adalah kadar air apabila alur belahan sepanjang 13 mm dapat
menutup dengan 25 pukulan. Untuk mencari kadar air dengan hasil yang
maksimal, perlu dilakukan beberapa kali percobaan dengan menggunakan
beberapa contoh kadar air yang berbeda dengan tujuan mendapat dua titik diatas
dan dibawah batas cair.
Batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pembatas antara keadaan
cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas daerah plastis.
Gambar 3.1 Mesin Casagrande dan Grooving Tool
Batas cair biasanya ditentukan dari pengujian dengan alat casagrande (1984).
Gambar skematis dari pengukur batas cair dapat dilihat pada gambar 3.1. Pada
contoh tanah yang dimasukkan kedalam cawan memiliki tebal kira-kira 10 mm.
Alat pembuat alur atau (grooving tool) di kerukan tepat ditengah-tengahnya cawan
hingga menyentuh dasarnya. Kemudian dengan alat penggetar cawan diketuk-
ketuk pada landasan dengan tinggi jatuh 1 cm. Presentase kadar air yang
dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 13 mm pada dasar cawan sesudah 25
kali pukulan didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut. Karena sulitnya
mengatur kadar air waktu celah tertutup pada 25 kali pukulan,maka biasanya
percobaan dilakukan beberapa kali, yaitu dengan kadar air yang berbeda dengan
jumlah pukulan yang berkisar antara 15 sampai 35. Kemudian hubungan kadar air
dan jumlah pukulan digunakan dalam grafik semi logaritmik untuk menentukan
kadar air pada 25 pukulan. (gambar 3.2)
Gambar 3.2 Grafik Batas cair
Kemiringan dari garis dalam kurva didefinisikan sebagai aliran (flow Indeks).
Atterberg (1911), memberikan cara untuk menggambar batas-batas konsistensi
dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan kandungan kadar air tanah.
Batasbatas tersebut adalah batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit) dan
batas susut (shring kage limit) kedudukan batas-batas konsistensi untuk tanah
kohesif.
Percobaan
Parameter
1 2 3
Jumlah Pukulan 15 23 27
Dari data tersebut dapat dibuat grafik dan dilakukan pembacaan nilai batas
cair sebesar 33,54%.
3.10 KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan untuk penentuan batas cair dapat di simpulkan bahwa
semakin sedikit jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tanah maka
tanah yang dihasilkan akan berada dalam kondisi cair (tekanan air tinggi).
Dari hasil analisis hitungan diperoleh hasil kadar air masing-masing pukulan
yaitu :
a. 15 pukulan = 36,41%
b. 23 pukulan = 34,18%
c. 27 pukulan = 32,97%
d. Flow index = 2,464
e. Batas cair = 33,54%
LAPORAN SEMENTARA
PENETUAN BATAS CAIR TANAH
Percobaan No.
Parameter
1 2 3 4
Jumlah pukulan (N) 15 23 27
No. cawan timbang
Berat cawan kosong (W1), gram 11,1 11,2 11,4 11,4 10,7 11,1
Berat cawan + tanah basah (W2), gram 34,1 32,8 32,2 29,2 31,6 29,5
Berat cawan + tanah kering (W3), 27,1 27,6 27,1 24,5 27,5 24,1
gram
Berat air (W2-W3) 6,7 5,2 5,1 4,7 4,1 5,4
Berat tanah kering (W3-W1) 16,3 16,4 15,7 13,1 16,8 13,0
W W
Kadar air, 2 3 .100% 32,4 41,5
41,1 31,71 35,88 24,4
W3 W1 8 4
Kadar air rata-rata 36,41 34,18 32,97
Batas cair = 33,54 Flow index = 2,464
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i)
Keterangan :
a. Menyiapkan sampel tanah
b. Menimbang tanah ayakan
c. Mencampur tanah dan menambah air
d. Meletakan tanah dan menambah air
e. Menguji dengan cassagrande
f. Memasukkan ke dalam cawan lalu ditimbang
g. Memasukkan sampel tanah ke dalam oven
h. Mengeluarkan dan memasukkan ke dalam desikator
i. Mengeluarkan dan menimbang sampel tanah di oven
PERCOBAAN IV
PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN INDEKS
PLASTISITAS TANAH
(ASTM D 4318; SNI 1966:2008)
4.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air terendah pada
saat tanah masih kondisi antara plastis dengan semi padat, juga menentukan angka
indeks plastisitas yang dapat menunjukkan keplastisan suatu tanah. Batas plastis
dapat dihitung dari persentase berat air pada berat suatu tanah kondisi kering
terhadap benda pengujian. Angka Indeks plastisitas dihitung berdasarkan selisih
angka batas cair dan batas plastis yang dapat dicari ketika batas cair (liquid limit,
LL), batas plastis (plastic limit, PL) telah diketahui. Maka percobaan ini bertujuan
untuk mengetahui dan menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam
keadaan plastis, dan angka indeks plastisitas suatu tanah.
4.2 PERALATAN
a. Saringan No. 40
b. Tanah yang sudah di saring
c. Plat kaca
d. Besi pembanding
e. Penggerus atau penumbuk
f. Cawan
g. Air destilasi
4.4 PELAKSANAAN
a. Menempatkan benda uji ke dalam cawan porselen lalu menambahkan air
destilasi pada benda uji dengan cara trial and eror (coba-coba).
b. Kemudian membentuk benda uji dengan ketentuan diameter 3 mm sesuai
dengan besi pembanding dengan cara menggulung.
c. Kemudian menimbang cawan kosong dan mencatat hasilnya.
d. Kemudian memasukan benda uji yang sudah dibentuk ke dalam cawan dan
melakukan penimbangan kembali. Lalu mencatat hasilnya dalam laporan
sementara.
e. Setelah itu mengoven benda uji selama 12 sampai 16 jam, setelah 12
sampai 16 jam. Setelah di oven, benda uji di ambil dan melakukan
penimbangan kembali untuk mengetahui berat kering yang di hasilkan.
Lalu mencatat hasilnya dalam laporan sementara.
4.5 BAGAN ALIR PENENTUAN BATAS PLASTIS DAN INDEKS
PLASTISTAS TANAH
MULAI
Menambahkan air destilasi secara trial and error sampai menjadi plastis
Ya
Menimbang cawan kosong dan mencatat hasilnya
A
A
Mengambil benda uji dan melakukan penimbangan untuk mengetahui berat kering
Mencatat hasilnya
Selesai
4.6 HITUNGAN
a. Nilai batas plastis adalah kadar air yang diperoleh pada pemeriksaan
tersebut diatas yang dinyatakan dalam persen.
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
Batas plastis = 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑥 100%
b. Hitung indeks plastisitas tanah sebagai selisih Antara batas cair dengan
batas plastisnya, sebagai berikut:
Indeks plastisitas (PI) = batas cair (LL) - batas plastis (PL)
c. Klasifikasi tanah sesuai Unified Soil Classification system (USCS)
Tulis selisih perhitunghan tersebut sebagai indeks plasitisitas tanah, kecuali
terjadi kondisi sebagai berikut :
1. Jika batas cair atau batas plastis tidak dapat di tentukan, indeks
plastisitas dinyatakan dengan; NP (non plastis);
2. Jika batas plastis sama atau lebih besar dari batas cair, indeks plastisitas
dinyatakan juga dengan NP (non plastis).
b. Cawan Timbang B
Berat cawan kosong (W₁) = 11,3 gram
Berat cawan + tanah basah (W₂) = 20 gram
Berat cawan + tanah kering (W₃) = 18,5 gram
= 22,73 %
b. Cawan Timbang B
1. Berat Air
Berat cawan + tanah basah (W₂) = 20 gram
Berat cawan + tanah kering (W₃) = 18,5 gram
Berat Air = W₂ - W₃
= 20 – 18,5
= 1,5 gram
2. Berat Tanah Kering
Berat cawan + tanah kering (W₃) = 18,5 gram
Berat cawan kosong (W₁) = 11,3 gram
Berat Tanah Kering = W₃ - W₁
= 18,5 – 11,3
= 7,2
3. Kadar air (ω )
Berat Air (W₂ - W₃) = 1,5
Berat Tanah Kering (W₃ - W₁) = 7,2 gram
𝑊2 − 𝑊3
Kadar air (ω) = × 100%
𝑊3 − 𝑊1
1,5
= × 100%
7,2
= 20,83 %
22,73 + 20,83
= 2
= 21,78 %
4.9 PEMBAHASAN
Batas Plastis (Pl) didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah Plastis dan Semi Plastis yaitu Presentase kadar air dimana tanah dengan
diameter silinder 3,2 mm mulai mengalami keretakan ketika digulung standar uji
batas plastis dan indeks plastis tanah dalam keadaaan plastis dan angka indeks
plastisitas suatu tanah.
Angka Indeks Plastisitas suatu tanah didapat setelah pengujian batas cair dan
batas plastis selesai dilakukan angka indeks plastis suatu tanah merupakan selisih
antara angka batas cair (LL) dengan batas plastis (PL).
Indeks Klasfisitas merupakan interaksi kadar air dimana tanah harus bersifat
plastis, karena indeks plastisitas merupakan sifat keplastisitasan tanah. Jika tanah
mempunyai PL tinggi maka tanah banyak mengandung banyak butiran lempung.
Jika PL rendah tanah sedikit pengurangan air maka berakibat pada tanah menjadi
kering. Batasan mengenai indeks plastisitas sifat macam kohesif diberikan oleh
Atterbeng yang dapat dilihat dalam tabel:
Batas cair dan batas plastis tidak secara langsung memberi angka-angka yang
dapat sipakai dalam percobaan batas-batas Atterberg ini adalah suatu gambaran
secara garis besar sifa-sifat tanah yang bersangkutan. Tanah yang batas cair dan
batas plastisnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang buruk yaitu daya
dukungnya rendah, perapatannya tinggi. Batas plastisitas merupakan kadar air
minimum dimana tanah dapat digulung-gulung hingga diameter 3mm. batas
plastisitas merupakan bagian dari batas-batas konsistensi yang mana hal ini
berhubungan dengan sifat kasar tanah.
Nilai batas plastisitas tanah dipengaruhi oleh factor benyaknya air yang
menyerap ke dalam tanah rembesan, serta angka pori tanah dan hal pengadukan
contoh tanah yang diuji.
Gambar 4.1 Variasi volume dan kadar air pada kedudukan batas cair, batas
plastis, dan batas susut.
Dari gambar 4.1 menunjukan adanya hubungan antara variasi kadar air dan
volume total tanah pada kedudukan batas cair, batas plastis, dan batas susut.
Batas- batas atterberg sangat berguna untuk identifikasi secara langsung dalam
spesifikasi, garis control tanah yang akan digunakan untuk membangun struktur
urugan tanah. Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan tipe indeks pengujian
yang sangat sederhana untuk memperoleh karakteristik tersebut digunakan unutuk
mnentukan kelompok klasifikasi. Umumnya klasifikasi tanah didasarkan atas
ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan dan uji sedimentas dan
plastisitas.
4.10 KESIMPULAN
Dari analisis hitungan diperoleh hasil yakni
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
1. Saringan no.40 berfungsi untuk menyaring tanah yang lolos ayakan no.40
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Keterangan :
a. Menempatkan benda uji ke dalam cawan porselen lalu menambahkan air
destilasi pada benda uji dengan cara trial and eror (coba-coba).
b. Membentuk benda uji dengan ketentuan diameter 3 mm sesuai dengan besi
pembanding dengan cara menggulung.
c. Kemudian menimbang cawan kosong dan mencatat hasilnya.
d. Kemudian memasukan benda uji yang sudah dibentuk ke dalam cawan dan
melakukan penimbangan kembali. Lalu mencatat hasilnya dalam laporan
sementara.
e. Setelah itu mengoven benda uji selama 12 sampai 16 jam, setelah 12 sampai
16 jam. Setelah di oven, benda uji di ambil dan melakukan penimbangan
kembali untuk mengetahui berat kering yang di hasilkan. Lalu mencatat
hasilnya dalam laporan sementara.
PERCOBAAN V
PENENTUAN BATAS SUSUT DAN FAKTOR – FAKTOR
SUSUT TANAH
(ASTM D 427-98; SNI-4144-2012)
5.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air pada kondisi
tanah antara daerah semi padat dan menetapkan karakteristik tanah yang terkait
dengan sifat kembang susut dengan menghitung nilai batas susut, perubahan
volume, rasio susut dan susut lineal untuk keperluan perencana dan pelaksana.
Batas susut dihasilkan dari penetuan perubahan volume susut yang dinyatakan
dengan persen dan diasumsikan untuk menyatakan kadar air yang dibutuhkan
untuk mengisi rongga-rongga suatu tanah kohesif (tanah yang mengandung
lekatan) pada angka pori terendah yang terbentuk lewat pengeringan. Maka
percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan batas susut atau kadar
air maksimum pada batas semi pada menuju keadaan padat dan digunakan untuk
menentukan sifat- sifat tanah.
5.2 PERALATAN
a. Penggerus
b. Spatula
c. Cawan Porselen
d. Cawan susut
e. Cawan gelas
f. Cawan petri
g. Plat kaca
h. Saringan No. 40
i. Pan penadah
j. Desikator
k. Air destilasi
l. Oven
m. Timbangan dengan ketelitian 0,01
5.4 PELAKSANAAN
a. Menyiapkan tanah sebanyak 30 gram, Kemudian di gerus sampai halus,
setelah tanah sekiranya halus masukan ke ayakan NO 40, kemudian di
ayak.
b. Setelah tanah di ayak kemudian timbang dengan timbangan, dengan
ketelitian 0,1 kemudian timbang benda uji sebanyak 30 gram.
c. Selanjutnya menambahkan air destilasi ke dalam benda uji sampai menjadi
pasta, setelah menjadi pasta masukkan benda uji ke dalam cawan susut
yang sudah diolesin vaselin (oli) sebanyak 1/3 lapisan pada tiap lapisannya
diketuk sebanyak 25 kali sampai penuh.
d. Kemudian meratakan benda uji dengan menggunakan spatula lalu lakukan
penimbangan dengan ketelitian 0,1 dan mencatat hasilnya, kemudian
benda uji didiamkan beberapa menit sampai warna lebih terang lalu
masukan benda uji ke dalam oven.
e. Setelah mengoven benda uji selama 12 jam dengan suhu 110°C kemudian
keluarkan benda uji,lalu diamkan benda uji sampai dingin dengan suhu
ruangan lalu masukkan ke dalam desikator agar suhu lebih stabil.
f. Lalu mengambil benda uji di dalam desikator kemudian, lakukan
penimbangan dengan ketelitian 0,1, setelah melakukan penimbangan lalu
catat hasilnya.
g. Setelah menimbang benda uji selesai, keluarkan benda uji lalu masukkan
air raksa ke dalam cawan susut sampai penuh dan ratakan dengan plat
kaca.
h. Kemudian menimbang cawan susut dengan air raksa dan mencatat
hasilnya, lalu timbang cawan petri dengan ketelitian 0,1 dan catat kembali
hasilnya.
i. Lalu menaruh cawan gelas ke dalam cawan petri dan tambahkan air raksa
sampai penuh kemudian ratakan dengan plat kaca.
j. Lalu menaruh benda uji ke dalam air raksa kemudian tekan dengan
menggunakan plat kaca sampai dasar, kemudian angkat cawan gelas keluar
dengan hati-hati.
k. Lalu timbang tumpahan air raksa dengan ketelitian 0,1 dan mencatat
hasilnya.
5.5 BAGAN ALIR PENENTUAN BATAS SUSUT
Mulai
Masukan benda uji kedalam cawan susut yang sudah diolesi vaselin
sebanyak 1/3 bagian volume cawan
Memasukan benda uji kedalam oven selama 12 jam dengan suhu 110° C
A
A
Masukan air raksa kedalam cawan susut sampai penuh dan ratakan dengan
plat kaca
Mengisi air raksa kedalam cawan gelas sampai penuh dan ratakan
Menempatkan benda uji kedalam air raksa kemudian tekan menggunakan plat, lalu angkat cawan g
B
B
Selesai
5.6 HITUNGAN
a. Batas susut dari suatu tanah adalah kadar air maksimum dimana
pengurangan kadar air selanjutnya tidak menyebabkan berkurangnya
volume tanah.
b. Batas susut (S) dapat dihitung dari data yang dihasilkan pada penentuan
perubahan volume susut dengan rumus sebagai berikut:
S = 𝜔 − (𝑉 − 𝑉₀) . 100%
𝑊₀
Keterangan :
S = batas sudut (%)
𝜔 = kadar air %
𝑉 = volume basah oven benda uji (𝑚3)
𝑉₀ = volume kering benda oven benda uji (𝑚3)
𝑊₀ = berat kering oven benda uji (gram)
Sebagai alternative, bila berat jenis G dan rasio susut R didapat maka batas
susut dapat dihitung dengan rumus berikut:
1 1
S = ( − ) . 100%
𝑅 𝐺
Keterangan :
S = batas susut
%R = rasio susut
G = berat jenis contoh tanah
Berat jenis dapat dihitung dengan rumus pendekatan berikut :
𝑊𝑜
G = (𝑉.𝑦𝑤−𝑊𝑤)
Keterangan :
G = berat jenis contoh tanah
𝑊𝑜 = berat kering oven benda uji (gr)
𝑉 = volume basah benda uji (𝑐𝑚3)
𝑦𝑤 = berat isi air (𝑔/𝑐𝑚3)
𝑊𝑤 = berat basah benda uji (gram)
c. Rasio susut (R) dapat dihitung dari data yang dihasilkan pada penentuan
susut volume dengan rumus berikut :
𝑊𝑜
R = 𝑉𝑜
Keterangan :
R = rasio susut
𝑊𝑜 = berat kering
𝑉𝑜 = volume kering oven benda uji (𝑐𝑚3)
d. Volume susut atau perubahan volume (VC), dapat dihitung dari data yng
dihasilkan dari penentuan perubahan colume susut dengan rumus berikut :
VC = (𝜔 − 𝑆). 𝑅
Keterangan :
VC = volume sust (%)
𝜔 = kadar air awal (%)
e. Susut lineal (LS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
LS = 100(1 − √3 100
𝑉𝐶+100)
(183,80 − 11,90)
= 13,5
= 12,73 cm3
(212,40 − 48,30)
= 13,5
= 12,16 cm3
5,30
= 12,00 × 100%
= 44,1667
12,00
= (12,73 × 1 − 5,30)
= 1,6143
8. Rasio Susut (R)
Berat kering contoh tanah (Wo) = 12,00 gr
Volume basah contoh tanah (Vo) = 12,16 cm3
𝑊𝑜
Rasio Susut (R) =
𝑉𝑜
12,00
= 12,16
= 0,98720
= 39,3519
10. Batas susut dari rasio susut & berat jenis (S)
Rasio susut (R) = 0,98720
Berat jenis (G) = 1,6143
Batas susut dari rasio susut & berat jenis (S)
1
=( −1
𝑅 ) × 100%
𝐺
1 1
( − ) × 100%
= 0,98720 1,6143
= 39,3519
100
=100 × 1 −
√4,75+100
= 1,5360
b. Percobaan 2
1. Berat air (Ww)
Berat cawan susut + contoh tanah basah (W₂) = 29,30 gr
Berat cawan susut + contoh tanah kering (W₃) = 24,00 gr
Berat air (Ww) = W₂ -
W₃
= 29,30 – 24,00
= 5,30 gr
(176,70 − 12,00 )
= 13,5
= 12,20 cm3
(176,60 − 48,30)
= 13,5
= 9,50 cm3
5,30
= 12,00 × 100%
= 44,1667
12,00
= (12,20 × 1 − 5,30)
= 1,7391
8. Rasio Susut (R)
Berat kering contoh tanah (Wo) = 12,00 gr
Volume basah contoh tanah (Vo) = 9,50 cm3
𝑊𝑜
Rasio Susut (R) =
𝑉𝑜
12,00
= 9,50
= 1,26267
10. Batas susut dari rasio susut & berat jenis (S)
Rasio susut (R) = 1,26267
Berat jenis (G) = 1,7391
Batas susut dari rasio susut & berat jenis (S)
1
=( −1
𝑅 ) × 100%
𝐺
1 1
=( − ) × 100%
1,26267 1,7391
= 21,6975
11. Perubahan volume (VC)
Kadar air awal (ꝏ) = 44,1667 %
Batas susut dari rasio susut & berat jenis (S) = 21,6975
Batas susut dari hasil perubahan volume (R) = 1,26267
Perubahan volume (VC)
= (ꝏ - S) × R
= (44,1667 - 21,6975) x 1,26267
= 28,37
100
=100𝑥1 −
√28,37 +100
= 7,9880
c. Percobaan 3
1. Berat air (Ww)
Berat cawan susut + contoh tanah basah (W₂) = 29,00 gr
Berat cawan susut + contoh tanah kering (W₃) = 24,00 gr
Berat air (Ww) = W₂ -
W₃
= 29,00 – 24,00
= 5,00 gr
(172,50 − 12,00)
= 13,5
= 11,89 cm3
(184,30 − 48,30)
= 13,5
= 10,07 cm3
5,00
= 12,00 × 100%
= 41,667
7. Berat jenis (G)
Berat air (Ww) = 5,00 gr
Berat kering contoh tanah (Wo) = 12,00 gr
Yw =1
V = 11,89 cm3
Berat jenis (G) = 𝑊𝑜
(𝑉 × 𝑌𝑤 − 𝑊𝑤)
12,00
= (11,89 × 1 − 5,00)
= 1,7391
12,00
= 10,07
= 1,19118
= 26,5432
10. Batas susut dari rasio susut & berat jenis (S)
Rasio susut (R) = 1,19118
Berat jenis (G) = 1,7391
Batas susut dari rasio susut & berat jenis (S)
1
=( −1
𝑅 ) × 100%
𝐺
1 1
( − ) × 100%
= 1,19118 1,7391
= 26,5432
100
=100 × 1 −
√18,01+100
= 5,3716
d. Nilai rata-rata
44,1667 + 44,1667 + 41,667
1. Kadar air awal (ꝏ) = 3
= 43,3333
1,6143 + 1,7391 + 1,7419
2. Berat jenis (G) = 3
= 1,69847
0,98720 + 1,26267 + 1,19118
3. Rasio susut (R) = 3
= 1,14702
4. Batas susut (S)
39,3519 + 21,6975 + 26,5432
Dari hasil perubahan volume =
3
= 29,1975
39,3519 + 21,6975 + 26,5432
Dari rasio susut & berat jenis =
3
= 29,1975
4,75 + 28,37 + 18,01
5. Perubahan volume (VC) =
3
= 17,0463
1,5360 + 7,9880 + 5,3716
6. Susut linier (LS) = 3
= 4,9652
5.9 PEMBAHASAN
Batas susut adalah kadar air pada kedudukan tanah antara daerah semi padat
yaitu presentase dimana pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan
perubahan volume tanah. Hubungan antara batas susut dan angka susut
menghasilkan batas jenis tanah asli. Pengurangan kadar air tanah dengan
pengurangan volume tanah. Atteberg memberikan cara untuk menggambarkan
batas-batas dari tanah dengan mempertimbangkan kandungan air tanah. Batas-
batas tersebut adalah batas cair (liquid limit), batas plastis (plastis limit), dan batas
susut.
Kegunaan pengujian berat susut dan faktor-faktor susut tanah adalah untuk
menentukan faktor-faktor susut yang mencakup pada cara uji ini hanya dapat
ditentukan terhadap tanah-tanah berbutir halus yang kuat terhadap pengeringan
dan temperatur ruangan. Cara ini dapat juga digunakan untuk menghitung susut
volumenya dan susut linear. (Sumber SNI 3422 : 2008).
5.10 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian batas susut tanah, diperoleh selisih ketiga data tersebut
sehingga dapat dirata-ratakan dan diperoleh sebagi berikut :
No. Percobaan
Parameter
1 2 3
Berat cawan susut (W₁), gram 11.90 12.00 12.00
Berat cawan susut + contoh tanah basah
29.20 29.30 29.00
(W₂), gram
Berat cawan susut + contoh tanah kering
23.90 24.00 24.00
(W₃), gram
Berat air (Ww = W₂ - W₃), gram 5.30 5.30 5.00
Berat basah contoh tanah (W = W₂ - W₁),
17.30 17.30 17.00
gram
Berat kering contoh tanah (Wo = W₃ -
12.00 12.00 12.00
W₁), gram
Berat cawan susut + air raksa (W₄), gram 183.80 176.70 172.50
Volume basah contoh tanah
V=
(𝑊₄−𝑊₁)
, 𝑐𝑚3 12.73 12.20 11.89
13.5
Rasio susut,
𝑊𝑜 0.98720 1.26267 1.19118
R=
𝑉𝑜
Batas susut,
Dari hasil perubahan volume:
𝑉 −𝑉𝑜 39.3519 21.6975 26.5432
𝑅 = 𝜔 −( ) × 100%
𝑊𝑜
Susut linier,
100 1.5360 7.9880 5.3716
LS = 100 × 1 − √
𝑣𝑐 + 100
Nilai rata-rata :
1. Kadar air awal (ω) = 43,33
2. Berat jenis (G) = 1,6985
3. Rasio susut (R) = 1,147
4. Batas susut (S)
a. Dari hasil perubahan volume = 29,1975
b. Dari rasio susut dan berat jenis = 29,1975
5. Perubahan volume (VC) = 17,0463
6. Susut linier (LS) = 0,7614
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
(k)
Keterangan :
a. Menyiapkan tanah sebanyak 30 gram, Kemudian di gerus sampai halus,
setelah tanah sekiranya halus masukan ke ayakan NO 40, kemudian di ayak.
b. Setelah tanah di ayak kemudian timbang dengan timbangan, dengan ketelitian
0,1 kemudian timbang benda uji sebanyak 30 gram.
c. Selanjutnya menambahkan air destilasi ke dalam benda uji sampai menjadi
pasta, setelah menjadi pasta masukkan benda uji ke dalam cawan susut yang
sudah diolesin vaselin (oli) sebanyak 1/3 lapisan pada tiap lapisannya diketuk
sebanyak 25 kali sampai penuh.
d. Kemudian meratakan benda uji dengan menggunakan spatula lalu lakukan
penimbangan dengan ketelitian 0,1 dan mencatat hasilnya, kemudian benda
uji didiamkan beberapa menit sampai warna lebih terang lalu masukan benda
uji ke dalam oven.
e. Setelah mengoven benda uji selama 12 jam dengan suhu 110°C kemudian
keluarkan benda uji,lalu diamkan benda uji sampai dingin dengan suhu
ruangan lalu masukkan ke dalam desikator agar suhu lebih stabil.
f. Lalu mengambil benda uji di dalam desikator kemudian, lakukan
penimbangan dengan ketelitian 0,1, setelah melakukan penimbangan lalu
catat hasilnya.
g. Setelah menimbang benda uji selesai, keluarkan benda uji lalu masukkan air
raksa ke dalam cawan susut sampai penuh dan ratakan dengan plat kaca.
h. Kemudian menimbang cawan susut dengan air raksa dan mencatat hasilnya,
lalu timbang cawan petri dengan ketelitian 0,1 dan catat kembali hasilnya.
i. Lalu menaruh cawan gelas ke dalam cawan petri dan tambahkan air raksa
sampai penuh kemudian ratakan dengan plat kaca.
j. Lalu menaruh benda uji ke dalam air raksa kemudian tekan dengan
menggunakan plat kaca sampai dasar, kemudian angkat cawan gelas keluar
dengan hati-hati.
k. Lalu timbang tumpahan air raksa dengan ketelitian 0,1 dan mencatat hasilnya.
PERCOBAAN VI
PENGUJIAN ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH
(SNI 3423:2008)
6.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai acuan dan pegangan bagi teknisi
dalam melakukan pengujian laboraturium analisis butir dengan alat hidrometer.
Maka percobaan ini bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran butir
(gradasi) dari tanah lolos saringan NO.10 (2,00 mm) dengan metode analisis
hidrometer dan saringan. Maka percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan
jumlah dari distribusi ukuran butir tanah.
6.2 PERALATAN
a. Thermometer
b. Gelas ukur 1000 ml
c. Sodium
d. Cawan porselen
e. Hidrometer 151H
f. Gelas kimia
g. Desikator
h. Timbangan
i. Pengaduk Mekanik
j. Satu set Saringan No. 10, 20, 40, 60,140,200
k. Benda uji lolos ayakan No.10 kering oven
MULAI
Menimbang benda uji berupa tanah sebanyak 50 gram dan sodium hexametaphospate sebanyak 40 g
A
A
Membilas hidrometer dengan air biasa lalu mencelupkan hidrometer ke dalam larutan dispersi
Memasukkan hidrometer pada larutan suspensi lalu mengukur suhu setelah 5 menit
Mencuci benda uji dengan saringan No. 200 dan menggunakan air destilasi
Menyaring dengan satu set ayakan, yaitu No. 10,20, 40, 60, 140, dan 200
SELESAI
6.6 HITUNGAN
a. Persentase air hidroskopis
Air hidrokopis harus dinyatakan sebagai presentase dari berat kering tanah
dan tentukan sebagai berikut :
Presentase air hidroskopis = W−Wο . 100
Wο
Keterangan :
2,65−1,00
a
G = x atau dicari pada Tabel 3 (terlampir)
2,65 G−1
Keterangan :
Keterangan :
L = Jarak dari permukaan suspense ke tempat kepadatan suspense yang
diukur, mm. jarak L ini dinamakan kedalaman efektif, yang
harganya diberikan pada table 4 dan table 5
Keterangan:
e. Penggambaran grafik
Akumulasi presentase butir dengan diameter yang berbeda digambar pada
kertas semi logaritmis untuk memperoleh kurva akumulasi ukuran butir,
dengan ukuran butiran dalam mm sebagai absis dengan skala logaritma
dan presentase butir yang lolos saringan ordinat dengan skala biasa.
6.7 DATA HASIL PRAKTIKUM
a. Tipe hydrometer = 151 H
b. Berat tanah kering (Wd) = 50 gram
c. Berat jenis tanah (Gs) = 2,54
d. Suhu suspense (T) = 30°C
e. Koreksi temperature (Ft) = 1,00265
f. Koreksi meniscus (Fm) = 0,0005
g. Koreksi bacaan nol (Fz) = 1,002
h. Konstanta (a) = 1,03
i. Konstanta (K) = 0,01259
j. Berat contoh tanah kering (W) = 500 gram
2,65−1,00 𝐺
Nilai a = 2,65 𝑥 𝐺−1
2,65−1,00 2,5
= 2,65 𝑥 2,5−1
= 1,03
Nilai K
Berat jenis tanah (Gs) = 2,54
Percepatan gravitasi = 980
n = 0,00801
Gw = 0,99568
√30 𝑥 0,00801
Nilai K = 980 𝑥 (2,5−0,99568)
= 0,01259
1. T = 0,5 menit
a. Koreksi Bacaan Rcp
Waktu (T) = 0,5 menit
Pembacaan Hidrometer (R) = 1,012
Koreksi minikus (Fm) = 0,0005
Koreksi bacaan nol (Fz) = 1,002
Koreksi temperature (Ft) = 1,00265
Koreksi Bacaan Rcp = R + Ft –Fz
= 1,012 + 1,00265 - 1,002
= 1,013
b. Bacaan Hidrometer Aktual (Rcl)
Pebacaan hydrometer (R) = 1,012
Koreksi minikus (Fm) = 0,0005
Bacaan Hydrometer Actual (Rcl) = R + Fm
= 1,012 + 0,0005
= 1,013
c. Diameter Butir (d)
Konstanta (K) = 0,01259
Kedalaman (L) = 13,1
Waktu (T) = 0,5
𝐿
Diameter Butir (d) = 𝐾√
𝑇
= 0,01259 13,1
√
0,5
= 0,0644 mm
d. % Butiran Halus,
(P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,013
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
13,4
= 0,01259√
1
= 0,0461 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,012
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
13,7
= 0,01259√
2
= 0,0329 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,011
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
13,9
= 0,01259√
5
= 0,0210 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,010
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
14,4
= 0,01259√
15
= 0,0123 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,008
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝 −1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
14,7
= 0,01259√
30
= 0,0088 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,007
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
15,2
= 0,01259√
60
= 0,0063 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,005
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
15,5
= 0,01259√
250
= 0,0031 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,004
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
15,5
= 0,01259√1440
= 0,0013 mm
d. % Butiran Halus, (P)
Koreksi bacaan Rcp = 1,004
Konstanta (a) = 1,03
Berat tanah kering yang uji (Wd) = 50 gram
% Butiran Halus (P) = 1606 𝑥 (𝑅𝑐𝑝−1) 𝑥 𝑎 𝑥 100
𝑊𝑑
= 0
𝑥 100
500
=0%
b. Saringan No. 10
Berat tanah yang tertahan saringan (W2) = 130,300 gram
Berat contoh tanah kering (W₀) = 500 gram
𝑊₂
% Berat Tertahan Saringan (b2) = 𝑥 100
𝑊₀
130,300
= 500 𝑥 100
= 26,060 %
c. Saringan No. 20
Berat tanah yang tertahan saringan (W3) =119,500
Berat contoh tanah kering (W₀) = 500 gram
𝑊₃
% Berat Tertahan Saringan (b3) = 𝑥 100
𝑊₀
119,500
= 500 𝑥 100
= 23,900 %
d. Saringan No. 40
Berat tanah yang tertahan saringan (W4) = 113,400 gram
Berat contoh tanah kering (W₀) = 500 gram
𝑊₄
% Berat Tertahan Saringan (b4) = 𝑥 100
𝑊₀
113,400
= 500 𝑥 100
= 22,680 %
e. Saringan No. 60
Berat tanah yang tertahan saringan (W5) = 86,300 gram
Berat contoh tanah kering (W₀) = 500 gram
𝑊₅
% Berat Tertahan Saringan (b5) = 𝑥 100
𝑊₀
86,300
= 500 𝑥 100
= 17,260 %
34,800
= 500 𝑥 100
= 6,960 %
6,500
= 500 𝑥 100
= 1,300 %
h. Pan penadah
Berat tanah yang tertahan saringan (W8) = 4,100 gram
Berat contoh tanah kering (W₀) = 500 gram
𝑊₈
% Berat Tertahan Saringan (b7) = 𝑥 100
𝑊₀
4,100
= 500 𝑥 100
= 0,820 %
2. % Kumulatif Tertahan
a. Saringan No. 4
C1 =0
b. Saringan No. 10
C2 = C1 + b2
= 0 + 26,060
= 26,060 %
c. Saringan No. 20
C3 = C2 + b3
= 26,060 + 23,900
= 49,960 %
d. Saringan No. 40
C4 = C3 + b4
= 49,960 + 22,680
=72,640 %
e. Saringan No. 60
C5 = C4 + b5
= 72,640 + 17,260
= 89,900 %
f. Saringan No. 100
C6 = C5 + b6
= 89,900 + 6,960
= 96,860 %
g. Saringan No. 200
C7 = C6 + b7
= 96,860 + 1,300
= 98,160 %
h. Pan penadah
C8 = C7 + b8
= 98,160 + 0,820
= 98,980 %
3. % Tanah Lolos Saringan
a. Saringan No. 4
e1 = 100 – C1
= 100 – 0
= 100 %
b. Saringan No. 10
e2 = 100 - C2
= 100 – 26,060
= 73,940 %
c. Saringan No. 20
e3 = 100 - C3
= 100 - 49,960
= 50,040 %
d. Saringan No. 40
e4 = 100 - C4
= 100 - 72,640
= 27,360 %
e. Saringan No. 60
e5 = 100 - C5
= 100 - 89,900
= 10,100 %
f. Saringan No. 100
e6 = 100 - C6
= 100 - 96,860
= 3,140 %
g. Saringan No. 200
e7 = 100 - C7
= 100 - 98,160
= 1,840 %
h. Pan penadah
e8 = 100 - C8
= 100 - 98,980
= 1,020 %
e. Perhitungan Persentase
1. Presentase Gravel = 0%
2. Presentase Sand = 100 – e7
= 100 – 1,840
= 98,160 %
3. Presentase Clay = 100 – 0 – 98,160 – 0,221
= 1,619 %
4. Presentase Silt = P’1440 0,002 −𝑑1440 x P’250 – P’1440
𝑑250−𝑑1440
+
= 0,221 %
6.9 PEMBAHASAN
Analisis ukuran butir adalah penentuan presentasu berat butiran pada suatu
unit saringan dengan ukuran diameter tertentu sifat-sifat tanah sangatlah
bergantung pada ukuran butirnya dijadikan dasar untuk pembacaan nama dan
klasifikasi tanah. Oleh karena itu, analisis butiran ini merupakan pengujian yang
sangat sering dilakukan.
Dari hasil analisis hitungan diperoleh hasil persentase kadar air masing-masing
sebagai berikut :
a. Presentase Gravel =0%
b. Presentase Sand = 98,160 %
c. Presentase Clay = 1,619 %
d. Presentase Silt = 0,221 %
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
(k) (l)
(m) (n)
Keterangan :
a. Menimbang benda uji sebanyak 50 gram
b. Menimbang sodium sebanyak 40 gram
c. Masukan sodium ke dalam gelas kimia dan menambahkan air destilasi
sebanyak 125 ml aduk sampai rata
d. Masukan ke dalam sampel tanah dan tutup kemudian diamkan selama 12 jam.
e. Masukkan ke mixer dan aduk selama 60 detik
f. Masukkan ke dalam tabung ukur dan masukkan air destilasi sebanyak 1000
ml dan tutup kemudian mengocoknya sebanyak 60 kali.
g. Selanjutnya membuat larutan disperse dengan menimbang sodium sebanyak
40 gram
h. Mambahkan air destilasi sebanyak 125 ml dan kemudian larutan tadi
dimasukan ke dalam gelas ukur dan tambahkan air destilasi sebanyak 1000
ml.
i. Melakukan pembacaan untuk mencari nilai fm dan fz dan tulis pada laporan
sementara. Setelah 0,5 menit maka lakukan pembacaan pada larutan suspense
dan catat hasilnya di laporan sementara. Setelah di lakukan pembacaan maka
hydrometer dibilas menggunakan air pembilas kemudian di celupkan di
larutan disperse sebelum dilakukan pembacaan pada larutan suspensi. Setelah
5 menit, ukur suhu di larutan suspense dan catat hasilnya di laporan
sementara. Selanjutnya lakukan pembacaan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dan catat hasilnya.
j. Sampel benda uji di cuci dengan saringan nomor 200 dan lakukan pencucian
sampai airnya tidak keruh lagi.
k. Mengambil benda uji dan melakukan pengeringan di oven selama 12 sampai
16 jam.
l. Mendinginkan benda uji dalam desikator.
m. Menimbang tanah lagi sebanyak 450 gram dan campurkan dengan tanah
kering oven tadi.
n. Melakukan penyaringan dengan 1 set ayakan dan lakukan penimbangan
contoh tanah yang tertahan pada setiap ayakan dan mencatat hasilnya di
laporan sementara.
PERCOBAAN VII
PENGUJIAN KEPADATAN TANAH
(SNI 1742:1989)
7.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum apabila dipadatkan dengan tenaga pemadatan
tertentu. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk
menentukan syarat yang harus di capai pada pekerjaan pemadatan tanah di
lapangan. Berdasarkan besarnya tenaga pemadatan yang dilaksanakan ada dua
macam cara pemadatan, yaitu pemadatan ringan dan pemadatan berat. (Sumber :
SNI 03-1742-1989). Maka percobaan ini bertujuan untuk menentukan hubungan
antara kadar air dan kepadatan tanah yang dipadatkan di dalam sebuah cetakan
berukuran tertentu dengan penumbuk 2,5 kg yang dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian 305 mm. Cara uji ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai
peralatan, cara pengujian dan contoh uji, cara pengerjaan, perhitungan, dan
pelaporan. (Sumber : SNI 03-1742- 1989).
7.2 PERALATAN
a. Cawan kosong
b. Plat perata
c. Jangka sorong
d. Pelumas
e. Air
f. Penumbuk
g. Cetok (sekop)
h. Tanah
i. Plat (alas)
j. Cetakan mold dan lehernya
k. Timbangan
l. Oven
m. Alat desikator
a. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan basah
atau lembab, contoh tanah tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu
sehingga menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan di udara atau
dengan alat pengering lain dengan temperature tidak lebih dari 60°C.
Kemudian gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk sedemikian rupa
untuk menghindari pengurangan ukuran butiran aslinya atau pecah.
CATATAN : Tanah vulkanik tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan
alat pengering.
b. Saring sejumlah tanah yang mewakili dengan saringan 4,75 mm untuk cara
A dan cara B, dan dengan saringan 19,00 mm untuk cara C dan cara D.
c. Contoh tanah yang telah disaring dipersiapkan dengan jumlah yang sesuai
dengan cara ujinya ( Tabel 7.1 dan Tabel 7.2).
d. Masing-masing contoh tanah ditambahkan air dan diaduk sampai merata.
Perbedaan kadar air pada masing-masing contoh sekitar 1% sampai dengan
3%.
e. Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik atau
wadah lain yang tertutup rapat, kemudian didiamkan selama 3 jam untuk
contoh uji berupa lanau dan 24 jam untuk contoh uji berupa lempung,
sedangkan untuk contoh uji kerikil dan pasir tidak perlu didiamkan.
7.4 PELAKSANAAN
a. Melakukan pengukuran diameter dan tinggi mold, kemudian mencatat
hasilnya lalu menimbangkan cetakan dan keping alas, kemudian mencatat
hasilnya juga.
b. Menimbang benda yang akan diujikan yaitu tanah sebanyak 6,8 kg
kemudian mencatat hasilnya, lalu mencampurkan tanah dengan air sesuai
jumlah yang di tentukan besarannya.
c. Melakukan pelumasan pada mold/cetakan sebelum memasukkan tanah
agar nantinya tidak lengket. Kemudian memasukkan benda uji/tanah
sebanyak 1/5 setiap lapisan dan menumbuknya sebanyak 65 sesuai pola
yang ditentukan dan melakukannya sampai lapisan terakhir dan cetakan
terisi penuh lalu meratakannya.
d. Membuka kuping cetakan/mold lalu melakukan penimbangan dan
mencatat hasilnya pada kolom berat cetakan + keping alas + tanah basah.
e. Menimbang cawan kosong dan mencatat hasilnya, kemudian mengambil
sampel tanah atas dan tanah bawah lalu memasukkannya kedalam cawan
kosong untuk kemudian menimbangnya dan menguji kadar airnya.
f. Setelah menimbang dan mencatat hasilnya, kemudian memasukkan benda
uji kedalam oven.
g. Mendinginkan benda uji menggunakan alat desikator, kemudian
melakukan penimbangan dan mencatat hasilnya kembali.
7.5 BAGAN ALIR KEPADATAN TANAH
Mulai
A
A
Selesai
7.6 HITUNGAN
Keterangan:
𝜌𝑑 = kepadatan kering, gram/cm3
𝜌 = kepadatan basah, gram/cm3
w = kadar air %
c. Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100% dengan
rumus berikut :
ρzaf = Gs.ρu
(100+Gs.ω) . 100%
Keterangan :
𝜌𝑧𝑎𝑓 = kepadatan kering untuk derajat kejenuhan100%,
gram/cm3 Gs = berat jenis tanah
𝜌𝑢 = kepadatan air,gram/cm3
w = kadar air,%
d. Penggambaran grafik
1. Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X)
dan kadar air (sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian
gambarkan sebuah kurva yang halus yang menghubungkan titik-titik
tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan, tentukan kepadatan
kering maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum.
2. Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan kadar air
pada derajat kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak
boleh memotong garis jenuh dan pada harga kadar air yang tinggi
grafik pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh tersebut.
c. Kepadatan basah
1. Berat cetakan + berat keping alas (B1) (gram)
a. Percobaan no. 1 = 7722 gram
b. Percobaan no. 2 = 7722 gram
c. Percobaan no. 3 = 7722 gram
d. Percobaan no. 4 = 7722 gram
e. Percobaan no. 5 = 7722 gram
2. Berat cetakan + keping alas + tanah basah (B2) (gram)
a. Percobaan no. 1 = 13000 gram
b. Percobaan no. 2 = 13450 gram
c. Percobaan no. 3 = 14266 gram
d. Percobaan no. 4 = 14040 gram
e. Percobaan no. 5 = 13789 gram
d. Kadar air
1. Berat cawan kosong (W1) (gram)
a. No. cawan 29 = 11,5 gram
b. No. cawan 33 = 11,2 gram
c. No. cawan 5 = 11,4 gram
d. No. cawan 8 = 11,1 gram
e. No. cawan 37 = 11,2 gram
f. No. cawan 57 = 11,2 gram
g. No. cawan 9 = 11,3 gram
h. No. cawan 19 = 11,1 gram
i. No. cawan 18 = 11,2 gram
j. No. cawan 15 = 10,9 gram
2. Berat cawan + tanah basah (W2) (gram)
a. No. cawan 29 = 40,1 gram
b. No. cawan 33 = 41,3 gram
c. No. cawan 5 = 37,1 gram
d. No. cawan 8 = 35,8 gram
e. No. cawan 37 = 43,3 gram
f. No. cawan 57 = 42,1 gram
g. No. cawan 9 = 44 gram
h. No. cawan 19 = 44,3 gram
i. No. cawan 18 = 44,9 gram
j. No. cawan 15 = 44,3 gram
3. Berat cawan + tanah kering (W3) (gram)
a. No. cawan 29 = 38,1 gram
b. No. cawan 33 = 38,7 gram
c. No. cawan 5 = 34,3 gram
d. No. cawan 8 = 33,5 gram
e. No. cawan 37 = 38,4 gram
f. No. cawan 57 = 37,7 gram
g. No. cawan 9 = 37,5 gram
h. No. cawan 19 = 38,1 gram
i. No. cawan 18 = 38 gram
j. No. cawan 15 = 37 gram
V=1
4 x π x 𝐷2 x t
a. Percobaan no. 1
Diameter cetakan = 15,21 cm
Tinggi Cetakan = 17,797 cm
1
Volume Benda Uji =
4
x 3,14 x 15,212 x 17,797
1
= 4 x 3,14 x 231,34 x 17,797
1
= 4 x 12.927,88
= 3.232,03 cm3
b. Percobaan no. 2
Diameter cetakan = 15,21 cm
Tinggi Cetakan = 17,797 cm
1
Volume Benda Uji =
4
x 3,14 x 15,212 x 17,797
1
= 4 x 3,14 x 231,34 x 17,797
1
= 4 x 12.927,88
= 3.232,03 cm3
c. Percobaan no. 3
Diameter cetakan = 15,21 cm
Tinggi Cetakan = 17,797 cm
1
Volume Benda Uji =
4
x 3,14 x 15,212 x 17,797
1
= x 3,14 x 231,34 x 17,797
4
1
= x 12.927,88
4
= 3.232,03 cm3
d. Percobaan no. 4
Diameter cetakan = 15,21 cm
Tinggi Cetakan = 17,797 cm
1
Volume Benda Uji =
4
x 3,14 x 15,212 x 17,797
1
= 4 x 3,14 x 231,34 x 17,797
1
= 4 x 12.927,88
= 3.232,03 cm3
e. Percobaan no. 5
Diameter cetakan = 15,21 cm
Tinggi Cetakan = 17,797 cm
1
Volume Benda Uji =
4
x 3,14 x 15,212 x 17,797
1
= 4 x 3,14 x 231,34 x 17,797
1
= 4 x 12.927,88
= 3.232,03 cm3
b. Kepadatan Basah
1. Perhitungan kepadatan basah (gr/cm3)
(𝐵2 −𝐵1)
ρ= 𝑉
a. Percobaan no. 1
Berat cetakan+berat keping alas (B1) = 7722 gram
Berat cetakan+keping alas+tanah basah(B2)= 13000 gram
Volume Benda Uji = 3.232,03 cm3
(13000 −7722)
Kepadatan basah (ρ) =
3232,03
5278
= 3232,03
= 1,63 gr/cm3
b. Percobaan no. 2
Berat cetakan+berat keping alas (B1) = 7722 gram
Berat cetakan+keping alas+tanah basah(B2)= 13450 gram
(13450 −7722)
Kepadatan basah (ρ) =
3232,03
5728
= 3232,03
= 1,77 gr/cm3
c. Percobaan no. 3
Berat cetakan+berat keping alas (B1) = 7722 gram
Berat cetakan+keping alas+tanah basah(B2)= 14266 gram
(14266 −7722)
Kepadatan basah (ρ) =
3232,03
6544
= 3232,03
= 2,02 gr/cm3
d. Percobaan no. 4
Berat cetakan+berat keping alas (B1) = 7722 gram
Berat cetakan+keping alas+tanah basah(B2)= 14040 gram
(14040 −7722)
Kepadatan basah (ρ) =
3232,03
6318
= 3232,03
= 1,95 gr/cm3
e. Percobaan no. 5
Berat cetakan+berat keping alas (B1) = 7722 gram
Berat cetakan+keping alas+tanah basah(B2)= 13789 gram
(13789 −7722)
Kepadatan basah (ρ) =
3232,03
6067
= 3232,03
= 1,88 gr/cm3
c. Kadar air
1. Perhitungan kadar air (%)
𝑊2 −𝑊3
ω= x 100%
𝑊3 −𝑊1
a. No. cawan 29
Berat cawan kosong (W1) = 11,5 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 40,1 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38,1 gram
40,1 −38,1
Kadar Air (ω) = x 100%
38,1 −11,5
2
=26,6 x 100%
= 7,52 %
b. No. cawan 33
Berat cawan kosong (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 41,3 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38,7 gram
41,3 −38,7
Kadar Air (ω) = x 100%
38,7 −11,2
2,6
=27,5 x 100%
= 9,45 %
c. No. cawan 5
Berat cawan kosong (W1) = 11,4 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 37,1 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 34,3 gram
37,1 −34,3
Kadar Air (ω) = x 100%
34,3 −11,4
2,8
= 22,9 x 100%
= 12,2 %
d. No. cawan 8
Berat cawan kosong (W1) = 11,1 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 35,8 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 33,5 gram
35,8 −33,5
Kadar Air (ω) = x 100%
33,5 −11,1
2,3
=22,4 x 100%
= 10,3 %
e. No. cawan 37
Berat cawan kosong (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 43,3 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38,4 gram
43,3 −38,4
Kadar Air (ω) = x 100%
38,4 −11,2
4,9
=27,2 x 100%
= 18 %
f. No. cawan 57
Berat cawan kosong (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 42,1 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 37,7 gram
42,1 −37,7
Kadar Air (ω) = x 100%
37,7 −11,2
4,4
=26,5 x 100%
= 16,6 %
g. No. cawan 9
Berat cawan kosong (W1) = 11,3 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 37,5 gram
44 −37,5
Kadar Air (ω) =
37,5 −11,3 x 100%
6,5
=26,2 x 100%
= 24,8 %
h. No. cawan 19
Berat cawan kosong (W1) = 11,1 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44,3 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38,1 gram
44,3 −38,1
Kadar Air (ω) = x 100%
38,1 −11,1
6,2
= x 100%
27
= 23 %
i. No. cawan 18
Berat cawan kosong (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44,9 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38 gram
44,9 −38
Kadar Air (ω) = x 100%
38 −11,2
6,9
=26,8 x 100%
= 25,7 %
j. No. cawan 19
Berat cawan kosong (W1) = 10,9 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 44,3 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 37 gram
44,3 −37
Kadar Air (ω) = x 100%
37 −10,9
7,3
=26,1 x 100%
= 28 %
= 23,89 %
25,7 + 28
e. Cawan no. (18+15)/2 =
2
= 26,86 %
d. Kepadatan kering
1. Perhitungan kepadatan kering (gr/cm3)
ρ
ρd =
(100+ ω) x 100
1,63
= 91,51 x 100
= 1,51 gr/cm3
b. Cawan no. 5,8
Kepadatan basah (ρ) = 1,77 gr/cm3
Kadar air rata-rata (ω) = 8,49 %
1,77
Kepadatan Kering (ρd) =
(100+ 11,25) x 100
1,77
=88,75 x 100
= 1,59 gr/cm3
c. Cawan no. 37,57
Kepadatan basah (ρ) = 2,02 gr/cm3
Kadar air rata-rata (ω) = 17,31 %
2,02
Kepadatan Kering (ρd) =
(100+ 17,31) x 100
2,02
= x 100
82,9
= 1,73 gr/cm3
d. Cawan no. 9,19
Kepadatan basah (ρ) = 1,95 gr/cm3
Kadar air rata-rata (ω) = 23,89 %
1,95
Kepadatan Kering (ρd) =
(100+ 23,89) x 100
1,95
=76,11 x 100
= 1,58 gr/cm3
e. Cawan no. 18,15
Kepadatan basah (ρ) = 1,88 gr/cm3
Kadar air rata-rata (ω) = 26,86 %
1,88
Kepadatan Kering (ρd) =
(100+ 26,86) x 100
1,88
=73,14 x 100
= 1,48 gr/cm3
G s . ρw
ρzav = (100+ Gs . ω) x 100
2,54 . 1
ρ z = (100+(2,54 . 8,49) x 100
2,54
= 121,56 x 100
= 2,09 gr/cm3
b. Cawan no. 5,8
Gs = 2,54
ρw =1
Kadar air rata-rata (ω) = 11,25 %
2,54 . 1
ρ z = (100+(2,54 . 11,25) x100
2,54
= 128,57 x 100
= 1,98 gr/cm3
c. Cawan no. 37,57
Gs = 2,54
ρw =1
Kadar air rata-rata (ω) = 17,31 %
2,54 . 1
ρ z = (100+(2,54 . 17,31) x100
2,54
= 143,97 x 100
= 1,77 gr/cm3
d. Cawan no. 9,19
Gs = 2,54
ρw =1
Kadar air rata-rata (ω) = 23,89 %
2,54 . 1
ρ z = (100+(2,54 . 23,89) x100
2,54
= 160,67 x 100
= 1,58 gr/cm3
e. Cawan no. 18,15
Gs = 2,54
ρw =1
Kadar air rata-rata (ω) = 26,86 %
2,54 . 1
ρ = (100+ (2,54 . 26,86) x100
z
2,54
= 168,22 x 100
= 1,51 gr/cm3
7.9 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini setiap kelompok akan melakukan pengujian menggunakan
alat penumbuk.
c. Mengurangi permeabilitas
Pemadatan tersebut dapat dicapai dengan, pemilihan mesin tanah yang mana
diukur dari nilai berat volume kering (𝛾d). Berat volume kering tidak akan berubah
oleh karena kenaikkan kadar airnya (missal hujan), maka volume tanah tidak akan
berubah selama volume total tanah tidak berubah (tetap). Hal ini dikarenakan
Ws
pemadatan tanah atau berat volume kering dinyatakn oleh 𝛾d = . Apabila padat
V
Ketika kadar air ditambahkan (dengan usaha pemadatan yang sama), berat
butiran tanah padat per satuan volume (𝛾d) juga bertambah. Misal pada saat kadar
air = ω1,maka 𝛾d = 𝛾2.
Pada saat kadar air lebih besar dari kada air tertentu, yaitu ω = ω2 (saat kadar
air optimum), kenaikan kadar air justru mengurangi berat volume keringnya. Hal
ini disebabkan karena air mengisi rongga pori yang sebelumnya diisi oleh butiran
padat.
Untuk menentukan hubungan kadar air dan ebrat volume serta untuk membuat
tanah memenuhi syarat kepadatan, maka umumnya dilakukan uji hubungan antara
berat volume basah (𝛾b) dengan berat vilume kering (𝛾d) dan kadar air (ω).
Gambar 7.2 Alat Uji Pemadatan Tanah Sesuai Standar Proktor : Cetakan (Mold)
dan Penumbuk (Hammer)(Das. 1993)
Berat volume kering setelah pemadatan tergantung pada jenis kadar air tanah
dan usaha yang diberikan oleh alat penumbuk di laboratorium. Uji pemadatan
proktor standar merupakan uji pemadatan tanah yang bertujuan untuk mencari
kadar iar optimum dengan alat uji berupa mold dan hammer dengan ukuran yang
dijelaskan pada Gambar 7.2. Pada uji pemadatan ini, tanah yang akan dipadatkan
dalam 5 lapisan yang mana setiap lapisan ditumbuk sebanyak 56 kali.
7.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil dari
a. Percobaan no. 1
Kadar air (ω) = 8,49 %
Kepadatan kering (𝜌d) = 1,51 gr/cm3.
b. Percobaan no. 2
Kadar air (ω) = 11,25 %
Kepadatan kering (𝜌d) = 1,59 gr/cm3.
c. Percobaan no. 3
Kadar air (ω) = 17,31 %
Kepadatan kering (𝜌d) = 1,73 gr/cm3.
d. Percobaan no. 4
Kadar air (ω) = 23,89 %
Kepadatan kering (𝜌d) =1,58 gr/cm3.
e. Percobaan no. 5
Kadar air (ω) = 26,86 %
Kepadatan kering (𝜌d) = 1,48 gr/cm3
Berdasarkan grafik yang telah dibuat, maka didapat hasil OMC adalah 17,5
% dengan MDD-nya yaitu 1,705 gr/cm3.
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN KEPADATAN TANAH
Kepadatan basah:
Berat cetakan +
(gr)
keping 7722 7722 7722 7722 7722
alas (B1)
Berat cetakan +
(gr)
keping
13000 13450 14266 14040 13789
alas + tanah basah
(B2)
Kepadatan basah,
(𝐵2 −𝐵1) (gr/cm3) 1,63 1,77 2,02 1,95 1,88
ρ= 𝑉
Kadar air :
No. Cawan 29 33 5 8 37 57 9 19 18 15
Berat cawan
(gr) 11,5 11,2 11,4 11,1 11,2 11,2 11,3 11,1 11,2 10,9
kosong (W1)
Berat cawan +
(gr) 40,1 41,3 37,1 35,8 43,3 42,1 44 44,3 44,9 44,3
tanah basah (W2)
Berat cawan +
(gr) 38,1 38,7 34,3 33,5 38,4 37,7 37,5 38,1 38 37
tanah kering (W3)
Kadar air,
𝑊2 −𝑊3
ω= . 100% (%) 7,52 9,45 12,2 10,3 18 16,6 24,8 23 25,7 28
𝑊3 −𝑊1
Kepadatan kering :
Kepadatan kering,
ρ
ρd = . 100 1,51 1,59 1,73 1,58 1,48
(100+ ω)
Kepadatan kering, S = 1
G s . ρw
ρzav = . 100 2,09 1,98 1,77 1,59 1,51
(100+ Gs . ω)
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
1. Cetakan
Cetakan dilengkapi dengan leher sambung yang dibut dari bahan yang sama
dengan cetakan,dengan tinggi kurang lebih 60 mm. Cetakan dan leher
sambung harus dipasang kuat-kuat pada keping alas dibuat dari bahan yang
sama dan dapat dilepas. Cetakan diameter 152,40 mm mempunyai kapasitas
2124 cm³ ± 21 cm³ dengan diameter dalam 152,40 mm ± 0,13 mm3.
9. Alat desikator
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
(k) (l)
Keterangan :
a. Membersihkan, menimbang cetakan.
b. Memasang leher sambung pada cetakan dan keping atas.
c. Mengambil contoh benda uji yang akan di padatkan, menuangkan ke dalam
loyang dan mengaduknya sampai merata.
d. Menambahkan air ke dalam contoh uji dengan jumlah yang telah ditentukan.
e. Memadatkan contoh benda uji ke dalam cetakan dengan 3 lapisan
dengan ketebalan yang sama.
f. Melepaskan leher sambung, memotong kelebihan benda uji yang telah di
padatkan menggunakan pisau perata.
g. Menimbang massa cetakan yang berisi benda uji dan keeping alasnya.
h. Membuka keping alas dan mengeluarkan benda uji dari dalam cetakan
menggunakan alat pengeluar benda uji (extruder), mengambil sejumlah
contoh yang mewakili salah satu bagian.
i. Menimbang cawan kosong (W1)
j. Menimbang sampel contoh benda uji + cawan (W2)
k. Masukkan benda uji ke dalam oven.
l. Mengeluarkan benda uji kemudian menaruhnya ke dalam desikator.
PERCOBAAN VIII
PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
(ASTM D 1883-99; SNI 1744:2012)
8.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah menentukan nilai CBR pada bahan uji
tertentu seperti tanah, agregat atau campuran dari keduanya yang dipadatkan di
laboratorium dengan kadar air sesuai yang ditentukan. CBR (California Bearing
Ratio) adalah perbandingan beban penetrasi atau jenis material dna beban standar
pada kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Maka pengujian CBR ini
bertujuan untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan.
Pengujian CBR juga digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material
lapis tanah dasar, fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang
untuk perkerasan jalan dan lapangan terbang.
8.2 PERALATAN
a. Jangka sorong
b. Mold
c. Keping alas
d. Kuping
e. Plat perata
f. Cawan kosong
g. Penumbuk
h. Centong
i. Air
j. Pelumas
k. Contoh tanah (benda uji)
l. Alas (plat)
m. Oven
n. Desikator
8.3 BENDA UJI
a. Mengambil contoh tanah kering, udara seperti yang digunakan pada
percobaan pengujian kepadatan tanah, sebanyak 3 contoh dengan berat
masing-masing ± 6,8 kg.
b. Bila kadar air tanah ωo > ωopt maka contoh tanah boleh dikeringkan oleh
udara. Bila kadar air telah dicapai maka kadar air telah sesuai dan berat
tanah menjadi:100 + ωopt
Keterangan :
Wbaru = berat contoh tanah yang disiapkan, gr.
W = berat contoh tanah yang disiapkan pada pengujian
kepadatan tanah, gr.
ωopt = kadar air optimum, %
ωo = kadar air asli, %
Ww = berat penambahan air, gr.
Campur material tanah dengan air tersebut agar mencapai kadar air
optimum.
CATATAN : jumlah air yang ditambahkan boleh sedikit lebih besar (0,5 %
atau 1 %) untuk mengantisipasi penguapan.
c. Masukan contoh tersebut ke dalam kantong plastik dan tutup agar tidak
terjadi penguapan. Diamkan selama 3 jam untuk contoh berupa krikil dan
pasir kelanauan/kelempungan 12 jam untuk contoh uji berupa lanau dan 24
jam untuk contoh uji berupa lempung, sedangkan untuk contoh uji berupa
krikil dan pasir tidak perlu didiamkan.
8.4 PELAKSANAAN
a. Mengukur diameter cetakan, tinggi cetakan, dan berat cetakan lalu
mencatat hasilnya di laporan sementara kemudian menimbang tanah
sebanyak 6,8 kg dan mencatat hasilnya kembali di laporan sementara.
b. Menambahkan air sesuai dengan grafik kepadatan, setelah di tambahkan
air lalu membagi tanah menjadi 3 bagian kemudian melakukan pelumasan
pada mold seperti pada video.
c. Memasukkan benda uji sebanyak 1/3 lapisan dengan pola yang ditentukan
dan menumbuk sebanyak 10 kali tumbuhkkan pada setiap lapisan
kemudian melakukan hal yang sama terhadap benda uji 2 dan 3 dengan
tumbukkan 30 dan 65 kali tumbukkan.
d. Membuka kuping cetakan lalu meratakan benda uji setelah kuping cetakan
dibuka, kemudian melepaskan benda uji untuk dilakukan pengujian CBR.
e. Meletakkan benda uji pada CBR kemudian menambahkan 2 plat penekan
dan menurunkan alat sampai arloji pembaca menyentuh plat penekan.
f. Mensetting alat atau memutar jarum ke arah nol, dan menyalakan alat lalu
melakukan pembacaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan serta
mencatat di laporan sementara, lalu menghentikan pembacaan setelah
beban menunjukkan mengalami 3 kali penurunan.
g. Menimbang cawan kosong, kemudian mencatat hasilnya lalu mengambil
sampel tanah bagian atas, bagian bawah dan menyimpannya ke dalam
cawan selanjutnya menimbang sampel benda uji, lalu mencatat hasil
penimbangan di laporan sementara.
h. Mengeringkan sampel tanah di dalam oven selama 12 jam, lalu mengambil
benda uji setelah dioven dan memasukkan ke dalam desikator untuk
mendinginkan suhunya, lalu menimbang sempel tanah tadi kemudian
mencatat hasilnya di laporan sementara.
8.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
MULAI
Pasang mold
A
A
Lakukan hal sama pada benda uji 2 & 3 dengan tumbukan 30 dan 65 kali
Meletakan cetakan benda uji pada CBR dan tambahkan 2 plat penekan
B
B
Melakukan pembacaan dan menctat hasil sesuai waktu yang ditentukan di laporan sementara
Masukkan ke desikator
Timbang cawan
SELESAI
8.6 HITUNGAN
a. Beban penetrasi
Beban penetrasi didapat dari :
P=a.k
Keterangan :
a = Pembacaan arloji ukur beban , div
k = Kalibrasi proving ring, lbs/div
b. Grafik hubungan antara beban dan penetrasi
Menggambar grafik hubungan antara beban dan penetrasi setiap benda uji,
dengan penetrasi sebagai absis dan beban penetrasi sebagai ordinat. Ada
kemungkinan grafik yang diperoleh, pada bagian awalnya tidak berupa
garis lurus, maka dalam hal ini diadakan koreksi titik nolnya.
c. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi harus ditentukan untuk setiap benda uji pada
penetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5.08 mm (0,20 inch). Nilai CBR
dinyatakan dalam persen, diperoleh dengan membagi nilai beban
terkoreksi pada enetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5,0 mm (0,20 inch)
dengan beban standard.
P𝘍1
CBR0,1” = . 100
Ps1
P𝘍2
CBR0,2” = . 100
Ps2
Keterangan :
CBR0,1” = nilai CBR pada penetrasi 0,1” (%)
CBR0,2” = nilai CBR pada penetrasi 0,2” (%)
P′1 = nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,1” (lbs)
P′2 = nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,2” (lbs)
Ps1 = beban standar pada penetrasi 0,1” (3000 lbs)
Ps2 = beban standar pada penetrasi 0,2” (4500 lbs)
CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch). Jika CBR
padapenetrasi 5,08 mm (0,20 inch) lebih besar dari CBR pada penetrasi
2,54 m (0,10 inch), pengujian CBR harus diulang. Jika setelah diulang,
tetap
memberikan hasil yang serupa, CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,20 inch)
harusdigunakan.
d. CBR desain
Data hasil pengujian dari 3 benda uji digambarkan dalam bentuk grafik
hubungan nilai CBR dengan densitas kering / kepadatan kering. CBR
desain ditentukan pada persentase desnsitas kering maksimum yang
diperlukan, umumnya pada persentase minimum yang disyaratkan sesuai
spesifikasi (± 95%).
e. Pengembangan
Pengembangan dinyatakan sebagai persentase tinggi benda uji awal.
Dihitung dengan rumus :
h1 − h2
𝚫h =
h0
Keterangan :
𝚫h = pengembangan (%)
𝚫0 = tinggi awal benda uji ( 116,43 mm)
𝚫1 = tinggi akhir benda uji setealah perendaman (mm)
b. Data Cetakan
1. Metode pemadatan 10 tumbukan/lapis
a. Tinggi cetakan = 11,522 cm
b. Diameter cetakan = 15,209 cm
c. Berat cetakan (B1) = 4168 gram
2. Metode pemadatan 30 tumbukan/lapis
a. Tinggi cetakan = 11,908 cm
b. Diameter cetakan = 15,18 cm
c. Berat cetakan (B1) = 4167 gram
3. Metode pemadatan 65 tumbukan/lapis
a. Tinggi cetakan = 11,33 cm
b. Diameter cetakan = 15,202 cm
c. Berat cetakan (B1) = 4169 gram
c. Kadar air
1. Metode pemadatan 10 tumbukan/lapis, pengambilan sampel sesudah
pengujian
a. No. cawan timbang 20
1.
Berat cawan (W1) = 11,3 gram
2.
Berat cawan + tanah basah (W2) = 36,9 gram
3.
Berat cawan + tanah kering (W3) = 33,5 gram
b. No. cawan timbang 30
1.
Berat cawan (W1) = 11,2 gram
2.
Berat cawan + tanah basah (W2) = 35,3 gram
3.
Berat cawan + tanah kering (W3) = 32,5 gram
2. Metode pemadatan 30 tumbukan/lapis, pengambilan sampel sesudah
pengujian
a. No. cawan timbang 8
1.
Berat cawan (W1) = 12,2 gram
2.
Berat cawan + tanah basah (W2) = 35,9 gram
3.
Berat cawan + tanah kering (W3) = 32,7 gram
b. No. cawan timbang 5
1.
Berat cawan (W1) = 11,2 gram
2.
Berat cawan + tanah basah (W2) = 48 gram
3.
Berat cawan + tanah kering (W3) = 43 gram
3. Metode pemadatan 60 tumbukan/lapis, pengambilan sampel sesudah
pengujian
a. No. cawan timbang 11
1.
Berat cawan (W1) = 11,1 gram
2.
Berat cawan + tanah basah (W2) = 42,4 gram
3.
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38,8 gram
b. No. cawan timbang 25
1.
Berat cawan (W1) = 11,2 gram
2.
Berat cawan + tanah basah (W2) = 45,5 gram
3.
Berat cawan + tanah kering (W3) = 41,5 gram
d. Densitas/kepadatan
1. Metode pengujian 10 tumbukan/lapis
Berat tanah + cetakan (B2) = 7552 gram
2. Metode pengujian 30 tumbukan/lapis
Berat tanah + cetakan (B2) = 7973 gram
3. Metode pengujian 65 tumbukan/lapis
Berat tanah + cetakan (B2) = 8267 gram
= 1
x 3,14 x 15,2092x 11,522
4
= 2093,240 cm3
2. Kadar air
a. Nomor cawan timbang 20
Berat cawan (W1) = 11,3 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 36,9 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 33,5 gram
𝑊2 −𝑊3
Kadar air (ω) = . 100%
𝑊3 −𝑊1
36,9 −33,5
= 33,5 −11,3 . 100%
= 15,315 %
b. Nomor cawan timbang 30
Berat cawan (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 35,3 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 32,5 gram
35,3 −32,5
= 32,5 −11,2 . 100%
= 13,146 %
c. Kadar air rata-rata
Kadar air 1 = 15,315 %
Kadar air 2 = 13,146 %
15,31 + 13,146
= 2
= 14,230 %
3. Densitas/kepadatan
a. Densitas basah, gr/cm3
Berat cetakan (B1) = 4168 gram
Berat tanah + cetakan (B2) = 7552 gram
Volume cetakan = 2093,240 cm3
( 7552−4168)
= 2093,240
= 1,617 gr/cm3
=
1,617 . 100
(100+ 14,230)
= 1,415 gr/cm3
= 1
x 3,14 x 15,182x 11,908
4
= 2155,124 cm3
2. Kadar air
a. Nomor cawan timbang 8
Berat cawan (W1) = 12,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 35,9 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 32,7 gram
35,9 −32,7
= 32,7 −12,2 . 100%
= 15,61 %
b. Nomor cawan timbang 5
Berat cawan (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 48 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 43 gram
Kadar air (ω) = 𝑊2 −𝑊3 . 100%
𝑊3 −𝑊1
48−43
=43 −11,2 . 100%
= 15,72 %
c. Kadar Air Rata-Rata
Kadar air 1 = 15,61 %
Kadar air 2 = 15,72 %
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 1+ 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 2
Kadar air rata-rata = 2
15,61 +15,72
= 2
= 15,667 %
3. Densitas/kepadatan
a. Densitas basah, gr/cm3
Berat cetakan (B1) = 4167 gram
Berat tanah + cetakan (B2) = 7973 gram
Volume cetakan = 2155,124 cm3
(𝐵2 −𝐵1)
Densitas basah (ρ) =
𝑉
( 7973−4167)
= 2155,124
= 1,766 gr/cm3
1,766 . 100
= (100+ 15,667)
= 1,527 gr/cm3
= 1
x 3,14 x 15,2022x 11,33
4
= 2056,465 cm3
2. Kadar air
a. Nomor cawan timbang 11
Berat cawan (W1) = 11,1 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 42,4 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 38,8 gram
42,4 −38,8
= 38,8 −11,1 . 100%
= 13 %
b. Nomor cawan timbang 25
Berat cawan (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + tanah basah (W2) = 45,5 gram
Berat cawan + tanah kering (W3) = 41,5 gram
45,5−41,5
= 41,5 −11,2. 100%
= 13,2 %
c. Kadar Air Rata-Rata
Kadar air 1 = 13 %
Kadar air 2 = 13,2 %
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 1 −𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 2
Kadar air rata-rata = 2
13 −13,2
= 2
= 13,099 %
3. Densitas/kepadatan
a. Densitas basah, gr/cm3
Berat cetakan (B1) = 4169 gram
Berat tanah + cetakan (B2) = 8267 gram
Volume cetakan
( 8267−4169)
= 2056,465
= 1,993 gr/cm3
1,993 . 100
= (100+ 13,099)
= 1,762 gr/cm3
= 29,11
c. CBR yang dipakai = 29,11
3. Penetrasi 0,1” untuk 65 tumbukan/lapis
a. CBR 0,1” = 1180
. 100
3000
= 39,33
b. CBR 0,2” = 2030
. 100
4500
= 45,11
c. CBR yang dipakai = 45,11
8.9 PEMBAHASAN
California Bearing Ratio (CBR) adalah rasio dari gaya perlawanan penetrasi
dan tanah terhadap penetrasi sebuah piston yang ditekan secara kontinu dengan
gaya perlawanan penetrasi serupa pada contoh tanah standar berupa batu pecahan
di California. Rasio tersebut diambil pada penetrasi 2,54 dan 5,08 mm digunakan
gaya perlawanan penetrasi adalah gaya yang diperlukan untuk menahan penetrasi
konstan dari suatu piston kedalam tanah.
CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inchi). Jika CBR pada
penetrasi 5,08 mm (0,20 inchi) lebih besar dari CBR pada penetrasi 2,54 mm (0,10
inchi), pengujian CBR harus diulang. Jika setelah diulang, tetap memberikan hasil
yang sama, CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,20 inchi) harus digunakan.
Pada perencanaan jalan baru, tebal perkerasan biasanya ditentukan dari nilai
CBR yang digunakan pada perencanaan CBR desain. Desain CBR didapat dari
percobaan laboratorium desain memperhitungkan dua faktor yaitu :
a. Kadar air tanah serta berat isi kering pada waktu dipadatkan
b. Percobaan pada kadar air yang mungkin terjadi setelah perkerasan dibuat.
8.10 KESIMPULAN
Dari pengujian CBR laboratorium diperoleh hasil
Data cetakan:
10 30 65
Metode pemadatan
tumbukan/lapis tumbukan/lapis tumbukan/lapis
Tinggi cetakan, cm 11,522 11,908 11,33
Diameter cetakan, cm 15,209 15,18 15,202
Volume cetakan (V),cm3 2093,240226 2155,123936 2056,464646
Berat cetakan (B1), gr 4168 4167 4169
Pengembangan:
Metode 10 tumbukan/lapis 30 tumbukan/lapis 65 tumbukan/lapis
pemadatan
Tanggal
Jam
Pembacaan, div
Perubahan, div
Pengembangan,
%
Kadar air:
Metode pemadatan 10 tumbukan/lapis 30 tumbukan/lapis 65 tumbukan/lapis
Pengambilan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Sampel pengujian pengujian pengujian pengujian pengujian pengujian
No. cawan
timbang 20 30 8 5 11 25
Berat cawan (W1),
Gr 11,3 11,2 12,2 11,2 11,1 11,2
Berat cawan +
tanah basah 36,9 35,3 35,9 48 42,4 45,5
(W2),gr
Berat cawan +
tanah kering 33,5 32,5 32,7 43 38,8 41,5
(W3),gr
Kadar air,
ω=
𝑊2 −𝑊3
. 100% 15,31 13,1 15,7
15,61 13 13,2
𝑊3 −𝑊1 5 46 2
Densitas/Kepadatan:
Metode pemadatan 10 tumbukan/lapis 30 tumbukan/lapis 65 tumbukan/lapis
Pengambilan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
sampel direndam direndam direndam direndam direndam direndam
Berat tanah +
cetakan (B2), gr
7552 7973 8267
Densitas basah,
(𝐵2 −𝐵1)
ρ= 𝑉
1,617 1,766 1,993
(gr/cm )
3
Densitas kering,
ρ
ρd = . 100
(100+ ω) 1,415 1,527 1,762
(gr/cm )
3
DATA BEBAN PENETRASI
Nilai CBR
Nilai CBR yang
Nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,1” (P’1) 230,00
dipakai
Nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,2” (P’2) 399,00
𝘍
𝑃 ₁
CBR ₀,₁" = 𝑥 100 7,67 8,87
3000
𝘍
𝑃 ₂
CBR ₀,₂" = 𝑥 100 8,87
4500
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DAN PENETRASI
Nilai CBR
Nilai CBR yang
Nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,1” (P’1) 725,00
dipakai
Nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,2” (P’2) 1310,00
𝘍
𝑃 ₁
CBR ₀,₁" = 𝑥 100 24,17 29,11
3000
𝘍
𝑃 ₂
CBR ₀,₂" = 𝑥 100 29,11
4500
GRAFIK HUBUNGAN BEBAN DAN PENETRASI
Nilai CBR
Nilai CBR yang
Nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,1” (P’1) 1180,00
dipakai
Nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,2” (P’2) 2030,00
𝘍
𝑃 ₁
CBR ₀,₁" = 𝑥 100 39,33 45,11
3000
𝘍
𝑃 ₂
CBR ₀,₂" = 𝑥 100 45,11
4500
PENENTUAN CBR DESAIN
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
1. Cetakan berupa silinder dari logam dengan ukuran diametek bagian dalam
(152,40±0,66) mm dan tinggi (177,80±0,46) mm. Cetakan harus di lengkapi
leher sambung (extensioncollar) dengan tinggi ± 50mm.
Kapasitas alat ini harus melebihi kapasitas kekuatan material yang di uji.
Gambar 8.7 Alat penetrasi
8. Cawan
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
(k) (l)
(m)
Keterangan :
a. Membersihkan cetakan dan menimbang berat cetakan tanpa keping alas.
b. Memasang leher sambung pada cetakan dan keeping alas, kemudian kunci
dan mengoleskan pelumas.
c. Menimbang benda uji sebanyak 6,8 kg
d. Menuangkan benda uji kedalam loyang kemudian menambahkan air dengan
jumlah yang telah ditentukan dan aduk sampai merata.
e. Memulai memadatkan dengan mengisi benda uji tiap 1/3 lapis lalu numbuk
dengan ketentuan.
f. Melepaskan leher sambung, memotong kelebihan contoh uji yang telah
dipadatkan dan ratakan permukaan menggunakan pisau rata.
g. Kemudian menimbang tanah beserta cetakan
h. Memasang benda uji ke alat CBR
i. Mengeluarkan contoh benda uji yang telah dipadatkan dan mengambil
Sebagian contoh benda uji untuk diuji kadar airnya.
j. Menimbang dan mencatat hasilnya.
k. Memasukkan kedalam oven.
l. Mengeluarkan benda uji dari oven. Kemudian, memasukkan benda uji
kedalam desikator.
m. Menimbang kembali beda uji yang telah di oven dan mencatatnya.
PERCOBAAN IX
PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN ALAT
KONUS PASIR (SAND CONE)
(ASTM D 1556-64; SNI 2828:1992)
9.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menjadi acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian kepadatan di lapangan dari suatu lapisan tanah. Maka
pengujian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperolah angka kepadatan
lapangan (γd).
9.2 PERALATAN
a. Linggis
b. Palu karet
c. Kuas
d. Penggaris/mistar
e. Palu besi
f. Meteran
g. Sekop
h. Pasir otawa
i. Paku
j. Corong kalibrasi
k. Botol transparan
l. Plat dudukan
m. Plat kaca
n. Kaleng lapangan
9.4 PELAKSANAAN
a. Menimbang botol kosong dan corong lalu mencatat hasilnya ke dalam
laporan sementara.
b. Kemudian memasukkan pasir otawa ke dalam botol kosong secara
perlahan- lahan dengan cara diketuk-ketuk dengan palu karet sampai terisi
penuh.
c. Kemudian membalikkan botol dan buka katup penutup corong agar pasir
keluar secara perlahan-lahan dan tunggu sampai pasir tidak keluar lagi dari
dalam botol. Lalu kunci kembali katup penutup corong untuk menahan
pasir yang ada dalam botol, kemudian lakukan penimbangan kembali pada
sisa pasir yang tersisa dan mencatat hasilnya ke dalam laporan sementara.
d. Melakukan penimbangan pada kaleng kosong dan cawan kosong
kemudian mencatat hasilnya ke dalam laporan sementara, Sebelum
melakukan pengujian sand cone lapangan.
e. Kemudian memasangkan plat lapangan, lalu menggali tanah sedalam 10
cm. Kemudian mengambil sampel tanahnya untuk menguji kadar air dan
dimasukkan ke cawan kosong dan sisanya dimasukkan ke dalam kaleng
lapangan.
f. Kemudian membalik corong yang berisi pasir otawa, lalu buka katup
penutupnya dan ketuk-ketuk hingga pasir terisi penuh ke dalam lubang
hingga tidak terjadi lagi penurunan.
g. Setelah itu, tutup katup penutupnya dan melakukan penimbangan pada
pasir yang tersisa lalu mencatat hasilnya pada laporan sementara.
h. Kemudian melakukan penimbangan pada kaleng yang berisi tanah dari
galian lubang dan mecatat hasilnya ke dalam laporan sementara. Lalu
menimbang lagi cawan yang telah diisi sampel tanaah dan mencatat
hasilnya dalam laporan sementara.
i. Kemudian melakukan pengovenan selama 12 sampai 16 jam. Selanjutnya
melakukan kalibrasi dengan cara mengisi air ke dalam botol transparan
sampai penuh dan menimbang berat air + botol + corong dan mencatat
hasilnya dalam laporan sementara. Lalu melakukan pengukuran suhu pada
air tersebut dan mencatat kembali ke dalam laporan sementara.
j. Setelah benda uji di diamkan dalam oven selama 12 jam, ambil benda uji
kemudian dinginkan beberapa saat dan melakukan penimbangan kembali
untuk mencatat hasilnya.
9.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN
ALAT KONUS PASIR (SAND CONE)
Mulai
Membalik botol dan buka katup penutup corong agar pasir keluar
secara perlahan
Menunggu sampai pasir tidak keluar lagi dari dalam
Mengunci katup penutup corongbotol
untuk menahan pasir yang ada dalam
Menimbang pasir
botolyang tersisa
A
A
Menimbang kaleng kosong dan cawan kosong, Sebelum melakukan pengujian sand cone lapanga
B
B
Menimbang kaleng dan cawan yang berisi tanah, saru persatu lapangan
Selesai
9.6 HITUNGAN
a. Berat isi botol pasir = volume botol (Vb)
W1 − W2
Vb =
Pw
Keterangan :
Vb = berat isi botol pasir/volume botol (cm)
W1 = berat botong kosong + corong (gr)
W2 = berat botol + air + corong (gr)
Pw = kerapatan relative air berdasarkan temperature air ketika W2
ditentukan
b. Berat isi pasir (γp)
W1 − W2
γp =
Vb
Keterangan :
γp = berat isi (gr/cm)
W1 = berat botong kosong + corong (gr)
W2 = berat botol pasir + corong (gr)
Vb = berat isi botol pasir/volume (cm)
c. Berat isi tanah kering
γb
γd Lap = . 100%
100 +
Keterangan :
γd Lap = berat isi tanah kering (gr/cm)
γb = W9
V
= berat isi tanah basah (gr/cm)
Ve =
W13 = volume pasir dalam lubang (cm)
γb
4972,491+4970,482+4973,495
= 3
= 4972,156 cm3
8383−713
= 4972,491
= 1,542
W3−W1
c. Nomor 2, gr/cm3 γp = Vb
8383−713
= 4970,482
= 1,543
W3−W1
d. Nomor 3, gr/cm3 γp = Vb
8321−713
= 4973,495
= 1,530
𝛾𝜌1+ 𝛾𝜌2+ 𝛾𝜌3
7. Berat isi pasir rata-rata =
3
1827−1822
= 1827 x 100
= 0,274
W6 rata−rata+ W6 3
c. Nomor titik 3 = x 100
W6 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
1827−1831
= 1827 x 100
= 0,219
b. Kadar Air Tanah Lapangan
1. Berat Air
a. Nomor Titik 1 A
Berat cawan + Tanah Basah (W2) = 42,8 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 37,1 gram
Berat air = W2 – w3
= 42,8 – 37,1
= 5,7 gram
b. Nomor Titik 1 B
Berat cawan + Tanah Basah (W2) = 45,2 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 39,1 gram
Berat air = W2 – W3
= 45,2 – 39,1
= 6,1 gram
c. Nomor Titik 2 A
Berat cawan + Tanah Basah (W2) = 47,5 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 40,3 gram
Berat air = W2 – W3
= 47,5 – 40,3
= 7,2 gram
d. Nomor Titik 2 B
Berat cawan + Tanah Basah (W2) = 44,7 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 38,4 gram
Berat air = W2 – W3
= 44,7 – 38,4
= 6,3 gram
e. Nomor Titik 3 A
Berat cawan + Tanah Basah (W2) = 38,1 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 33,1 gram
Berat air = W2 – W3
= 38,1 – 33,1
= 5,0 gram
f. Nomor Titik 3 B
Berat cawan + Tanah Basah (W2) = 39,6 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 34,4 gram
Berat air = W2 – W3
= 39,6 – 34,4
= 5,2 gram
b. Nomor Titik 1 B
Berat cawan + Tanah Basah (W1) = 11,3 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 39,1 gram
Berat air = W3 – W1
= 39,1 – 11,3
= 27,8 gram
c. Nomor Titik 2 A
Berat cawan + Tanah Basah (W1) = 11,4 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 40,3 gram
Berat air = W3 – W1
= 40,3 - 11,4
= 28,9 gram
d. Nomor Titik 2 B
Berat cawan + Tanah Basah (W1) = 11,3 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 38,4 gram
Berat air = W3 – W1
= 38,4 – 11,3
= 27,1 gram
e. Nomor Titik 3 A
Berat cawan + Tanah Basah (W1) = 11,1 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 31,1 gram
Berat air = W3 – W1
= 31,1 – 11,1
= 22 gram
f. Nomor Titik 3 B
Berat cawan + Tanah Basah (W1) = 11,2 gram
Berat cawan + Tanah Kering (W3) = 34,4 gram
Berat air = W3 – W1
= 34,4 – 11,2
= 23,2 gram
3. Kadar air
W2−W3
𝜔= × 100
W3
5,7
a. Nomor Titik 1 A =26,1 × 100
= 21,839 %
b. Nomor Titik 1 B =27,8
6,1
× 100
= 21,942 %
c. Nomor Titik 2 A = 7,2
× 100
28,9
= 24,913 %
6,3
d. Nomor Titik 2 B =27,1 × 100
= 23,247 %
e. Nomor Titik 3 A = 22
5
× 100
= 22,727 %
5,2
f. Nomor Titik 3 B =23,2 × 100
= 22,414 %
4. Kadar Air Rata-Rata
W 1 A+ W 1 B
a. Rata-Rata Nomor Titik 1 =
2
21,839+21,942
=
2
= 21,891 %
W 2 A+ W 2 B
b. Rata-Rata Nomor Titik 2 =
2
24,913+23,247
= 2
= 24,080 %
W 3 A+ W 3 B
c. Rata-Rata Nomor Titik 3 =
2
22,727+22,414
=
2
= 22,571 %
c. Nomer Titik 3
Berat pasir dalam corong (W6) = 1831 gram
Berat Pasir dalam Corong dan Lubang (W12) = 3680
gram Berat Pasir dalam Lubang (W13) = W12 −
W6
= 3680 – 1831
= 1849 gram
= 1573,434
2417
b. Nomer Titik 2 = 1.543
= 1566,318
1849
c. Nomer Titik 3 = 1.530
= 1208,727
= 2,055 gr/cm3
2830
b. Nomer Titik 2 = 1566,318
= 1,807 gr/cm3
(𝛾𝑑 𝐿𝑎𝑝 = 𝛾𝑏
× 100%)
100 +
𝜔
2.055
a. Nomer Titik 1 =
100 +21,89076325 × 100 %
= 1,686 gram/cm3
b. Nomer Titik 2 = 1,807
100 +24,080363 × 100 %
= 1,456 gram/cm3
1,947
c. Nomer Titik 3 =
100 +22,57053292 × 100 %
= 1,588 gram/cm3
7. Derajat kepadatan
a. Nomer Titik 1
Berat isi tanah kering (γd Lab) = 1,686 gram/cm3
Kepadatan Laboratorium 95% (γd Lab 95%) = 1,620 gram/cm3
𝛾𝑑 𝐿𝑎𝑝
Derajat =
𝛾𝑑 𝐿𝑎𝑏.95% × 100%
1,686
= 1,620 × 100%
= 104,07 gram/cm3
b. Nomer Titik 2
Berat isi tanah kering (γd Lab) = 1,456 gram/cm3
Kepadatan Laboratorium 95% (γd Lab 95%) = 1,620 gram/cm3
𝛾𝑑 𝐿𝑎𝑏
Derajat =
𝛾𝑑 𝐿𝑎𝑏.95% × 100%
1,456
= 1,620 × 100%
= 89,90 gram/cm3
c. Nomer Titik 3
Berat isi tanah kering (γd Lab) = 1,588 gram/cm3
Kepadatan Laboratorium 95% (γd Lab 95%) = 1,620 gram/cm3
Derajat = 𝛾𝑑 𝐿𝑎𝑏
𝛾𝑑 𝐿𝑎𝑏.95% × 100%
1,588
= 1,620 × 100%
= 98,05 gram/cm3
9.9 PEMBAHASAN
Jika dilaboratorium kepadatan ditentukan dengan pengujian proctor maka
kepadatan lapangan dapat diukur dengan berbagai cara metode yang umum
dipakai antara lain sandcone rekber bollor dan menlar chesingtept.
Percobaan kerucut pasir atau sandcone merupakan salah satu pengujian yang
dilakukan dengan dilapngan untuk menentukan berat SSD kering (kepadatan tanah
asli) maupun hasil pengujian atau pekerjaan pemadatan dilakukan baik pada tanah
kohesif maupun non kohesif untuk mengevoluasi perbbandingan antara 𝛾𝑑
lapangan dengan 𝛾𝑑 maksimum hasil percobaan pemadatan dilaboratorium dalam
presentasi lapangan.
9.10 KESIMPULAN
Setiap proyek yang bersangkutan memiliki spesifikasi derajat kepadatan
tertentu yang berlaku dan disyaratkan misalnya 95 %, 98 %, dan 100 %. Dalam
percobaan ini syarat spesifikasi kepadatan lapangan minimal 95% berdasarkan
hasil percobaan sandcone lapangan diperoleh sebagai berikut :
Dengan demikian derajat kepadatan tanah yang diuji dalam keadaan tidak
padat karena kepadatan yang diperoleh lebih kecil dari derajat kepadatan yang
disyaratkan hal ini disebabkan oleh faktor kurangnya ketelitian pada saat
pengkalibrasian kepadatan tanah dan adanya getaran yang mempengaruhi
pemadatan pasir pada saat diisikan ke dalam lubang uji.
LAPORAN SEMENTARA
PENGUJIAN KEPADATAN LAPANGAN DENGAN
KONUS PASIR (SAND CONE)
No. Titik 1 2 3
Berat botol kosong + corong (W1), gr 713 713 713
Berat botol + air penuh + corong (W2), gr 5664 5662 5665
Temperatur (T), Co
30 30 30
K A L I B R A S IP A S I RS A N DC O N E
No. Titik
Parameter 3
1 2
Berat cawan kosong (W1), gr 11 11,3 11,4 11,3 11,1 11,2
Berat cawan + tanah basah (W2), 42,8 45,2 47,5 44,7 38,1 39,6
gr
Berat cawan + tanah kering (W3), 37,1 39,1 40,3 38,4 33,1 34,4
gr
Berat air (W2-W3), gr 5,7 6,1 7,2 6,3 5 5,2
Hasil perhitungan:
…………………………
Diperiks/Asisten Penguji/Mahasiswa
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g) (h)
(i) (j)
(k) (l)
Keterangan :
a. Menimbang botol kosong dan corong.
b. Menimbang botol dan corong yang berisi air serta mengukur suhunya.
c. Mengosongkan botol dan air lalu mengeringkan dan meletakkan di dasar
yang rata kemudian mengisi corong besar pelan-pelan dengan pasir sampai
penuh, d engan selama pengisian corong selalu terisi paling sedikit
setengahnya.
d. Menimbang botol dan corong yang berisi pasir.
e. Menimbang berat kaleng lapangan kosong.
f. Menyiapkan lokais yang mau diuji kepadatannya, kemudian pasang plat lalu
d ipaku di bagian setiap ujingnya, kemudian menggali tanah samapi
kedalaman 10 cm dan tanah hasil galian ditaruh di kaleng semuanya.
g. Meletakkan botol pasir di atas plat yang sudah dilubangi sedalam 10 cm deng
an corong menghadap ke bawah dan membuka kran secara perlahan.
h. Menimbang sisa pasir dalam botol.
i. Menimbang berat kaleng lapangan yang sudah diisi pasir di lubang sedalam 1
0 cm.
j. Mengambil sampel tanah dan memasukkan ke dalam cawan untuk dilakukan
p roses menimbang.
k. Memasukkan ke dalam oven kurang lebih 12 jam.
l. Menimbang benda uji yang telah dilakukan di oven.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (2008) SNI 3422:2008 Penetrasi Batas Susut dan
Faktor-Faktor Susut Tanah
Badan Standarisasi Nasional (2008) SNI 20 1743-2008 Uji Kepadatan Berat
Untuk Tanah
Badan Standarisasi Nasional (2008) SNI 1965:2008 Cara Uji Penentuan Kadar Air
Untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium
Badan Standarisasi Nasional (2008) SNI 1964:2008 Cara Berat Jenis Tanah
Badan Standarisasi Nasional (2008) SNI 1967:2008 Cara Uji Penentuan Batas
Cair Tanah
Badan Standarisasi Nasional (2008) SNI 1966:2008 Cara Uji Penentuan Batas
Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah
Badan Standarisasi Nasional (2012) SNI 4144:2012 Metode Uji Penentuan
Faktor- Faktor Susut Tanah
Badan Standarisasi Nasional (2008) SNI 3423:2008 Cara Uji Btas Cair Tanah
Badan Standarisasi Nasional (1989) SNI 1742:1989 Metode Pengujian Kepadatan
Ringan Untuk Tanah
Badan Standarisasi Nasional (2012) SNI 1744:2012 Uji CBR Laboratorium
Badan Standarisasi Nasional (1992) SNI 2828:1992 Metode Pengujian Kepadatan
Lapangan Dengan Alat Konus Pasir
Hardianto, Hary Christady (2012), Mekanika Tanah 1 Edisi Keenam, Gajah Mada
University Press
Redana, I wayan (2010), Mekanika Tanah 1 (Edisi 1), Bali Udayana University
Denpasar
Tim Dosen dan Asisten Dosen (2016) Modul Praktikum Mekanika Tanah 1,
Yogyakarta