Anda di halaman 1dari 114

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH II


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah II)

Disusun oleh :
Kelompok II- A
Janatan Kartika 21110120120011
Anna Deva Fitria Nurjanah 21110120120013
Anggita Citra Mahardika 21110120120016
Fadilla Neyressa Ralfani 21110120120022
Rahmatinisa 21110120120029
Mira Karlina 21110120120035
Seifh Devi Nadifani Kumara 21110120130093
Alif Marwan Hadid 21110120130122
Hilmy Aziz Aryanto Putra 21110120140147
Zulvalindan Wirayuda S 21110120140148
Meutya Roza Ichsani 21110120140157

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
e-mail: geodesi@undip.ac.id
2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini telah diperiksa, disetujui dan
disahkan oleh Asisten Dosen dan Dosen Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah II
Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Disusun oleh :
Kelompok II - A
Janatan Kartika 21110120120011
Anna Deva Fitria Nurjanah 21110120120013
Anggita Citra Mahardika 21110120120016
Fadilla Neyressa Ralfani 21110120120022
Rahmatinisa 21110120120029
Mira Karlina 21110120120035
Seifh Devi Nadifani Kumara 21110120130093
Alif Marwan Hadid 21110120130122
Hilmy Aziz Aryanto Putra 21110120140147
Zulvalindan Wirayuda S 21110120140148
Meutya Roza Ichsani 21110120140157

Semarang, Mei 2021


Mengetahui,
Asisten Praktikum,

Achmad Rusdi
NIM. 21110117130067
Dosen Pengampu Mata Kuliah, Dosen Pengampu Mata Kuliah,

Ir. Bambang Sudarsono, M.S Nurhadi Bashit, ST.,M.Eng


NIP.19570913198603100 NIP. 198911220117011093

1
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini. Tidak lupa penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah terlibat pada
penyusunan laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II antara lain:
1. Dr. Yudo Prasetyo, ST., MT selaku Ketua Departemen Studi Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Ir. Bambang Sudarsono, MS., selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Ukur TanahII.
3. Nurhadi Bashit,ST.,M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Ukur
TanahII.
4. Achmad Rusdi selaku asisten praktikum Ilmu Ukur Tanah II yang telah
membimbing penyusun dalam pelaksanaan praktikum di lapangan.
5. Seluruh pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun laporan
praktikum Ilmu Ukur Tanah II.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan praktikum Ilmu Ukur
Tanah II masih sangat jauh dari sempurna oleh karena itu penyusun
mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun sebagai acuan
agar lebih baik lagi. Terima kasih.

Semarang, Mei 2021

penyusun

2
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN I-1
I.1 Latar Belakang I-1
I.2 Rumusan Masalah I-2
I.3 Maksud dan Tujuan I-2
I.4 Ruang Lingkup Praktikum I-3
I.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan I-4
I.6 Sistematikan Pembuatan Laporan I-4
BAB II DASAR TEORI II-1
II.1 Waterpass II-1
II.1.1 Referensi Tinggi II-2
II.1.2 Beda Tinggi II-3
II.1.3 Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass II-3
II.1.4 Perhitungan Waterpass II-4
II.2 Total Station II-5
II.2.1 Bagian-bagian Total Station II-5
II.2.2 Kemampuan Total Station II-8
II.2.3 Pengoperasian Total Station II-8
II.3 Uji Alat II-10
II.3.1 Uji Kolimasi Waterpass II-10
II.3.2 Uji Kolimasi Total Station II-10
II.3.3 Uji Kesalahan Indeks Vertikal II-11
II.4 Metode Pengukuran II-11
II.4.1 Poligon Tertutup II-11
II.4.2 Situasi Detail II-13
II.5 Kontur II-16

3
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
II.5.1 Interval Kontur dan Indeks Kontur II-17
II.5.2 Sifat Garis Kontur II-17
II.6 Pengukuran Bidang II-18
II.6.1 Pemetaan Bidang Tanah II-18
II.6.2 Pembuatan Kerangka Peta II-18
II.6.3 Metode II-19
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM III-1
III.1 Persiapan III-1
III.2 Alat Dan Bahan III-1
III.2.1 Pengukuran dengan Waterpass III-2
III.2.2 Pengukuran dengan Total Station III-7
III.2.3 Pengukuran Bidang Tanah III-12
III.3 Diagram Alir III-15
III.3.1 Diagram Alir Praktikum III-15
III.3.3 Diagram Alir Pengukuran III-16
III.3.4 Diagram Alir Pengolahan III-19
III.4 Metode Pengukuran III-19
III.4.1 Pengukuran Poligon III-19
III.4.2 Pengukuran Situasi Detail III-20
III.4.3 Pengukuran Bidang Tanah III-21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV-1
IV.1 Hasil IV-1
IV.1.1 Uji Garis Bidik IV-1
IV.1.2 Uji Kolimasi IV-1
IV.1.3 Uji Indeks Vertikal IV-1
IV.1.4 Pengukuran Waterpass IV-2
IV.1.5 Pengukuran Poligon IV-3
IV.1.6 Pengukuran Detail dan Situasi IV-6
IV.1.7 Pengukuran Bidang Tanah IV-6
IV.2 Pembahasan IV-8
IV.2.1 Uji Garis Bidik IV-8
IV.2.2 Uji Kolimasi IV-10

4
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
IV.2.3 Uji Indeks Vertikal IV-11
IV.2.4 Pengukuran Waterpass IV-12
IV.2.5 Pengukuran Poligon IV-13
IV.1.8 Pengukuran Detail dan Situasi IV-16
IV.1.9 Pengukuran Bidang Tanah IV-17
BAB V PENUTUP V-1
V.1 Kesimpulan V-1
V.2 Saran V-2
DAFTAR PUSTAKA viii

5
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

DAFTAR GAMBAR
Gambar I-1 Lokasi Praktikum Teknik Kimia I-4
Gambar II-1 Bagian-bagian Waterpass II-1
Gambar II-2 Tampilan tombol total station II-5
Gambar II-3 Fungsi tombol dan soft key II-6
Gambar II-4 Metode pengukuran sudut II-6
Gambar II-5 Metode pengukuran sudut II-7
Gambar II-6 Metode pengukuran jarak II-7
Gambar II-7 Metode pengukuran jarak II-8
Gambar II-8 Tampilan Total Station II-9
Gambar II-9 Tampilan Total Station II-9
Gambar II-10 Tampilan Total Station II-10
Gambar II-11 Tampilan Total Station II-10
Gambar II-12 Tampilan Total Station II-10
Gambar II-13 Tampilan Total Station II-10
Gambar II-14 Pengukuran titik-titik situasi II-14
Gambar II-15 Metode Siku-Siku II-19
Gambar II-16 Cara Mengikat Pada Titik Sembarang II-20
Gambar II-17 Cara Perpanjangan Sisi II-20
Gambar II-18 Cara Trilaterasi Sederhana 21
Gambar III-1 Waterpass No. 05 III-2
Gambar III-2 Tripod III-3
Gambar III-3 Rambu Ukur III-3
Gambar III-4 Nivo III-4
Gambar III-5 Pita Ukur III-4
Gambar III-6 Meteran III-5
Gambar III-7 Tip-Ex dan Paku Payung III-5
Gambar III-8 Payung III-5
Gambar III-9 Alat Tulis dan Lembar Topo 01 dan 02 III-6
Gambar III-10 Kalkulator III-6
Gambar III-11 Total Station No. 04 III-7
Gambar III-12 Tripod III-8

6
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Gambar III-13 Yallon atau Jalon III-8
Gambar III-14 Prisma III-9
Gambar III-15 Tribo III-9
Gambar III-16 Pita Ukur III-10
Gambar III-17 Meteran III-10
Gambar III-18 Tip-Ex dan Paku Payung III-10
Gambar III-19 Payung III-11
Gambar III-20 Alat Tulis dan Lembar Sketsa III-11
Gambar III-21 Pita Ukur III-12
Gambar III-22 Penggaris siku-siku III-12
Gambar III-23 Kertas HVS III-13
Gambar III-24 Pensil dan Tip-Ex III-13
Gambar III-25 Selotip Hitam III-14
Gambar III-26 Pengukuran Metode Trilaterasi III-21
Gambar III-27 Pengukuran Metode Titik Sembarang III-22
Gambar III-28 Pengukuran Metode Siku-siku III-22
Gambar III-29 Pengukuran Metode Perpanjangan Sisi III-23
Gambar IV-1 Kondisi 1 Uji Garis Bidik IV-8
Gambar IV-2 Kondisi 2 Uji Garis Bidik IV-8
Gambar IV-3 Sketsa Uji Kolimasi IV-10
Gambar IV-4 Sketsa Uji Indeks Vertikal IV-11
Gambar IV-5 Bidang Tanah Metode Trilaterasi IV-17
Gambar IV-6 Bidang Tanah Metode Titik Sembarang IV-18
Gambar IV-7 Bidang Tanah Metode Siku-Siku IV-18
Gambar IV-8 Bidang Tanah Metode Perpanjangan Sisi IV-19
Gambar IV-9 Pengukuran Luas Metode Trilaterasi IV-20
Gambar IV-10 Pengukuran Luas Metode Titik Sembarang IV-20
Gambar IV-11 Pengukuran Luas Metode Siku-Siku IV-21
Gambar IV-12 Pengukuran Luas Metode Perpanjangan Sisi IV-22

7
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

DAFTAR TABEL
Tabel I-1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan I-4
Tabel IV-1 Hasil Uji Garis Bidik IV-1
Tabel IV-2 Hasil Uji Kolimasi IV-1
Tabel IV-3 Hasil Uji Indeks Vertikal IV-2
Tabel IV-4 Hasil Pengukuran Waterpass IV-2
Tabel IV-6 Pengukuran Detail dan Situasi IV-4
Tabel IV-7 Perhitungan Luas Bidang Tanah Metode Trilaterasi IV-5
Tabel IV-9 Perhitungan Luas Bidang Tanah Metode Siku-Siku IV-6
Tabel IV-10 Perhitungan Luas Bidang Tanah Perpanjangan Sisi IV-6

8
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Asistensi ix
Lampiran 2 Uji Garis Bidik x
Lampiran 3 Uji Kolimasi xi
Lampiran 4 Uji Indeks Vertikal xii
Lampiran 5 Data Pengukuran Situasi dan Detail xiii
Lampiran 6 Data Perhitungan Waterpass xix
Lampiran 7 Hasil Pengukuran Bidang Tanah xxiii
Lampiran 8 Dokumentasi Praktikum xxvii

9
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Geodesi berasal dari bahasa Yunani, Geo (γη) yang berarti bumi dan daisia /
daiein (δαιω) yang berarti membagi, kata geodaisia atau geodeien berarti
membagi bumi. Menurut IAG (International Association Of Geodesy, 1979),
Geodesi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran dan
perepresentasian dari Bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan gaya
beratnya masing-masing, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu.
Proses dalam pembuatan peta tidak terlepas dari ilmu dasarnya ilmu
Geodesi, yaitu ilmu ukur tanah. Ilmu ukur tanah menitik beratkan pada kegiatan
pengukuran di permukaan bumi, seperti pengukuran elevasi, kemiringan lereng
tanah, bahkan luas suatu wilayah. Dari titik-titik tersebut dapat disajikanlah
sebuah peta. Menurut ICA (International Cartographic Association), peta adalah
suatu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih
dari kenampakan bumi, yang ada kaitannya dengan permukaanbumi atau
benda-benda angkasa. Selain bidang geografi, banyak instansi pemerintah maupun
swasta yang memerlukan peta. Sebagai contoh, di bidang militer peta sangat
penting untuk menggambarkan keadaan suatu wilayah. Di dalam bidang militer
peta digunakan untuk merencanakan strategi perang, antara lain gerakan pasukan,
pengintaian, penyerangan, pertahanan, dan tempat perbekalan (Nursa’ban, 2010)
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur
yang mencakup penyajian dalam dimensi horizontal dan vertikal secara
bersama-sama dalam suatu gambar peta (Tanuwidjaja, 2017). Dalam praktikum
Ilmu Ukur Tanah II ini untuk mengukur situasi dan detail menggunakan alat ukur
waterpass dan total station.
Waterpass adalah alat ukur penyipat datar dengan teropong dan dilengkapi
nivo dan sumbu mekanis tegak sehingga teropong dapat berputar ke arah
horisontal. Alat ini tergolong alat penyipat datar kaki tiga atau tripod level, karena
alat ini bila digunakan harus dipasang di atas kaki tiga atau tripod (Firman, 2013).
Total Station (TS) adalah alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal
dan vertikal) secara otomatis. TS dilengkapi dengan chip memori, sehingga data

1
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan
diolah. Total station merupakan semacam teodolit yang terintegrasi dengan
komponen pengukur jarak elektronik atau biasa disebut sebagai Electronic
Distance Meter (EDM) untuk membaca jarak dan kemiringan dari instrumen ke
titik tertentu.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II
adalah :
1. Bagaimana cara melakukan uji alat pada waterpass dan total station.
2. Bagaimana ketelitian penutup yang didapatkan dari pengukuran
waterpass?
3. Bagaimana cara pengukuran situasi dan detail yang benar?
4. Bagaimana penggambaran kontur dan peta situasi pada pengolahan
data?
5. Bagaimana pengukuran bidang tanah dengan metode siku-siku,
perpanjangan sisi, pengikatan ke titik detail, dan pengikatan ke titik
sembarang?
I.3 Maksud dan Tujuan
Praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini dimaksudkan sebagai bentuk
pengaplikasian secara langsung dari teori-teori Ilmu Ukur Tanah II yang telah
diberikan pada perkuliahan mengenai pengukuran situasi, pengukuran bidang
tanah, serta proses pembuatan dan penggambaran peta.
Adapun tujuan dari Praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini adalah:
1. Mengetahui cara melakukan uji alat pada waterpass dan total station.
2. Mengetahui hasil ketelitian penutup yang didapatkan dari pengukuran
waterpass.
3. Mengetahui cara melakukan pengukuran situasi dan detail.
4. Mengetahui cara melakukan penggambaran peta situasi dari data yang
telah diolah.
5. Mengetahui cara pengukuran bidang tanah metode siku-siku,
perpanjangan sisi, pengikatan ke titik detail, dan pengikatan ke titik
sembarang.

2
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
I.4 Ruang Lingkup Praktikum
Materi praktikum Ilmu Ukur Tanah II meliputi pengukuran bidang tanah
metode siku-siku, metode perpanjangan sisi, dan metode pengikatan sembarang,
penggunaan metode poligon, pengukuran beda tinggi menggunakan metode sipat
datar serta pengukuran detail dengan menggunakan metode tachymetri.
Pelaksanaan kegiatan praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Poligon tertutup.
a. Pengaturan alat total station.
b. Pengukuran poligon tertutup.
c. Pengukuran detail situasi baik bangunan, jalan, trotoar, taman atau
lapangan, pohon, tiang listrik, selokan, parkiran dan spotheight.
2. Pengukuran sipat datar.
a. Pengaturan alat waterpass.
b. Pengukuran waterpass tetutup.
c. Pengukuran beda tinggi.
3. Pengukuran bidang tanah.
a. Menggunakan metode siku-siku.
Pada metode ini setiap titik detail diproyeksikan siku-siku terhadap
garis ukur (yang menghubungkan dua titik kerangka dasar), kemudian
diukur jarak-jaraknya.
b. Menggunakan metode perpanjangan sisi.
Cara yang lebih sederhana dengan cara dilakukan menarik garis
lurus(perpanjangan) dari detail-detail sampai memotong garis ukur.
c. Menggunakan metode trilaterasi
Cara trilaterasi sederhana pada prinsipnya mengikatkan titik-titik
detail dari dua titik tetap sehingga bidang tanah dapat digambarkan
dengan baik dan benar.
d. Menggunakan metode pengikatan sembarang.
Menentukan sembarang titik pada garis ukur dengan
mengusahakan agar segitiga-segitiga pada titik tertentu merupakan
segitigasama sisi atau sama kaki.

3
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
4. Perhitungan-perhitungan dari data yang telah didapat dilapangan.
5. Penggambaran di AutoCAD.
I.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II, kelompok II-A melakukan pengukuran
di lokasi Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro,
Tembalang, Semarang.

Gambar I-1 Lokasi Praktikum Teknik Kimia


Universitas Diponegoro
(Earth, 2021)
Praktikum Kelompok II-A di laksanakan pada 26 – 28 April 2021 untuk
total station dan 28-29 April 2021 untuk pengukuran waterpass, serta pengukuran
bidang tanah pada tanggal 24 Mei 2021.
I.6 Sistematikan Pembuatan Laporan
Sistematika penulisan laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini terdiri dari
lima bab, yaitu sebagai berikut,
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang yang mencakup latar belakang
praktikum, maksud dan tujuan praktikum, ruang lingkup praktikum dan
sistematika praktikum.
BAB II DASAR TEORI
Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka yang berkaitan dengan
praktikum Ilmu Ukur Tanah II. Tinjauan pustaka terdiri dari penjelasan mengenai
uji alat yang terdiri dari uji kolimasi dan uji indeks vertikal, pengukuran poligon

4
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
utama, cabang maupun tertutup berupa pengukuran jarak, beda tinggi, koordinat,
pengukuran detail, pengukuran jarak langsung, pemetaan bidang tanah dan juga
penyajian penggambaran poligon utama, detail situasi dan bidang tanah pada
bidang datar.
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pada bab ini berisi tentang persiapan praktikum, prosedur pelaksanaan
persiapan praktikum, data dan alat, diagram alir proses kegiatan pengukuran,
langkah – langkah pengukuran situasi, pengukuran bidang tanah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang hasil data yang diperoleh dari hasil pengukuran
menggunakan alat ukur waterpass dan total station menjelaskan mengenai
analisis penjelasan mengenai hasil data yang didapat dari pengukuran dengan
menggunakan alat waterpass dan total station. Menjelaskan tentang pengolahan
data poligon tertutup, waterpass tertutup, dan situasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapatkan dari pelaksanaan
kegiatan praktikum ini serta saran dalam melakukan praktikum Ilmu Ukur Tanah
II ini.

5
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

BAB II
DASAR TEORI
II.1 Waterpass
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke
acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya. Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar,
perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat
berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass,
terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah
menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca
dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan
cara mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan. Waterpass
memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan
penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya
tanah yang dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat
sensitif terhadap cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi cahaya
matahari. (Basuki S. , 2011)
Pada dasarnya, waterpass ini terbentuk dari gabungan bagian-bagian yang
memiliki fungsi tertentu. Semua bagian tersebut saling mendukung dan
melengkapi peranan dari bagian yang lainnya. Jadi, penting untuk mengetahui
bagian-bagian dari waterpass beserta fungsinya dalam rangka untuk dapat
menggunakannya dengan baik dan benar sesuai kebutuhan dalam pekerjaan.

Gambar II-1 Bagian-bagian Waterpass


(Alif, 2016)

1
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Bagian-bagian Waterpass :
1. Nivo Kotak merupakan bagian waterpass yang dipakai untuk
mengetahui tingkat kedataran pesawat.
2. Cermin membantu mempermudah pembacaan hasil pengukuran nivo
kotak.
3. Visir juga membantu proses pembidikan suatu objek secara kasar
sehingga berlangsung lebih cepat.
4. Lensa Pembacaan Sudut Horisontal memiliki peranan untuk
memperjelas bacaan sudut horisontal dengan membesarkannya.
5. Lensa Okuler mempunyai kegunaan untuk mengamati objek yang
dibidik.
6. Lensa Objektif adalah bagian yang berfungsi menerima objek yang
dibidik.
7. Pelindung Lensa Objektif bermanfaat untuk melindungi lensa objektif
dari pancaran sinar matahari langsung.
8. Sekrup A, B, C ialah komponen waterpass yang bertugas untuk
mengatur tingkat kedataran suatu pesawat pada sumbu I vertikal.
9. Sekrup Pengatur Fokus Teropong berperan untuk mengatur derajat
kejelasan objek yang dibidik.
10. Sekrup Pengatur Sudut berguna untuk mengatur landasan sudut datar.
11. Sekrup Okuler Pengamat Ketajaman Diafragma berfungsi untuk
mengatur tingkat ketajaman benang diafragma atau benang silang.
12. Sekrup Penggerak Halus Aldehide Horisontal berperan untuk
menggerakan pesawat arah horisontal supaya kedudukan benang tepat
pada objek yang dibidik.
13. Klem Aldehide Horisontal merupakan bagian yang bertugas untuk
mengunci perputaran pesawat arah horisontal.
14. Teropong berguna untuk memperjelas objek yang dibidik.
15. Plat Dasar memiliki fungsi sebagai landasan dudukan pesawat.
II.1.1 Referensi Tinggi
Tinggi suatu objek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang
referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Bidang tersebut yaitu

2
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
bidang geoid. Geoid adalah bidang equipotensial yang berimpit dengan
permukaan air laut rata-rata (Mean Sea Level). Bidang equipotensial juga disebut
dengan bidang nivo. Bidang-bidang ini selalu tegak lurus dengan arah gaya berat
di mana saja di permukaan bumi (Basuki, 2011).
Geoid disebut sebagai model bumi yang mendekati sesungguhnya. Lebih
jauh geoid dapat didefinisikan sebagai bidang ekipotensial yang berimpit dengan
permukaan laut pada saat keadaan tenang dan tanpa gangguan, karena itu secara
praktis geoid dianggap berimpit dengan permukaan laut rata-rata (Mean sea
level-MSL). Jarak geoid terhadap ellipsoid disebut Undulasi geoid (N). Nilai dari
undulasi geoid tidak sama di semua tempat. Hal ini disebabkan ketidakseragaman
sebaran densitas massa bumi. Keperluan aplikasi geodesi, geofisika dan
oseanografi membutuhkan geoid dengan ketelitian yang cukup  tinggi. (Admin,
2007)
II.1.2 Beda Tinggi
Jarak bidik optimum alat penyipat datar berkisar antara 40 – 60 cm,
sehingga apabila dua buah titik yang akan diukur beda tingginya cukup dekat dan
relatif datar maka pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa kemungkinan.
Kondisi alat yang didirikan di antara dua buah rambu dinamakan slag yang terdiri
dari bidikan ke rambu muka dan rambu belakang. Selain garis bidik atau benang
tengah (BT), pada umumnya teropong dilengkapi dengan benang stadia yaitu
benang atas (BA) dan benang bawah (BB). Selain untuk pengukuran jarak optis,
pembacaan BA dan BB juga untuk kontrol pembacaan benang tengah (BT). Jarak
antara dua buah titik jika diukur beda tingginya relatif jauh, maka dilakukan
pengukuran berantai atau sipat datar memanjang (differential levelling). (Basuki,
2011)
II.1.3 Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat ukur
waterpass. Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu
yang berdiri vertikal. Beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan
antara bacaan benang tengah belakang dengan benang tengah muka.
Rumus beda tinggi antara dua titik sebagai berikut :
𝐵𝐴+𝐵𝐵
𝐵𝑇 = 2
II-1

3
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
∆ℎ = 𝐵𝑇𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝐵𝑇𝑚𝑢𝑘𝑎
II-2

Keterangan :
BT = bacaan benang tengah
BTbelakang = bacaan benang tengah belakang
BTmuka = bacaan benang tengah muka
Δh = beda tinggi
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini adalah :
1. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang
mempunyai garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.
2. Merencanakan proyek-proyek konstruksi menurut evaluasi terencana.
3. Menghitung volume pekerjaan tanah.
4. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.
5. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara
umum.
II.1.4 Perhitungan Waterpass
Data pengukuran waterpass yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan
beberapa perhitungan, yaitu :
1. Perhitungan benang tengah
𝐵𝐴+𝐵𝐵
𝐵𝑇 = 2
II-3

2. Perhitungan jarak optis


𝐷 = 100 𝑥 (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)
II-4
3. Perhitungan beda tinggi
∆ℎ = 𝐵𝑇𝑏𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑛𝑔 − 𝐵𝑇𝑚𝑢𝑘𝑎
II-5
4. Perhitungan koreksi
𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = − ∑𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
II-6
5. Perhitungan titik tinggi/elevasi

4
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
𝐻 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 + ∆ℎ
II-7
Keterangan :
BA = Benang atas
BT = Benang tengah
BB = Benang bawah
D = Jarak optis
∆h = Beda tinggi
II.2 Total Station
Total Station (TS) adalah alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal
dan vertikal) secara otomatis. Total Station dilengkapi dengan chip memori,
sehingga data pengukuran sudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian
didownload dan diolah. Total station merupakan semacam theodolite yang
terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik atau biasa disebut
sebagai Electronic Distance Meter (EDM) untuk membaca jarak dan kemiringan
dari instrumen ke titik tertentu.
II.2.1 Bagian-bagian Total Station
A. Tampilan
1. Tampilan layar tampilannya berupa LCD dot matrik 4 baris dan
20 karakter berbaris. Tiga baris pertama menampilkan data
ukuran dan baris paling bawah adalah tombol fungsi F1 – F4 yang
berubah sesuai dengan mode pengukuran.
2. Kontras dan penerangan kontras dan penerangan dapat diatur
tingkatannya.
a) Fungsi tombol dan soft key

Gambar II-2 Tampilan tombol total station


(Tanuwidjaja S. , 2018)

5
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar II-3 Fungsi tombol dan soft key


(Tanuwidjaja S. , 2018)
b) Metode pengukuran sudut

Gambar II-4 Metode pengukuran sudut


(Tanuwidjaja S. , 2018)

6
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar II-5 Metode pengukuran sudut


(Tanuwidjaja S. , 2018)
c) Metode pengukuran jarak

Gambar II-6 Metode pengukuran jarak


(Tanuwidjaja S. , 2018)

7
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar II-7 Metode pengukuran jarak


(Tanuwidjaja S. , 2018)
II.2.2 Kemampuan Total Station
1. Dapat mengembangkan pembacaan dari semua data pengukuran  yang
diterima secara digital dengan menggunakan sistem laser dan sistem
prisma.
2. Semua data yang diterima oleh total station akan disimpan di dalam
media eksternal sehingga dapat diintegrasikan ke dalam program
CAD.
3. Hasil yang diberikan oleh alat ukur survei ini sangat akurat meskipun
kita melakukan pengukuran di tempat-tempat  yang berbahaya.
4. Lebih ekonomis, lebih efisien, dan lebih hemat waktu karena
pekerjaan dilakukan secara otomatis.
5. Dapat meminimalkan kesalahan saat proses pengambilan data.
6. Keakuratan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
II.2.3 Pengoperasian Total Station
A. Mengukur sudut horizontal
B C

8
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

A
1. Sentering alat di titik A dan target polygon di titik B &C.
2. Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER.

Gambar II-8 Tampilan Total Station


(Tanuwidjaja S. , 2018)
3. Bidik target B, set 0 bacaan horizontal ( [F1] OSET)

Gambar II-9 Tampilan Total Station


(Tanuwidjaja S. , 2018)
4. Bidik target C, maka sudut horizontal BAC (α) dan vertikal akan
ditampilkan kelayar
B. Menyetting sudut horizontal kanan / kiri(R/L)
1. Tampilan HR di layar berarti :
a) Bacaan horizontal membesar apabila teropong diputar searah
jarumjam
b) Bacaan horizontal mengecil apabila teropong diputar
berlawanan dengan arah jarum jam
2. Tampilan HL di layar berarti :
a) Bacaan horizontal mengecil apabila teropong diputar searah
jarumjam
b) Bacaan horizontal membesar apabila teropong diputar
berlawanan dengan arah jarum jam

9
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar II-10 Tampilan Total Station


(Tanuwidjaja S. , 2018)
Perhatikan bahwa bacaan horizontal HR + HL = 360º
C. Mengukur Jarak

A B

(Tanuwidjaja S. , 2018)
1. Sentering alat di titik A dan target di titikB.
2. Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER.

Gambar II-12 Tampilan Total Station


(Tanuwidjaja S. , 2018)

3. Bidik target B, masuk ke mode pengukuran ( )

Gambar II-13 Tampilan Total Station


(Tanuwidjaja S. , 2018)
4. Untuk mengukur jarak ke target lain, bidik target, takan [F1]
MEAS.

10
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
5. Kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ANG.
II.3 Uji Alat
II.3.1 Uji Kolimasi Waterpass
Sebelum alat Waterpass dapat dipakai untuk pengukuran di lapangan, perlu
dipastikan bahwa garis bidiknya telah sejajar dengan arah nivo. Cara
memastikannya yaitu dengan melakukan uji kolimasi waterpass. Uji kolimasi dari
alat waterpass dilakukan dengan cara melakukan pembacaan benang atas, benang
tengah, dan benang bawah pada patok 1 dan patok 2 dengan menggunakan 2
kondisi.
Kondisi pertama dilakukan dengan cara meletakkan alat diantara dua
patok, sehingga jarak alat ke patok 1 dan 2 adalah sama besar. Sedangkan, untuk
kondisi kedua, jarak antar patok dan alat berbeda, yaitu salah satu patok lebih
panjang daripada patok lainnya. Berdasarkan data pengukuran di lapangan, akan
diperoleh hasil kesalahan garis bidik.
Rumus perhitungan uji kesalahan kolimasi dapat dilihat pada persamaan II-1.
∆ℎ₂−∆ℎ₁
𝑐= (𝐷𝑏₂−𝐷𝑚₂)−(𝐷𝑏₁−𝐷𝑚₁)
II-8

Keterangan:
C = Kesalahan Kolimasi
∆ℎ₂ = Beda Tinggi Kondisi Kedua
∆ℎ₁ = Beda Tinggi Kondisi Pertama
Db₂ = Jarak Belakang Kondisi Kedua
Db₁ = Jarak Belakang Kondisi Pertama
Dm₂ = Jarak Muka Kondisi Kedua
Dm₁ = Jarak Muka Kondisi Pertama
II.3.2 Uji Kolimasi Total Station
Kesalahan Kolimasi adalah kesalahan yang disebabkan oleh garis bidik
yang tidak tegak lurus sumbu II. Uji kolimasi ini berfungsi untuk mengetahui
apakah alat yang kami gunakan benar-benar datar dan tidak ada kesalahan pada
sumbu horizontal. Uji kolimasi pada alat Total Station yang kami lakukan yaitu
dengan cara membidik pada suatu titik lalu mencatat hasil sudut horizontal biasa
dan sudut horizontal luar biasa
Rumus perhitungan uji kolimasi dapat dilihat pada persamaan II-9.

10
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
𝐿𝐵−𝐵−180°
β= 2
II-9

Keterangan:
β = Kesalahan kolimasi
LB = Bacaan sudut horizontal biasa
B = Bacaan sudut horizontal biasa
II.3.3 Uji Kesalahan Indeks Vertikal
Kesalahan Indeks Vertikal adalah kesalahan yang terjadi apabila keadaan
garis bidik teropong benar benar mendatar namun hasil bacaan lingkaran vertical
tidak sama dengan 90 atau 270 derajat. (Basuki, 2011) Uji kesalahan indeks
vertikal dilakukan untuk mengetahui apakah alat yang kami gunakan benar-benar
datar dantidak ada kesalahan pada sumbu vertikal. Uji kesalahan indeks vertikal
pada alat Theodolite yang kami lakukan yaitu dengan cara membidik pada suatu
titik lalu mencatat hasil sudut vertikal biasa dan sudut vertikal luar biasa.
Rumus perhitungan uji kesalahan indeks vertikal dapat dilihat pada persamaan
II-10.
(𝐿𝐵+𝐵)
ρ = 180° − 2

II-10
Keterangan:
ρ = Kesalahan indeks vertikal
LB = Bacaan sudut vertikal luar biasa
B = Bacaan sudut vertikal biasa
II.4 Metode Pengukuran
II.4.1 Poligon Tertutup
Poligon digunakan apabila titik - titik yang akan di cari koordinatnya
terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan
Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka
dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y)
titik - titik pengukuran. Pengukuran polygon sendiri mengandung arti salah satu
metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk
daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan
yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan

11
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
diri dengan keadaan daerah/lapangan. penentuan koordinat titik dengan cara
poligon ini membutuhkan,
1. Koordinat Awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu,
haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik
triangulasi atau titik - titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan
lokasi yang akan dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih
salah satu titik, BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan
tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik - titik lainya.
2. Koordinat Akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri
hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai
sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal
3. Azimuth Awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah
orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya
dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
a) Hasil hitungan dari koordinat titik - titik yang telah diketahui dan
akan dipakai sebagai tititk acuan system koordinatnya.
b) Hasil pengamatan astronomis (matahari).Pada salah satu titik
poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik
yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah
satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar
(azimuth matahari).
4. Data Ukuran Sudut dan Jarak 
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol
perlu diukur di lapangan. Data ukuran tersebut, harus bebas dari kesalahan
sistematis yang terdapat pada alat ukur sedangkan kesalahan sistematis
dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil mungkin bahkan
kalau bisa di tiadakan. (Sibsa, 2012)

12
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Metode-metode yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran


poligon tertutup adalah sebagai berikut
1. Metode Pengukuran Pengikatan ke Muka
Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua
buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik
lain di lapangan tempat berdiri target (rambu ukur, benang, unting -
unting) yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara
kedua titik yang diketahui koordinatnya dinamakan garis absis.Sudut
dalam yang dibentuk absis terhadap target di titik B dinamakan sudut
beta. Sudut beta dan alfa diperofeh dari tapangan. Pada metode ini,
pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk yang
digunakan metoda ini adalah bentuk segi tiga. Akibat dari sudut yang
diukur adalah sudutyang dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi
segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan besar
segitinya. (Sibsa, 2012)
2. Metode Mengikat Kebelakang
Menentukan suatu titik baru dengan jalan mengadakan pengukuran
sudut pada titik yang tidak diketahui koordinatnya kita namakan
penentuan titik dengan cara mengikat ke belakang. Ketentuan yang harus
dipenuhi adalah diperlukan paling sedikit tiga titik pengingat yang sudah
diketahui koordinatnya beserta sudut yang diukur dari titik yang akan
ditentukan koordinat tersebut. Keuntungan metode ini adalah kita hanya
satu kali menempatkan instrumen, yaitu pada titik yang akan kita cari
tersebut.
II.4.2 Situasi Detail
Metode-metode yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran
situasi detil adalah sebagai berikut. (PUSDIKLAT, 2017)
1. Metode Tachimetri
Untuk pengukuran situasi seringkali digunakan cara Tachymetry yaitu
untuk pemetaan luas dengan bentuk-bentuk detail yang tidak beraturan.
Dengan cara ini juga bentuk permukaan tanah dapat dengan mudah

13
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
dipetakan. Jadi yang dimaksud dengan pemetaan situasi atau detail adalah
memetakan semua unsur-unsur yang ada di permukaan tanah pada suatu
area atau luasan tertentu. Unsur-unsur yang dimaksud dapat berupa unsur
alam seperti ketinggian tanah, batas vegetasi, batas sungai maupun unsur
buatan manusia seperti bangunan, saluran air, pagar.
Untuk dapat memetakan dengan cara tachymetry diperlukan alat yang
dapat mengukur arah dan sekaligus jarak seperti pada Theodolit WILD-T0.
Dengan alat tersebut dapat diukur besarnya sudut tegak dan jarak optis
karena pada teropongnya menggunakan benang silang diafragma (BA, BT
dan BB). Dari jarak optis dan sudut tegak dapat dihitung jarak mendatar
dan beda tingginya. Tergantung jaraknya dengan cara diatas titik-titik
detail dapat diukur dari titik kerangka dasar atau titik ikat dan atau dari
titik penolong yang diikatkan ke titik kerangka dasar/titik ikat.
Besaran-besaran yang diukur adalah arah utara peta (dapat juga dengan
bantuan kompas), jarak (optis) dan sudut tegak.

Gambar II-14 Pengukuran titik-titik situasi


(PUSDIKLAT, 2017)
Pada Gambar II-14 terdapat bangunan yang mempunyai pojok-pojok
bangunan dari titik a sampai h yang disebut titik-titik situasi (untuk unsur
buatan). Titik 1, 2 dan 3 merupakan titik kerangka dasar atau titik ikat
yang berfungsi sebagai stasion penempatan alat ukur. Tujuan dari
pengukuran situasi seperti pada contoh gambar diatas adalah untuk
memetakan semua titik-titik pojok bangunan. Selain titik-titik pojok
bangunan tidak menutup kemungkinan bahwa ketinggian titik-titik tanah
disekitar bangunan juga harus diukur (unsur alam) sehingga dapat
digambarkan garis kontur untuk memperoleh bentuk permukaan tanah di
sekitar bangunan tersebut.

14
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Jarak antara dua titik di lapangan dapat diukur secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung digunakan pita atau rantai ukur,
sedangkan secara tidak langsung digunakan cara pengukuran optis yaitu
dengan menggunakan bantuan benang silang diafragma pada theodolit
dengan rumus(PUSDIKLAT, 2017):
𝐷 = 100(𝐵𝐴 − 𝐵)𝑆𝑖𝑛 II-11
Dimana dalam hal ini D merupakan jarak optis antara dua buah titik.
Apabila garis bidik kedudukannya miring dengan sudut miring m, maka
jarak optis dalam hal inimerupakan jarak optis sepanjang garis bidik yang
miring. Untuk menghitung jarak miring Dm, maka rumus II-12 menjadi
(PUSDIKLAT, 2017).
𝐷𝑚 = 100 (𝐵𝐴 – 𝐵𝐵) 𝐶𝑜𝑠 𝑚 II-12
Dengan melakukan berbagai penurunan matematis dapat dihitung jarak
mendatar (S) antara dua buah titik yaitu dengan menggunakan rumus:
𝑆 = 100 (𝐵𝐴 – 𝐵𝐵) 𝐶𝑜𝑠 2𝑚 II-13
Sementara itu rumus untuk penghitung beda tinggi dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus:
100
∆ℎ = 2
𝐵𝐴 − 𝐵𝐵 sin 𝑠𝑖𝑛 2𝑚 + 𝑇𝐴 − 𝐵𝑇

II-14
Keterangan :
TA = tinggi alat
BT = bacaan benang tengah
Dm = jarak miring
D = jarak optis
2. Pemetaan Secara Otomatis
Saat ini telah banyak teodolit elektronik yang digabung atau
dikombinasi dengan alat PJE dan pencatat data (kolektor) elektronik
menjadi alat Takheometer Elektronik (ATE), yang dikenal dengan sebutan
total station. Alat ini dapat membaca dan mencatat sudut horizontal dan
vertikal bersama-sama dengan jarak miringnya. Bahkan alat ini juga
dilengkapi dengan mikroprosesor, sehingga dapat melakukan
macam-macam operasi perhitungan matematis seperti merata-rata hasil

15
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
sudut ukuran dan jarak-jarak ukuran, menghitung koordinat (x, y, z)
menentukan ketinggian obyek dari jauh, menghitung jarak antara
obyek-obyek yang diamati, koreksi atmosfer dan koreksi alat, dan
lain-lain.
Total station dapat digunkan oleh para surveyor untuk menentukan
jarak miring, jarak datar dan sudut vertikal obyek. Dengan menekan sebuah
tombol saja, nomor titik dan identitas obyek dapat dicatat. Dengan demikian
recorder surveyor membuat sket dari detil-detil dan lokasinya.
a. Prosedur Pemetaan Topografi Dengan Total Station
● Masukkan data awal (initial data entry)
● Mempelajari keterangan detil/obyek
● Masukan data titik stasiun
● Data masukan dari titik detil
b. Transfer Data dan Prosesing Data
c. Pembuatan Sketsa Grafis Lapangan
II.5 Kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan lokasi-lokasi berbeda
yang berada pada ketinggian yang sama. Dua lokasi yang dihubungkan oleh garis
kontur sama artinya kedua lokasi tersebut memiliki ketinggian yang sama. Garis
kontur umumnya digunakan pada peta topografi yang merupakan peta khusus
untuk menyajikan informasi mengenai ketinggian dan bentuk rupa bumi.
Peta batimetri mengganti garis ini dengan garis isobath, yaitu garis yang
menunjukkan lokasi-lokasi dengan kedalaman yang sama. (Hakim, 2019)
Tujuan kontur/pemetaan fotogrametri adalah untuk menuangkan data-data
ukuran yang diperoleh dilapangan kedalam bidang datar dengan skala tertentu.
Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan relief atau variasi tinggi
rendahnya suatu daerah atau lokasi yang diukur yaitu dengan cara penyajian
garis-garis ketinggian (garis kontur). Untuk membuat garis-garis ketinggian
dengan benar dan teliti, maka harus diketahui data-data ketinggian titik-titik yang
cukup banyak dari lokasi atau daerah yang dipetakan.
Dalam membaca dan menggambarkan garis kontur, terdapat beberapa
peraturan umum yang harus ditaati (Waugh, 2002). Peraturan tersebut adalah :

16
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
1. Semakin dekat jarak antar garis, semakin terjal daerah tersebut.
2. Semakin jauh jarak antar garis, semakin landai daerah tersebut.
3. Garis kontur tidak pernah memotong garis kontur lainnya, namun
selalu menutup.
4. Garis kontur jika memotong sungai, akan berbentuk V terbalik dengan
arah ke hulu sungai.
5. Garis kontur jika memotong jalan, akan selalu berbentuk U ke arah
lokasi yang lebih rendah.
6. Garis kontur selalu menunjukkan ketinggian yang sama.
7. Garis kontur tidak terlihat jika memotong bangunan.
8. Garis kontur yang disajikan dalam suatu peta selalu disesuaikan
dengan skala peta tersebut.
II.5.1 Interval Kontur dan Indeks Kontur
Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan.
Jadi juga merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Pada
suatu peta topografi interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala
peta. Semakin besar skala peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan,
interval kontur semakin kecil.
Indeks kontur adalah garis kontur yang dicetak besar dalam peta, yang
merupakan kelipatan sepuluh dari interval kontur, tetapi tidak selalu demikian,
kadang-kadang merupakan kelipatan lima, dalam peta baris ini diberi angka
ketinggian.
II.5.2 Sifat Garis Kontur
Beberapa sifat garis ketinggian/kontur yang perlu diketahui antara lain :
a) Selalu merupakan garis/lengkung yang tertutup
b) Tidak akan pernah berpotongan dan tidak bercabang
c) Untuk gambaran daerah yang terjal, jarak antar kontur cendrung
semakin rapat
d) Untuk gambaran daerah yang landai, jarak antar kontur cenderung
semakin renggang
e) Perpotongan garis kontur dengan jalan raya akan cenderung cembung
ke arah bagian yang lebih rendah/jalan yang menurun

17
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
f) Perpotongan garis kontur dengan sungai, saluran, parit dan cembung
kearah hulu sungai
g) Garis kontur yang menggunakan tanjung/ semenanjung akan berbentuk
kearah laut.
h) Garis kontur yang menggambarkan bukit akan berbentuk cembung ke
arah rendahnya bukit/ lereng yang menurun.
II.6 Pengukuran Bidang
Pengukuran bidang tanah merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam
pendaftaran tanah. Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan dengan metode
terestrial, fotogrametris, penginderaan jauh, dan metode lainnya. Seiring
berkembangnya zaman, kegiatan pengukuran bidang tanah dapat dilakukan
dengan metode ekstraterestrial menggunakan receiver GPS yang mempunyai
ketelitian tinggi dengan waktu relatif singkat. (Sasmito, 2017)
II.6.1 Pemetaan Bidang Tanah
Pemetaan bidang tanah adalah proses pemastian dan penggambaran letak,
batas, dan luas satu atau beberapa bidang tanah dengan menggunakan metode dan
alat tertentu. Tujuan dari pemetaan bidang tanah adalah untuk menghasilkan
sebuah peta bidang tanah yang di dalamnya memuat informasi mengenai letak,
batas, dan luas suatu bidang tanah. Selain itu, peta bidang tanah berfungsi sebagai
penyedia data fisik dalam proses pembuatan sertifikat tanah. (Andayani, 2011)
II.6.2 Pembuatan Kerangka Peta
Pemetaan memerlukan adanya kerangka peta, yaitu terdiri dari titik-titik
pasti di permukaan bumi yang tertentu didalam hubungan horizontal
koordinat-koordinatnya (X,Y) dan hubungan vertikal yang menunjukkan
ketinggian (Z). Peta yang digunakan sebagai perencanaan harus baik dan benar
yang berarti pemberian informasi dari peta harus sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya dari permukaan bumi. (Makmur, 2018)
Peta disajikan dalam bidang datar sehingga posisi titik-titik yang dimuat di
dalam peta dinyatakan dengan kordinat-koordinat pada bidang datar pula.
Penentuan koordinatnya dilakukan dengan mengadakan pengukuran jarak dan
arah jurusan, yaitu secara triangulasi, trilaterasi, poligon dan triangulaterasi.

18
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Titik-titik dinyatakan dalam sistem koordinat (X,Y) dan (Z) untuk ketinggian dari
permukaan laut rata-rata.

II.6.3 Metode
Metode pengikatan atau pengukuran detail pada pemetaan planimetris
inidikenal dengan metode Offset, yang secara besar dapat dibagi menjadi dua
cara,yaitu:
A. Metode Siku-Siku
Pada metode ini setiap titik detail a, b, c, d diproyeksikan siku-siku
atau tegak lurus ke garis ukur AB, dengan bantuan cermin sudut atau
prismasudut. Kemudian diukur langsung jarak-jarak titik detail tersebut
dari garis ukur,yaitu aa’, bb’, cc’ dan dd’, serta jarak titik-titik proyeksi
dari titik sudut pada garis ukur yang bersangkutan yaitu Aa’,Ab’,Ac’ dan
Ad’. Dengan demikian maka posisi titik a,b,c, dan dapat ditentukan atau
digambar .

Gambar II-15 Metode Siku-Siku


(Basuki, 2011)
B. Metode mengikat atau interpolasi
Berbeda dengan metode penyikuan, pada metode ini titik-titik detail
diikat dengan dua garis lurus pada garis ukur. Metode ini terdiri dari:
1. Cara mengikat pada titik sembarang
Misal yang akan diikat detail P,Q,R pada garis AB. Pilih 2 titik
sembarang pada garis AB yang bisa mengamat ke titik P, demikian

19
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
pula untuk mengikat Q dan R. Misal titik-titik tersebut adalah P1, P2,
Q1, Q2,R1, R2. Usahakan agar bentuk-bentuk segitiga P1PP2,
Q1QQ2, R1RR2 mendekati bentuk segitiga sama sisi atau sama kaki.
Ukur jarak jarak AP1, AP2, AQ1, AQ2, AR1, AR2, PP1, PP2, QQ1,
QQ2, RR1, RR2, sehingga posisi PQR dapat direkonstruksi posisinya.
Sebagai kontrol dapat pula diukur jarak sisi-sisi dari detail tersebut,
misal jarak-jarak PQ, QR, dan yang lain.

Gambar II-16 Cara Mengikat Pada Titik Sembarang


(Basuki, 2011)
2. Cara perpanjangan sisi
Cara ini digunakan khususnya untuk detail-detail yang dibatasi
oleh garis-garis lurus, seperti batas tanah atau persil, dan sisi
bangunan.. Perpanjangan sisi dapat dilakukan kesebuah garis ukur
atau lebih, tergantung dari bentuk dan posisi detail terhadap garis
ukur.

20
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
(Basuki, 2011)
Pada Gambar II-17 sisi ad dan bc diperpanjang sehingga memotong
garisukur AB dan BC, masing-masing di d’,c’dan a’,b’. Ukur
jarak-jarak : aa’, bb’, cc’, dd’ dan Ac’, Ad’, Ba’, Bb’. Dari ukuran
jarak-jarak tersebut maka posisi titik a,b,c,d dapat digambarkan.
3. Cara trilaterasi sederhana
Cara ini pada prinsipnya adalah pengikatan titik detail pada dua
buah titik tetap atau titik kerangka pemetaan, sehingga posisi titik detail
dapat digambarkan dengan prinsip pemotongan kemuka secara grafis.
Pada Gambar II.9 titik-titik detail a, b, c, d masing-masing diikatkan
pada dua titik tetap yaitu: A dan B, sehingga jarak-jarak yang perlu
diukur adalah Aa, Ab, Ac, Ad serta Ba, Bb, Bc, dan Bd. Dari data
tersebut maka ke empat titik tersebut dapat ditentukan posisi relatifnya
terhadap garis AB.

(Basuki, 2011)

21
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

BAB III
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
III.1 Persiapan
Tahap awal dalam pelaksanaan praktikum Ilmu Ukur Tanah II adalah
persiapan, seperti melakukan technical meeting (TM) dengan asisten
labroratorium yang bertujuan untuk memahami sistematis pelaksanaan praktikum
dan Standar Operasional Prosedur (SOP) selama praktikum. Selain itu survei
lapangan atau survei lokasi adalah tahap awal lain yang sangat penting dalam
merencanakan suatu pengukuran yang dilakukan beberapa hari sebelum
praktikum, dimana di survei lokasi dapat membantu mengetahui letak keadaan
tanah dan keadaan lingkungan tempat yang akan dilakukan pengukuran. Dengan
survei lokasi dapat membantu membuat perencanaan semaksimal mungkin serta
membuat sketsa poligon untuk memudahkan oengukuran, sehingga proses
pengukuran dapat berjalan dengan lancar.
Kelompok II-A mendapat wilayah praktikum di Teknik Kimia Universitas
Diponegoro. Luas area pengukuran situasi adalah minimum 3500 m2 dan tidak
melebihi 6000 m2. Total luas daerah yang kami ukur adalah 3.618 m2 yang artinya
memenuhi ketentuan luas yang sudah ditentukan.
III.2 Alat Dan Bahan
Dalam Pelaksanaan pemetaaan suatu wilayah diperlukan beberapa alat ukur.
Alat ukur tersebut berfungsi untuk memudahkan surveyor dalam memetakan
suatu wilayah. Berikut beberapa alat ukur yang digunakan Kelompok II-A ketika
melaksanakan praktikum Ilmu Ukur Tanah II.

1
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
III.2.1 Pengukuran dengan Waterpass
Alat dan bahan yang kami gunakan untuk melakukan pengukuran
Waterpass tertutup adalah sebagai berikut:
1. Waterpass

Gambar III-1 Waterpass No. 05


(Kelompok II-A, 2021)
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah II, kami menggunakan Waterpass
untuk melakukan pengukuran poligon tertutup. Waterpass yang kami
gunakan bermerek Topcon X 23885 dengan nomor 05. Waterpass
sendiri merupakan suatu alat ukur tanah yang digunakan untuk
mengukur beda tinggi.

2
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
2. Tripod / Statif / Kaki Tiga

Gambar III-2 Tripod


(Kelompok II-A, 2021)
Tripod digunakan sebagai alat penyangga Waterpass yang dilengkapi
dengan tiga kakinya yang runcing agar dapat masuk kedalam tanah.
Ketiga kakinya tersebut dapat diatur tinggi rendahnya sesuai yang
dikehendaki.
3. Rambu Ukur

Gambar III-3 Rambu Ukur


(Kelompok VII-A, 2021)
Rambu ukur digunakan untuk pembacaan data saat pengukuran. Pada
bagian depan dan belakang rambu ukur terdapat skala pembacaan,
yaitu bagian depan dilengkapi dengan ukuran skala desimeter dan
bagian belakangnya dengan skala centimeter dan milimeter.

3
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Umumnya, rambu ukur memiliki tiga varian panjang, yaitu yang
memiliki panjang 3 meter, 5 meter, dan 7 meter. Dalam
penggunaannya, kedudukan rambu ukur harus benar-benar tegak yang
dapat diketahui dengan melihat nivo yang dipasang pada rambu.
4. Nivo

Gambar III-4 Nivo


(Kelompok II-A, 2021)
Nivo merupakan sebuah benda dari suatu tabung kaca yang pada
bagian tengahnya terdapat gelembung nivo. Nivo berguna untuk
menunjukkan kedataran suatu alat ukur. Nivo yang terpisah seperti
pada gambar III-4 di atas, kami letakkan pada rambu ukur dan
berfungsi untuk mengecek kedataran dari rambu tersebut.
5. Pita Ukur

Gambar III-5 Pita Ukur


(Kelompok II-A, 2021)
Pita ukur pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II kami gunakan untuk
menentukan jarak antar patok. Satuan yang ada pada pita ukur yaitu

4
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
meter, centimeter, dan inci. Umumnya, pita ukur memiliki panjang 50
meter dan 100 meter.

6. Meteran

Gambar III-6 Meteran


(Kelompok II-A, 2021)
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II kami menggunakan meteran
yang berfungsi untuk mengukur tinggi alat saat pelaksanaan
praktikum.
7. Tip-Ex dan Paku Payung

Gambar III-7 Tip-Ex dan Paku Payung


(Kelompok II-A)
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II, kami menggunakan Tip-Ex dan
Paku Payung untuk menandai patok yang kami buat di sepanjang rute
pengukuran.
8. Payung

5
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-8 Payung


(Kelompok II-A, 2021)
Payung dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah II kami gunakan untuk
menutupi alat dari sinar matahari langsung yang dapat mempengaruhi
tingkat akurasi bubble pada nivo. Jika tingkat akurasi pada nivo
menurun, maka akan berpengaruh terhadap kedataran alat ukur yang
dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
9. Alat Tulis dan Lembar Topo

Gambar III-9 Alat Tulis dan Lembar Topo 01 dan 02


(Kelompok II-A, 2021)
Alat Tulis dan Lembar topo berfungsi untuk menuliskan hasil
pengukuran dan perhitungan pada bacaan alat Waterpass. Lembar topo
yang kami gunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah II dengan
metode pengukuran Waterpass dalah Topo 01 untuk pengukuran
Waterpass dan Topo 02 untuk hitungan Waterpass.
10. Kalkulator

6
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-10 Kalkulator


(Kelompok II-A, 2021)

Dalam Praktikum Ilmu Ukur Tanah II, Penggunaan kalkulator


dimaksudkan untuk mengecek hasil bacaan benang atas, benang
bawah san benang tengah sudah benar atau tidak.
III.2.2 Pengukuran dengan Total Station
Alat dan bahan yang kami gunakan untuk melakukan pengukuran Detail
dan Situasi adalah sebagai berikut:
1. Total Station

Gambar III-11 Total Station No. 04


(Kelompok II-A, 2021)

7
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Total Station adalah instrumen optis atau elektronik yang digunakan
dalam pemetaan dan konstruksi bangunan. Total Station merupakan
teodolit terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik atau
electronic distance meter (EDM) untuk membaca jarak dan
kemiringan dari instrumen ke titik tertentu dan, fitur lain yang terdapat
di Total Station adalah record yang berguna merekam hasil
pengukuran. Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah II, kami
menggunakan Total Station untuk melakukan pengukuran Detail dan
situasi, dan Total Station yang kami gunakan bernomor 04.

2. Tripod / Statif / Kaki Tiga

Gambar III-12 Tripod


(Kelompok II-A, 2021)
Tripod digunakan sebagai alat penyangga Total Station yang
dilengkapi dengan tiga kakinya yang runcing agar dapat masuk
kedalam tanah. Ketiga kakinya tersebut dapat diatur tinggi rendahnya
sesuai yang kita kehendaki.
3. Yallon atau Jalon

8
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-13 Yallon atau Jalon


(Kelompok II-A,2021)
Yallon atau Jalon adalah tiang atau tongkat yang akan ditegakkan pada
kedua ujung jarak yang diukur. Jalon sangat berperan dalam
pengukuran jarak langsung untuk menentukan pelurusan, biasanya
jalon terbuat dari pipa besi berpenampang bulat berwarna merah putih
terlihat mencolok dengan selang seling merah putih sekitar 25 -50 cm.
4. Prisma

Gambar III-14 Prisma


(Kelompok II-A, 2021)
Prisma ialah suatu target bidikan yang terbuat dari kaca cekung yang
mempunyai tanda bidik berupa garis silang dengan guna memantulkan
laser dari alat total station dalam pengambilan data.
5. Tribrach

9
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-15 Tribo


(Kelompok II-A, 2021)
Tribrach atau Kiap Atas adalah badan alat ukur yang menunjang seluruh
bagian yang lain sebagai landasan utama tempat berdirinya prisma.
Disamping itu juga sebagai pemikul bagian atas badan pesawat.

6. Pita Ukur

Gambar III-16 Pita Ukur


(Kelompok II-A, 2021)
Pita ukur pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II kami gunakan untuk
menentukan jarak antar patok. Satuan yang ada pada pita ukur yaitu
meter, centimeter, dan inci. Umumnya, pita ukur memiliki panjang 50
meter dan 100 meter.
7. Meteran

10
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-17 Meteran


(Kelompok II-A, 2021)
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II kami menggunakan meteran yang
berfungsi untuk mengukur tinggi alat saat pelaksanaan praktikum.
8. Tip-Ex dan Paku Payung

Gambar III-18 Tip-Ex dan Paku Payung


(Kelompok II-A)
Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II, kami menggunakan Tip-Ex dan
Paku Payung untuk menandai patok yang kami buat di sepanjang rute
pengukuran.
9. Payung

Gambar III-19 Payung


(Kelompok II-A, 2021)

11
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Payung dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah II kami gunakan untuk
menutupi alat dari sinar matahari langsung yang dapat mempengaruhi
tingkat akurasi bubble pada nivo. Jika tingkat akurasi pada nivo
menurun, maka akan berpengaruh terhadap kedataran alat ukur yang
dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
10. Alat Tulis dan Lembar Sketsa

Gambar III-20 Alat Tulis dan Lembar Sketsa


(Kelompok II-A, 2021)
Alat Tulis dan Lembar sketsa berfungsi untuk menggambarkan lokasi
yang akan diukur untuk mempermudah dalam kegiatan pengukuran.
Pada pengukuran Total Station di praktikum Ilmu Ukur Tanah II,
lembar Sketsa berisikan gambaran rancangan pengukuran seoerti
Poligon, serta titik detail bangunan dan unsur lainnya seperti pohon,
jalan, selokan dan lainnya.
III.2.3 Pengukuran Bidang Tanah
Pemetaan bidang tanah adalah pemetaan suatu daerah yang relatif sempit
hanya beberapa ratus sampai beberapa ribu meter persegi, menggunakan alat ukur
jarak ukur langsung (pita ukur) dengan mengabaikan unsur ketinggian (Nuraini,
2014). Alat dan bahan yang kami gunakan untuk melakukan pengukuran Bidang
tanah adalah sebagai berikut:
1. Pita Ukur

12
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-21 Pita Ukur


(Kelompok II-A, 2021)
Pita ukur pada praktikum Ilmu Ukur Tanah II dalam pengukuran
Bidang Tanah kami gunakan untuk mengukur jarak dari BM ke
titik-titik bidang untuk menentukan jarak. Satuan yang ada pada pita
ukur yaitu meter, centimeter, dan inci. Umumnya, pita ukur memiliki
panjang 50 meter dan 100 meter.
2. Penggaris Siku-siku

Gambar III-22 Penggaris siku-siku


(Kelompok II-A, 2021)
Penggaris siku-siku merupakan salah satu yang sering dipakai dalam
dasar pekerjaan dan penguran yang berhubungan dalam kesikuan dan
alat tercepat dan termudah untuk menandai setiap sudut hingga 45
derajat dan 90 derajat.
3. Kertas HVS

13
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-23 Kertas HVS


(Kelompok II-A, 2021)
Pada Praktikum Ilmu Ukur Tanah II untuk Bidang tanah, kertas HVS
digunakan untuk menggambar sketsa bidang pengukuran yang terdiri
dari empat metode yaitu metode siku-siku, perpanjangan sisi,
trilaterasi, dan mengikat pada titik sembarang serta digunakan untuk
mencatat hasil pengukuran bidang tanah yang diperoleh.
4. Alat Tulis dan Tip-Ex

Gambar III-24 Pensil dan Tip-Ex


(Kelompok II-A, 2021)
Dalam pengukuran Bidang Tanah di praktikum Ilmu Ukur Tanah II
ini, Alat tulis digunakan untuk menggambar sketsa dan mencatat hasil
pengukuran pada bidang tanah. Sedangkan Tip-ex digunakan untuk
menandai titik pengukuran pada bidang tanah.

5. Selotip Hitam

14
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar III-25 Selotip Hitam


(Kelompok II-A, 2021)
Pada pengukuran Bidang Tanah, Selotip hilam digunakan untuk
menempelkan pita ukur dengan bidang tanah agar tidak bergeser dan
hasil pengukuran yang didapat tepat, akurasi dan tidak melenceng.

15
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
III.3 Diagram Alir
III.3.1 Diagram Alir Praktikum

III.3.2

16
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
III.3.3 Diagram Alir Pengukuran
Diagram Alir Pengukuran Waterpass

17
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Diagram Alir Pengukuran Total Station

18
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Diagram Alir Pengukuran Bidang Tanah

19
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
III.3.4 Diagram Alir Pengolahan

III.4 Metode Pengukuran


III.4.1 Pengukuran Poligon
1. Membuat sketsa Lokasi yang akan diukur
2. Setelah selesai membuat sketsa lokasi, tentukan jarak antar patok
poligon dan tandai menggunakan tip-ex atau paku.

20
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
3. Kemudia lakukan pengukuran poligon dengan total sation dengan
metode tachimetry.
4. Memasang dan mengatur alat Total Station di atas patok BM yang
mempunyai data koordinat dan elevasi (X,Y, dan Z) misalnya pada
titik poligon utama yaitu BM 30.
5. Mendirikan dan centering Prisma di atas BM 31 yang akan digunakan
sebagai BM ekor.
6. Membidik terlebih dahulu ke titik backsight, arahkan total station ke
BM 31 dan bidik prisma yang telah di centering di BM 31 sebagai
backsight.
7. Selanjutnya setelah backsight di BM 31, lakukan forsight ke patok
poligon P1 yang telah ditentukan sebelumnya.
8. Lakukan pembidikan dengan cara menembak prisma yang telah
ditegakan diatas trippod pada patok P1.
9. Kemudian setelah membidik P1, pindahkan alat dari BM 30, menuju
patok poligon P1.
10. Kemudian lakukan hal yang sama yaitu backsight di BM 30, dan
foresight di P2.
11. Pengukuran dilakukan dengan cara yang sama hingga patok terakhir.
III.4.2 Pengukuran Situasi Detail
Prosedur pelaksanaan dalam pengukuran situasi detail adalah sebagai
berikut:
1. Membuat sketsa Lokasi yang akan diukur
2. Setelah selesai membuat sketsa lokasi, tentukan titik detail dan situasi
yang akan dilakukan pengukuran.
3. Kemudia lakukan pengukuran situasi detail dengan metode
tachimetry.
4. Memasang dan mengatur alat Total Station di atas patok BM yang
mempunyai data koordinat dan elevasi (X,Y, dan Z) misalnya pada
titik poligon utama yaitu BM 30.
5. Mendirikan dan centering Prisma di atas BM 31, yang digunakan
sebagai BM ekor.

21
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
6. Membidik terlebih dahulu ke titik backsight, arahkan total station ke
BM 31 dan bidik prisma yang telah di centering di BM 31 sebagai
backsight.
7. Selanjutnya setelah backsight di BM 31, lakukan forsight ke patok
poligon P1 yang telah ditentukan sebelumnya.
8. Selanjutnya lakukan pengukuran detail dan situasi ke semua titik
detail yang ada dalam sketsa lokasi dengan cara menembak prisma
yang telah ditegakkan dengan yallon atau Jalon di titik detail misalnya
pohon, tiang, jalan dan bidik prisma tepat di lingkaran.
9. Kemudian setelah membidik titik situasi detail, pindahkan alat ke
patok poligon selanjutnya.
10. Pengukuran situasi detail berikutnya dilakukan dengan cara yang
sama.
III.4.3 Pengukuran Bidang Tanah
Pengukuran Bidang tanah ditujukan untuk mengetahui luas suatu lahan
tanah yang sudah dibagi dalam bidang-bidang. Prosedur Pelaksanaan dalam
pengukuran bidang tanah metode offset adalah:
A. Metode Trilaterasi

Gambar III-26 Pengukuran Metode Trilaterasi


(Kelompok II-A, 2021)
1. Pengukuran batas atau tiap detail patok bidang diukur melalui
patok atau detail terdekat yang sudah diketahui posisinya.
2. Memasang patok dari bidang yang hendak diukur membentuk
segi empat
3. Menarik pita ukur sejauh 5 meter antar patoknya.

22
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
4. Mengikat bidang dengan minimal dua Benchmark (BM) yang
berbeda.
5. Menarik pita ukur dari Benchmark (BM) ke bidang menggunakan
pita ukur.
6. Tiap bidang diukur sisi miring atau diagonalnya menggunakan
pita ukur.
7. Menarik pita ukur dari dua titik BM yang diacu, ke tiap patok
bidang terdekat yang hendak diukur.
B. Metode Titik Sembarang

Gambar III-27 Pengukuran Metode Titik Sembarang


(Kelompok II-A, 2021)
1. Mengikat bidang dengan minimal dua titik acuan yang berbeda
dan terletak segaris diantara dua BM.
2. Menarik pita ukur dari titik acu ke bidang menggunakan pita
ukur.
3. Menarik pita ukur dari dua titik yang diacu, ke tiap patok bidang
terdekat yang hendak diukur.
C. Metode Siku-Siku

23
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Gambar III-28 Pengukuran Metode Siku-siku
(Kelompok II-A, 2021)
1. Mengikat bidang dengan salah satu Benchmark.
2. Menarik pita ukur dari titik BM sampai segaris dengan patok
bidang tanah yang pertama kali dicapai
3. Menarik pita ukur dari titik yang segaris dengan patok yang
pertama kali dicapai sehingga membentuk sudut 90º terhadap pita
ukur dari titik BM
4. Menarik pita ukur dari titik yang segaris ke tiap patok bidang
terdekat yang hendak diukur
D. Metode Perpanjangan Sisi

Gambar III-29 Pengukuran Metode Perpanjangan Sisi


(Kelompok II-A, 2021)
1. Mengikat bidang dengan salah satu Benchmark.
2. Menarik pita ukur dari titik BM sampai segaris dengan patok
bidang tanah yang pertama kali dicapai.
3. Menarik pita ukur dari titik yang segaris dengan patok yang
pertama kali dicapai.
4. Menarik pita ukur dari titik yang segaris ke tiap patok bidang
terdekat yang hendak diukur

24
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Uji Garis Bidik
Uji garis bidik dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak kesalahan garis
bidik ysng tidak sejajar dengan garis arah nivo pada alat yang akan digunakan.
Pada pengukuran yang telah Kelompok II-A lakukan, mendapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel IV-1 Hasil Uji Garis Bidik
 
Belakang (b) Muka(m)
Kondis BA BB BT BA BB BT
i1 1,442 1,362 1,402 1,448 1,368 1,408
           
Belakang (b) Muka (m)
Kondis BA BB BT BA BB BT
i2 1,560 1,320 1,440 1,472 1,396 1,434
           
IV.1.2 Uji Kolimasi
Uji kolimasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesalahan kolimasi
pada alat yang akan digunakan. Pada pengukuran yang telah Kelompok II-A
lakukan,
didapatkan data sebagai berikut:
Titi Bacaan Arah Horizontal Bacaan Arah Horizontal Kesalaha
k Luar Biasa Biasa n
   ° ‘  ‘’ °   ‘ ‘’ “ 
1 359 8 18 179 8 22 -2 

1
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Tabel IV-2 Hasil Uji Kolimasi
IV.1.3 Uji Indeks Vertikal
Uji kesalahan indeks vertikal dilakukan untuk mengetahui apakah garis
bidik teropong betul-betul mendatar atau tidak. Pada pengukuran yang telah
Kelompok II-A lakukan, didapatkan data sebagai berikut:

Tabel IV-3 Hasil Uji Indeks Vertikal


Titi Bacaan Arah Vertikal Bacaan Arah Vertikal Kesalaha
k Biasa Luar Biasa n
   ° ‘  ‘’ °   ‘ ‘’  “
1 89 51 5 270 9 4 -4.5 
IV.1.4 Pengukuran Waterpass
Pengukuran waterpass tertutup dilakukan dengan metode pulang pergi.
Dari pengukuran waterpass didapat bacaan BA, BT, BB yang dapat digunakan
untuk menentukan beda tinggi titik tiap patok / titik. Beda tinggi tersebut dicari
untuk mendapatkan elevasi dari tiap titik.
No Titik Beda Tinggi Tinggi No
Dari Ke Pergi Pulang Rata-rata Koreksi Definitif titik Titik

              BM
201.726
30
GD
P1 1.071 -1.072 1.072 0.00015 1.072
30
202.798 P1
P1 P2 2.353 -2.355 2.354 0.00015 2.354
205.152 P2
P2 P3 2.026 -2.025 2.026 0.00015 2.026
207.177 P3

P3 P4 0.121 -0.121 0.121 0.00015 0.121

-1.74 207.299 P4
P4 P5 1.745 -1.745 0.00015 -1.744
4

2
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

205.554 P5

-1.07
P5 P6 1.079 -1.079 0.00015 -1.079
9
204.475 P6
-0.80
P6 P7 0.800 -0.800 0.00015 -0.800
0
203.676 P7
P7 -0.46
P8 0.464 -0.463 0.00015 -0.463
2
203.213 P8
-1.41
P8 P9 1.415 -1.415 0.00015 -1.414
4
201.798 P9
GD -0.07
P9 0.072 -0.073 0.00015 -0.072
30 3 BM
201.726
30
             

-0.00    
JUMLAH 0.002 -0.0015 0.0015 0.000
1
Toler
= 0.0058    
a
SalahPenutu      
=    
p 0.0015
Jumlah Jarak = 239.4 0.2394  
Tabel IV-4 Hasil Pengukuran Waterpass
IV.1.5 Pengukuran Poligon
Dari pengukuran total station dengan metode poligon tertutup, diperoleh data
sudut yang kemudian diolah sehingga menghasilkan koordinat-koordinat dari
wilayah pengukuran. Berikut adalah data hasil dari pengukuran total station
dengan metode poligon tertutup:
Tabel IV-5 Hasil Pengukuran Poligon

Koordinat No.
Titik

3
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
X (meter) Y (meter)
438295.006 9220362.533 BM 11

438279.347 9220282.049 BM 16

438260.116 9220287.542 P1

438252.325 9220305.953 P2

438235.680 9220335.476 P3

438243.282 9220362.312 P4

438258.665 9220358.331 P5

438277.619 9220357.012 P6

438303.064 9220355.488 P7

438296.085 9220332.631 P8

438289.354 9220309.596 P9

438279.347 9220282.049 BM16

4
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Tabel IV-6 Hasil Pengukuran Poligon

Jarak D Cos Koordinat


No. Sudut Ukuran Kβ Sudut Terkoreksi Azimuth D Sin α KΔx KΔy No.
(D) α
Titik X (meter) Y (meter) Titik
° ¢ ² ² ° ¢ ² ° ¢ ² m m m m m

                9220362.53 BM
BM 11               438295.006
3 11
19 35.7
0          
5 41.0 1 9 9220282.04 BM
BM 16 274 41 - 274 55 438279.347
5 0 9 16
5 0.00 5.4919 0.00
285 16.79 20 -19.231
6
0.00 29.2 0 4 1 9220287.54
P1 231 7 26 231 7 438260.116 P1
1 0 2
0.00 18.409 0.00
337 3 45.99 19.99 -7.791
3 0.00 12.2 0 4 1 9220305.95
P2 173 9 173 31 438252.325 P2
1 1 0 3
3 0.00 29.520 0.00
330 58.19 33.89 -16.646
4
1 0.00 0 4 2 9220335.47
P3 225 2 225 14 5.20 438235.680 P3
4 1 6
4 0.00 26.833 0.00
15 3.39 27.89 7.602
9
4 0.00 41.2 0 9 2 9220362.31
P4 268 38 268 41 438243.282 P4
1 1 0 2
3 0.00 -3.981 0.00
2 0.00 23.2 104 44.59 15.89 15.383 9220358.33
0
P5 169 20 169 28 0 9 1 438258.665 P5
8 1 0 1

5
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

5 0.00 -1.320 0.00


93 7.79 19 18.954
9
0 6 1
2 0.00 45.2 9220357.01
P6 179 42 179 26 438277.619 P6
6 1 0 2
2 0.00 -1.525 0.00
93 52.99 25.49 25.444
5
0 7 2
3 0.00 51.2 9220355.48
P7 283 48 283 32 438303.064 P7
2 1 0 8
5 0.00 -22.85 0.00
196 44.19 23.9 -6.979
8
1 0.00 27.2 0 8 2 9220332.63
P8 179 24 179 18 438296.085 P8
8 1 0 1
1 0.00 -23.03 0.00
196 11.39 24 -6.731
7
4 0.00 38.2 0 7 2 9220309.59
P9 183 35 183 40 438289.354 P9
0 1 0 6
5 0.00 -27.54 0.00
199 49.59 29.31 -10.007
7
5 0.00 27.2 0 9 2 9220282.04 BM1
BM16 265 24 265 58 438279.347
8 1 0 9 6
               
                    0

               
                    0
               
                     

6
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

215 5 216 239.3 0.00 0.01


S 28   0 0       -0.001 -0.016      
9 9 0 6 1 6

sudut
215 5
ukura 28 2159.991 kx 0.001
9 9
n
sudut 216
0 0 2160 ky 0.016
benar 0
koreks ketelitian linear
0 0 32 0.009 1: 14725.029
i sudut jarak
koreks
3.2
i per 0 0 0.001
0
titik

7
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
IV.1.6 Pengukuran Detail dan Situasi
Pemetaan situasi dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data-data
lapangan secara konkret yang dibutuhkan dalam pembuatan peta situasi. Pada
pengukuran yang telah Kelompok II-A lakukan, mendapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel IV-7 Pengukuran Detail dan Situasi
KETERANGA KOORDINAT ELEVASI JARAK
TITIK
N X (m) Y (m) (m) (m)
1000 PLG 438270.726 9220295.49 206.179 20.058
1  JLN 438287.346 9220326.33  203.21 45.071 
51  TIANG 438271.449 9220291.32  201.488 12.200 
70  PHN 438270.948 9220286.02 201.573 9.329 
150  SLK 438268.595 9220288.89 200.462 12.749 
 300 KTR 438273.13 9220288.54  201.231 8.999 
2000  HLM 438264.06 9220280.93  201.5 7.769 
700  GDG 438269.778 9220319.08 203.535 13.030 

2500  TMN 438246.802 9220320.56 205.848 6.741 


IV.1.7 Pengukuran Bidang Tanah
Pemetaan bidang tanah dilakukan dengan maksud untuk memetakan suatu
daerah yang relatif sempit hanya beberapa ratus sampai beberapa ribu meter
persegi. Pada pengukuran yang telah Kelompok II-A lakukan, didapatkan hasil
sebagai berikut.

Tabel IV-8 Perhitungan Luas Bidang Tanah Titik Sembarang

BIDANG SISI A SISI B SISI C SISI D LUAS


1 4.81 5.1 5.02 5.07 24.713
2 5.05 5.09 5.03 5.1 25.582
3 5.05 4.88 5.05 5.09 25.199

6
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
4 5.03 5.04 4.9 4.88 24.975
5 5.02 4.92 4.89 5.04 25.059

Tabel IV-8 Perhitungan Luas Bidang Tanah Metode Trilaterasi


BIDAN
SISI A SISI B SISI C SISI D LUAS
G
1 4.81 4.88 4.92 5.08 24.278
2 4.84 4.75 4.87 4.88 23.422
3 4.91 4.78 4.9 4.75 23.438
4 4.66 4.96 4.72 4.78 23.187
5 5.18 5.16 4.89 4.96 25.479

Tabel IV-9 Perhitungan Luas Bidang Tanah Metode Siku-Siku


Bidang Sisi A Sisi B Sisi C Sisi D Luas
(m) (m) (m) (m) 2
(𝑚 )
1 4,96 5,00 4,96 5,00 24,809
2 4,97 5,00 4,95 5,00 24,787
3 5,06 5,00 4,97 5,00 25,062
4 4,95 5,00 5,04 5,00 24,980

7
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
5 5,00 5,00 5,00 5,01 25,042

Tabel IV-10 Perhitungan Luas Bidang Tanah Perpanjangan Sisi


BIDANG SISI A SISI B SISI C SISI D LUAS
1 5,01 5,00 4,99 5,51 24.999
2 5,00 5,00 5,00 5,00 25.024
3 5,00 5,00 5,00 5,00 24.999
4 4,99 5,00 5,01 5,00 24.999
5 5,00 5,00 4,99 5,00 24.975

IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Uji Garis Bidik
Berdasarkan Tabel IV-1, dapat dijelaskan bahwa dalam uji garis bidik
kelompok II-A mengukur beda tinggi dari patok dari P1 ke P2 dengan dua
kondisi, yaitu kondisi pertama alat berada di antara patok P1 dan P2 sedangkan
kondisi kedua alat di letakkan di luar patok, dimana jarak antara alat ke P1 dan
alat ke P2 adalah beda. Dari pengukuran tersebut diperoleh BA, BT, dan BB dari
tiap patok tersebut yang digunakan untuk mencari beda tinggi tiap kondisi
pengukuran.
● Kondisi pertama dengan jarak dari alat ke patok sama.

Gambar IV-1 Kondisi 1 Uji Garis Bidik

8
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
(Kelompok II-A, 2021)
● Kondisi kedua dengan jarak dari alat ke patok berbeda.

Gambar IV-2 Kondisi 2 Uji Garis Bidik


(Kelompok II-A, 2021)
Dari gambar diatas dapat diperoleh data pengukuran dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan patok-patok yang akan diukur.
2. Menggambar sketsa pengukuran dan patok-patok yang akan diukur
serta mengukur jarak antar tiap patok dengan dua kondisi, yaitu alat di
dalam patok dan alat di luar patok menggunakan pita ukur untuk
mempermudah dalam melakukan pengukuran.
3. Pada kondisi pertama mendirikan alat (metode alat diantara patok) di
antara P1 dan P2, kemudian membaca dan mencatat bacaan BA, BB,
BT pada patok tersebut.
4. Hitung beda tinggi patok dengan mengurangkan bacaan BT sudut arah
belakang dengan bacaan BT sudut arah muka.
Contoh :
Beda tinggi P1 ke P2 = BT P1 – BT P2
= 1.316 – 1.374
= -0.058
5. Pada kondisi kedua mendirikan alat (metode alat di luar patok) di
mana dalam uji alat Kelompok II-A mendirikan alat di belakang patok
P1 dengan jarak berbeda antara alat ke P1 yaitu sejauh 10 m dan alat
ke P2 sejauh 20 m, kemudian membaca dan mencatat bacaan BA, BB,
BT pada patok tersebut.
6. Hitung beda tinggi patok dengan mengurangkan bacaan BT sudut arah
belakang dengan bacaan BT sudut arah muka.
Contoh :

9
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Beda tinggi P1 ke P2 = BT P1 – BT P2
= 1.3041 – 1.367
= -0.063
7. Kemudian, telah didapatkan dua beda tinggi dengan dua kondisi.
Setelah itu menghitung kesalahan garis bidik dengan rumus
∆ℎ₂−∆ℎ₁
𝑐= (𝐷𝑏₂−𝐷𝑚₂)−(𝐷𝑏₁−𝐷𝑚₁)

II-8

−0.063−(−0.058)
𝑐= (30−10)−(10−10)

−0.005
= 20−0

= − 0. 0002 𝑚
Berdasarkan hasil uji garis bidik, didapatkan koreksi -0.0002 m, jadi
koreksi pengukuran tersebut masih memenuhi batas toleransi yaitu
±0,002 m dalam setiap berdiri alat dan garis bidik dapat dianggap
mendatar.
IV.2.2 Uji Kolimasi
Berdasarkan Tabel IV-2, dapat dijelaskan bahwa dalam uji kolimasi,
kelompok II-A membidik suatu prisma yang diletakin di atas Tribrach dan
mengukur sudut horizontalnya. Dari pengukuran tersebut diperoleh sudut
horizontal arah biasa dan sudut horizontal arah luar biasa. Dengan diketahuinya
sudut horizontal arah biasa dan sudut horizontal luar biasa maka dapat
menghitung kesalahan kolimasinya.

Gambar IV-3 Sketsa Uji Kolimasi


(Kelompok II-A, 2021)
Dari gambar diatas dapat diperoleh data pengukuran dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

10
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
1. Menentukan patok-patok yang akan diukur.
2. Menggambar sketsa pengukuran dan patok-patok yang akan diukur
serta menggunakan pita ukur untuk mempermudah dalam melakukan
pengukuran.
3. Mendirikan alat dan sentering disalah satu patok kemudian membidik
salah satu titik yang diatasnya sudah didirikan prisma diatas Tribrach
dan trippod.
4. Lalu bidik dan baca bacaan horizontal dan vertikal sudut biasanya dan
didapatkan sudut horizontal dan vertikal biasa sebesar 179°08′22″ dan
270°09′04″.
5. Kemudian alat dan teropong diputar sebesar 180°0′0″ untuk membidik
kembali titik tersebut, didapat sudut horizontal dan vertikal untuk arah
luar biasa sebesar 359°08′18″ dan 89°51′05″.
6. Setelah itu menghitung kesalahan kolimasi dengan rumus
𝐿𝐵−𝐵−180°
β= 2
II-9
359°08'18″ −179°08'22″−180°0'0″
= 2

= -0° 0′ 2″
Berdasarkan hasil uji kolimasi tersebut didapatkan koreksi -0°0'2", jadi koreksi
pengukuran tersebut masih memenuhi batas toleransi yaitu dibawah 0°0'10".
IV.2.3 Uji Indeks Vertikal
Berdasarkan Tabel IV-3, dapat dijelaskan bahwa dalam uji indeks vertikal,
kelompok II-A membidik suatu prisma yang berada di atas Tribrach untuk
mendapatkan pengukuran sudut vertikal. Dari pengukuran tersebut diperoleh
sudut vertikal arah biasa dan sudut vertikal arah luar biasa. Dengan diketahuinya
sudut vertikal arah biasa dan sudut vertikal luar biasa, maka dapat menghitung
kesalahan indeks vertikal dari alat yang digunakan.

11
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar IV-4 Sketsa Uji Indeks Vertikal


(Kelompok II-A, 2021)
Dari gambar diatas dapat diperoleh data pengukuran dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan patok-patok yang akan diukur.
2. Menggambar sketsa pengukuran dan patok-patok yang akan diukur
serta menggunakan pita ukur untuk mempermudah dalam melakukan
pengukuran.
3. Mendirikan alat dan sentering disalah satu patok kemudian membidik
salah satu titik yang diatasnya sudah didirikan prisma diatas Tribrach
dan trippod.
4. Lalu bidik dan baca bacaan horizontal dan vertikal sudut biasanya dan
didapatkan sudut horizontal dan vertikal biasa sebesar 179°08′22″ dan
270°09′04″.
5. Kemudian alat dan teropong diputar sebesar 180°0′0″ untuk membidik
kembali titik tersebut, didapat sudut horizontal dan vertikal untuk arah
luar biasa sebesar 359°08′18″ dan 89°51′05″.
6. Setelah itu menghitung kesalahan kolimasi dengan rumus
(𝐿𝐵+𝐵)
ρ = 180° − 2
II-10
270°09'04″+89°51'05″
= 180°0'0″ − 2

= -0° 0′ 4.5″
Berdasarkan hasil uji kolimasi tersebut didapatkan koreksi -0°0'4.5",
jadi koreksi pengukuran tersebut masih memenuhi batas toleransi
yaitu dibawah 0°0'10".

12
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
IV.2.4 Pengukuran Waterpass
Berdasarkan Tabel IV-4, dapat dijelaskan bahwa tinggi titik di atas didapat
dari pengukuran dan perhitungan yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Praktikum
a. Letakkan rambu ukur di titik BM 30 dan P1.
b. Letakkan alat antara titik BM 30 dan P1 (usahakan jarak antara alat
dengan titik BM 30 maupun titik P1 sama).
c. Baca rambu di titik BM 30 dan P1.
d. Hitung beda tinggi pergi dengan menggunakan rumus
∆h BM - P1 = BT BM – BT P 1
= 1.221 – 0.150
= 1.071 m
e. Hitung beda tinggi pulang dengan menggunakan rumus
∆h P1 – BM = BT P1 – BT BM
= 1.435 – 0.363
= 1.072 m
f. Hitung beda tinggi rata-rata dengan rumus :
∆ℎ 𝐵𝑀 − 𝑃1 + ∆ℎ 𝑃1 – 𝐵𝑀
∆h BM – P1 = 2

1.071+1.072
= 2

= 1.071 m
Maka, ∆h BM - P1 = 1.071 m
Untuk tanda (+ atau -) mengikuti tanda beda tinggi pergi. Jika beda tinggi
pergi bertanda positif (+), maka rata-rata beda tinggi juga bertanda positif
(+) dan sebaliknya. Lakukan hal yang sama pada semua beda tinggi.
g. Kemudian menghitung beda tinggi definitif dengan definitif memiliki
syarat yaitu jumlah seluruh definitif harus sama dengan nol.
Definitif = beda tinggi rata-rata + koreksi
Defintif BM30 - P1 = 1.071 + 0.00015
= 1.072 m
Perhitungan terakhir yaitu menghitung elevasi dengan rumus:
H P1 = H BM + Beda tinggi definitif
= 201.726 m + 1.072 m

13
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
= 202.798 m
Lakukan hal yang sama sampai semua titik diketahui elevasinya dan
kembali ke titik awal.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:
a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi/slag dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka sama dengan jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu.
IV.2.5 Pengukuran Poligon
Berdasarkan Tabel IV-5 dapat dijelaskan bahwa, dari pengukuran total
station dengan metode poligon tertutup, diperoleh data sudut yang kemudian
diolah sehingga menghasilkan koordinat-koordinat dari wilayah pengukuran.
Berdasarkan data yang di dapatkan dari pengukuran di lapangan, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Pertama adalah mencari mencari azimuth (α). Namun, sebelum mencari
azimuth (α) terlebih dahulu menjumlahkan sudut ukuran (β) untuk
mengetahui koreksi sudut.
2. Syarat besarnya sudut dihitung dengan menggunakan rumus:
(𝑛 + 2)𝑥180 = (10 + 2) 𝑥 180
= 2160 0 0
3. Hasil pengukuran di lapangan ternyata jumlah sudut ukuran (Σβ) sebesar
2159°59′28″, maka koreksi sudut dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Σβ = [ (10+2) x 180° ] + fα
1799°59′25″ = 2160 0 0+ fα
fα = + 0°0′32″ (koreksi seluruh sudut)
𝑓 32
Koreksi sudut = 10
= 10
= 3.2″ (koreksi per titik)
4. Menghitung Azimuth
Berdasarkan azimuth awal sebesar 191°00′35,79″ yang didapat dari
𝑋𝐵𝑀30−𝑋𝐵𝑀31
perhitungan Arc Tan ( 𝑌𝐵𝑀30−𝑌𝐵𝑀31
). Untuk menghitung azimuth titik

14
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
α𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑛𝑦𝑎 = α𝑎𝑤𝑎𝑙±β − 180°

α𝐵𝑀30−𝑃1 = α1+ β2 - 180°

= 191°00′35,79″ + 274º55’41”- 180°0′0″


= 285°56′16.79″
Perhitungan tersebut dilanjutkan sampai P2 – P9
5. Menjumlahkan jarak (d), diperoleh = 239.36 meter.
6. Menghitung koreksi fx
Menghitung d sin α = 𝑑𝐵𝑀30−𝑃1 𝑥 sin 𝑠𝑖𝑛 α𝐵𝑀30−𝑃1

= 20 x sin 285°56′16.79″
= -19.231 meter
(perhitungan dilanjutkan sampai P9)
7. Menjumlahkan d sin α, ternyata hasil yang didapatkan ≠ 0, melainkan : -0.001
m, maka harus ada koreksi.

Cara menghitung koreksi dihitung dengan menggunakan rumus:

kΔx = − ( 𝑑𝑑 × 𝑑 sin 𝑠𝑖𝑛 α )


20
𝑘∆𝑥12 =− ( 239.36
× − 0, 001)

= 0,0001 m,
perhitungan dilanjutkan sampai terakhir.
Total kΔx nya yaitu +0,001, perhitungan ini sudah benar karena telah
menutup d sin α.
8. Menghitung koreksi fy
Menghitung d cos α = 𝑑𝐵𝑀30−𝑃1 𝑥 cos 𝑐𝑜𝑠 α𝐵𝑀30−𝑃1

= 20 cos 285°56′16.79″
= 5,492 m
(perhitungan dilanjutkan sampai P9).

15
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
9. Menjumlahkan d cos α, ternyata hasil yang didapatkan ≠ 0, melainkan -0.016
m, maka harus ada koreksi. Cara menghitung koreksi yaitu dengan
menggunakan rumus:

kΔy = − ( 𝑑𝑑 × 𝑑 cos 𝑐𝑜𝑠 α )


20
𝑘∆𝑦12 =− ( 239.36 × − 0. 016)

= 0,001 m, perhitungan dilanjutkan sampai terakhir.


Total kΔy nya yaitu +0,016, perhitungan ini sudah benar karena telah
menutup d cos α.
10. Perhitungan terakhir dari poligon tertutup, yaitu perhitungan koordinat.
Koordinat awal BM 30 = (438279.347; 9220282.049) m sudah diketahui.
Koordinat awal berguna untuk menghitung koordinat selanjutnya.
Cara perhitungan koordinat adalah sebagai berikut
𝑋1 = 𝑋𝐵𝑀30 + 𝑑 sin 𝑠𝑖𝑛 α 𝐵𝑀30−𝑃1
+ 𝑘∆𝑥𝐵𝑀30−𝑃1

𝑋1 = 438279. 347 − 19. 231 + 0,0001

𝑋1 = 438260. 116 𝑚

𝑌1 = 𝑌𝐵𝑀30 + 𝑑 cos 𝑐𝑜𝑠 α 𝐵𝑀30−𝑃1


+ 𝑘∆𝑦𝐵𝑀30−𝑃1

𝑋1 = 9220282. 049 + (5, 492) + (0,001)

𝑋1 = 9220287. 542 𝑚

Perhitungan dilanjutkan sampai kembali ke koordinat BM 30. Jika koordinat


BM 30 setelah perhitungan sama dengan koordinat BM 30 awal, maka
perhitungan sudah benar.
11. Menghitung ketelitian linier
2 2
𝑓𝑙 (𝑓𝑥) +(𝑓𝑦)
∑𝑑
= ∑𝑑

𝑓𝑥 = -(∑d sin α) = 0.001


𝑓𝑥 = -(∑d cos α) = 0.016
2 2 2 2
fl = (𝑓𝑥) + (𝑓𝑦) = (0. 001) + (0. 016)
= 0.016
∑d = 239.36 m

16
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

0,016 1
Jadi, ketelitian linier = = 239.36
= 14725.029
dan pengukuran poligon

yang dilakukan Kelompok II-A telah memenuhi batas toleransi ketelitian linier
sebesar 1:10000 dengan hasil yang didapatkan sebesar 1:14725.029.
IV.1.8 Pengukuran Detail dan Situasi
Berdasarkan Tabel IV-6 dapat dijelaskan bahwa, pengukuran detail situasi
dilakukan dengan menggunakan referensi data polygon dan waterpass yang telah
didapat. Berikut adalah perhitunganya:
1. Jarak
Jarak didapat dari perhitungan rumus tachimetri, sebagai berikut:
𝐷 = 100(𝐵𝐴 − 𝐵) 𝑥 𝑠𝑖𝑛2𝑣
BM30-JLN1 = Slope Distance x 𝑠𝑖𝑛2𝑣
= 45.071 x sin 86˚51’15”
= 44.935 m
2. Beda Tinggi
Beda tinggi didapatkan dengan menggunakan rumus tachimetri, sebagai
berikut:
Δh = 100 x (BA-BB) x sin v cos v – TA – BT
ΔhBM30-PLG1 =Slop Distance x sin v cos v – TA – BT
= 45.071 x sin 86˚51’15” cos 86˚51’15”+1.600 - 0
= 4.070 m

3. Elevasi detail
Elevasi detail didapatkan dengan menjumlahkan beda tinggi yang didapat
dengan elevasi tempat berdiri alat sebagai berikut:
HBM30-JLN1 = HD + Δh
HBM30-JLN1 = 201.153 + 4.070
= 205.223 m

17
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
IV.1.9 Pengukuran Bidang Tanah
Berdasarkan Tabel IV-7 dapat dijelaskan bahwa, pengukuran bidang tanah
dilakukan dengan menggunakan meteran untuk mengukur jarak bidang satu ke
bidang lain, diagonal, dan jarak dari BM ke bidang tertentu yang diukur.
Perhitungan bidang tanah sebagai berikut :
A. Perhitungan Setengah Keliling Segitiga (S)
Perhitungan setengah keliling segita dilakukan dengan cara sebagai berikut:
S=½(a+b+c)
Dengan :
a = sisi mendatar segitiga
b = sisi tegak segitiga
c = sisi miring segitiga
1. Pengukuran Bidang Tanah Metode Trilaterasi

Gambar IV-5 Bidang Tanah Metode Trilaterasi


(Kelompok II-A, 2021)
S1 = ½ ( 1-2 + 1-12 + 12-1 )
S1 = ½ (4.81 + 7.02 + 5.08)
S1 = ½ (16.91)
S1 = 8.455
S2 = ½ (11-12 + 12-2 + 2-11)
S2 = ½ (4.92 + 7.00 + 4.88)
S2 = ½ (16.8)
S2 = 8.4
2. Pengukuran Bidang Tanah Metode Titik Sembarang

18
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar IV-6 Bidang Tanah Metode Titik Sembarang


(Kelompok II-A, 2021)
S1 = ½ ( 1-2 + 1-12 + 12-1 )
S1 = ½ (4.81 + 7.00 + 5.07)
S1 = ½ (16.88)
S1 = 8.44
S2 = ½ (11-12 + 12-2 + 2-11)
S2 = ½ (5.02 + 7.06 + 5.10)
S2 = ½ (17.18)
S2 = 8.59
3. Pengukuran Bidang Tanah Metode Siku-Siku

Gambar IV-7 Bidang Tanah Metode Siku-Siku


(Kelompok II-A, 2021)
S₁ = ½ ( (12-1) + (1-11) + (11-12) ).
S₁ = ½ ( 5 + 7,03 + 4,96 )
S₁ = ½ (16.99)
S₁ = 8,50 m
S₂ = ½ ((2-11) + (11-1) + (1-2) )
S₂ = ½ ( 5 + 7,03 + 4,96 )

19
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
S₂ = ½ (16,99)
S₂ = 8,50 m
4. Pengukuran Bidang Tanah Metode Perpanjangan Sisi

Gambar IV-8 Bidang Tanah Metode Perpanjangan Sisi


(Kelompok II-A, 2021)
S1 = ½ ( (12-1) + (1-11) + (11-12))
S1 = ½ ( 5 + 4,99 + 7,09 )
S1 = ½ (17,08)
S1 = 8,54 m
S2 = ½ ((2-11) + (11-1) + (1-2) )
S2 = ½ ( 5 + 7,05 + 4,99 )
S2 = ½ (17,04)
B. Perhitungan Luas Bidang Tanah
Perhitungan luas bidang tanah suatu bidang dilakukan dengan
memanfaatkan data setengah keliling segitiga berikut :

1. Pengukuran Bidang Tanah Metode Trilaterasi

20
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

Gambar IV-9 Pengukuran Luas Metode Trilaterasi


(Kelompok II-A, 2021)

L1 = 𝑠 𝑥 (𝑠 − 𝑎) 𝑥 (𝑠 − 𝑏) 𝑥 (𝑠 − 𝑐)
L1 =

8. 455 𝑥 (8. 455 − 4. 81) 𝑥 (8. 455 − 5. 08) 𝑥 (8. 51 − 7. 02)

L1 = 8. 455 𝑥 (3. 645)𝑥 (3. 375) 𝑥 (1. 435)


L1 = 12.217

L2 = 𝑠 𝑥 (𝑠 − 𝑎) 𝑥 (𝑠 − 𝑏) 𝑥 (𝑠 − 𝑐)

L2 = 8. 4 𝑥 (8. 4 − 4. 92) 𝑥 (8. 4 − 4. 88) 𝑥 (8. 4 − 7. 00)

L2 = 8. 4 𝑥 (3. 48) 𝑥 (3. 52) 𝑥 (1. 4)


L2 = 12.002
Lbid = 12.217 + 12.002
Lbid = 24.219
2. Pengukuran Bidang Tanah Metode Titik Sembarang

Gambar IV-10 Pengukuran Luas Metode Titik Sembarang


(Kelompok II-A, 2021)

L1 = 𝑠 𝑥 (𝑠 − 𝑎) 𝑥 (𝑠 − 𝑏) 𝑥 (𝑠 − 𝑐)

21
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

L1 = 8. 44 𝑥 (8. 44 − 4. 81) 𝑥 (8. 44 − 5. 07) 𝑥 (8. 44 − 7)

L1 = 8. 44 𝑥 (3. 63)𝑥 (3. 37) 𝑥 (1. 44)


L1 = 12.193

L2 = 𝑠 𝑥 (𝑠 − 𝑎) 𝑥 (𝑠 − 𝑏) 𝑥 (𝑠 − 𝑐)

L2 = 8. 59 𝑥 (8. 59 − 5. 02) 𝑥 (8. 59 − 5. 1) 𝑥 (8. 59 − 7. 06)

L2 = 8. 59 𝑥 (3. 57) 𝑥 (3. 49) 𝑥 (1. 53)


L2 = 12.796
Lbid = 12.193 + 12.796
Lbid = 24.989
3. Pengukuran Bidang Tanah Metode Siku-Siku

Gambar IV-11 Pengukuran Luas Metode Siku-Siku


(Kelompok II-A, 2021)

L₁ = 𝑠×(𝑠 − 𝑎)×(𝑠 − 𝑏)×(𝑠 − 𝑐)

L₁ = 8, 50×(8, 50 − 5)×(8, 50 − 7, 03)×(8, 50 − 4, 96)


L₁ = 12,44 m

L₂= 𝑠×(𝑠 − 𝑎)×(𝑠 − 𝑏)×(𝑠 − 𝑐)

L₂= 8, 50×(8, 50 − 5)×(8, 50 − 7, 03)×(8, 50 − 4, 96)


L₂= 12,44 m
Lbid = 12.44 + 12.44
Lbid = 24.88 m

22
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

4. Pengukuran Bidang Tanah Metode Perpanjangan Sisi

Gambar IV-12 Pengukuran Luas Metode Perpanjangan Sisi


(Kelompok II-A, 2021)

L1 = 𝑠 𝑥 (𝑠 − 𝑎) 𝑥 (𝑠 − 𝑏) 𝑥 (𝑠 − 𝑐)

L1 = 8. 54 𝑥 (8. 54 − 5) 𝑥 (8. 54 − 4. 99) 𝑥 (8. 54 − 7. 09)

L1 = 8. 54 𝑥 (3. 54)𝑥 (3. 55) 𝑥 (1. 45)


L1 = 12.474

L2 = 𝑠 𝑥 (𝑠 − 𝑎) 𝑥 (𝑠 − 𝑏) 𝑥 (𝑠 − 𝑐)

L2 = 8. 52 𝑥 (8. 52 − 5) 𝑥 (8. 52 − 4. 99) 𝑥 (8. 4 − 7. 05)

L2 = 8. 52 𝑥 (3. 52) 𝑥 (3. 53) 𝑥 (1. 35)


L2 = 11.954
Lbid = 12.474 + 11.870
Lbid = 24.344
Berdasarkan pengukuran bidang tanah dengan berbagai metode yang
kelompok II-A lakukan, yaitu metode trilaterasi, pengikatan titik
sembarang, siku-siku, dan perpanjangan sisi. Maka dapat di simpulkan
bahwa pengukuran dengan menggunakan metode trilaterasi merupakan
pengukuran yang paling teliti, karena metode ini memiliki nilai kesalahan
yang paling kecil dibandingkan dengan metode lainnya.

23
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dalam uraian yang telah dijabarkan pada bab–bab sebelumnya dan data
yang diperoleh dalam praktikum, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Uji alat pada praktikum ini dilakukan pada alat total statiom dan
waterpass. Konsep pertama yang harus kami pahami adalah bahwa alat
selalu berada diantara kedua rambu atau prisma. Kemudian ketika
pengukuran waterpass rambu ukur tidak boleh berpindah, hanya posisi
alat yang berpindah.
a. Dalam pengecekan garis bidik sejajar garis arah nivo pada
waterpass, dilakukan dua kondisi pengukuran yang menghasilkan
ketelitian yang berbeda antar kondisi. Pada kondisi pertama (alat di
antara kedua rambu) dan kondisi kedua (alat diluar dari kedua
rambu) didapatkan ketelitian C sebesar -0.0002. Dimana mencari
ketelitiannya dengan rumus
Δℎ𝑛-Δℎ(𝑛-1)/(Dbn-Dmn)-(Dbn2-Dmn2).
b. Untuk total station dengan meletakkan alat di atas patok, kemudian
baca back sight dan fore sight dengan sudut biasa dan luar biasa,
lalu mencari kesalahan kolimasi dengan rumus (LB – B – 180)/2.
c. Dalam uji kesalahan indeks vertikal alat yang akan diuji adalah
total station. Total station diletakan di atas sebuah patok dan
menembak sebuah titik [X] baca sudut biasa dan luar biasa. Dan
dalam perhitungan ditemukan kesalahan indeks vertikal sebesar
-4.5“ dengan menggunakan rumus 180 – ((LB+B)/2).
d. Untuk mengecek jarak optis dan datar dapat dilakukan dengan
rumus D = 100(BA-BB) sin2V. Dalam perhitungan tersebut
didapatkan bahwa ada perbedaan antara jarak optis dan jarak datar.
Dengan selisih sekitar 1 mm.
2. Dalam pengukuran waterpass menghasilkan data beda tinggi, sementara
itu pengukuran total station dapat menghasilkan sebuah polygon.
a. Pengukuran waterpass diawali dengan pendirian alat diantara dua

1
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
patok dengan membaca BA, BT, BB. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II Kelompok
VI-A V-2 beda tinggi dengan rumus dh= (BTb-BTm). Sementara
metode yang digunakan adalah pergi pulang.
b. Pengukuran polygon diawali dengan alat tepat berdiri diatas patok
P1 kemudian baca sudut horizontal dan menginput data NEZ di
dalam total station sehingga didapatkan data berupa sudut, elevasi,
jarak, serta azimuth.
c. Toleransi kesalahan beda tinggi pada waterpass tertutup adalah
sebesar 0.00587. Dengan besar toleransi kesalahan beda tinggi

adalah 12mm 𝐷, dimana Kelompok II-A mempunyai toleransi


sebesar 0.0015 Maka pengukuran ini memenuhi syarat pengukuran.
d. Ketelitian linier jarak polygon BM31-BM30 adalah sebesar
1:14725.029. Dengan besar toleransi ketelitian linier jarak adalah 1
: 10000. Maka pengukuran ini memenuhi syarat pengukuran.
3. Dalam pengukuran situasi yang harus dilakukan adalah mencari titik
refrensi, setelah itu pemasangan patok polygon dengan melihat seberapa
banyak detail yang dapat diambil.
4. Dalam penggambaran kontur dan peta situasi Kelompok II-A
menggunakan aplikasi Autocad Civil 3D. Dan pengolahan datanya
menggunakan exel agar mempermudah dalam perhitungannya.
5. Untuk pengukuran bidang tanah menggunakan 4 metode yang ada.
Tahapan awalnya adalah dengan menetapkan BM dengan cara mencari
koordinat di Mobile Topografer setelah itu dapat membagi wilayah
kedalam beberapa bidang dengan menggunakan pita ukut untuk
pengecekan digunakan dengan 4 metode.
V.2 Saran
Dari pengukuran yang telah kami lakukan, berikut adalah saran yang kami
sampaikan dalam melakukan praktikum Ilmu Ukur Tanah II ini :
1. Melakukan pengecekan alat sebelum memulai pengukuran untuk
meminimalisir kesalahan pengukuran yang disebebakan oleh kesalahan
alat.

2
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
2. Melakukan survey lokasi pengukuran dan membuat sketsa lokasi
sebelum memulai pengukuran untuk mengetahui kondisi medan yang di
ukur.
3. Melindungi alat dari panas matahari misalnya menggunakan payung,
terutama alat yang riskan oleh panas matahari seperti Nivo.
4. Keefisienan penggunaan waktu merupakan hal yang penting dalam
pengukuran terutama dalam pengolahan data, sehingga jika terjadi
kekeliruan dapat dilakukan pengukuran ulang tanpa harus menambah
waktu yang cukup lama.
5. Membangun suasana kerja yang baik antar anggota kelompok agar
kerjasama tim dapat berjalan dengan lancar.

3
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2007, January 5). Studi Geoid Teliti dan pemodelannya di daerah
Indonesia. Retrieved from geodesy.gd.itb.ac.id:
https://geodesy.gd.itb.ac.id/2007/01/05/studi-geoid-teliti-dan-pemodelanny
a-di-daerah-indonesia/
Alif, M. (2016, December 14). Cara Menggunakan Waterpass. Retrieved from
Cara Menggunakan Waterpass: https://muhammadalif461.wordpress.com
Andayani. (2011). PROSEDUR PENGUKURAN DAN PEMETAAN BIDANG
TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUBANG. Retrieved
from http://repository.upi.edu/10145/
Basuki, S. (2011). ILMU UKUR TANAH (Edisi Revisi). Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Earth, G. (2021).
Firman. (2013). Arti Waterpass. Retrieved from Global Hutama .
Hakim, I. (2019, February 2). Garis Kontur: Pengertian, Peraturan, serta Cara
Membuat dan Membacanya. Retrieved from insanpelajar:
https://insanpelajar.com/garis-kontur/
Makmur, S. (2018). Kerangka kontrol horizontal. Retrieved from docplayer.info:
https://docplayer.info/72830748-Kerangka-kontrol-horizontal.html#:~:text
=(kerangka%20dasar%20pemetaan%2C%20slamet%20basuki,yang%20m
enunjukkan%20ketinggian%20(Z).
Nuraini. (2014). Perkembangan Peraturan Mengenai Redistribusi Tanah Dalam
Rangka Reforma Agraria Di Kabupaten Boyolali. BHUMI: Jurnal Agraria
dan Pertanahan, 457-469.
Nursa’ban, E. S. (2010). Kartografi Dasar. Yogyakarta: Jurdik Grografi FISE
UNY.
PUSDIKLAT, K. (2017). MODUL 2 DASAR-DASAR PENGUKURAN
TOPOGRAFI UNTUK PEKERJAAN JALAN. In K. PUSDIKLAT,
perencanaan geometrik jalan tingkat dasar (p. 73). Bandung: Kementrian
PUPR Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Sasmito, A. B. (2017). Analisis Pengukuran Bidang Tanah dengan Menggunakan
GPS Pemetaan. Jurnal Geodesi Undip.

8
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Sibsa. (2012). Metode Pengukuran Poligon. 1-2 .
Tanuwidjaja, A. (2017). Pemetaan Situasi dan Detail. Retrieved from
docplayer.info:
https://docplayer.info/30470548-Pemetaan-situasi-dan-detail-adalah-pemet
aan-suatu-daerah-atau-wilayah-ukur.html.
Tanuwidjaja, S. (2018). PETUNJUK PRAKTIS PENGGUNAAN TOTAL
STATION TOPCON GTS-100N/GTS-230N/ GPT-3100N/GPT-3000LN
SERIES . PT Exsol Innovindo.
Waugh, D. (2002). Geography: An Integrated Approach Third Edition.
Cheltenham, United Kingdom: Nelson Thornes.

9
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

LAMPIRAN

8
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 1 Lembar Asistensi
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

LEMBAR ASISTENSI

Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah II


Kelompok : II-A
Dosen Pengampu:
1. Ir. Bambang Sudarsono, M.S. NIP. 195709131986031001
2. Nurhadi Bashit, S.T., M.Eng. NPPU. H.7.198911222018071001
Asisten Dosen :
Achmad Rusdi NIM. 21110117130067

No. Hari/Tanggal Keterangan Paraf

1
2
3
4
5

9
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 2 Uji Garis Bidik

10
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 3 Uji Kolimasi

11
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 4 Uji Indeks Vertikal

12
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 5 Data Pengukuran Situasi dan Detail

POINT N E Z D
1 9220287.54 438260.12 202.798 PLG1
2 9220305.95 438252.33 205.145 PLG2
3 9220335.48 438235.68 207.156 PLG3
4 9220362.31 438243.28 207.263 PLG4
5 9220358.33 438258.67 205.491 PLG5
6 9220357.01 438277.62 204.386 POLI6
7 9220355.49 438303.06 203.549 POLI7
8 9220332.63 438296.09 203.074 POLI8
9 9220309.6 438289.35 201.646 POLI9
10 9220362.53 438295.01 201.726 BM01
11 9220282.05 438279.35 204.136 BM02
12 9220327.24 438246.16 205.407 BGN1
13 9220340.69 438239.65 205.506 BGN2
14 9220347.86 438251.09 205.483 BGN3
15 9220358.58 438254.82 205.471 BGN4
16 9220355.66 438269.51 205.424 BGN5
17 9220338 438261.99 205.346 BGN6
18 9220367.7 438298.59 203.304 JLN5
19 9220365.75 438304.85 203.287 JLN6
20 9220361.24 438295.82 203.398 JLN7
21 9220360.65 438291.31 203.842 JLN8
22 9220355.03 438291.88 203.706 JLN10
23 9220353.52 438293.61 203.415 JLN11
24 9220351.16 438294.13 203.307 JLN12
25 9220349.32 438300.35 203.292 JLN13
26 9220345.02 438299.21 203.26 JLN14
27 9220342.44 438300.38 203.189 JLN15
28 9220332.04 438288.9 203.16 JLN16
29 9220330 438294.87 202.949 JLN17

13
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
30 9220333.52 438299.43 203.092 JLN18
31 9220321.28 438292.47 202.495 JLN19
32 9220319.38 438285.39 202.62 JLN20
33 9220312.15 438283.33 201.829 JLN21
34 9220310.54 438289.35 201.682 JLN22
35 9220308.68 438282.04 201.596 JLN23
36 9220296.23 438276.74 201.197 JLN24
37 9220293.36 438283.17 201.093 JLN25
38 9220282.25 438277.89 200.945 JLN26
39 9220286.31 438271.99 201.113 JLN27
40 9220307.08 438281.28 201.861 JLN28
41 9220279.730 438268.22 201.202 JAL1
42 9220273.46 438271.22 201.041 JAL2
43 9220269.29 438258.8 201.048 JAL3
44 9220276.18 438257.79 201.198 JAL4
45 9220279.59 438259.61 201.532 JAL5
46 9220281.8 438265.43 201.519 JAL6
47 9220354.6 438277.84 204.239 LAPA1
48 9220352.17 438286.95 204.06 LAPA2
49 9220321.99 438277.94 203.635 LAPA3
50 9220326.27 438269.6 204.037 LAPA4
51 9220357.65 438278.05 204.249 LAPA5
52 9220360.33 438289.68 204.043 LAPA6
53 9220355.84 438288.98 203.945 LAPA7
54 9220309.15 438261.87 203.806 LAPA8
55 9220312.7 438259.24 203.924 LAPA9
56 9220316.32 438258.34 204.047 LAPA10
57 9220321.12 438258.51 204.128 LAPA11
58 9220325.89 438260.49 204.169 LAPA12
59 9220319.97 438284.16 202.994 TNG2
60 9220326.43 438285.95 203.44 TNG3

14
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
61 9220292 438262.87 202.973 PHN1
62 9220303.44 438256.04 204.876 PHN2
63 9220316.99 438249.11 205.798 PHN3
64 9220321.3 438246.82 205.905 PHN4
65 9220285.6 438267.08 201.59 KTR1
66 9220288.11 438264.62 202.132 KTR2
67 9220293.04 438260.46 203.328 KTR3
68 9220301.93 438255.62 204.654 KTR4
69 9220293.98 438261 203.474 KTR5
70 9220294.56 438262.27 203.943 KTR6
71 9220300.19 438259.25 204.646 KTR7
72 9220299.79 438257.6 204.352 KTR8
73 9220304.2 438255.01 205 KTR9
74 9220305.77 438255.85 205.499 KTR10
75 9220310.05 438251.83 205.273 KTR11
76 9220310.86 438253.18 205.92 KTR12
77 9220321.29 438245.82 205.974 KTR13
78 9220328.29 438242.13 206.537 KTR14
79 9220333.42 438239.42 206.922 KTR15
80 9220329.17 438241.72 206.735 KTR16
81 9220329.28 438241.93 207.025 KTR17
82 9220331.43 438240.55 206.892 KTR18
83 9220331.57 438240.7 207.16 KTR19
84 9220332.32 438241.92 206.432 KTR20
85 9220329.59 438243.42 206.423 KTR21
86 9220332.71 438242.61 205.49 KTR22
87 9220329.86 438244.04 205.472 KTR23
88 9220342.39 438240.49 205.477 KTR24
89 9220343.77 438243.06 205.476 KTR25
90 9220344.92 438242.47 205.902 KTR26
91 9220343.65 438240.15 205.99 KTR27

15
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
92 9220345.33 438239.24 207.261 KTR28
93 9220346.85 438241.37 207.118 KTR29
94 9220349.13 438239.77 207.574 KTR30
95 9220349.28 438249 205.733 KTR31
96 9220353.17 438251.71 205.466 KTR32
97 9220354.02 438250.73 205.931 KTR33
98 9220349.54 438248.7 206.435 KTR34
99 9220350.9 438247.7 206.721 KTR35
100 9220356.6 438249.64 206.617 KTR36
101 9220359.47 438251.12 206.687 KONT37
102 9220360.39 438251.4 206.697 KONT38
103 9220360.18 438252.25 206.216 KONT39
104 9220359.24 438252.23 206.057 KONT40
105 9220359.14 438252.61 205.826 KONT41
106 9220360.12 438252.87 205.834 KONT42
107 9220359.99 438253.58 205.587 KONT43
108 9220358.76 438253.11 205.586 KONT44
109 9220358.6 438254.42 205.444 KONT45
110 9220359.87 438254.85 205.453 KONT46
111 9220360.12 438251.19 206.698 KOTR37
112 9220360.08 438251.77 206.52 KOTR38
113 9220359.96 438252.18 206.276 KOTR39
114 9220359.81 438252.59 205.904 KOTR40
115 9220359.78 438253.49 205.58 KOTR41
116 9220359.42 438254.64 205.45 KOTR42
117 9220357.13 438264.34 205.449 KOTR43
118 9220348.63 438266.94 205.367 KTOR43
119 9220348.17 438268.95 205.029 KTOR44
120 9220347.72 438270.54 204.427 KTOR45
121 9220347.36 438273.52 204.316 KTOR46
122 9220341.92 438265.13 205.344 KTOR47

16
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
123 9220341.96 438266.65 205.128 KTOR48
124 9220341.77 438268.2 204.547 KTOR49
125 9220341.2 438270.63 204.319 KTOR50
126 9220340.79 438272.13 204.257 KTOR51
127 9220335.7 438264.26 205.151 KTOR52
128 9220335.18 438264.47 204.962 KTOR53
129 9220331.06 438269.01 204.163 KTOR54
130 9220328.64 438271.22 204.094 KTOR55
131 9220352.72 438269.42 205.134 TAMA1
132 9220327.62 438261.16 205.125 TAMA2
133 9220327.93 438269.06 204.173 TAMA3
134 9220351.52 438276.19 204.2 TAMA4
135 9220354.92 438291.15 203.289 SEL1
136 9220355.39 438289.83 204.105 SEL4
137 9220340.62 438287.23 203.301 SEL5
138 9220341.39 438285.84 204.208 SEL8
139 9220321 438281.82 202.605 SEL9
140 9220320 438279.79 203.762 SEL12
141 9220309.34 438278.05 201.834 SEL13
142 9220309.55 438276.19 203.889 SEL16
143 9220296.07 438270.27 203.881 SEL17
144 9220294.66 438272.2 201.208 SEL20
145 9220351.41 438294 203.637 TRO1
146 9220351.63 438292.61 203.668 TRO2
147 9220332.35 438288.78 203.465 TRO3
148 9220332.7 438287.34 203.502 TRO4
149 9220321.8 438285.91 203.176 TRO6
150 9220322.05 438284.54 203.189 TRO7
151 9220315.96 438284.25 202.578 TRO8
152 9220316.06 438282.84 202.601 TRO9
153 9220307.08 438281.27 201.862 TRO10

17
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
154 9220307.69 438279.79 201.836 TRO11
155 9220293.08 438275.06 201.489 TRO12
156 9220293.82 438273.79 201.517 TRO13
157 9220279.78 438268.15 201.527 TROA1
158 9220281.12 438267.29 201.561 TROA2

18
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 6 Data Perhitungan Waterpass

19
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

20
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

21
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

22
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 7 Hasil Pengukuran Bidang Tanah

23
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

24
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

25
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

26
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II
Lampiran 8 Dokumentasi Praktikum

27
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

28
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

29
Kelompok II-A, 2021
Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah II

8
Kelompok II-A, 2021

Anda mungkin juga menyukai