Anda di halaman 1dari 1

Latar Belakang

Kesetaraan gender telah menjadi isu yang mengemuka, tidak hanya pada
level nasional, melainkan juga di tingkat internasional. Hal ini tentunya harus
menjadi perhatian baik bagi pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Dalam
perspektif internasional, salah satu dari poin dari 17 Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang ditetapkan oleh
PBB adalah mencapai kesetaraan gender atau “Gender Equality” sebagai poin ke
lima dengan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.
Tantangan dan permasalahan dalam pencapaian kesetaraan gender masih
dihadapi oleh Indonesia. Ketimpangan gender dalam aspek pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan ketenagakerjaan, secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian sebab kesetaraan gender
merupakan prasyarat untuk dapat mencapai pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Agenda 2030 yang ditetapkan oleh PBB untuk pembangunan
bekelanjutan (sustainable development) menggarisbawahi pentingnya
pengumpulan dan pemantauan data yang akurat dan terkini untuk mengukur
kemajuan menuju pencapaian tujuan SDGs tersebut. Penyampaian data di
Indonesia masih belum informatif dan sukar dipahami oleh kebanyakan orang.
Data yang ada disajikan hanya dalam bentuk tabel dimana hanya beberapa pihak
yang mengerti dan memahami data tersebut. Belum adanya sistem informasi
yang menyajikan data lebih mudah dipahami dengan terdapat aspek spasial
menjadi salah satu kendala dalam penyampaian informasi.
Dengan adanya Sistem Informasi Geografis (SIG) yang memungkinkan
pengumpulan, analisis dan visualisasi data berbasis lokasi dengan mapping,
diharapkan dapat berperan dalam menggabungkan data gender yang relevan
dengan informasi spasial. Sehingga dengan adanya SIG diharapkan dapat
membantu menghasilkan data yang efektif untuk mengukur dan melacak
kesetaraan gender, baik ditingkat nasional seperti kota hingga untit terkecil
seperti kelurahan Tambakboyo, Ambarawa Kabupaten Semarang.

Anda mungkin juga menyukai