Anda di halaman 1dari 13

Pentingnya Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan (PUG) di Kota

Malang

Siti Khodijah Nissa M

Pendidikan Sejarah dan Sosiologi

Universitas Insan Budi Utomo

dijahnissa@gmail.com

ABSTRAK

Berbagai persoalan ketidakadilan gender di masyarakat masih belum mendapat perhatian nyata
dari seluruh sektor masyarakat. Perempuan berada pada posisi yang kurang diuntungkan
dibandingkan laki-laki dalam hal pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perolehan serta
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang kita lihat, rendahnya partisipasi
perempuan dalam politik dan pendidikan, kekerasan terhadap perempuan, perdagangan
perempuan dan anak-anak, pornografi, perburuhan perempuan, seperti masalah perburuhan
dengan migran luar negeri dan pekerja migran, dan rendahnya partisipasi perempuan dalam
politik dan pendidikan adalah masih umum. Khususnya di tingkat SMA dan Kampus. Untuk itu,
upaya berkelanjutan harus dilakukan untuk mengembangkan potensi untuk menghilangkan
diskriminasi gender dan mendukung kesetaraan dan keadilan gender. Meskipun UUD 1945
menjamin kesetaraan akses bagi perempuan dan laki-laki, namun implementasinya masih banyak
kendala. Hal ini juga melanggengkan budaya patriarki yang masih kuat mengakar di masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, pemberdayaan
perempuan dalam pembangunan responsif gender sangat penting untuk mencapai kemitraan yang
harmonis dan setara antara laki-laki dan perempuan atau kesetaraan gender dalam berbagai
bidang kehidupan dan pembangunan, serta dalam upaya untuk mewujudkan kemitrasejajaran
yang harmonis antara pria dengan wanita atau mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.

Kata Kunci : Gender, Pembangunan, Pengarusutamaan, Program


Abstract
Various issues of gender inequality in society still have not received real attention from all
sectors of society. Women are at a disadvantage compared to men in terms of education, health,
employment, and the acquisition and use of science and technology. As we can see, low
participation of women in politics and education, violence against women, trafficking of women
and children, pornography, labor of women, such as labor problems with overseas migrants and
migrant workers, and low participation of women in politics and education are still general.
Especially at high school and campus levels. For this reason, continuous efforts must be made to
develop the potential to eliminate gender discrimination and support gender equality and justice.
Even though the 1945 Constitution guarantees equal access for women and men, its
implementation still has many obstacles. This also perpetuates the patriarchal culture which is
still deeply rooted in Indonesian society. Therefore, as an integral part of national development,
empowering women in gender responsive development is very important to achieve harmonious
and equal partnerships between men and women or gender equality in various fields of life and
development, as well as in efforts to realize harmonious equal partnerships. between men and
women or realizing equality and
gender justice in various areas of life and development.

Keywords: Gender, Development, Mainstreaming, Program


PENDAHULUAN (Kartasasmita, 1996) Penempatan manusia
Pembangunan adalah proses sebagai subjek dan objek pembangunan
perubahan yang mencakup seluruh sistem menekankan pentingnya pemberdayaan
sosial seperti politik, ekonomi, infrastuktur, (enpowerment) manusia, yaitu kemampuan
pertahanan, teknologi, kelembagaan dan manusia dalam mengaktualisasikan segala
budaya, yang dilaksanakan secara terencana potensinya.
dan terarah. Artinya, ini semua mencakup Kedudukan manusia dalam proses
segala sendi kehidupan sebuah negara yang pembangunan adalah sebagai subjek dan
menuju kepada kemajuan. Kemajuan- sekaligus sebagai objek dari pembangunan.
kemajuan yang tentu saja dilaksanakan Dengan demikian pria dan wanita
dengan terencana dan terarah melalui proses mempunyai kedudukan dan peranan yang
bertahap. Seperti yang diungkapkan oleh sama dalam merencanakan, melaksanakan,
Kartasasmita (1997) bahwa pembangunan mengevaluasi dan menikmati hasil
adalah proses perubahan ke arah kondisi pembangunan dalam berbagai bidang. Jadi
yang lebih baik melalui upaya yang berdasarkan kondisi normatifnya maka pria
dilakukan secara terencana. dan wanita mempunyai kedudukan dan
Pada awalnya program peranan yang sama, tetapi bila dilihat dalam
pembangunan yang dijalankan di negara kondisi objektifnya terlihat bahwa wanita
negara berkembang termasuk Indonesia, mengalami ketertinggalan yang lebih besar
adalah untuk mencapai pertumbuhan dari pria dalam berbagai bidang kehidupan
ekonomi yang tinggi. Ternyata strategi dan pembangunan. Hal ini tentu
pembangunan yang demikian ini tidak memunculkan pertanyaan: “mengapa terjadi
memberikan hasil yang memuaskan ketertinggalan kedudukan dan peranan
terutama karena terlalu memusatkan wanita dalam program pembangunan”.
perhatian pada pembangunan aspek fisik
tetapi melupakan pembangunan aspek METODE PENELITIAN
manusia. Hal inilah yang menyebabkan Teknik pengumpulan data yang
munculnya paradigma baru dalam strategi digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pembangunan yang disebut people centered wawancara.Penulis melakukan wawancara
development, artinya manusia (rakyat) kepada informan yang berkaitan dengan
merupakan tujuan utama dari pembangunan. tema penelitian. Teknik pengumpulan data
melalui (Arikunto, 2010: 265): (1) deskripsi, kemudian akan menganalisis data
wawancara mendalam, penulis akan tersebut.
menggali informasi secara mendalam,
terbuka dengan masalah dan fokus HSIL DAN PEMBAHASAN
penelitian yang di arahkan pada pusat Saat ini Kota Malang telah
penelitian; dan (2) kajian pustaka, bertujuan bertransformasi menjadi sebuah Kota
untuk mengumpulkan data dan informasi Metropolitan kedua di Jawa Timur.
ilmiah, berupa teori-teori atau pendekatan Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di
yang pernah berkembang dan telah di tahun 2022 sebanyak 846.126 jiwa dengan
dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, jumlah penduduk perempuan 425.229 jiwa
naskah, rekaman dll. atau 50,26% dari jumlah penduduk Kota
Teknik analisis data dilakukan Malang dan penduduk laki-laki sebanyak
dengan mengumpulkan data kemudian 420.897 jiwa atau 49,74% dari jumlah
mengurutkan secara sistematik agar dapat penduduk Kota Malang, dimana data di atas
dimengerti oleh pembaca. Deskriptif analisis menunjukkan jumlah perempuan lebih
terhadap serangkaian data. Penulis banyak dari laki-laki.
melakukan analisi data bersamaan dengan
proses pengumpulan data berlangsung. Dalam catatannya, pada Indeks

Tentu saja akan banyak data dan informasi Pemberdayaan Gender (IDG) Kota Malang

yang akan diperoleh selama penelitian di pada tahun 2022 berada di angka 78,77

lapangan. Penulis melakukan reduksi data sedangkan target IDG dalam dokumen P-

dari hasil wawancara dengan cara RPJMD sebesar 75,10. Sementara itu untuk

merangkum, memilih hal-hal pokok, Indeks Pembangunan Kota Malang berada

memfokuskan pada hal-hal penting, serta di angka 82,71%, sedangkan untuk Indeks

membuat memo atau catatan dan rekaman, Pembangunan Gender (IPG) Kota Malang

agar data dari informan lebih teratur dan berada di angka 95,54%. Meski kedua angka

sistematis.Setelah mereduksi data, penulis ini terbilang cukup tinggi, akan tetapi angka

melakukan penyajian data.Penyajian data ini berada di bawah target yang telah

dalam penelitian ini diperoleh dari hasil ditetapkan oleh Pemkot Malang dalam

wawancara. Penulis membuat susunan dokumen P-RPJMD. Maka dari itu perlu

informasiyang akan diperoleh, berupa akselerasi dari kita semua sebagai aparatur
pemerintah dalam pemenuhan ketercapaian tingkat pusat maupun daerah, serta revisi
indicator. Gender Analysis Pathway (GAP).

Dalam rangka penguatan kolaborasi Kedepannya berharap keseluruhan


PUG di Kota Malang, perlu dilakukan perangkat daerah bisa memahami isu gender
langkah-langkah strategis antara lain yaitu, secara holistik sehingga bisa melaksanakan
Optimalisasi Tim Focal Point di masing- PPRG dalam rangka menunjang arah
masing Perangkat Daerah sampai tingkat pembangunan daerah yang responsif
kelurahan, penyusunan dokumen terhadap gender. Selain itu, juga mendorong
Perencanaan dan Penganggaran Responsif tim penggerak pengarusutamaan gender di
Gender (PPRG) sebelum penetapan RKPD lingkungan Pemkot Malang untuk bisa terus
pada tahun 2025, Aktivasi PPRG dalam bekerja secara optimal dan memaksimalkan
setiap program/kegiatan/sub kegiatan dalam perannya dalam mewujudkan kesetaraan dan
rangka memberi kemanfaatan bagi keadilan gender. Perangkat daerah harus
masyarakat, serta optimalisasi bimbingan memiliki perspektif gender serta harus
teknis (bimtek) dalam penyusunan PPRG di memahami gender secara tepat sehingga
masing-masing PD sampai dengan bisa berperan secara optimal dalam upaya
kelurahan. mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender
ini.
Sementara itu Kepala Bidang PPKG
Dinas Pemberdayaan Perempuan, A. PENGARUSUTAMAAN GENDER
Perlindungan Anak dan Kependudukan (PUG)
Provinsi Jawa Timur, One Widyawati,
SKM, M.Kes dalam paparannya Intervensi pemerintah dalam

menyebutkan, integrasi isu gender dalam mempercepat tercapainya kesetaraan dan

dokumen PPRG sudah direspons dengan keadilan gender (KKG) adalah dengan

dibuatnya revitalisasi pengarusutamaan membentuk suatu kebijakan yang disebut

gender. Di antara yang menjadi bagian dari Strategi ”Pengarusutamaan Gender”

revitalisasi tersebut adalah revisi instrumen disingkat menjadi PUG (Gender

perencanaan, revisi instrumen Mainstreaming). Istilah pengarusutamaan

penganggaran, revisi instrumen PUG baik di gender (PUG) berasal dari bahasa Inggris ”
Gender Mainstreaming”. Istilah ini
digunakan pada saat Konferensi Wanita pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari
Sedunia ke IV di Beijing dan dicantumkan seluruh kebijakan dan program diberbagai
pada ”Beijing Platform of Action”. Semua bidang kehidupan dan pembangunan.
negara peserta termasuk Indonesia dan
organisasi yang hadir pada konferensi Pengarusutamaan gender (PUG), atau

tersebut secara eksplisit menerima mandat dalam istilah Inggeris: Gender

untuk mengimplementasikan ” Gender Mainstraiming, merupakan suatu strategi

Mainstreaming” tersebut di negaranya untuk mencapai kesetaraan dan keadilan

masing-masing. gender melalui kebijakan dan program yang


memperhatikan pengalaman, aspirasi,
Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan, dan permasalahan perempuan
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah dan laki-laki ke dalam perencanaan,
suatu strategi untuk mencapai keadilan dan pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari
kesetaraan gender (KKG) melalui kebijakan seluruh kebijakan dan program di berbagai
dan program yang memperhatikan bidang kehidupan dan pembangunan.
pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan
permasalahan perempuan dan laki-laki ke Penyelenggaan pangarusutamaan

dalam perencanaan, pelaksanaan, gender mencakup baik pemenuhan

pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebutuhan praktis gender maupun

kebijakan dan program di berbagai bidang pemenuhan kebutuhan strategis gender.

kehidupan dan pembangunan. Kebutuhan praktis gender adalah kebutuhan-

Pengarusutamaan gender atau disingkat kebutuhan jangka pendek dan berkaitan

PUG adalah strategi yang dilakukan secara dengan perbaikan kondisi perempuan

rasional dan sistimatis untuk mencapai dan dan/atau laki-laki guna menjalankan peran-

mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender peran sosial masingmasing, seperti

dalam sejumlah aspek kehidupan manusia perbaikan taraf kehidupan, perbaikan

(rumah tangga, masyarakat dan negara), pelayanan kesehatan, penyediaan lapangan

melalui kebijakan dan program yang kerja, penyediaan air bersih, dan

memperhatikan pengalaman, aspirasi, pemberantasan buta aksara. Kebutuhan

kebutuhan dan permasalahan perempuan dan strategis gender adalah kebutuhan

laki-laki ke dalam perencanaan, perempuan dan/atau laki-laki yang berkaitan


dengan perubahan pola relasi gender dan
perbaikan posisi perempuan dan/atau laki- perempuan di dalam program pembangunan
laki, seperti perubahan di dalam pola atau pembangunan yang berwawasan
pembagian peran, pembagian kerja, gender, antara lain:
kekuasaan dan kontrol terhadap
sumberdaya. Pemenuhan kebutuhan strategis Pertama adalah Perempuan Dalam

ini bersifat jangka panjang, seperti Pembangunan (Women In Development-

perubahan hak hukum, penghapusan WID). Pendekatan WID muncul pada

kekerasan dan deskriminasi di berbagai dekade 70-an sebagai produk dari gerakan

bidang kehidupan, persamaan upah untuk kaum feminis liberal Amerika yang melihat

jenis pekerjaan yang sama, dan sebagainya. bahwa kaum perempuan diabaikan dan
tereksklusi dari program pembangunan. Para
B. KEIKUTSERTAAN KAUM penganut pendekatan WID yakin bahwa
PEREMPUAN DI DALAM pembangunan tidak akan terjadi jika
PROGRAM PEMBANGUNAN perempuan tidak dimasukkan di dalam
proses pembangunan. Oleh sebab itu untuk
Untuk konteks pembangunan, isu mengatasi marjinalisasi perempuan, mereka
tentang perempuan dan pembangunan memperjuangkan penerapan proyek
menjadi sedemikian penting karena selama pembangunan terpisah atau terintegrasi
ini perempuan pada umumnya untuk kaum perempuan. Asumsi yang
termarjinalkan. Hal tersebut dikarenakan mereka kemukakan adalah jika kaum
negara masih kurang tepat dalam perempuan mendapat akses pada sumber
menempatkan perempuan perempuan pada daya seperti kredit, pelatihan, kegiatan
peran tradisional begitu juga aktifitas- peningkatan penghasilan maka kaum
aktifitas yang dilakukan perempuan. Selain perempuan akan mampu meningkatkan
itu, negara juga secara relatif tidak posisinya sejajar dengan laki-laki.
diperhitungkan dalam usaha-usaha Penerapan konsep WID ini ternyata tidak
pembangunan tidak menikmati hasil- membawa perubahan yang signifikan
hasilnya sebagaimana yang didapat oleh terhadap partisipasi perempuan dalam
laki-laki. (Antrobus, 2004: 47). pembangunan. Hal ini disebabkan oleh
budaya patriarkhi yang membelenggu
Beberapa pendekatan yang
kebanyakan penduduk negara berkembang,
menginginkan keikutsertaan kaum
menimbulkan peran sosial budaya dan melihat bahwa terjadi subordinasi
ekonomi kaum perempuan tersubordinasi perempuan di bawah pengaruh ayah dan
oleh laki-laki suami mereka. Oleh sebab itu dengan
meningkatkan akses perempuan pada
Kedua adalah Perempuan dan layanan publik dapat mengatasi persoalan
Pembangunan (Women And Development- subordinasi tersebut. Pendukung pendekatan
WAD), Kegagalan pendekatan WID dalam GAD berpendapat bahwa nilai peran
memperjuangkan perbaikan posisi kaum produksi (kerja berbayar dan kerja tak
perempuan perempuan dalam pembangunan, berbayar) serta peran reproduksi
menyebabkan perlunya pendekatan lain (melahirkan dan merawat anak) para ibu
yang disebut pendekatan Perempuan Dan rumah tangga dapat memberikan manfaat
Pembagunan (Women And Development- pada rumah tangga dan industri. Tujuan
WAD). Para pendukung pendekatan WAD akhir pendekatan GAD adalah terjadinya
berpendapat bahwa kaum perempuan tidak pergeseran hubungan kekuasaan yang akan
akan pernah mendapatkan bagian dari memberikan otonomi lebih besar terhadap
manfaat pembangunan yang adil dan merata kaum perempuan. Kesetaraan dan keadilan
jika pengaruh budaya patriarkhi belum dapat gender masih sulit untuk dinikmati oleh
diatasi. Mereka melihat bahwa mengatasi seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum
kemiskinan dan dampak kolonialisme juga perempuan. Oleh sebab itu pemerintah telah
penting untuk mempromosikan persamaan mengambil kebijakan, tentang perlu adanya
gender dalam proses pembangunan. strategi yang tepat sehingga dapat
Pendekatan WAD ternyata juga gagal dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
mempengaruhi akses kaum perempuan Strategi ini disebut Pengarusutamaan
dalam program pembangunan. Gender (Gender Mainstreaming) yang
tertuang di dalam Instruksi Presiden (Inpres)
Ketiga adalah Gender dan
No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Pembangunan (Gender And Development-
Gender dalam Pembangunan Nasional
GAD). Kegagalan pendekatan WID dan
sampai daerah. Dengan strategi
WAD menyebabkan pada tahun 1980-an
Pengarusutamaan Gender ini, pemerintah
muncul pendekatan Gender dan
dapat melahirkan kebijakan- kebijakan yang
Pembangunan (Gender And Development-
adil bagi seluruh lapisan masyarakat, baik
GAD). Para pendukung pendekatan GAD
pria maupun wanita. Melalui stratetgi ini, pertimbangan tersebut perlu disikapi
diharapkan program pembangunan yang dalam semua perencanaan dan penanganan
akan dilaksanakan akan menjadi lebih program agar dapat menghasilkan
sensitif atau responsif gender, sehingga efisiensi dan keberlanjutan serta
mampu menegakkan hak-hak dan kewajiban memperbaiki kondisi ketidaksetaraan yang
kaum perempuan atas kesempatan yang ada.
sama, pengakuan yang sama dan
penghargaan yang sama di masyarakat Pengertian kata gender sama sekali

secara operasional. Pengarusutamaan gender berbeda dengan pengertian kata jenis

dapat diartikan sebagai suatu upaya yang kelamin. Gender bukanlah perempuan

dibangun untuk mengintegrasikan kebijakan ataupun laki-laki. Gender hanya memuat

gender dalam program pembangunan mulai fungsi dan peran sosial laki-laki dan

dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan perempuan yang terbentuk oleh lingkungan

(monitoring) dan evaluasi. Pengarusutamaan tempat kita berada. Gender diciptakan

Gender, bertujuan untuk terselenggaranya melalui proses sosial budaya yang panjang

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan dalam lingkup suatu masyarakat tertentu

evaluasi atas kebijakan dan program sehingga dapat berbeda dari satu tempat ke

pembangunan nasional yang berperspektif tempat lainnya. Gender juga berubah dari

gender. waktu ke waktu sehingga bisa berlainan dari


satu generasi ke generasi berikutnya. Di
C. PENGARUSUTAMAAN GENDER masa lalu perempuan yang memakai celana
DAN INKLUSI SOSIAL DALAM panjang dianggap tidak pantas sedangkan
PEMBANGUNAN saat ini dianggap hal yang baik untuk
perempuan aktif (William-de Vries, 2006).
Setiap kelompok dalam sebuah Berbeda dengan jenis kelamin, gender
masyarakat kerap kali memiliki perbedaan merupakan konsep yang dipergunakan
dalam prioritas, hambatan dan pilihan terkait untuk menggambarkan peran dan relasi
dengan pembangunan. Berbeda kelompok sosial laki-laki dan perempuan dan
berbeda pula bagaimana mereka sekaligus sebagai sebuah rumusan peran
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang melekat pada laki-laki dan perempuan
program-program pembangunan. Untuk di dalam sebuah masyarakat.
meningkatkan efektivitas, pertimbangan-
Bicara gender, berarti juga kita sering kali lebih banyak dialami perempuan
bicara tentang stereotip dan ideal, yang karena di dalam masyarakat seorang
berkaitan dengan konsep peran. Stereotip perempuan diharapkan bertindak, bersikap,
memberikan arah pada perilaku seseorang berperilaku, bertutur, sesuai dengan standar
karena seringkali menentukan cara orang yang ada daalam masyarakat.
memandang suatu kelompok atau cara
seseorang berinteraksi dengan orang lain. Terminologi “kesetaraan gender”

Karena masyarakat biasanya kurang bisa seringkali disalahartikan dengan

menerima perilaku yang menyimpang dari mengambil alih pekerjaan dan

norma standar, berkembanglah mitos tanggungjawab laki-laki. Kesetaraan gender

bahwa ada dua gender yang sangat bukan berarti memindahkan pekerjaan laki-

berbeda satu dengan yang lainnya. laki ke pundak perempuan, bukan pula

Anggapan yang belakangan ini mengambil alih tugas dan kewajiban

diperdebatkan karena pengetahuan baru suami oleh istrinya. Jika hal ini terjadi,

bahwa ada perempuan atau lelaki yang bukan ‘kesetaraan’ yang tercipta, melainkan

menampilkan karakteristik perilaku, dan penambahan beban dan penderitaan kepada

sikap yang tidak sesuai dengan harapan perempuan.

sosial tentang ciri khas perempuan atau


Inti dari kesetaraan dan keadilan
lelaki (Sadeli, 2010).
gender adalah bagaimana masyarakat

Oleh karena dianggap berpikir dan bertindak serta memandang

menyimpang, tidak sesuai dengan nilai, semua orang pada kedudukan yang sama

norma dan harapan masyarakat maka dan sejajar. Bagaimana laki-laki dan

diberikanlah kepadanya “sanksi sosial” perempuan dilihat sebagai manusia yang

berupa pelabelan (stereotip), peminggiran utuh, yang sama dan senilai dalam proses

(marginalisasi), tidak hidup dan menikmati kehidupan.

diperhitungkan/dipertimbangkan Bagaimana perempuan dan laki-laki

keberadaannya/pengabaian (subordinasi), berada pada posisi yang setara dalam

kekerasan baik secara fisik, verbal, proses pengambilan keputusan,

psikologis maupun sumber terhadap akses mendapatkan peluang dan kesempatan

ekonomi serta beban ganda, kelimanya dan memperoleh manfaat yang sama dalam
mengisi pembangunan. Kesetaraan gender
memberikan penghargaan dan 17 Pembahasan mengenai inklusivitas
kesempatan yang sama pada perempuan dan gender dalam kaitannya dengan
dan laki-laki dalam menentukan pembangunan, harus terlebih dahulu
keinginannya dan menggunakan memastikan keberadaan komponen yang
kemampuannya secara maksimal di berbagai ada dalam masyarakat dengan melakukan
bidang. (Willian-de Vries, 2006). identifikasi berbagai kelompok kepentingan
yang ada dalam masyarakat. Setiap satuan
Sedangkan perencanaan masyarakat pastilah terdiri dari berbagai
pembangunan yang inklusif mensyaratkan kelompok kepentingan seperti profesi,
keterlibatan, pengenalan hak dan identifikasi status soaial, kelompok umur, tingkat
kebutuhan khusus kelompok terpinggirkan kesejahteraan, kemampuan (ability),
dalam tiap tahapan dan unsur-unsurnya. keterampilan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, perencanaan pembangunan Identifikasi terhadap keberadaan berbagai
yang direncanakan adalah perencanaan kelompok kepentingan ini harus
yang terpadu, dengan memperhatikan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah,
mempertimbangkan dan berpihak pada kebutuhan, sumber daya (internal dan
kelompok terpinggirkan. Wujud dari eksternal yang dapat mengatasi masalah dan
perhatian, pertimbangan dan keberpihakan kebutuhan) serta program atau kegiatan
ini bisa terlihat baik pada proses penilaian, yang ditawarkan. Dalam hal identifikasi,
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring terutama dalam hal masalah dan sumber
serta evaluasi dengan melibatkan daya, harus dipastikan berbagai aspek
kelompok terpinggirkan maupun seperti fisik, alam, manusia, sosial dan
wujudnya dalam usulan program yang finansial dikaji secara proporsional. Ini
disetujui dalam RPJMD/RPJM RKP serta berguna untuk mendorong partisipasi dan
wujudnya dalam anggaran dan kemandirian masyarakat dalam mengisi
pelaksanaannya. Perlu keterlibatan dan pembangunan.
kontribusi semua pihak agar ruang
partisipasi, kesetraaan peluang dan manfaat KESMPULAN
pembangunan dapat diakses, dinikmati dan
dikontrol oleh semua warga masyarakat. Keadilan dan kesetaraan antara
perempuan dan laki-laki merupakan salah
satu tujuan pembangunan Indonesia. dengan nilai-nilai budaya yang
Kesetaraan tersebut dapat dilihat dari berkembang di tengah-tengah masyarakat.
kemampuan dan kesempatan yang
Kemauan perempuan dalam
dimiliki oleh perempuan dan laki-laki
mewujudkan kesetaraan gender tanpa
dalam mengakses, mengotrol, berpartisipasi
diiringi
dan berperan di dalam proses
dengan kemampuan untuk lepas dari kondisi
pembangunan.
yang “melegalkan” ketidaksetaraan gender,
Dalam berbagai kondisi masih sering maka ini tentu saja bermakna bahwa
ditemukan ketidakadilan dan ketidak perempuan itu sendiri yang menyebabkan
setaraan antara perempuan dan laki-laki. mereka berada pada kondisi yang tidak
Khususnya dalam pembagian peran akibat setara.
adanya konstruksi budaya di tengah-
tengah masyarakat. Konstrusi budaya
DAFTAR PUSTAKA
tersebut melahirkan suatu konsep yang
disebut dengan Gender. Malau, Waston. 2014. Pengarusutamaan
Upaya yang dilakukan guna Gender dalam Program
mewujudkan kesetaraan gender adalah Pembangunan. Jurnal Pendidikan Ilmu
dengan melakukan Pengarusutamaan Ilmu Sosial.
Gender (PUG) pada semua lini kehidupan
Devitasari, Indah. 2017. PERAN ANGGOTA
masyarakat. Munculnya PUG sebagai
DPRD PEREMPUAN DALAM
suatu strategi dalam mewujudkan
PEMBUATAN PERATURAN
kesetaraan gender masih belum diiringi
DAERAH TENTANG
dengan kemampaun perempuan itu sendiri
PEMGARUSUTAMAAN GENDER DI
dalam mewujudkan kesetaraan gender.
SULAWESI SELATAN. Jurnal
Kondisi ini memberikan gambaran bahwa
Magister Ilmu politik Universitas
perempuan yang mau mewujudkakn
Hasanuddin. Volume 3. (No. 2)
kesetaraan gender terkadang menjadi pasrah
dan tidakmampu melawan kondisi yang Yuwono, Dian. 2013.
seolah melegalkan ketidakadilan gender PENGARUSUTAMAAN GENDER
tersebut. Hal ini terutama berkenaan DALAM PEMBANGUANA
PERTANIAN: KASUS PADA
PELAKSANAAN PROGRAM FEATI
DI KABUPATEN MAGELANG. Jurnal
Sosial Ekonomi dan Agribisnis.
Volume.10. (No.1)

Wiliam-de Varies, 2006, Gender bukan


Tabu: Catatan Perjalanan Fasilitasi
Kelompok Perempuan di Jambi.
Center for Internasional Forestry
(CIFOR)- Bogor.

Sadeli, Saparinah. 2010. Berbeda Tapi


Setara: Pemikiran Tentang Kajian
Perempuan. PT. Kompas Media
Nusantara, Jakarta.

Kusumawiranti, Retno. 2021.


Pengarusutamaan Gender dan Inklusi
Sosial Dalam Pembangunan Desa.
Ejournal widyamataram. Volume 9.
(No.1)

Rahayu, Wewen. 2016. Analisis


Pengarusutamaan Gender dalam
Kebijakan Publik (Studi Kasus di
BP3AKB Provinsi Jawa Tengah).
Jurnal Analisis Kebijakan Dan
Pelayanan Publik. Volume 2. (No.1)

Anda mungkin juga menyukai