Malang
dijahnissa@gmail.com
ABSTRAK
Berbagai persoalan ketidakadilan gender di masyarakat masih belum mendapat perhatian nyata
dari seluruh sektor masyarakat. Perempuan berada pada posisi yang kurang diuntungkan
dibandingkan laki-laki dalam hal pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan perolehan serta
penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang kita lihat, rendahnya partisipasi
perempuan dalam politik dan pendidikan, kekerasan terhadap perempuan, perdagangan
perempuan dan anak-anak, pornografi, perburuhan perempuan, seperti masalah perburuhan
dengan migran luar negeri dan pekerja migran, dan rendahnya partisipasi perempuan dalam
politik dan pendidikan adalah masih umum. Khususnya di tingkat SMA dan Kampus. Untuk itu,
upaya berkelanjutan harus dilakukan untuk mengembangkan potensi untuk menghilangkan
diskriminasi gender dan mendukung kesetaraan dan keadilan gender. Meskipun UUD 1945
menjamin kesetaraan akses bagi perempuan dan laki-laki, namun implementasinya masih banyak
kendala. Hal ini juga melanggengkan budaya patriarki yang masih kuat mengakar di masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu, sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, pemberdayaan
perempuan dalam pembangunan responsif gender sangat penting untuk mencapai kemitraan yang
harmonis dan setara antara laki-laki dan perempuan atau kesetaraan gender dalam berbagai
bidang kehidupan dan pembangunan, serta dalam upaya untuk mewujudkan kemitrasejajaran
yang harmonis antara pria dengan wanita atau mewujudkan kesetaraan dan
keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan.
Tentu saja akan banyak data dan informasi Pemberdayaan Gender (IDG) Kota Malang
yang akan diperoleh selama penelitian di pada tahun 2022 berada di angka 78,77
lapangan. Penulis melakukan reduksi data sedangkan target IDG dalam dokumen P-
dari hasil wawancara dengan cara RPJMD sebesar 75,10. Sementara itu untuk
memfokuskan pada hal-hal penting, serta di angka 82,71%, sedangkan untuk Indeks
membuat memo atau catatan dan rekaman, Pembangunan Gender (IPG) Kota Malang
agar data dari informan lebih teratur dan berada di angka 95,54%. Meski kedua angka
sistematis.Setelah mereduksi data, penulis ini terbilang cukup tinggi, akan tetapi angka
melakukan penyajian data.Penyajian data ini berada di bawah target yang telah
dalam penelitian ini diperoleh dari hasil ditetapkan oleh Pemkot Malang dalam
wawancara. Penulis membuat susunan dokumen P-RPJMD. Maka dari itu perlu
informasiyang akan diperoleh, berupa akselerasi dari kita semua sebagai aparatur
pemerintah dalam pemenuhan ketercapaian tingkat pusat maupun daerah, serta revisi
indicator. Gender Analysis Pathway (GAP).
dokumen PPRG sudah direspons dengan keadilan gender (KKG) adalah dengan
penganggaran, revisi instrumen PUG baik di gender (PUG) berasal dari bahasa Inggris ”
Gender Mainstreaming”. Istilah ini
digunakan pada saat Konferensi Wanita pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari
Sedunia ke IV di Beijing dan dicantumkan seluruh kebijakan dan program diberbagai
pada ”Beijing Platform of Action”. Semua bidang kehidupan dan pembangunan.
negara peserta termasuk Indonesia dan
organisasi yang hadir pada konferensi Pengarusutamaan gender (PUG), atau
PUG adalah strategi yang dilakukan secara dengan perbaikan kondisi perempuan
rasional dan sistimatis untuk mencapai dan dan/atau laki-laki guna menjalankan peran-
melalui kebijakan dan program yang kerja, penyediaan air bersih, dan
kekerasan dan deskriminasi di berbagai dekade 70-an sebagai produk dari gerakan
bidang kehidupan, persamaan upah untuk kaum feminis liberal Amerika yang melihat
jenis pekerjaan yang sama, dan sebagainya. bahwa kaum perempuan diabaikan dan
tereksklusi dari program pembangunan. Para
B. KEIKUTSERTAAN KAUM penganut pendekatan WID yakin bahwa
PEREMPUAN DI DALAM pembangunan tidak akan terjadi jika
PROGRAM PEMBANGUNAN perempuan tidak dimasukkan di dalam
proses pembangunan. Oleh sebab itu untuk
Untuk konteks pembangunan, isu mengatasi marjinalisasi perempuan, mereka
tentang perempuan dan pembangunan memperjuangkan penerapan proyek
menjadi sedemikian penting karena selama pembangunan terpisah atau terintegrasi
ini perempuan pada umumnya untuk kaum perempuan. Asumsi yang
termarjinalkan. Hal tersebut dikarenakan mereka kemukakan adalah jika kaum
negara masih kurang tepat dalam perempuan mendapat akses pada sumber
menempatkan perempuan perempuan pada daya seperti kredit, pelatihan, kegiatan
peran tradisional begitu juga aktifitas- peningkatan penghasilan maka kaum
aktifitas yang dilakukan perempuan. Selain perempuan akan mampu meningkatkan
itu, negara juga secara relatif tidak posisinya sejajar dengan laki-laki.
diperhitungkan dalam usaha-usaha Penerapan konsep WID ini ternyata tidak
pembangunan tidak menikmati hasil- membawa perubahan yang signifikan
hasilnya sebagaimana yang didapat oleh terhadap partisipasi perempuan dalam
laki-laki. (Antrobus, 2004: 47). pembangunan. Hal ini disebabkan oleh
budaya patriarkhi yang membelenggu
Beberapa pendekatan yang
kebanyakan penduduk negara berkembang,
menginginkan keikutsertaan kaum
menimbulkan peran sosial budaya dan melihat bahwa terjadi subordinasi
ekonomi kaum perempuan tersubordinasi perempuan di bawah pengaruh ayah dan
oleh laki-laki suami mereka. Oleh sebab itu dengan
meningkatkan akses perempuan pada
Kedua adalah Perempuan dan layanan publik dapat mengatasi persoalan
Pembangunan (Women And Development- subordinasi tersebut. Pendukung pendekatan
WAD), Kegagalan pendekatan WID dalam GAD berpendapat bahwa nilai peran
memperjuangkan perbaikan posisi kaum produksi (kerja berbayar dan kerja tak
perempuan perempuan dalam pembangunan, berbayar) serta peran reproduksi
menyebabkan perlunya pendekatan lain (melahirkan dan merawat anak) para ibu
yang disebut pendekatan Perempuan Dan rumah tangga dapat memberikan manfaat
Pembagunan (Women And Development- pada rumah tangga dan industri. Tujuan
WAD). Para pendukung pendekatan WAD akhir pendekatan GAD adalah terjadinya
berpendapat bahwa kaum perempuan tidak pergeseran hubungan kekuasaan yang akan
akan pernah mendapatkan bagian dari memberikan otonomi lebih besar terhadap
manfaat pembangunan yang adil dan merata kaum perempuan. Kesetaraan dan keadilan
jika pengaruh budaya patriarkhi belum dapat gender masih sulit untuk dinikmati oleh
diatasi. Mereka melihat bahwa mengatasi seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum
kemiskinan dan dampak kolonialisme juga perempuan. Oleh sebab itu pemerintah telah
penting untuk mempromosikan persamaan mengambil kebijakan, tentang perlu adanya
gender dalam proses pembangunan. strategi yang tepat sehingga dapat
Pendekatan WAD ternyata juga gagal dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
mempengaruhi akses kaum perempuan Strategi ini disebut Pengarusutamaan
dalam program pembangunan. Gender (Gender Mainstreaming) yang
tertuang di dalam Instruksi Presiden (Inpres)
Ketiga adalah Gender dan
No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Pembangunan (Gender And Development-
Gender dalam Pembangunan Nasional
GAD). Kegagalan pendekatan WID dan
sampai daerah. Dengan strategi
WAD menyebabkan pada tahun 1980-an
Pengarusutamaan Gender ini, pemerintah
muncul pendekatan Gender dan
dapat melahirkan kebijakan- kebijakan yang
Pembangunan (Gender And Development-
adil bagi seluruh lapisan masyarakat, baik
GAD). Para pendukung pendekatan GAD
pria maupun wanita. Melalui stratetgi ini, pertimbangan tersebut perlu disikapi
diharapkan program pembangunan yang dalam semua perencanaan dan penanganan
akan dilaksanakan akan menjadi lebih program agar dapat menghasilkan
sensitif atau responsif gender, sehingga efisiensi dan keberlanjutan serta
mampu menegakkan hak-hak dan kewajiban memperbaiki kondisi ketidaksetaraan yang
kaum perempuan atas kesempatan yang ada.
sama, pengakuan yang sama dan
penghargaan yang sama di masyarakat Pengertian kata gender sama sekali
dapat diartikan sebagai suatu upaya yang kelamin. Gender bukanlah perempuan
gender dalam program pembangunan mulai fungsi dan peran sosial laki-laki dan
Gender, bertujuan untuk terselenggaranya melalui proses sosial budaya yang panjang
evaluasi atas kebijakan dan program sehingga dapat berbeda dari satu tempat ke
pembangunan nasional yang berperspektif tempat lainnya. Gender juga berubah dari
bahwa ada dua gender yang sangat bukan berarti memindahkan pekerjaan laki-
berbeda satu dengan yang lainnya. laki ke pundak perempuan, bukan pula
diperdebatkan karena pengetahuan baru suami oleh istrinya. Jika hal ini terjadi,
bahwa ada perempuan atau lelaki yang bukan ‘kesetaraan’ yang tercipta, melainkan
menyimpang, tidak sesuai dengan nilai, semua orang pada kedudukan yang sama
norma dan harapan masyarakat maka dan sejajar. Bagaimana laki-laki dan
berupa pelabelan (stereotip), peminggiran utuh, yang sama dan senilai dalam proses
ekonomi serta beban ganda, kelimanya dan memperoleh manfaat yang sama dalam
mengisi pembangunan. Kesetaraan gender
memberikan penghargaan dan 17 Pembahasan mengenai inklusivitas
kesempatan yang sama pada perempuan dan gender dalam kaitannya dengan
dan laki-laki dalam menentukan pembangunan, harus terlebih dahulu
keinginannya dan menggunakan memastikan keberadaan komponen yang
kemampuannya secara maksimal di berbagai ada dalam masyarakat dengan melakukan
bidang. (Willian-de Vries, 2006). identifikasi berbagai kelompok kepentingan
yang ada dalam masyarakat. Setiap satuan
Sedangkan perencanaan masyarakat pastilah terdiri dari berbagai
pembangunan yang inklusif mensyaratkan kelompok kepentingan seperti profesi,
keterlibatan, pengenalan hak dan identifikasi status soaial, kelompok umur, tingkat
kebutuhan khusus kelompok terpinggirkan kesejahteraan, kemampuan (ability),
dalam tiap tahapan dan unsur-unsurnya. keterampilan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, perencanaan pembangunan Identifikasi terhadap keberadaan berbagai
yang direncanakan adalah perencanaan kelompok kepentingan ini harus
yang terpadu, dengan memperhatikan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah,
mempertimbangkan dan berpihak pada kebutuhan, sumber daya (internal dan
kelompok terpinggirkan. Wujud dari eksternal yang dapat mengatasi masalah dan
perhatian, pertimbangan dan keberpihakan kebutuhan) serta program atau kegiatan
ini bisa terlihat baik pada proses penilaian, yang ditawarkan. Dalam hal identifikasi,
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring terutama dalam hal masalah dan sumber
serta evaluasi dengan melibatkan daya, harus dipastikan berbagai aspek
kelompok terpinggirkan maupun seperti fisik, alam, manusia, sosial dan
wujudnya dalam usulan program yang finansial dikaji secara proporsional. Ini
disetujui dalam RPJMD/RPJM RKP serta berguna untuk mendorong partisipasi dan
wujudnya dalam anggaran dan kemandirian masyarakat dalam mengisi
pelaksanaannya. Perlu keterlibatan dan pembangunan.
kontribusi semua pihak agar ruang
partisipasi, kesetraaan peluang dan manfaat KESMPULAN
pembangunan dapat diakses, dinikmati dan
dikontrol oleh semua warga masyarakat. Keadilan dan kesetaraan antara
perempuan dan laki-laki merupakan salah
satu tujuan pembangunan Indonesia. dengan nilai-nilai budaya yang
Kesetaraan tersebut dapat dilihat dari berkembang di tengah-tengah masyarakat.
kemampuan dan kesempatan yang
Kemauan perempuan dalam
dimiliki oleh perempuan dan laki-laki
mewujudkan kesetaraan gender tanpa
dalam mengakses, mengotrol, berpartisipasi
diiringi
dan berperan di dalam proses
dengan kemampuan untuk lepas dari kondisi
pembangunan.
yang “melegalkan” ketidaksetaraan gender,
Dalam berbagai kondisi masih sering maka ini tentu saja bermakna bahwa
ditemukan ketidakadilan dan ketidak perempuan itu sendiri yang menyebabkan
setaraan antara perempuan dan laki-laki. mereka berada pada kondisi yang tidak
Khususnya dalam pembagian peran akibat setara.
adanya konstruksi budaya di tengah-
tengah masyarakat. Konstrusi budaya
DAFTAR PUSTAKA
tersebut melahirkan suatu konsep yang
disebut dengan Gender. Malau, Waston. 2014. Pengarusutamaan
Upaya yang dilakukan guna Gender dalam Program
mewujudkan kesetaraan gender adalah Pembangunan. Jurnal Pendidikan Ilmu
dengan melakukan Pengarusutamaan Ilmu Sosial.
Gender (PUG) pada semua lini kehidupan
Devitasari, Indah. 2017. PERAN ANGGOTA
masyarakat. Munculnya PUG sebagai
DPRD PEREMPUAN DALAM
suatu strategi dalam mewujudkan
PEMBUATAN PERATURAN
kesetaraan gender masih belum diiringi
DAERAH TENTANG
dengan kemampaun perempuan itu sendiri
PEMGARUSUTAMAAN GENDER DI
dalam mewujudkan kesetaraan gender.
SULAWESI SELATAN. Jurnal
Kondisi ini memberikan gambaran bahwa
Magister Ilmu politik Universitas
perempuan yang mau mewujudkakn
Hasanuddin. Volume 3. (No. 2)
kesetaraan gender terkadang menjadi pasrah
dan tidakmampu melawan kondisi yang Yuwono, Dian. 2013.
seolah melegalkan ketidakadilan gender PENGARUSUTAMAAN GENDER
tersebut. Hal ini terutama berkenaan DALAM PEMBANGUANA
PERTANIAN: KASUS PADA
PELAKSANAAN PROGRAM FEATI
DI KABUPATEN MAGELANG. Jurnal
Sosial Ekonomi dan Agribisnis.
Volume.10. (No.1)