DI SUSUN OLEH :
NIM : 526080621018
TINGKAT/SEMESTER : II/III
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penyusunan
makalah Mata Kuliah Hukum Gender dengan judul “Kesetaraan dan Keadilan Gender”
dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Dosen
pembimbing.
pengganti pelaksanaan Ujian Akhir Semester Ganjil Tahun Akademik 2011 / 2012.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
sebab itu sumbangan pemikiran yang bersifat koreksi untuk penyempurnaannya sangat di
harapkan, akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermamfaat dalam
Laila Bardah
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan
sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia sehingga seluruh negara
menjadi terikat dan harus melaksanakan komitmen tersebut.
Upaya mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG), di Indonesia dituangkan dalam
kebijakan nasional sebagaimana ditetapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1999, UU No. 25 th. 2000 tentang Program Pembangunan Nasional-PROPENAS 2000-2004,
dan dipertegas dalam Instruksi Presiden No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
(PUG) dalam Pembangunan nasional, sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan keadilan dan
kesetaraan gender.
Disamping itu pengarusutamaan gender juga merupakan salah satu dari empat key cross
cutting issues dalam Propenas. Pelaksanaan PUG diisntruksikan kepada seluruh departemen
maupun lembaga pemerintah dan non departemen di pemerintah nasional, propinsi maupun di
kabupaten/kota, untuk melakukan penyusunan program dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dengan mempertimbangkan permasalahan kebutuhan, aspirasi
perempuan pada pembangunan dalam kebijakan, program/proyek dan kegiatan.
Disadari bahwa keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia baik yang dilaksanakan
oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sangat tergantung dari peran serta laki-laki dan
perempuan sebagai pelaku dan pemanfaat hasil pembangunan. Pada pelaksanaannya sampai saat
ini peran serta kaum perempuan belum dioptimalkan. Oleh karena itu program pemberdayaan
perempuan telah menjadi agenda bangsa dan memerlukan dukungan semua pihak.
Berbagai upaya pembangunan nasional yang selama ini diarahkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, baik perempuan maupun laki-laki, ternyata belum dapat
memberikan manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Bahkan belum cukup efektif
memperkecil kesenjangan yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa hak-hak perempuan
memperoleh manfaat secara optimal belum terpenuhi sehingga pembangunan nasional belum
mencapai hasil yang optimal, karena masih belum memanfaatkan kapasitas sumber daya manusia
secara penuh.
Faktor penyebab kesenjangan gender yaitu Tata nilai sosial budaya masyarakat,
umumnya lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan (ideology patriarki); Peraturan
perundang-undangan masih berpihak pada salah satu jenis kelamin dengan kata lain belum
mencerminkan kesetaraan gender; Penafsiran ajaran agama yang kurang komprehensif atau
cenderung tekstual kurang kontekstual, cenderung dipahami parsial kurang kholistik;
Kemampuan, kemauan dan kesiapan perempuan sendiri untuk merubah keadaan secara konsisten
dan konsekwen; Rendahnya pemahaman para pengambil keputusan di eksekutif, yudikatif,
legislatif terhadap arti, tujuan, dan arah pembangunan yang responsif gender.
Adanya kesenjangan pada kondisi dan posisi laki-laki dan perempuan menyebabkan
perempuan belum dapat menjadi mitra kerja aktif laki-laki dalam mengatasi masalah-masalah
sosial, ekonomi dan politik yang diarahkan pada pemerataan pembangunan.
Selain itu rendahnya kualitas perempuan turut mempengaruhi kualitas generasi penerusnya,
mengingat mereka mempunyai peran reproduksi yang sangat berperan dalam mengembangkan
sumber daya manusia masa depan.
2.Kesehatan
Menurut Gender Statistics and indicators 2000 (BPS), kemajuan di bidang kesehatan
ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian bayi (dari 49 bayi per 1000 kelahiran pada
tahun 1998 menjadi 36 tahun 2000, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2001).
Menurunnya angka kematian anak serta meningkatnya angka harapan hidup dari 64,8 tahun
(1998) menjadi 67,9 tahun (2000), Berdasarkan estimasi parameter demografi 1998 yang
dikeluarkan BPS, angka harapan hidup (eo) pada periode 1998-2000 cenderung meningkat. Usia
harapan hidup (life expectancy rate) perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu 69,7
tahun berbanding 65,9 tahun. (Sumber: BPS, Estimasi Parameter Demografi, 1998).
Dibidang kesehatan, selama periode 1998-2000 ada penurunan angka kematian bayi,
Infant Mortality Rate (IMR). Namun angka kematian bayi laki-laki lebih tinggi dibandingkan
angka kematian bayi perempuan. Laki-laki 41, perempuan 31, (Sumber: BPS, Statistik
Kesejahteraan Rakyat 1999-2001).
Sejalan dengan semakin meningkatnya kondisi kesehatan masyarakat, angka kematian anak,
Child Mortality Rate (CMR) periode ini juga menunjukkan penurunan, namun demikian angka
kematian anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan kematian anak perempuan laki-laki 9,8
sedangkan perempuan 7,9. (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2001).
Dibidang kesehatan dan status gizi perempuan masih merupakan masalah utama, yang
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian ibu (AKI) 390/100.000 (SDKI 1994),
337/100.000 (SDKI 1997), dan menurun 307/100.000 (SDKI 2002).
3.Ekonomi
Di bidang ekonomi, secara umum partisipasi perempuan masih rendah, kemampuan
perempuan memperoleh peluang kerja dan berusaha masih rendah, demikian juga dengan akses
terhadap sumber daya ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) yang masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 45% (2002) sedangkan laki-
laki 75,34%, (Sumber: BPS, Statistik Kesejahteraan Rakyat 1999-2002). Sedangkan ditahun
2003 TPAK laki-laki lebih besar dibanding TPAK perempuan yakni 76,12% berbanding 44,81%.
(BPS, Statistik Kesejahteraan Rakya, 2003).
Faktor penyebab kesenjangan kondisi dan posisi perempuan dan laki-laki dipengaruhi
oleh peraturan perundang-undangan yang bias gender karena dalam bidang hukum masih banyak
dijumpai substansi, struktur, dan budaya hukum yang diskriminatif gender. Jumlah peraturan
perundang-undangan yang diskrimintaif terhadap perempuan berjumlah kurang lebih 32 buah.
Faktor penyebab kesenjangan gender pada aspek lain misalnya politik sebagai berikut:
hasil Pemilu tahun 1999 yang menyertakan 57% pemilih perempuan hanya terwakili 8,8% dari
seluruh anggota DPR, lebih rendah dari hasil pemilu 1997 yang berjumlah 11,2% dari jumlah
pemilih 51%, (Sumber: Statistik dan Indikator Gender Indonesia 2002). Pemilu 2004 perempuan
hanya terwakili 11%.
Jumlah perempuan yang menjabat sebagai Hakim Agung dan Hakim Yustisial Non
Struktural di Mahkamah Agung juga menunjukkan penurunan dari 36 pada tahun 1998 menjadi
34 pada tahun 1999, dan 28 pada tahun 2002, (Sumber: Statistik dan Indikator Gender Indonesia
2002-Bab7).
Pada tahun 1999 jumlah PNS perempuan adalah 36,9%, laki-laki sebesar 63,1% dari jumlah
seluruh PNS (4.005.861), dan dari jumlah tersebut hanya 15,2% PNS perempuan yang
menduduki jabatan struktural, sedangkan PNS laki-laki sebesar 84,8%. Sedangkan tahun 2000
terjadi sedikit perubahan dimana jumlah PNS perempuan adalah 37,6%, laki-laki sebesar 62,4%
dari jumlah seluruh PNS (3.927.146), dan dari jumlah tersebut hanya 15,7% yang menduduki
jabatan struktural, sedangkan PNS laki-laki sebesar 84,3%. (Statitik dan Indikator Gender, BPS,
2000).
Masalah HAM bagi perempuan termasuk isu gender yang menuntut perhatian khusus
adalah masalah penindasan dan eksploitasi, kekerasan, dan persamaan hak dalam keluarga,
masyarakat, dan negara. Masalah yang sering muncul adalah perdagangan perempuan, dan
pelacuran paksa, yang umumnya timbul dari berbagai faktor yang saling terkait, antara lain
dampak negatif dari proses urbanisasi, relatif tingginya angka kemiskinan dan pengangguran,
serta rendahnya tingkat pendidikan.
Rumusan masalah
PEMBAHASAN
1. KESETARAAN GENDER
Kesetaraan gender adalah konsep politik yang menekankan kesetaraan antar gender.
Sehingga kesetaraan gender ini juga dikenal sebagai kesetaraan seksual atau kesetaraan jenis
kelamin yang mencerminkan dalam keadaan kemudahan akses yang sama ke sumber daya dan
peluang tanpa memandang gender, termasuk partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan,
dan keadaan menghargai perilaku, aspirasi, dan kebutuhan yang berbeda secara setara, tanpa
memandang gender.
Kesetaraan gender lebih dari sekadar keterwakilan yang setara, ia sangat terkait dengan hak-
hak perempuan, dan seringkali membutuhkan perubahan kebijakan. Hingga tahun 2017, gerakan
global untuk kesetaraan gender belum memasukkan proposisi gender selain perempuan dan laki-
laki, atau identitas gender di luar biner gender.
1. Oakley (1972), Kesetaraan gender adalah sebagai perbedaan atau jenis kelamin yang
bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan, akan tetapi memiliki harkat dan martabat yang
sama
2. Caplan (1987), Kesetaraan gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan
perempuan selain dari struktur biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui proses
sosial dan interaksi sosial, serta kultural.
3. Zainuddin (2006:), Kesetaraan gender dapat didefinisikan sebagai pola relasi lelaki dan
perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing- masing.
1. Akses
Akses yang dimaksud dalam hal ini adalah peluang atau kesempatan dalam mendapatkan
atau menggunakan sumberdaya tertentu. Untuk mewujudkan kesetaraan gender, harus
dipertimbangkan bagaimana mendapatkan akses yang adil dan setara antara perempuan dan laki-
laki terhadap sumberdaya tertentu.
2. Partisipasi
Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau kelompok dalam kegiatan
dan/atau pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan kesetaraab gender, indikator
partisipasi menunjukkan kesamaan peran antara perempuan dan laki-laki dalam pengambilan
keputusan, entah itu di tempat yang sama atau tidak.
3. Kontrol
4. Manfaat
Manfaat merupakan bagian dari kegunaan yang bisa dinikmati secara optimal. Dimana prihal
ini adanya keputusan yang diambil bisa memberikan manfaat yang adil dan setara bagi
perempuan dan laki-laki atau tidak sama sekali menjadi bersatu padu.
1. Perspektif Kuantitatif
Pekerjaan kesetaraan gender kuantitatif juga menyangkut sumber daya dan menunjukkan
bahwa perempuan dan laki-laki harus menikmati sumber daya keuangan yang sama di bidang
tertentu. Jadi, ini menyangkut hal-hal yang dapat dihitung dan diukur menggunakan statistik
gender.
2. Perspektif Kualitatif
Pekerjaan kesetaraan gender kualitatif masing-masing berfokus pada situasi perempuan dan
laki-laki. Lebih khusus lagi, ini menyangkut sikap, norma, nilai dan cita-cita yang mempengaruhi
kemampuan perempuan dan laki-laki untuk mempengaruhi di sekolah, di tempat kerja, dalam
politik dan di bidang lain.
Pekerjaan kesetaraan gender kualitatif menangani struktur yang tidak selalu berubah sebagai
akibat dari distribusi perempuan dan laki-laki yang lebih merata. Pekerjaan kesetaraan gender
kualitatif membutuhkan pendekatan kritis, termasuk penilaian yang cermat tentang persepsi
mana tentang perempuan dan laki-laki yang ada dan dianggap sudah ada.
Dan konsekuensi dari persepsi tersebut, misalnya untuk individu karyawan, warga negara
atau pasien. Pekerjaan kesetaraan gender kualitatif bertujuan untuk melawan norma gender
stereotip dengan tujuan akhir agar perempuan dan laki-laki menikmati kesempatan dan akses
yang sama ke kekuasaan dan sumber daya.
Kesetaraan gender merupakan hal yang penting karena secara intrinsik itu berkaitan
dengan pembangunan berkelanjutan dan penting untuk realisasi hak asasi manusia untuk semua.
Tujuan keseluruhan dari kesetaraan gender adalah masyarakat di mana perempuan dan laki-laki
menikmati kesempatan, hak dan kewajiban yang sama di semua bidang kehidupan.
Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan terjadi ketika kedua jenis kelamin dapat
berbagi secara setara dalam distribusi kekuasaan dan pengaruh, sehingga memiliki kesempatan
yang sama untuk kemandirian finansial melalui pekerjaan atau melalui pendirian bisnis.
Selain itu, kesamaan dalam menikmati akses yang sama ke pendidikan dan kesempatan
untuk mengembangkan ambisi, minat, dan bakat pribadi dalam berbagi tanggung jawab atas
rumah dan anak-anak dan sepenuhnya bebas dari paksaan, intimidasi dan kekerasan berbasis
gender baik di tempat kerja maupun di rumah.
Pengambilan keputusan terkait dengan isu-isu seperti usia saat menikah, waktu kelahiran,
penggunaan kontrasepsi, dan jalan lain untuk praktik berbahaya (seperti pemotongan alat
kelamin perempuan) perlu ditingkatkan dengan pencapaian kesetaraan gender.
Namun, penting untuk mengakui bahwa jika ada ketidaksetaraan gender, umumnya
perempuan yang dikecualikan atau dirugikan dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan
dan akses ke sumber daya ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu, aspek penting dalam meningkatkan kesetaraan gender adalah
pemberdayaan perempuan, dengan fokus pada mengidentifikasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan kekuasaan dan memberi perempuan lebih banyak otonomi untuk mengatur
kehidupan mereka sendiri.
Ini akan memungkinkan mereka membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
mencapai dan memelihara kesehatan reproduksi dan seksual mereka sendiri. Kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan tidak berarti bahwa laki-laki dan perempuan menjadi sama; hanya
akses ke peluang dan perubahan hidup yang tidak bergantung pada, atau dibatasi oleh, jenis
kelamin mereka.
Untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan, cara terbaik adalah melalui
kesetaraan gender.
Kesetaraan gender baik untuk perekonomian, karena ketika gagal dalam mewujudkan
kesetaraan gender, ada harga yang harus dibayar, misalnya kasus yang terjadi di Australia:
1. PDB Australia akan meningkat sebesar 11% jika kesenjangan ketenagakerjaan gender
ditutup.
2. Ekonomi Australia akan memperoleh $ 8 miliar jika perempuan beralih dari pendidikan
tinggi ke dunia kerja dengan kecepatan yang sama dengan laki-laki.
3. Kekerasan keluarga merugikan ekonomi Victoria lebih dari $ 3,4 miliar setahun dan
menghabiskan 40% pekerjaan polisi.
Masyarakat yang tidak setara kurang kohesif. Mereka memiliki tingkat perilaku dan
kekerasan anti-sosial yang lebih tinggi. Negara-negara dengan kesetaraan gender yang lebih
tinggi lebih terhubung. Orang-orang mereka lebih sehat dan memiliki kesejahteraan yang lebih
baik.
Bukan hanya di Indonesia, berbagai negara di belahan dunia juga menghadapi isu ini.
Bahkan organisasi besar seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui program
Sustainable Development Goals, menyoroti kesetaraan gender (gender equality) sebagai salah
satu dari 17 Global Goals utama yang harus diwujudkan.
Kesetaraan gender atau yang kerap disebut sebagai “keadilan gender” merupakan sebuah
pandangan yang menyatakan bahwa setiap orang berada di posisi yang setara berdasarkan
identitas gender yang mereka miliki.Kuatnya budaya patriarki di negara kita menuntut setiap
warga negara untuk tetap melek kesetaraan gender. Karena bagaimanapun juga, sebuah negara
akan sangat sulit bahkan cenderung tidak bisa maju apabila tidak ada kesetaraan gender dalam
masyarakatnya.
Di negara kita, perempuan memang sudah sering terlihat turut andil dalam pengambilan
kebijakan politik. Ahli legislatif bahkan presiden perempuan pun sudah terlihat di negara kita,
seperti Ibu Megawati, Ibu Susi Pudjiastuti, dan banyak lagi. Namun jangan salah, di berbagai
wilayah di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota, perempuan jarang
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Banyak program-program desa yang
sepenuhnya diserahkan sebagai tanggung jawab laki-laki. Padahal bisa jadi ide-ide brilian malah
datang dari kaum perempuan.
Kita pasti sudah mendengar cerita tentang RA Kartini bagaimana perjuangan beliau
dalam mewujudkan pendidikan bagi kaum perempuan di tanah air. Gerakan emansipasi yang
dipimpin oleh Ibu Kartini memang memberikan dampak yang sangat signifikan, di mana saat ini
kita melihat banyak wanita Indonesia yang mampu merasakan pengalaman belajar di perguruan
tinggi, bahkan hingga strata 3.Namun tahukah kamu, pada kenyataannya, kita masih dapat
menemukan kasus di mana kesempatan pendidikan untuk laki-laki dan perempuan masih dibeda-
bedakan.
Di berbagai media, kita sering mendengar perempuan menjadi objek bahkan korban
kekerasan. Hal ini merupakan salah satu wujud gagalnya kesetaraan gender di masyarakat kita.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang telah terencana dalam mewujudkan proses
pembelajaran serta suasana dalam belajar dengan maksud agar peserta didik dapat secara aktif
meningkatkan potensi yang ada didirinya dan dapat memiliki kekuatan pengendalian diri,
kecerdasan, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, keterampilan serta akhlak yang mulia.
Oleh karena itu pendidikan dapat dikatakan sangat penting karena dapat mengubah pola
tradisional ke pola modern yang di percaya dapat lebih memajukan masyarakat luas. Sehingga
perlu peningkatan mengenai kualitas pembelajaran baik dalam jenis maupun jenjang pendidikan.
Usaha yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan jenis maupun jenjang pendidikan
dengan menciptakan kelas yang kondusif dan bimbingan yang dilakukan oleh guru profesional
agar pembelajaran dapat terlaksana dan tercapai hasil yang optimal.
Setengah dari seluruh jumlah penduduk di indonesia adalah perempuan dan merupakan potensi
yang begitu besar dalam pencapaian kemajuan serta kehidupan yang berkualitas. Memiliki
kondisi yang sama bagi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan juga hak-
haknya sebagai manusia dengan begitu dapat berperan secara langsung atau berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum, keamanan sosial dan pertahanan, serta
kesamaan dalam hal menikmati hasil dari pembangunan.
Terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender ini dapat di ketahui dengan tidak terjadinya
diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, sehingga dalam akses, berpartisipasi dan kontrol
pembangunan serta mendapat manfaat yang sama dan adil dari pembangunan. Secara histori di
seluruh lapisan masyarakat di sepanjang zaman telah di dominasi oleh laki-laki, dimana
perempuan di pandang lebih rendah di bandingkan laki-laki. Dari sinilah awal mula terjadi
ketidaksetaraan antara laki-laki perempuan.
Ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dapat di lihat dari kesenjangan gender
yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Banyak fenomena yang terjadi dalam kesenjangan
gender di dunia pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa dimensi, antara lain,Memiliki kondisi
yang sama bagi laki-laki dan perempuan dalam memperoleh kesempatan juga hak-haknya
sebagai manusia dengan begitu dapat berperan secara langsung atau berpartisipasi dalam
kegiatan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum, keamanan sosial dan pertahanan, serta
kesamaan dalam hal menikmati hasil dari pembangunan.
Terwujudnya keadilan dan kesetaraan gender ini dapat di ketahui dengan tidak terjadinya
diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, sehingga dalam akses, berpartisipasi dan kontrol
pembangunan serta mendapat manfaat yang sama dan adil dari pembangunan. Secara histori di
seluruh lapisan masyarakat di sepanjang zaman telah di dominasi oleh laki-laki, dimana
perempuan di pandang lebih rendah di bandingkan laki-laki. Dari sinilah awal mula terjadi
ketidaksetaraan antara laki-laki perempuan.
Ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan dapat di lihat dari kesenjangan gender
yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Banyak fenomena yang terjadi dalam kesenjangan
gender di dunia pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa dimensi, antara lain,
1. minimnya partisipasi. Dalam hal ini di rasa seluruh perempuan mengalami permasalahan yang
sama, dibanding dengan laki-laki partisipasi perempuan di dalam pendidikan formal jauh lebih
minim. Jumlah murid perempuan biasanya hanya sepertiga atau separuh jumlah murid laki-laki.
2. Kurangnya tenaga pengajar atau pimpinan di lembaga itu perempuan apalagi di dalam
pendidikan formal, dapat di lihat bahwa di dominasi laki-laki karena di anggap lebih tinggi dari
pada perempuan.
3. Tidak adil dalam perlakuan. Dapat dilihat dari pembelajaran yang di lakukan di dalam kelas
sering bersifat merugi untuk kaum perempuan. Mengapa? Karena secara tidak sadar guru
cenderung menaruh perhatian dan harapan yang besar kepada murid laki-laki di bandingkan
murid perempuan. Dimana kebanyakan guru beranggapan bahwa perempuan tidak perlu
memiliki dan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
Kesenjangan gender yang terjadi di dalam dunia pendidikan tersebut perlu adanya
penanganan, kesetaraan gender di dunia pendidikan sangat di perlukan bagi kaum perempuan
dengan maksud agar memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk memajukan dunia
pendidikan lebih baik.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa baik laki-laki atau
perempuan. Karena dikaruniai akal, sehingga, kita mampu berfikir, bertindak dan berencana
menggunakan akal sehat manusia. Di dalam masyarakat, laki-laki dan perempuan dibedakan atas
jenis kelamin. Adanya pembedaan gender melalui proses yang sangat panjang. Diantaranya
disebabkan karena dibentuk, disosialisasikan, diperkuat dan dibagun secara sosial maupun dari
segi budaya, baik melalui pemahaman teks-teks keagamaan ataupun oleh negara.
Sudut pandang dari setiap agama atas kesetaraan gender pasti berbeda-beda. Karena
disesuaikan dengan setiap ajaran agama dan tradisi masing-masing. Berikut ini adalah pandangan
agama-agama terhadap kesetaraan gender:
Sebelum adanya agama Islam, di dunia ada dua peradaban yang sangat besar yaitu
Yunani dan Romawi. Dalam dua peradaban besar ini pasti memiliki pendangan yang berbeda
terhadap peran perempuan. Peradaban Yunani lebih fokus kepada filsafat. Namun, diskriminasi
terhadap perempuan masih terus berjalan. Bagi kaum elit atau atas para perempuan harus
dikurung di dalam istana. Begitu juga bagi perempuan yang memiliki kasta rendah, bahkan
tradisi mereka lebih parah karena mereka dianggap budak dan diperjualbelikan dipasar-pasar.
Apabila sudah berkeluarga maka segala keputusan dan kekuasaan rumah tangga ada di tangan
suami.
Ajaran Yahudi beranggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang baik, kuat dan
sopan, seperti Batsheba yaitu perempuan yang pintar atau cerdas. Deborah yang dianggap
sebagai nabi perempuan. Ruth seorang yang terkemuka atau terpandang dan Etser yang
menyelamatkan rakyatnya. Namun ada juga ajaran Yahudi yang menganggap perempuan itu
adalah sumber laknat dan sumber kematian karena menyebabkan Adam keluar dari Surga.
Bahkan perempuan yang menstruasi dan melahirkan dianggap tidak suci dan kotor sehingga
harus diasingkan kedalam goa yang gelap. Setelah melewati masa tidak suci para perempuan
harus mencari pendeta dan menebus segala dosa.
Laki-laki dan perempuan memiliki kodrat yang sama. Karena sama-sama diciptakan oleh
Tuhan. Namun, dalam hal kepemimpinan laki-laki bersifat tetap yang merupakan pemberian dari
Tuhan. Oleh karena itu, upaya kesetaraan gender dianggap menentang Tuhan., yang
tertancantum dalam teks Pasca-Paulus dalam Perjanjian Baru. Dalam perjanjian baru tersebut
menggunakan susunan sistem sosial diamana laki-laki ditempatkandalam posisi pemegang
kekuasaan.
Pada akhir-akhir ini banyak gerakan para aktivis yang ingin menyetarakan gender antara
laki-laki dan perempuan. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Grimke, ketidakmampuan
wanita dalam hal kecerdasan dan kepemimpinan disebabkan karena adanya penyimpangan
sosial. Jika diterapkan hak dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan maka akan tercipta
keharmonisan dan keadilan bagi kaum perempuan.
Dalam tulisan sansekerta menjelaskan bahwa kedudukan perempuan dalam agama Hindu
memiliki posisi yang tidak setara dengan laki-laki. Dalam kitab-kitab Brahmana, perempuan
diposisikan sebagai silent partner, kecuali dalam ritual kelahiran anak atau pemberkatan cucu.
Sebenarnya agama Hindu menghormati perempuan sebagai ibu, namun perempuan secara umum
terutama pada abad pertama SM, mempunyai kedudukan seolah-olah sebagai kasta sudra, yaitu
kasta paling bawah dan biasanya juga dikenal dengan kebodohannya.
Dalam agama Budhha, sejak awal sudah memberikan tempat kepada perempuan utnuk
menyamakan derajatnya dengan laki-laki. Hal ini bisa kita lihat karena perempuan dan laki-laki
memiliki hak yang sama untuk mencapai Nirwana. Hal ini termaktub dalam teks: "Siapapun
yang memiliki sebuah kendaraan seperti itu, baik perempuan maupun laki-laki, sesungguhnya
dengan mempergunakan kendaraan tadi, ia akan mencapai Nirwana" (S.1.3). Dalam agama
Budhha perempuan bisa menjalani kehidupan yang serius dengan cara meninggalkan hal yang
bersifat duniawi. Namun, dalam alira Budhha Madayana perempuan ditempatkan lebih rendah
daripada laki-laki.
Ketika Islam datang, ajaran Islam menjadi rahmat bagi kaum perempuan karena di dalam
ajaran Islam perempuan sangat di hormati dan di istimewakan. Namun, didalam al-Qur'an ada
ayat yang bersifat mujmal atau musykil apabila dipahami secara harfiah, maka akan
menimbulkan penafsiran yang kurang tepat. Mak dari itu untuk memahami ayat-ayat al-Qur'an
harus menggunakan cara yang benar, sehingga tidak ada pemahaman, penjelasan dan pengertian
yang berlawanan. Ajaran islam menghilangkan garis perbedaan antara laki-laki ataupun
perempuan. seperti yang disebutkan dalam firman Allah swt,. QS. Al-Hujurat [49]: 13 sebagai
berikut:
"Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kedudukan manusia tidak bisa diukur dengan harta,
jabatan, keturunan ataupun rupa. Antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang
sama sebagai hamba Allah, agar menghilangkan sistem "kasta" sebagaimana orang Arab pada
jaman jahiliyah. Ayat ini bertujuan agar segala perbedaan dihilangkan dan mempunyai sikap
toleransi meskipun berasal dari suku atau bangsa yang berbeda. Perbedaan kedudukan antara
laki-laki dan perempuan hanya bisa diukur dengan ketakwaannya manusia kepada Allah swt,
Status perbedaan laki-laki dan perempuan, perbedaan yang ada menjadikan sumber
perdamaian untuk saling melengkapi di dalam keluarga, perbedaan fisik juga menjadikan untuk
saling membantu satu sama lain, perbedaan mendorong tanggung jawab pengabdian didalam
kehidupan rumah tangga, perbedaan itu kesempurnaan untuk dapat mendorong masing-masing
untuk saling merindukan, psikologi perempuan yang lebih lembut memungkinkan lebih
sempurna dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya, sehingga terlihat perbedaan
menentukan perbedaan tugas dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Seperti yang
disebutkan dalam surat An-Nisa ayat 32 yang artinya bebrbunyi sebagai berikut :
Dan janganlah kalian iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian
kalian lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa
yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan,
dan mohonlah kepada Allah sebagai dari karunia-Nya Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.
Dari pemaparan singkat di atas dapat disimpulkan, Prinsip keserasian gender di dalam
Islam, kedudukan manusia dalam Islam tidak didasarkan pada jenis kelaminnya, tetapi
tergantung taqwanya, dan Islam tidak menjadikan jenis kelamin sebagai basis ajarannya. Turuq
istinbatihil ahkam tidak berdasarkan gender maupun jenis kelamin, manusia dilihat berdasarkan
amal dan perbuatannya di dunia dan bukan gendernya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk mewujudkan cita - cita demokrasi, suatu Negara harus mampu untuk
menegakkan kesetaraan gender. Gender sering disamakan pengertiannya dengan jenis
kelamin. Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara fisik laki - laki dengan fisik
perempuan yang dibawa sejak ia dilahirkan. Sedangkan gender merupakan tperbedaan
jenis kelamin yang diciptakan oleh social budaya yang panjang.
Kesetaraan gender berguna untuk memberikan kesempatan setiap orang untuk
berapresiasi terhadap hal - hal yang terjadi disekitarnya. Kesetaraan gender berkaitan
dengan keadilan gender. Keadilan gender merupakan perlakuan adil terhadap laki - laki
dan perempuan. perbedaan antara kesetaraan dan keadilan gender yaitu kesetaraan lebih
condong terhadap peluang sedangkan keadilan gender lebih condong terhadap tingkah
laku laki - laki dan perempuan.
Kesetaraan gender dan keadilan gender harusnya dapat ditegakkan dalam
kehidupan bermasyarakat. Selain bermasyarakat kesetaraan gender dan keadilan gender
haruslah di tegakkan juga di dunia pendidikan. Bukan hanya kaum laki - laki saja yang
hams sekolah tinggi namun perempuan juga punya hak untuk dapat bersekolah setinggi -
tingginya.
Pada dasamya semua agama di Indonesia memaparkan bagaimana Tuhan
mewujudkan kasihnya terhadap manusia tanpa memandang jenis kelamin, dari golongan
mana, berapa usianya, terang kasih Tuhan tidak ada yang mendominasi. Tuhan
menciptakan laki-laki dan perempuan dibentuk sedemikian rupa menurut rupa dan
gambarnya dan Tuhan melihat bahwa ciptaannya itu sungguh amat baik. Pada dasarnya
perbedaan kodrat laki-laki dan perempuan berkaitan dengan fungsi biologis dan
perbedaan itu adalah untuk saling melengkapi agar menjadi utuh. Dalam agama
mengajarkan bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki kesamaan kondisi untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan
berpanisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan
pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan tersebut.
B. SARAN
Manusia ada untuk berpeluang bukan hanya untuk di tindas. Jadi dengan adanya
makalah ini penulis mempunyai saran yaitu sebaiknya sesama manusia saling
menegakkan kesetaraan gender. Agar tidak ada sesuatu yang menjadi permasalahan
dalam kehidupan bersosial.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/makkiyatur10187/5e6606dfd541df2f8829f3b2/kesetaraan-gender-
dalam-agama-kami-setara-namun-beda Makky Rohmah
https://www.kompasiana.com/lutfiahfatimatuzzahro/6268a33d3794d152286cd6f3/kesetaraan-
gender-didunia-pendidikan?page=2&page_images Fatimatuz Zahro
http://afi.unida.gontor.ac.id/2020/07/23/kesetaraan-gender-dalam-pandangan-islam/ nawang
putra prayogo
https://id.wikipedia.org/wiki/Perbedaan_seks_dan_gender
https://dosensosiologi.com/kesetaraan-gender/
https://id-velopedia.velo.com/5-wujud-kesetaraan-gender-yang-penting-untuk-diketahui-semua-
orang/