Anda di halaman 1dari 6

PAPER KELOMPOK

PROMOSI KESEHATAN GENDER EQUALITY DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0

(Disusun guna memenuhi penilaian tugas kelompok Mata Kuliah Dasar Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku Kelas C)

Dosen Pengampu:
Iken Nafikadini, S.KM., M.Kes.
Afif Hamdalah, S.KM., M.Kes.
Erwin Nur Rif’ah, S.Sos., MA., Ph.D.
Taufan Asrisyah Ode, S.KM., M.Kes

Oleh :
KELOMPOK 11
Nendy Putra Salsabilla NIM. 182110101129
Danang Abditya Novanto NIM. 182110101130
Farisa Desebrina Charisma NIM. 182110101131

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gender adalah suatu perbedaan peran sosial berdasarkan kodrat jenis kelamin yang
berdasarkan budaya, di mana laki-laki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya
masing-masing yang dibentuk oleh budaya sekitar yang berkaitan dengan peran, sifat,
kedudukan, dan posisi dalam masyarakat tersebut. Sedangkan, Seks adalah jenis kelamin
yang memberi perbedaan terhadap laki-laki dengan perempuan berdasarkan ciri biologisnya.
Pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara seks adalah merupakan sebuah kodrat yang
telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa, sehingga peranan seks tidak dapat dirubah, dipindah,
atau ditukarkan.

Konsep gender berbeda dengan konsep seks, pembentukan peran antara laki-laki dengan
perempuan didasarkan oleh aspek sosial dan budaya. Perilaku sebagai seorang laki-laki ataupun
perempuan terbentuk melalui proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan sejak lahir.
Seorang laki-laki tentunya akan diperlakukan sesuai dengan apa yang menjadi identitas atau ciri
layaknya seorang laki-laki. Sifat dari aspek sosial dan budaya selalu mengalami perubahan,
contohnya saja adalah gender yang tentunya dapat berubah dari waktu ke waktu, dari satu tempat
ke tempat lain. Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan tidak mengalami perubahan
dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya.

Masyarakat atau lebih tepatnya aspek sosial-budaya memiliki peran penting dalam
pembentukan gender. Karena dapat menentukan dan membentuk penampilan, pakaian, sikap,
dan kepribadian individu tersebut. Contohnya saja seperti seorang laki-laki harus memang
terlihat seperti laki-laki selayaknya dan lebih menonjolkan sifat maskulinitasnya. Juga
seorang perempuan harus berlaku sesuai dengan sifat perempuan selayaknya dengan
menonjolkan feminimnya. Apabila sifat-sifat tersebut banyak ditinggalkan atau bahkan tidak
dimiliki oleh seorang laki-laki ataupun perempuan, maka akan dianggap sebagai laki-laki
yang kebanci-bancian atau perempuan yang tomboy.

Belakangan ini sering timbul isu-isu yang sedang menjadi topik utama dalam
permasalah sosial dan kesehatan yaitu tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan atau
dapat dikatakan kesetaraan gender. Adanya ketidaksetaraan gender ini timbul karena opini
masyarakat yang terbentuk oleh peran seks sesuai dengan sosial dan budaya atau bias gender.
Di Indonesia sendiri konstruksi sosial-budaya yang ada lebih menempatkan laki-laki diurutan

1
pertama, sedangkan perempuan ditempatkan kedua. Inilah yang disebut dengan budaya
Patriatki yaitu sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pembuat keputusan
yang utama. Dengan adanya stigma patriarki ini menyebabkan perempuan lebih banyak
didominasi oleh laki-laki dalam segala hal, sehingga membuat posisi perempuan disini relatif
rendah dalam suatu proses pengambilan keputusan.

Pada dasarnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah apabila tidak melahirkan
sebuah sikap ketidakadilan gender. Sangat penting bahwa peran sosial-budaya antara laki-laki
dan perempuan adalah sama atau setara. Apalagi dalam era Revolusi Industri 4.0 disini, setiap
individu lebih acuh terhadap haknya ditambah dengan kemajuan teknologi informasi yang
serba cepat. Ini juga telah ditetapkan dalam SDGs poin ke-5. Oleh karena itu, penting sekali
menghilangkan stigma budaya patriarki demi berjalannya kesetaraan gender.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan dalam SDGs poin ke-5?

2. Bagaimana promosi kesehatan dalam era Revolusi Industri 4.0 dalam mendukung
SGDs pada poin ke-5?

Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu (Sustainable Development Goals) SDGs khususnya poin
ke-5 mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan.

2. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan dalam era Revolusi Industri 4.0 dalam
mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak
perempuan.

PEMBAHASAN

Sustainable Development Goals (SDGs) Goals 5

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


merupakan suatu program yang disepakati oleh 193 negara yang tergabung dalam anggota
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang didalamnya terdapat 17 tujuan, 169 sasaran, serta 240
indikator yang akan berjalan hingga tahun 2030. Pada umumnya, tujuan SDGs yaitu untuk
2
pembangunan yang berkelanjutan sehingga membuat peradaban dunia menjadi lebih baik
dalam berbagai sektor yang ada. Dalam setiap goals yang terdapat pada SDGs memiliki
prinsip bahwa “no one left behind”, dimana tidak boleh ada seorangpun yang ditinggalkan
untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut karena akan berdampak pada pencapaian
tujuan-tujuan yang lain.

Fokus tujuan SDGs nomer 5 yaitu “Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan
semua perempuan dan anak perempuan.” Saat ini, tidak sedikit yang menunjukkan bahwa
masih banyak tantangan yang dihadapi dunia dalam mewujudkan kesetaraan gender. Hal ini
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap persoalan gender. Dalam
mencapai goals yang ada, SDGs berupaya membuat pendekatan-pendekatan baru yaitu
transformatif, inklusif, dan partisipatif. Dalam melakukan pendekatan-pendekatan tersebut
harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman saat ini terutama di
era Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya interaksi dan konektivitas yang
terjalin antara sumber daya-sumber daya yang ada. Melahirkan Generasi Alpha yang
merupakan generasi paling melek teknologi modern dengan segala fasilitasnya, membuat
perkembangan teknologi semakin bersaing dengan kecanggihan dan keberagamannya.

Teknologi yang semakin canggih dan beragam mampu berdampak positif bagi
masyarakat yaitu masyarakat menjadi mudah dan cepat dalam mengakses informasi.Tetapi,
selain berdampak positif, teknologi juga akan berdampak negatif yaitu masyarakat tidak
memiliki batasan dalam mengakses informasi. Hal ini juga termasuk dalam salah satu
tantangan dalam strategi promosi kesehatan. Sebagai promotor kesehatan, kita harus
berpartisipasi dalam tercapainya SDGs dan memutar otak untuk berstrategi dalam promosi
kesehatan dengan penyebaran informasi-informasi yang tepat terkait kesehatan terutama
dalam hal kesetaraan gender sehingga informasi tersebut dapat diterima dan diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kalangan umur dengan sesuai porsinya.

Promosi Kesehatan Sustainable Development Goals (SDGs) Goals 5 dalam Era Revolusi
Industri 4.0

Dalam mendukung goals SDGs nomer 5 terkait kesetaraan gender, media yang kami
gunakan dalam windows shopping yaitu ikat kepala, poster, sticker, dan game. Media
pertama yaitu ikat kepala. Dalam windows shopping, ikat kepala yang kami gunakan
berwarna hitam dengan bertuliskan quotes-quotes kesetaraan gender. Selain quotes-quotes,

3
pada ikat kepala juga terdapat beragam simbol-simbol kesetaraan gender. Ikat kepala ini,
selain kami gunakan sebagai identitas kelompok juga sebagai tanda kepedulian kami terhadap
kesetaraan gender dan tanda siap memperangi adanya ketidaksetaraan gender.

Media kedua yaitu poster. Poster adalah media pengajaran berupa obyek gambar yang
disederhanakan, berukuran besar, diberi warna yang kuat, serta adanya makna yang
terkandung didalamnya. (Megawati, 2017). Poster dinilai sangat efektif dalam promosi
kesehatan karena bentuknya yang sederhana, desainnya yang menarik serta penyampaian
pesan yang singkat, padat, dan jelas sehingga mampu diterima oleh seluruh kalangan umur.
Poster yang kami gunakan terdapat 2 macam yaitu poster cetak dan poster media sosial. Pada
poster cetak, kami memilih ukuran kertas A3 dengan jenis kertas Art Paper 150. Tidak hanya
poster cetak, kami juga memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada pada saat ini yaitu
poster media sosial. Poster yang telah kami buat diunggah di media sosial seperti instagram,
whatsapp, twitter, facebook, pinterest, tumblr, dan lain-lain. Namun, kami lebih memilih
melalui media platform instagram. Pengunggahan poster melalui media platform instagram
dirasa lebih efektif karena sebagian besar masyarakat dunia terutama masyarakat Indonesia
menjadikan aktivitas berselancar di instagram sebagai salah satu kegiatan rutin sehari-hari.
Hal itu dapat dimanfaatkan sebagai akses penyebaran informasi terkait kesetaraan gender.

Media ketiga yaitu sticker. Sebelum adanya media sosial, media promosi sticker
merupakan media promosi offline yang sempat mendapat perhatian di masyarakat. Selain
sebagai media promosi, sticker juga dipilih karena dapat memperindah dan sifat permanennya
ketika ditempelkan pada sesuatu seperti pada kendaraan, helm, buku, notebook, cermin,
laptop, dll. Hal tersebut, membuat peluang sticker mudah terlihat orang secara luas dimana
saja dan kapan saja. Pada sticker yang kami cetak, kami memilih ukuran sticker 7cm x 7cm
dengan jenis kertas sticker Duratrac. Sticker didesain semenarik mungkin melalui pemilihan
gambar dan kata-kata yang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan terkait kesetaraan
gender. Sticker tersebut juga menjadi buah tangan bersama dengan snack-snack kecil ketika
kegiatan windows shopping. Hal ini bertujuan agar di kesempatan lain pesan tentang
kesetaraan gender masih tetap membekas dan melekat dipikiran dan hati seseorang. Softfile
desain sticker kami juga dapat disebarluaskan melalui media sosial seperti instagram,
whatsapp, twitter, facebook, pinterest, tumblr, dan lain-lain.

Media keempat yaitu games. Games yang kami gunakan ada 2 macam yaitu game
TTS (Teka-Teki Silang) dan game Kahoot!. Game TTS (Teka-Teki Silang) merupakan
4
permainan kata yang berbentuk kotak-kotak kosong yang letaknya vertikal dan horizontal
serta terhubung satu sama lain. Cara menjawab TTS dengan mengisi kotak-kotak kosong
tersebut dengan huruf-huruf yang mengacu pada jawaban dari petunjuk yang disediakan.
Petunjuk-petunjuk tersebut dipilih sedemikian rupa yang sesuai dengan informasi kesetaraan
gender. Game tersebut dipilih karena game TTS dapat mengisi waktu luang seseorang
sehingga seseorang tersebut mampu mengasah kemampuan otak dan menambah pengetahuan
terkait kesetaraan gender. Game selanjutnya yaitu Game Kahoot!. Kahoot! merupakan
permainan berbasis pendidikan dengan platform digital. Kahoot! ini dimainkan secara online
yang bisa digunakan melalui PC atau smartphone yang memiliki koneksi internet. Dalam
memainkan Kahoot!, kami berperan sebagai admin yang membuat kuis sedangkan rekan-
rekan kami yang hadir dalam windows shopping berperan sebagai peserta. Dalam pembuatan
soal kuis, kami menambahkan soal beserta jawaban yang benar terkait materi kesetaraan
gender. Setelah soal kuis dan jawaban yang benar ditentukan, maka akan tersimpan dalam
akun Kahoot! dan terdapat sebuah PIN. PIN tersebut dipublikasikan sebagai syarat rekan-
rekan dapat memainkan kuis Kahoot!. Rekan-rekan diminta untuk masuk dalam website
Kahoot! yaitu www.kahoot.it, memasukkan PIN yang telah dipublikasikan, dan menjawab
kuis dengan jawaban yang paling tepat. Pada akhir kuis, kita dapat melihat jawaban yang
benar dan skor perolehan kuis yang dimainkan. Kahoot! dipilih karena merupakan media
pengajaran yang sesuai dengan cara komunikasi di era digital ini yaitu yang sangat lekat
dengan kecanggihan teknologi. Kahoot! dikemas dengan cara kekinian dan asyik sehingga
generasi muda saat ini tidak merasakan bosan dan monoton dalam metode pembelajaran yang
itu-itu saja tetapi dengan metode bermain sambil belajar. Selain itu, Kahoot! juga merangsang
lobus temporal dalam otak yang mengendalikan indera pendengaran, ingatan dan emosi
karena setelah mendengarkan informasi terkait kesetaraan gender, rekan-rekan dapat bermain
kuis sehingga kita tau apakah informasi tentang kesetaraan gender telah disampaikan dan
diterima dengan baik atau tidak.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Anda mungkin juga menyukai