Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH GEOGRAFI

BENCANA ALAM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 5
ARZA YULIAWATI
NOVI DWI ANDANI
AGMANSYAH R.
M. ALRANDO
M. EDRICK AMADEA
EMO RAHMADIAN

SMA NEGERI 2 LAHAT


TAHUN AJARAN 2022/2023
MAKALAH KESETARAAN
SOSIAL

NAMA : NOVI DWI ANDANI


KELAS : XI IPS 5

SMA NEGERI 2 LAHAT


TAHUN AJARAN 2022/2023
MENCAPAI KESETARAAN GENDER DAN MEMBERDAYAKAN
KAUM PEREMPUAN

Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran
reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.

Kata gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta perilaku yang
tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis kelamin perempuan dan
laki-laki. Ada perbedaan secara biologis antara perempuan dan laki-laki-namun kebudayaan
menafsirkan perbedaan biologis ini menjadi seperangkat tuntutan sosial tentang kepantasan
dalam berperilaku, dan pada gilirannya hak-hak, sumber daya, dan kuasa. Kendati tuntutan
ini bervariasi di setiap masyarakat, tapi terdapat beberapa kemiripan yang mencolok.
Misalnya, hampir semua kelompok masyarakat menyerahkan tanggung jawab perawatan
anak pada perempuan, sedangkan tugas kemiliteran diberikan pada laki-laki. Sebagaimana
halnya ras, etnik, dan kelas, gender adalah sebuah kategori sosial yang sangat menentukan
jalan hidup seseorang dan partisipasinya dalam masyarakat dan ekonomi. Tidak semua
masyarakat mengalami diskriminasi berdasarkan ras atau etnis, namun semua masyarakat
mengalami diskriminasi berdasarkan gender-dalam bentuk kesenjangan dan perbedaan-dalam
tingkatan yang berbeda-beda. Seringkali dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengubah
ketidakadilan ini. Suasana ketidakadilan ini terkadang bisa berubah secara drastis karena
kebijakan dan perubahan sosial-ekonomi.

Pengertian kesetaraan gender merujuk kepada suatu keadaan setara antara laki-laki dan
perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban.
Diskriminasi berdasarkan gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan, di seluruh
dunia. Ini adalah fakta meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan gender
dewasa ini. Sifat dan tingkat diskriminasi sangat bervariasi di berbagai negara atau wilayah.
Tidak ada satu wilayah pun di negara dunia ketiga di mana perempuan telah menikmati
kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi. Kesenjangan gender dalam
kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan partisipasi politik terjadi
di mana-mana. Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat
ketidaksetaraan yang terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu merugikan semua
orang. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok suatu tujuan
pembangunan yang memiliki nilai tersendiri.

Pembangunan ekonomi membuka banyak jalan untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam
jangka panjang. Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memiliki makna yang penting
karena setelah diadopsi maka akan dijadikan acuan secara global dan nasional sehingga
agenda pembangunan menjadi lebih fokus. Setiap butir tujuan tersebut menjunjung tinggi
Hak Asasi Manusia (HAM) dan untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, baik tua mau-pun muda.

Sasaran Global

- Mengakhiri segala bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan di mana pun

- Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan di ruang publik dan
pribadi, termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi seksual, serta berbagai jenis
eksploitasi lainnya

- Menghilangkan semua praktek berbahaya, seperti pernikahan anak, pernikahan dini dan
paksa, serta sunat perempuan

- Menjamin partisipasi penuh dan efektif, dan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk
memimpin di semua tingkat pengambilan keputusan dalam kehidupan politik, ekonomi, dan
masyarakat

- Menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, dan hak reproduksi
seperti yang telah disepakati sesuai dengan Programme of Action of the International
Conference on Population and Development and the Beijing Platform serta dokumen-
dokumen hasil reviu dari konferensi-konferensi tersebut.

KESIMPULAN : Kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk


berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Dengan demikian
mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian utama dari strategi pembangunan dalam
rangka untuk memberdayakan masyarakat (semua orang)-perempuan dan laki-laki-untuk
mengentaskan diri dari kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Pentingnya Pendidikan Usia Dini bagi Tumbuh Kembang Anak

Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu
setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-
anak Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan
pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir
anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.

Sudah bukan informasi baru, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya untuk
menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasar pengetahuan ini pun makin banyak
didengungkan mengenai pentingnya pendidikan anak usia dini. Perlu orang tua ketahui
bahwa anak memiliki kemampuan yang perlu diasah sejak dini, karena dengan mereka
memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah dapat dibentuk sedari dini.

“[Sayangnya] banyak orangtua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu
penting, dengan alasan tidak ingin anaknya mengalami stres atau kehilangan masa bermain.
Padahal, 70 persen pembentukan karakter manusia itu dimulai dari usia nol hingga 3 tahun.
Sejak dini, anak-anak berhak mendapat saran pendidikan yang nyaman, penuh kasih sayang,
dan dalam lingkungan mendukung,” kata Novita Tandry, Director Tumble Tots Indonesia di
acara peresmian SGM Prestasi Center, Jakarta, (1/5).

Saat ini sudah ada kesadaran kearah sana, namun dengan luas dan jumlah penduduk
Indonesia yang besar dan lembaga pendidikan anak usia dini masih bersifat seadanya dan
banyak yang belum memenui keriteria pendidikan anak usia dini, apalagi pos PAUD yang
merupakan perkembangan dari posyandu terintegrasi, dimana awalnya lembaga ini diarahkan
untuk mengadakan timbangan badan dan memberikan makanan sehat, yang ahirnya
difungsikan untuk memberi stimulasi pendidikan.

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing,
mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan
ketrampilan anak. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan,, daya cipta, kecerdasan
emosi, dan kecerdasan spititual.

Disampaikan pula oleh Novita, ada 2 hal yang penting untuk membantu perkembangan anak
optimal, yakni nutrisi serta stimulasi.

“Nutrisi harus presisi sesuai tumbuh kembang anak. Begitu pula dengan stimulasinya.
Dengan dukungan menyeluruh, penggabungan nutrisi dan stimulasi yang presisi sesuai usia
perkembangan, bisa menciptakan anak-anak yang berprestasi,”

Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan
bagi anak usia dini di sesuaikan dengan tahap tahap perkembangan yang di lalui oleh anak
usia dini.

Kegagalan pendidikan kepribadian anak kebanyakan karena kegagalan pendidikan dalam


rumah; yakni pendidikan orang tua.Dalam konteks pendidikan orang tua, ibulah yang paling
memegang peranan penting. Oleh karena itu, sukses tidaknya masa depan anak dan baik
buruknya kepribadiannya, akan sangat tergantung seberapa peran ibu dalam proses
pendidikannya. Terutama dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) yakni usia 0 – 6 tahun
dan 6 – 16 (usia SD SMP). Tentu saja peran ayah tak kalah pentingnya, terutama dalam
proses pembangunan kepribadian (character building).

Periode emas bagi perkembangan anak adalah dimaksudkan untuk memperoleh proses
pendidikan, dan periode ini adalah tahun-tahun yang sangat berharga bagi seorang anak untuk
mengenali berbagai macam fakta di lingkungannnya sebagai stimulus terhadap
perkembangan kepribadian , psikomotor, kognitif maupun sosialnya.

Berdasarkan hasil penelitian sekitar 50% kapabilitaas kecerdasan orang dewasa telah terjadi
ketika anak berumur 4 tahun,8 0% telah terjadi perkembangan yang pesat tentang jaringan
otak ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai puncaknya ketika anak berumur 18 tahun,
dan setelah itu walaupun dilakukan perbaikan nutrisi tidak akan berpengaruh terhadap
perkembangan kognitif.

Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama
besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya.
Sehingga periode ini merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang
diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya
hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali, sehingga apabila
terlewatkan berarti habislah peluangnya.

Untuk itu pendidikan anak usia dini seharusnya memberikan rangsangan (stimulasi) dari
lingkungan terdekat adalah sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Pemerintah dalam hal jangan sekai-kali melakukan pendekatan yang sangat diskriminatif
terutama dalam pengambilan kebijakan terhadap PAUD (baik paud forma,non formal mupun
paud informal) terutama pada pos paud,karena UU No 20 tahun 2003 tidak mengenal istilah
pos paud (secara tersurat),sekali lagi pemerintah tidak boleh berlaku deskriminatif.

Pemerintah Indonesia telah memperkenalkan panduan stimulasi dalam program Bina


Keluarga Balita (BKB) sjak tahun 1980, namun implementasinya belum memasyarakat. Hasil
penelitian Herawati ( 2002) di Bogor menemukan bahwa dari 265 keluarga yang diteliti
hanya 15% yang mengetahui program BKB, factor lain adalah rendahnya partisipasi orang
tua dalam program BKB.

Masih rendahnya layanan pendidikan dan perawatan bagi anak usia dini saat ini antara lain
disebabkan masih terbatasnya jumlah lembaga yang memberikan layanan pendidikan dini
jika dibanding dengan jumlah anak usia 0-6 tahun yang seharusnya memperoleh layanan
tersebut. Berbagai program yang ada baik langsung (melalui Bina Keluarga Balita dan
Posyandu) yang telah ditempuh selama ini ternyata belum memberikan layanan secara utuh,
belum bersinergi dan belum terintegrasi pelayanannya antara aspek pendidikan, kesehatan
dan gizi. Padahal ketiga aspek tersebut sangat menentukan tingkat intelektualitas, kecerdasan
dan tumbuh kembang anak.

Pada lembaga pendidikan anak usia dini, kini sudah mengajarkan anak tentang dasar-dasar
dalam cara belajar. Di usianya yang masih sangat dini tersebut, anak akan diperkenalkan
terlebih dahulu pada sebuah fondasi. Mereka akan mengetahui semuanya sedikit demi sedikit
melalui apa yang mereka lihat dan pelajari. Dengan mereka bermain akan diajarkan
bagaimana cara yang tepat dalam bersosialisasi, mengatur waktu dan yang terpenting bisa
menguasai 1-3 bahasa.

KESIMPULAN : Pendidikan anak usia dini yang orang tua berikan bagi anak merupakan
suatu persiapan kematangan anak dalam menghadapi masa demi masa untuk
perkembangannya di masa yang akan datang. Saat ini telah banyak berbagai sekolah taman
kanak-kanak memberikan pendidikan yang baik dan berkualitas demi mengembangkan
kemampuan dan bakat dalam diri anak tersebut. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan
orangtua dalam mengajar dan mendidik anak terutama dalam membaca. Mengajar anak
membaca tidak harus melihat berapa usia yang tepat untuk mengajarkannya. Yang terpenting
disini adalah Anda berusaha memberikan yang terbaik dalam pendidikannya kelak.

Menangkal Rasisme yang Menjadi Kemunduran Berpikir Anak Bangsa


Apa yang terlintas dalam benak pembaca ketika melihat suatu statement atau kalimat yang
mengatakan hitam, keriting, mata menyala?

Saya yakin ketika kalimat ini terpampang dalam suatu berita ataupun narasi di media sosial,
teman-teman pembaca pasti sudah bisa menerka bahwasanya ini adalah partikel dari ciri khas
melanesia atau masyarakat Indonesia timur. Bisa dikatakan tebakan ini benar, dan juga bisa
dikatakan keliru. Mengapa bisa keliru? Jawabannya sederhana, bisa saja yang di maksudkan
oleh penulis adalah ciri khas dari masyarakat yang mendiami sebagian pulau di benua Afrika.
Ya, saya pikir kita bisa melihat adanya kemiripan dari segi ciri khas tersebut.

Namun kali ini, Saya lebih menekankan bahwa ciri khas suatu suku bukanlah sebuah alat
untuk dijadikan bahan candaan, perbandingan, dan bentuk diskriminasi.

Dewasa ini kita banyak menemukan kasus-kasus terkait diskriminasi ciri khas suatu suku
bangsa, dimana kadang ciri khas tersebut di jadikan bahan candaan. Dan yang paling
dominan terjadi adalah tentang perbandingan warna kulit, serta beberapa partikel lain yang
menjadikan suku yang satu dengan lain berbeda. Jika masyarakat yang  di ikat dalam satu tata
administrasi yang kompleks, yang kemudian kita sebut sebagai negara masih membeda-
bedakan masalah ras serta etnis, maka saya yakin ada yang salah dari cara berpikir
masyarakat tersebut. Begini, berbicara tentang kemanusiaan, berarti kita membahas terkait
bagaimana kita menyikapi perbedaan, toh pada hakikatnya manusia di ciptakan dalam bentuk
yang berbeda-beda dengan ciri khas masing-masing agar dapat saling mengenali satu sama
lain. Namun lagi-lagi perbedaan itu yang selalu menjadi masalah yang paling mendasar
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengukur kemanusiaan hanya berdasarkan warna
kulit, kerangka kepala, ataupun bentuk wajahnya adalah suatu kedangkalan berpikir yang
paling dalam. Beberapa waktu lalu, kita kembali menemukan kasus yang menyinggung
masalah etnis tersebut.  Dan anehnya kasus-kasus seperti ini kadang lenyap begitu saja,
meskipun sebagian ada yang berakhir dengan permohonan maaf. Apakah sesederhana itu
menyikapi kesesatan berpikir atau rusaknya akal sehat anak bangsa? Lenyap begitu saja?
Tidak!

Negara Indonesia telah mengatur itu dalam UU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis
Tahun 2008 pasal 16 yang berbunyi bahwa setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan
rasa benci berdasarkan diskriminasi ras dan etnis terancam hukuman pidana penjara paling
lama lima tahun atau denda Rp 500 juta

KESIMPULAN : Negara telah mengatur undang-undang mengenai tindakan diskriminasi


atas ras dan etnis, namun pada prakteknya masih ditemukan banyak kasus seperti ini. Apabila
permasalahan etnis ini yang selalu memandang dari warna kulit, maka sudah bisa dipastikan
cara berpikir anak bangsa kini mengalami kemunduran yang sangat drastis.
Sikap Terhadap Keberagaman Suku Bangsa di Indonesia

Keberagaman ini harus dihormati oleh semua orang yang berada di Indonesia.

Dalam buku Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi (2000) karya Hari
Poerwanto, dijelaskan bahwa keanekaragaman masyarakat manusia, di samping karena
sejarah mereka masing-masing, tetapi juga karena pengaruh alam dan struktur internalnya.

Oleh karenanya suatu unsur atau adat dalam masyarakat bukan dari kebudayaan lain,
melainkan dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaan itu sendiri.

Keberagaman suku bangsa di Indonesia dapat disikapi dalam bentuk:

 Menghargai perbedaan, kita bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan teman yang
memiliki bahasa daerah yang berbeda dengan kita.

 Tidak mengolok-olok teman dengan aksen atau bahasa yang khas.

 Mengapresiasi budaya lain dengan cara berusaha mengenal dan mempelajari.

 Tidak mengeksploitasi atau menggunakan kebudayaan sakral suku lain untuk kesenangan
atau hiburan semata.

 Tidak mencemooh adat istiadat, pakaian adat, atau budaya yang berbeda dengan budaya
kita.

 Berteman dan berbuat baik terhadap semua orang tanpa memandang suku dan
budayanya.

 Menganggap semua ras, suku, dan budaya sama. Tidak ada yang lebih baik dari yang
lainnya.
 Ikut gotong royong bersama teman baik di sekolah atau di rumah, tanpa memandang
suku atau budaya mereka.

KESIMPULAN : Toleransi sangat dibutuhkan dalam menyikapi keberagaman suku bangsa


di Indonesia, dengan adanya sikap tersebut niscaya bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk dengan berbagai latar belakang suku bangsa yang tersebar di seluruh daerah di
Indonesia
Hidup Damai dalam Perbedaan Agama

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Negara Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki pulau sebanyak 17.508. Pulau-pulau ini terdiri atas 5 pulau besar
dan ribuan pulau kecil. Dengan adanya bentuk kepulauan tersebut populasi penduduk di
Indonesia sebanyak 250 juta jiwa. Semboyan dari bangsa Indonesia sendiri yakni, "Bhinneka
Tunggal Ika" yang artinya meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Perbedaan di sini meliputi ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan. Setidaknya bangsa Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa, 6 agama yang diakui
oleh bangsa, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu (Konfusius).
Banyak etnis yang juga ada di Indonesia, seperti Melayu, China, Arab dan lain sebagainya.
Perbedaan inilah yang disebut dengan keragaman, yaitu kekayaan bangsa yang penuh dengan
nuansa dan variasi. Maka sesungguhnya keragaman bangsa ini bagaikan mozaik sebuah
lukisan yang harus diterima oleh semua orang.

Konflik-konflik agama yang muncul di Indonesia selain disebabkan oleh kelompok yang
tidak mau menerima perbedaan juga disebabkan oleh masalah sepele yang menjalar kepada
permasalahan SARA. Masalah tersebut dapat membuat pertikaian antar suku, agama, dan
kebudayaan. Fakta yang terjadi saat ini adalah ketika kelompok agama itu menganggap
bahwa agamanyalah yang paling benar, agamanyalah yang paling nomor satu dan
menganggap agama yang lain salah. Sehingga kekerasan, perpecahan, pertikaian, pelecehan
terhadap agama lain bahkan juga pembunuhan terjadi dimana-mana.

Salah satu penyebab terjadinya perpecahan antar agama adalah hadirnya seperangkat ritual
dan sistem kepercayaan yang berbeda dari yang lainnya, lama-kelamaan akan melahirkan
komunitas yang baru dan berbeda dari pemeluk agama lain. Rasa perbedaan tadi semakin
intensif apabila para pemeluk agama telah menganggap agamanyalah yang paling benar dan
agama lainnya adalah agama yang salah dan perlu untuk dimusuhi. Kasus yang sering muncul
dalam konflik tersebut adalah pendirian rumah ibadat.

Pendirian rumah ibadat yang lokasinya berada di tengah-tengah komunitas yang kebanyakan
menganut agama lain ini dapat memicu adanya konflik. Permasalahan bisa menjadi rumit
apabila jumlah rumah ibadat tersebut dipandang oleh pihak lain tidak untuk keperluan agama,
melainkan untuk menyiarkan agamanya pada komunitas lain.

Fakta inilah yang sering terjadi di masyarakat, komunitas yang mendirikan rumah
peribadatan di tengah suatu komunitas yang memiliki mayoritas perbedaan agama tidaklah
untuk keperluan agama mereka tetapi untuk menyiarkan agamanya pada komunitas lain agar
komunitas yang berbeda agama bisa ikut agama tersebut dan menyebarluaskannya.
Seharusnya hal itu tidak diperbolehkan karena termasuk dalam pemaksaan yang sifatnya
terselubung maupun terang-terangan.

Maka, sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman kita tidak seharusnya bertikai
antara agama yang satu dengan yang lainnya. Kita harus bersikap toleransi dalam kehidupan
di masyarakat khususnya dalam beragama. Toleransi dalam beragama bukanlah mencampur
adukkan ajaran dua agama, tetapi toleransi di sini adalah memperdalam keagamaan, dan
spiritual dengan berbagi pengalaman spiritual dengan penganut agama lain.

Yang demikian itu dapat memperkaya pengalaman dalam rangka membangun dan
memperkokoh agamanya sendiri. Jangan menutup diri untuk mempelajari agama lain, karena
ketakutan adalah buah dari keraguan, dan keraguan akan menimbulkan kegoyahan dalam
kehidupan, kegoyahan akan mendekati kemurtadan.

KESIMPULAN : Kita bangsa yang besar, kita bangsa yang kuat, sudah sepatutnya kita
bangga terhadap keanekaragaman ini. jangan pernah terprovokasi, karena sejatinya bangsa
Indonesia tidak akan terpecah apabila kita bersatu.
Bagaimana Sikap Kita terhadap Perbedaan Pekerjaan?

Pekerjaan setiap orang berbeda. Tidak ada pekerjaan yang jauh lebih baik atau lebih buruk
dibanding pekerjaan yang dimiliki. Sudah seharusnya kita bersikap bijak terhadap berbagai
jenis pekerjaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pekerjaan diartikan sebagai pencaharian atau
sesuatu yang dilakukan untuk menjadi pokok penghidupan atau untuk mendapatkan nafkah.

Ada banyak pekerjaan yang bisa ditemui di lingkungan sekitar kita. Menurut Muh. Nur dan
Asraf dalam buku Pengantar Hukum Bisnis (2020), contoh pekerjaan adalah karyawan
pabrik, buruh, kasir, wartawan, pegawai negeri sipil, polisi, dokter, dan masih banyak lagi.

Sikap kita terhadap perbedaan pekerjaan

Kita harus menyikapi berbagai pekerjaan yang berbeda dengan sikap menghargai dan
menghormati. Menghargai berarti tidak merendahkan pekerjaan orang lain. Menghormati
berarti menganggap semua pekerjaan itu baik dan penting untuk kehidupan manusia.

Mengutip dari buku Motivasi untuk Kinerja (2020) karya Timotius Duha, sesama manusia
hendaknya menghormati pekerjaan yang dimiliki serta milik orang lain.

Sangat penting pula bagi kita untuk tidak bersikap sombong atau merasa kurang percaya diri
terhadap berbagai pekerjaan yang berbeda.

Sikap sombong terjadi saat kita merasa pekerjaan atau posisi jabatan yang dimiliki jauh lebih
tinggi dibanding orang lain. Sehingga menimbulkan perbuatan semena-mena. Contohnya
mengejek teman karena jabatannya jauh lebih rendah, dan lainnya.
Sementara, sikap kurang percaya diri atau minder terjadi ketika kita tahu dan merasa bahwa
pekerjaan yang dimiliki tidak sebaik milik orang lain. Padahal seharusnya kita berbangga diri
atas pekerjaan dan kerja keras yang dilakukan.

Banyaknya pekerjaan yang berbeda dipengaruhi oleh bakat dan kemampuan manusia yang
berbeda. Kedua hal ini melahirkan banyak bidang pekerjaan yang sangat bervariasi, seperti
dokter, petani, nelayan, buruh pabrik, penulis, penyiar radio, dan masih banyak lagi.

KESIMPULAN : kita harus bersikap menghormati, menghargai, serta tidak sombong


terhadap pekerjaan yang berbeda. Karena setiap pekerjaan itu baik dan penting bagi semua
manusia.

Anda mungkin juga menyukai