Anda di halaman 1dari 6

UPAYA PENANGGULANGAAN KESENJANGAN

GENDER DALAM KELUARGA


(Resume)

Disusun Oleh :

Nama : Ainaya Ardhilah

Nim : 1515620001

Program Studi Pendidikan Vocasional Desain Fashion

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Jakarta

Tahun Ajaran 2020


A. Mendidik Perempuan Sama Dengan Mendidik Bangsa

Berkaitan dengan kualitas SDM perempuan dari fisik, mental psikologis dan
talenta, maka apabila perempuan memiliki kualitas yang baik, maka produktivitas
perempuan dapat di tigkatkan dalam segala bidang. Kualitas perempuan sebagai ibu
sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak-anaknya. Perempuan juga sangat
dominan dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas melewati fungsi pemeliharaan
dan pengasuhan atau “caring and parenting”. Perempuan yang mempunyai prestasi
pendidikan yang tinggi ditambah dengan kepribadian yang baik akan berpengaru pada
kualitas pengasuhan yang baik, anak akan merasa lebih percaya diri, anak merasa
dilindungi dan akhirnya mengakibatkan tumbuh kembang anak yang baik pula, yaitu
meliputi perkembangan fisik, sosial, mental, dan kognitif. Menurut teori
perkembangan anak pada awal 5 tahun pertama merupakan masa yang sangat kritis
bagi anak untuk membentuk kematangan fisik psikologisnya. Selanjutnya memasuki
usia sekolah dengan umur 12 tahun, anak mengalami proses kematangan sosial,
mental, psikologis dan moral.

Dalam teori keluarga disebutkan bahwa peran keluarga (family roles)


merupakan sumber institusi paling awal dan palig kuat dalam mensosialisasikan anak-
anaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Hasil temuan yang lebih spesifik
menyatakan bahwa kontribusi peran pengasuhan yang dilakukan oleh ibu (mother’s
parenting roles) mempunyai keistimewaan yang besar dibandingkan dengan peran
pengasuhan ayah (father’s parenting roles). Meskipun ditemukan hasil peran ibu
lebih berpengaruh dibandingkan dengan peran ayah meningkatkan prestasi akademik
anak dan mencegah perilaku kenakalan pelajar, tetapi berdasarkan konsep kesetaraan
dan keadilan gender (KKG). Ciri-ciri yang khas dalam hal pengasuhan, pendekatan
individual, cara berkomunikasi dan pendekatan interpersonal antara ayah dan ibu serta
remaja memberikan variasi bonding dan interaksi triadic yang saling melengkapi satu
sama lain.

Pendidikan meerupakan hak asasi setiap manusia. Setiap warga negara, baik
laki-laki maupun perempuan berdasarkan jaminan undang-undang mempunyai akses
terhadap pendidikan dan mendapatkan manfaat dari pelayanan-pelayanan semua
jenjang pendidikan dalam rangka mengawasi IPTEK. Prestasi perempuan Indonesia
dan pemberdayaan perempuan di segala bidang pembangunan sangat penting di era
globalisasi, peranannya di semua bidang kehidupan telah menunjukkan peningkatan
yang signifikan, mulai dari peran politik, peran ekonomi,peran birokrasi, peran seni
budaya, dan peran pendidikan. Tuntutan kepada setiap perempuan Indonesia dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tinggi dan menjadi suatu
keharusaan, apalagi mengingat tuntutan di Era Globalisasi.

Lingkungan ekologi sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya


manusia (SDM) perempuan yang diantaranya terwujud dalam prestasi pendidikannya.
Lingkungan awal yang paling berpengaruh adalah lingkungan keluarga intinya
(nuclear family) dan keluarga besarnya (extended family) serta lingkungan budaya
tempat perempuan dibesarkan . lingkungan budaya inilah yang melandasi keluarga
masyarakat untuk membentuk identitas dan jati diri seorang perempuan yang secara
simultan membentuk kualitas SDM perempuan. Kualitas pendidikan formal yang
terdiri atas system pendidikan dan pemelajaran dari para pendidik membentuk ertos
kerja dan cara berfikir yang sistematis yang akhirnya menghasilkan prestasi di bidang
pendidikan bagi kaum perempuan. Kulitas SDM perempuan adalah perjuangan yang
tak henti-hentinya dari para stakeholder (yang terdiri dari berbagai unsur pemerintah,
universitas dan LSM) dalam memberikan jaminan hukum dan penyusutan kebijakan
yang rsponsif gender dalam rangka meningkatkan kualitas SDM perempuan.

Oleh karena itu, kualitas hidup perempuan baik fisik, mental maupun
psikologis adalah penting dan mutlak diperlukan. Sehingga benarlah kata-kata bahwa
“Surga ada di tekapak kaki ibu” dalam artian bahwa kulitas tumbuh dan kebang
anak bergantung pada kulitas ibunya. Secara garis besar ada beberapa alasan penting,
mengenai makna kalimat “Mendidik Perempuan sama dengan Mendidik Bangsa”,
yaitu:

1. Dengan semakin tinggi taraf pendidikan perempuan, akan cenderung menikah


dalam usia yang relatif dewasa.
2. Fungsi reproduksi perempuan dalam penerus generasi bangsa (dari sudut pandang
kesehatan dan gizi).
3. Fungsi perempuan dalam mewujudkan keluarga berkualitas dan kualitas anak
yang tinggi.
4. Fungsi ekonomi keluarga dan pembangunan

B. LATAR BELAKANG PERLUNYA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


RESPONSIF GENDER DI INDONESIA

Permasalahan kesenjangan gender yang pertama terletak dalam kesenjangan


akses, manfaat, partisipasi dalam pembangunandan penguasaan terhadap sumber
daya, serta rendahnya indeks pemberdayaan gender dan indeks pembanguan gender.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pihak perempuan lebih tertinggal dalam
menikmati manfaat pembangunan di segala bidang dibandingkan dengan pihak laki-
laki. Proses terjadinya kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan
dijelaskan pada gambar pohon. Sebenarnya, akar masalah berasal dari kendala sosial
yang bias gender berdasarkan system patriarki. Kendala sosial budaya dimulai dari
adanya pengaturan pembagian peran gender yang kaku dan sangat mengikat.
Peran gender yang lebih memihak pada laki-laki akan menciptakan
kesenjangan gender di berbagai bidang kehidupan bagi kaum perempuan. Sebagai
akhir dari kesenjangan gender ini adalah adanya dmpak pembangunan yang tidak
dinikmati oleh sebagian besar. Untuk itu prestasi baik laki-laki maupun perempuan
sebagai warga negara sangat dibutuhkan dalam menjalankan pembangunan yang
berkelanjutan tersebut. Kebijakan yang sifatnya netral gender ini tidak akan
mengubah kesenjangan gender yang terjadi di masyarakat, bahkan melanggengkan
adanya kesenjangan gender.kebijakan netral gendr lebih baik dari pada kebijakan bias
gender (kebijaan yang cenderung memihak pada salah satu jenis kelamin).
Pelaksanaan kebijakan yang netral gender ini pada kenyataannyadireduksi oleh
berbagai kendala seperti sosial budaya, tupografi daerah tempat tinggal, kemiskinan,
dan rendahnya pendidikan dan penegtahuan masyarakat. Oleh karena itu yang paling
tepat dan cepat adalah menyusun dan melaksanakan suatu kebijakan yang berpihak
pada kaum yang tertinggal, apakah laki-laki ataukah perempuan melalui reformulasi
kebijakan. Hal ini membutuhkan komitmen bersama antar komponen bangsa baik
secara regional maupun nasional berdasarkan kesepakatan internasional.
Salah satu cara untuk menjamin bahwa di era otonomi ini akan berjalan
dengan baik untukkepentingan seluruh rakyat Indonesia adalah dengan adanya
kesepakatan baru (new social impact) yaitu suatu kesepakatan bahwa semua rakyat
Indonesa-sebagai warga Negara Indonesia-berhak atau suatu standar pembangunan
manusia yang menjadi kesepakatan nasional (merujuk kepada kesepakatan
internasional “Millenium Development Goals”).

C. PENDEKATAN KOMBINASI STUDI KELUARGA DAN STUDI GENDER

Dalam menanggulangi kesenjangan gender yang sudah berabad-abad di


keluarga dan masyarakat, perlu dilakukan suatu pendekatan holistic yang bermula dari
institusi keluarga. Pendekatan yang dilakukandalam mengkombinasikan gender dan
keluarga adalah melalui pendekatan aplikasi konsep filosofis kombinasi studi
keluarga dan gender. Pendekatan analisis gender dan keluarga juga menggunakan
pendekatan teori pertukaran sosial, interaksi simbolik dan teori perkembangan.

Analisis yang digunakan dalam studi keluarga adalah tidak membedakan laki-
laki dan perempuan; Analisis adalah untuk kesatuan unit keluarga; Tidak ada
pernikahan pada anggota keluarga tertentu; dan ridak ada dikotomi dalam analisis
keluarga. Adapun analisis studi gender adalah membandingkan laki-laki dan
perempuan untuk melihatdisparitas (kesenjangan) gender; Disparitas grnder
dipandang negatif dan harus ditanggulangi dengan cara meningkatkan pihak tyang
tertinggal; Harus berpihak pada yang tertinggal; dan ada dikotomi dalam analisis
gender.

D. PENANGGULANGAN KESENJANGAN GENDER MELALUI RELOKASI


PERAN GENDER DALAM KELUARGA

Asumsi yang melandasi relokasi peran ender antara suami dengan istri adalah
sebagai berikut.

1. Manusia bertindak rasional (memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan


biaya/risiko)
2. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu untuk hidup sendiri.
3. Manusia adalah makhluk otonom yang cenderung tidak mau tunduk pada orang
lain dan cenderung mandiri.
4. Kerja sama antara individu adalah baik untuk mewujudkan tujuan bersama.
5. Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu cara untuk memperlancar kerja sama
antar-individu dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.

Dampak dari kesenjangan gender ditingkat keluarga akan meluas ke tingkat


makro dengan kenyataan bahwa Bangsa- Indonesia masih mengalamikualitas HDI
yang rendah; Pertumbuhan ekonomi yang terlambat; Kualitas pendidikan rendah
(APS,APK,APM rendah; Angka buta aksara tinggi),kualitas kesehatan rendah
(AKI/AKB tinggi); masalah sosial yang tinggi (pengangguran, kriminalitas,
trafficking), kualitas kesejahteraan keluarga dan masyarakat rendah atau kemiskinan
structural meningkat dan regeneratif, kualitas pemeliharaan lingkungan rendah
(kerusakan hutan dan erosi serta polusi yang tinggi; transfer ketidakadilan dari
generasi kegenerasi yang konstan/mengingat; dan urbanisasi/migrasi yang tinggi).

E. PEMANTAPAN FUNGSI KELUARGA MELALUI KEMITRAAN GENDER


HARMONIS
Pendekatan ketiga yang dilakukan dan mengkombinasikan gender dan keluarga
adalah melalui pendekatanpraktikal pemantapan tujuan dan fungsi keluarga melalui
kemitraan gender yang harmonis. Kemitraan gender yang harmonis dilakukan bersana
antara suami, istri dan anak-anaknya dengan semangat mencapai tujuan bersama dan
tanggung jawab bersama. Pemantapan fungsi keluarga adalah sebagai berikut;
1. Pemantapan delaan keluarga sesuai dengan peraturan pemet=rintah (PP) Nomor
21 Tahun 1994 (BKKBN 1996) meliputi:
a. Fungsi keagamaan
b. Fungsi sosial budaya
c. Fungsi cinta kasih
d. Fungsi melindungi
e. Fungsi sosial dan pendidikan
f. Fungsi ekonomi
g. Fungsi pembinaan lingkungan
2. Pemantapan lima fungsi keluarga sesuai dengan Berns (1997), meliputi:
a. Fungsi reproduksi
b. Fungsi sosialisasi/pendidikan
c. Peran sosial
d. Dukungan ekonomi
e. Dukungan emosional
3. Pemantapan fungsi keluarga sesuai dengan Deacon dan Firebaugh (1981), dan
Guhardja et al. (1989), meliputi:
a. Fungsi pemeliharaan dan dukungan keluarga terhadap anggota keluarga
b. Fungsi perkembangan anggota keluarga
4. Pemantapan fungsi keluarga sesuai dengan Parmons dan Bales (Mclntyre dalam
Nye dan Barardon 1966) yang meliputi:
a. Fungsi instrumental
b. Fungsi ekspresif

Anda mungkin juga menyukai