Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN BIOLOGI 2021

“INOVASI DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN SERTA RISET BIOLOGI


BERBASIS ISLAMI DI ERA PANDEMI”

Review: ARTIKEL KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN

Lili Andriani, Usfatun Khasanah, Yessy Gusniawaty Putri, Indah Wigati*, Yustina Hapida,
Yuniar, Rian Oktiansyah

Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

*indahwigati_uin@radenfatah.ac.id

Abstract
The education process in Indonesia is still happening, finally gender, in general, Indonesian people still
adhere to the notion that women are subordinated to men who are placed below men, even though in the
world of education all humans are the same, there is no difference between men and men. and women have
the opportunity to learn regardless of one another. Education, which is the realm of learning for both men
and women, is in fact more dominated by men. This condition is motivated by a patriarchal view, namely the
opinion that men are men, so it is not uncommon for opinions to be justified through religious doctrines. In
Islam, men and women have the same rights and there is no difference, justification that theological
arguments ultimately have an impact on social understanding. In order not to happen in the world of
education, gender needs to be preserved in social life.

Keywords: Gender, Equality, Education

Abstrak
Proses pendidikan di idonesia nampaknya masih terjadi ketimpangan gender, pada umumnya masyarakat
Indonesia masih menganut paham perempuan dinomorduakan dengan laki-laki posisinya perempuan di
bawah laki-laki, padahal di dalam dunia pendidikan semua manusia itu sama tidak ada yang dibeda-bedakan
sehingga antara laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan dalam belajar tanpa membedakan satu
sama lain. Pendidikan yang merupakan ranah belajar bagi laki-laki dan perempuan, justru keberadaanya
lebih didominasi oleh laki-laki kondisi ini dilatarbelakangi oleh pandangan patriaki yaitu pendapat yang
berpandangan bahwa laki-laki sehingga tidak jarang pula pendapat yang dijadikan pembenaran melalui
doktrin agama. Dalam islam antara laki-laki dan perempuan itu haknya sama dan tidak ada yang dibeda-
bedakan pembenaran bahwa argumentasi teologis akhirnya berdampak bagi pemahaman secara sosial. Agar
tidak terjadi ketimpangan dalam dunia pendidikan maka kesetaraan gender dalam kehidupan sosial perlu
dilestarikan.

Kata kunci: Gender, Kesetaraan, Pendidikan

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan dasar bagi kehidupan manusia manusia memperoleh informasi dan
pengetahuan untuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan karena misi utama pendidikan pada
dasarnya adalah menyiapkan anak didik agar dapat membuka mata hati untuk mengembangkan
kehidupan yang bermakna dan memuliakan kehidupanya, kemudian salah satu tujuan pendidikan
yaitu bagaimana untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil, dengan tidak mendiskriminasikan
jenis kelamin(Wati et al., 2020). Tetapi kenyataanya ada saja diskriminasi dalam pendidikan dan
perempuan menjadi nomor dua untuk mencapai kesetaraan gender dalam pendidikan diperlukan
kesempatan yang sama untuk laki-laki maupun perempuan dan perlakuan yang setara dan adil,
perlakuan tersebut pada giliranya akan meningkatkan kesetaraan yang lebih luas (Carissia, 2013).

132 | http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/semnaspbio
Gender dalam pendidikan dan tatanan sosial terus dilakukan, nyatanya masalah ini belum
menjadi usang(Lena et al., 2020). Diskriminasi terhadap gender masih terus ada dan terekspresi
dalam setiap kesempatan yang ada. Lahir dan berkembangnya stereotip yang menempatkan
perempuan sebagai makhluk yang lemah dibandingkan laki-laki menyebabkan ketidak adilan
gender terus muncul di kalangan masyarakat.(Sulistyowati, 2020). Dalam. Islam menempatkan
posisi dan .kedudukan perempuan sama dengan laki-laki sebab pendidikan islam berada pada posisi
mengantarkan nilai persamaan, kemerdekaan dan kesempatan untuk direalisasi dalam kehidupan
umat sebagaimana ajaran islam yang asasi ialah “Menghormati perempuan”. (Rahmah, 2019).
Di beberapa literature terkait dengan kesetaraan gender terhadap perilaku peserta didik ada
tiga peenlitian yang pertama mengatakan bahwa ada hubungan kesetaraan gender dan perilaku
kekerasan di tingkat lingkungan yang mana perilaku kekerasan anak laki-laki dan perempuan tidak
merata di seluruh koteks lingkungan, dan menemukan bahwa kesenjangan gender menyempit di
lingkungan kesetaraan gender karena tingkat kekerasan anak laki-laki menurun sedangkan tingkat
kekerasan anak perempuan relative rendah (Lei, 2014). Perbedaan signifikan ditemukan dengan
faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi perilaku pro-lingkungan masing-masing gender nilai
elastisitas umumnya lebih tinggi untuk pria sehingga pria cenderung lebih sensitive terhadap
program yang mengubah perilaku mereka (Molina, 2018). Keterikatan dan interaksi teman sebaya
terlihat pada laki-laki hal ini dikarnakan karena anak laki-laki menunjukan perilaku yang agresif,
menganggu, tegas, dan mencari perhatian sedangkan anak perempuan lebih menunjukan perilaku
yang lebih tergantung daripada anak-anak yang lain sehingga perilakunya kurang tegas (Turner,
1991).
Dalam proses pendidikan di Indonesia ketimpangan gender masih kerap terjadi pada
umumnya masyarakat masih menganut paham perempuan merupakan kelompok kelas dua, dan
posisinya terdapat di bawah laki-laki dampak dari pemahaman ini adalah pendidikan yang lebih
diutamakan untuk diberikan kepada laki-laki daripada perempuan. Pendidikan sangat penting bagi
perempuan karena perempuan memiliki peran sangat penting dalam peningkatan kualitas geenrasi
muda dalam islam disebutkan bahwa ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya dengan demikian
diperlukan kesadaran adanya peningkatan tanggung jawab sebagai peranya sebagai pendidik dan
utama. (Samia, 2020 & Hardiyanti dkk, 2020).
Berbagai upaya ditempuh untuk mengangkat derajat dan posisi perempuan agar setara
dengan laki-laki melalui berbagai institusi, baik formal maupun yang nonformal sehingga tujuan
akhir yang ingin dicapai adalah terwujudnya keadilan gender (keadilan sosial) di tengah-tengah
masyarakat di antara startegi yang ditempuh untuk mewujudkan keadilan tersebut adalah
melibatkan perempuan dalam pembangunan (Yanti et al., 2019; Evanthia, 2020)
Sudah menjadi hal umum bahwa perempuan yang melahirkan, membesarkan anak sehingga
antara anak memiliki hubungan emosional yang paling dekat dengan ibunya, hal ini seuai dengan
harkat, martabat, dan kodratnya kaum perempuan mempunyai peran dalam membentuk,
menentukan kecerdasan bagi anak tersebut sehingga memberi warna terhadap generasi bangsa.
(Noshin, 2021)
Berkenaan dengan pemaknaan gender, Ann Oakley sebagaimana dikutip dari Ahmad
Baidowi, mendifinisikan gender dengan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang
dkonstruksi dengan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan, karenanya gender
merupakan persoalan budaya gender bukan merupakan perbedaan biologis perbedaan biologis
adalah perbedaan jenis kelamin yang bermuara dari kodrat Tuhan. (Kartika, 2020)
Meskipun terasa sebagai suatu isu tetapi isu yang paling alami dan gambling di zaman
sekarang dan modern kesetaraan gender belum mendapatkan titik bagi perempuan kesetaraan
gender lebih tepatnya suatu tantangan awal yang memang harus diatasi dalam menjalani berbagai
bidang kehidupan dengan demikian kesetaraan gender suatu usaha untuk pencapaian-pencapaian
keseimbangan antara peran hubungan laki-laki dan perempuan. Ini merupakan sebuah konstruksi
sosial dimana kedua jenis kelamin dapat membuat pilihan tanpa dikomentari atau dibatasi oleh
suatu pandangan umum yang terbentuk dari prasangka nya. (Claire, 2015).

133 | http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/semnaspbio
Perbedaan signifikan ditemukan dengan faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi perilaku
pro-lingkungan masing-masing gender nilai elastisitas umumnya lebih tinggi untuk pria sehingga
pria cenderung lebih sensitive terhadap program yang mengubah perilaku mereka (Molina, 2018).
Keterikatan dan interaksi teman sebaya terlihat pada laki-laki hal ini dikarnakan karena anak laki-
laki menunjukan perilaku yang agresif, menganggu, tegas, dan mencari perhatian sedangkan anak
perempuan lebih menunjukan perilaku yang lebih tergantung daripada anak-anak yang lain
sehingga perilakunya kurang tegas, sehingga isu gender diartikan sebagai masalah yang
menyangkut ketidakadilan yang berdampak negatif bagi perempuan dan laki-laki terutama terhadap
perempuan anggapan bahwa perempua lemah, tidak mampu memimpin, mengakibatkan perempuan
menjadi nomor dua setelah laki-laki. Sendi utama kesetaraan gender menjamin bebasnya untuk
mengakses elemen yang seringkali dipicu ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender ketidaksetaraan
dapat berupa diskriminasi dan ketidak setaraan menimbulkan berbagai kerugian dan kesejahteraan
hidup (Ema, 2021). Kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan gender yang mana keadilan
gender suatu proses yang adil terhadap laki-laki dan perempuan terwujudnya kesetaraan gender dan
keadilan gender ditandai dengan adanya diskriminsi baik laki-laki maupun perempuan.

TINJAUAN PUSTAKA
1) Prespektif Gender
Dalam Women’s Studies Encylpedia, sebagaimana yang dikutip oleh Nasaruddin Umar
gender didefinisikan sebagaimana konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction)
dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan
yang berkembang dalam masyarakat.
Dapat dipahami bahwa gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan juga bukan kodrat
Tuhan. Konsep gender sendiri harus dibedakan antara kata gender dan kata seks (jenis kelamin).
Perbedaan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah kodrat Tuhan karena secara
permanen dan tidak berubah ketentuan secara biologis. Sebagain besar peneliti hanya sekedar
memenuhi tuntutan untuk memasukan prespektif gender, tanpa memperhatikan apakah prespektif
akan mengalami implikasi yang luas dan bermanfaat sehingga minimnya kesadaran juga berakar
pada beberapa tantangan yang telah lama dalam ekosistem di riset di Indonesia dan tantangan ini
mengakibatkan rendahnya posisi Indonesia dalam indeks kesenjangan gender 2019 keluaran forum
ekonomi dunia (peringkat ke-85 ) Indonesia tertinggal dan ethiopia (peringkat ke -82) dan
Botswana (peringkat ke-73). (Afif, 2020).
2) Kesetaraan Gender dalam Prespektif Islam
Dalam perspektif islam, semua yang diciptakan oleh ALLAH SWT berdasarkan kodratnya
masing-masing. (Q.S Al. Qamar:49) yang artinya ”Sungguh, kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran”. Para pemikir islam mengartikan bahwa qadar di sini adalah sebuah ukuran
ukuran yang sifat-sifatnya sudah ditetapkan oleh Allah Swt bagi segala sesuatu sehingga itu
dinamakan kudrat. Dengan demikian laki-laki dan perempuan sebagai makhluk yang memiliki jenis
kelamin yang berebda-beda memiliki kudratnya masing-masing. Menurut Syeikh Mahmud Syaltut
“Mengatakan bahwa tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan itu berbeda dan tidak sama
sehingga dapat dipastikan bhawa Allah Swt menganugerahkan kemampuan kepada perempuan
sebagaimana menganugerahkan kepada laki-laki.
Sehingga perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak dapat disangkal karena memiliki
kudratnya masing-masing dan Al-Quran mengingatkan bahwa “ Dan jangnlah kamu iri terhadap apa
yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari apa yang dikaruniakan dengan
yang lain. Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita itu berbeda-beda kaum pria diberikan
kelebihan oleh Allah SWT baik fisik maupun mental daripada perempuan sehingga pantas apabila
kaum laki-laki dijadikan pemimpin atas kaum wanita yang terdapat paa Al-Quran surat An- Nisa :
3. Asy Syaikh Ibnu Baaz berkata : “Islam menetapkan masing-masing dari suami istri itu memiliki
kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan peranya hingga sempurnalah bangunan
masyarakat di dalam dan di luar rumah”. Sehingga suami berkewajiban mencari nafkah dan istri
134 | http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/semnaspbio
berkewajiban mendidik anak, membereskan rumah, mengurusi sekolah dan masih banyak lagi
(Kartika, 2020).
3) Indikator Kesetaraan Gender
Kesetaraan gender suatu kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan agar memperoleh
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan pertahanan(Anggun, 2021).
Sehingga terwujudnya kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki dengan adanay tersebut memiliki akses, kesempatan berpartisipasi,
sehingga memperoleh manfaat seta adil dalam pembangunann. Adapun indikator kesetaraaan
gender sebagai berikut:
1. Akses
Yang dimaksud akses disini adalah suatu peluang atau sebuah kesempatan dalam
memperoleh dan menggunakan sumber daya tertentu, mempertimbangkan bagaimana
memperoleh akses yang adil dan setara dengan laki-laki dan perempuan sebagai contoh
dalam hal pendidikan bagi guru adalah akses memperoleh beasiswa melanjutkan pendidikan
guru perempuan ataupun laki-laki.
2. Partisipasi
Aspek partisipasi dapat dikaitkan dengan keikutsertaan atau partiispasi seseorang atau
kelompok dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan keputusan . Dalam hal ini guru
perempuan dan laki-laki apakah memiliki peran yang sama atau tidak sama.
3. Kontrol
Kontrol penguasaan wewenang untuk pengambilan keputusan dalam hal ini pemegang
jabatan sekolah sebagai pengambil keputusan didominasi oleh gender tertentu atau tidak.
4. Manfaat
Manfaat adalah kegunaan yang dapat dinikmati secara optimal keputusan yang diambil oleh
sekolah sehingga memberikan manfaat yang adil dan setara bagi perempuan dan laki-laki
(Hidayah Quraisy, 2015).
4) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gender
Terdapat tiga hal yang mempengaruhi perkembangan gender, yaitu pengaruh biologis,
sosial, dan kognitif, pertama pengaruh biologis dipahami melalui faktor keturunan, kedua
dipengaruhi oleh pengaruh sosial dinyatakan karena faktor-faktor yang muncul dari interaksi antar
anak dan lingkunganya baik dalam keluarga, budaya dan masyarakat.
Dalam buku Mary Pipher The Social Culture and Domain : Sex, Gender, and personialty
faktor biologis di perbedaan gender, sosial, kognitif pengaruh gender bagi sekolah dan guru
(Schools and Teacher) Terdapat pembedaan laki-laki dan perempuan dalam proses pembelajaran
yaitu (Virginia, 2005) Ada kekhawatiran bahwa sekolah dan guru memiliki bias terhadap resiko
anak laki-laki dan perempuan.
Kepatuhan, mengikuti aturan-aturan yang telah tertata rapi dalam banyak ruang kelas
perilaku anak perempuan lebih patuh daripada laki-laki.Mayoritas guru adalah perempuan, sehingga
dapat membuat lebih sulit bagi anak laki-laki daripada anak perempuan untuk mengidentifikasi
model perilaku guru.

KESIMPULAN

Proses pembelajaran berwawasan gender dalam pendidikan perlu ditingkatkan karena


hingga sekarang bias gender masih kerap ditemukan terutama di bangku sekolah laki-laki masih
cenderung di tempatkan di posisi teratas dan mendapatkan pendidikan yang layak daripada
perempuan. Sehingga kesetaraan gender dalam pendidikan harus diwujudkan karena dapat
berdampak baik bagi peserta didik yang ada di dalamnya sehingga kesenjangan gender bisa
berkurang dengan mengendepankan kesetaraan gender dalam dunia pendidikan peserta didik laki-

135 | http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/semnaspbio
laki tidak akan merasa dirinya selalu diprioritaskan sehingga perempuan tidak akan merasa dirinya
dibandingkan dengan laki-laki . Disisi lain apabila semakin setara laki-laki dan perempuan dalam
mengaktualisasikan dalam diri dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahankari, P. a. (2020). Weallprogressthroughprogresstowardsgen derequality. Contents


listsavailableat ScienceDirect, 1.
Anggun, D. P. (2021). The Development of Animal Physiology Handbook Based on Scientific
Approached for Students at Biology Program. Jurnal Kiprah, 9(1), 67–73.
https://doi.org/10.31629/kiprah.v9i1.2570
Ascensi´on Palomares-Ruiz, A. C.-M.-T. (2021). Digital gender gap in university education in
Spain. Study of a case for. Technological Forecasting & Social Change, 1-9.
‘Aini K., Megawati, Rojayanti N. (2021). Membekalkan Pengetahuan Prosedural dan Sikap Ilmiah
kepada Siswa SMA melalui Pembelajaran Virtual Laboratory, 2021, Jurnal BIOEDUIN.
Program Studi Pendidikan Biologi, 11 (1), 39-47.
Afifah N., ‘Aini K., Isnaini M. (2018). Hubungan media pembelajaran komik dengan motivasi
belajar siswa kelas VII pada materi sistem organisasi kehidupan. Bioilmi: Jurnal Pendidikan.
4(1), 9-13.
Ardiansyah H., Riswanda J., Armanda F. (2021). Pengaruh Model PBL dengan Pendekatan STEM
terhadap Kompetensi Kognitif Perserta Didik pada Materi Sistem Pencernaan kelas XI di
SMA/MA. Bioilmi: Jurnal Pendidikan. 7 (1), 46-51.
Aryanti E., Jumhur J., Habisukan U.H. (2019). Analysis of Students’ Questioning Skills on the
Problem Based Learning Model of Biology Subjects at Nurul Iman High School Palembang.
Jurnal Biologi Edukasi, 11 (2), 1-8.
Berlian Z., ‘Aini K., Hikmah S.N. (2017). Pengaruh Pembelajaran kooperatif tipe make a match
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi di SMP Negeri 10 Palembang.
Biolilmi: Jurnal Pendidikan, 3(1), 13-17.
Carissia, A. (2013). Hubungan Antara Konsep Peran Gender Terhadap Minat Belajar Bidang Tata
Boga Siswa Laki-Laki Kelas X di SMK Sahid Surakarta. (1), 30– 41.
Claire Samtleben, K.-U. M. (2015). Care and careers: Gender (in)equality in unpaid care,
housework. Research in Social Stratification and Mobility, 1-14.
Darnella R., Syarifah, Afriansyah D. (2020). Penerapan Metode Concept Mapping (Peta Konsep)
dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Sistem Gerak di
MAN 1 Palembang. Jurnal Intelektualita: Keislaman, Sosial dan Sains. 9(1), 73-86.
Das, N.-H. B. (2015). Changing norms about gender inequality. Volume 31, Article 6, 32, 183-218.
Emma R. Pollock, M. D. (2021). Understanding the impact of a teacher education course on
attitudes. Teaching and Teacher Education, 1-15.
Evanthia Kalpazidou Schmidt, P. V. (2020). Acknowledging complexity in evaluation of gender
equality. EClinicalMedicine, 2.
Hardiyanti, T., Amilda, A., Ulfa, K., Wicaksono, A., Setyabudi, D., & Sari, L. N. (2020).
Pengembangan Media Pembelajaran Kit Optik Berbasis Guided Inquiry Terhadap
Kompetensi Kognitif Siswa Pada Materi Cahaya Di SMP N 40 Palembang. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi (Vol. 3, No. 1, pp. 139-146).
Hidayah Quraisy, M. N. (2015). Kesetaraan Gender Pegawai Dinas Pertanian. Jurnal Equilibrium
Pendidikan Sosiologi, 3(1), 106–115.
Imogen R Coe, R. W.-G. (2019). Organisational best practices towards gender equality in. For the
statement from the, 393.
Kartika, N. (2020). Konsep Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam. Vol. 14, hal. 31-42.

136 | http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/semnaspbio
Lena, L. A. N., Samiha, Y. T., Habisukan, U. H., Wigati, I., Hapida, Y., & Anggun, D. P. (2020).
Studi tentang Pengembangan Bahan Ajar E-Book. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Biologi 2020, 33–40.
M.A.Vicente-Molina. 2018. Does Gender make a difference in pro-enviromental behavior? The
case of the Basque Country University
María Barreiro-Gen, R.L. (2021). Gender equality for sustainability in ports: Developing a
framework. journal homepage: www.elsevier.com/locate/marpol, 1-7.
Nooshin Beygui, D. B. (2021,). Social Media as a Tool to Advance Women in Cardiology:. Artikel
and press, 1-7.
Nur Afif, A. U. (2020). Konsep Kesetaraan Gender Perspektif. Jurnal Pendidikan Islam, 03, 229-
242.
Nurbaiti. (2020). Kesetaraan Gender dalam Pola Asuh. Journal of Islamic Educatioan, 02, 137-
150.
Pritchett, M. K. (2020). Aiming higher: Learning profiles and gender equality in 10 low- and.
International Journal of Educational Development, 2-11.
Rahmah, S. (2019, maret 1). Pendidikan dan Kesetaraan Gender dalam Islam di Aceh. International
Journal of Child and Gender Studies, hal. 25-42.
Ryan Wiley, L.-G. B. (2019). Organisational best practices towards gender equality in. 393, 558-
593.
Samia Belaounia, R. T. (2020). Gender equality's impact on female directors’ efficacy: A multi-
country study. International Business Review, 1-13.
Serena Tagliacozzo Dr, I. D. (2021). Gender equality plans (GEPs) as a framework to devise gender
equality. International Journal of Disaster Risk Reduction, 32, 1- 8.
Setyowati, N. (2019). Pendidikan Gender dalam Islam: Studi Analisis Nilai-nilai Kesetaraan
Gender. Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, Vol. 01, 35-47.
Sulistyowati, Y. (2020). Kesetaraan Gender dalam Lingkup Pendidikan dan Tata Sosial. Indonesian
Journal of Gender Studies, 1(2), 1–14.
Wati, I., Falahudin, I., & Habisukan, U. H. (2020). Analisis Pola Dermatoglifi dan Sudut ATD
berdasarkan Tingkat Intelegensi Siswa di SMA Unggulan Palembang Sumbangsihnya pada
Materi Genetika. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2020, 1–10.
Yanti, E. D., Wigati, I., & Habisukan, U. H. (2019). Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Laki-
Laki Dan Perempuan Pada Materi Sistem Peredaran Darah Mata Pelajaran Biologi Kelas XI
MIPA MAN 1 Banyuasin III. Bioilmi: Jurnal Pendidikan, 5(1), 66–71.
https://doi.org/10.19109/bioilmi.v5i1.3541
Riswanda J. (2018). Pengembangan soal berbasis higher order thinking skill (HOTS) serta
implementasinya di SMA Negeri 8 Palembang. Didaktika Biologi, Jurnal Penelitian
Pendidikan Biologi, 2 (1), 49-58.
Riswanda J., & Afriansyah D. (2018). Penerapan peta konsep (concept mapping) dan badan
dikotomi konsep (BDK) serta pengaruhnya terhadap penguasaan konsep siswa di MA Al-
Fatah Palembang. Bioilmi: Jurnal Pendidikan, 4(2), 62-71.
Wigati I, & ‘Aini K. (2020). Biology Education Student's Analysis of Reasoning on Plant
Taxonomy Coursewhite Rasch Model. Edusains, 12 (2), 145-153.
Yanti E.D., Wigati I., Habisukan U.H. (2019). Perbedaan kemampuan berpikir kritis laki-laki dan
perempuan pada materi sistem peredaran darah mata pelajaran biologi kelas XI MIPA MAN
1 Banyuasin II. Bioilmi: Jurnal Pendidikan, 5(1), 66-71.
Zabaniotou, A. (2020). Towards gender equality in Mediterranean Engineering Schools. journal
Global Transitions, 4-15

137 | http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/semnaspbio

Anda mungkin juga menyukai