Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MODUL 5 : LATIHAN KEGIATAN BELAJAR 1

TUTORIAL MPDR5302

STUDI KOMPARATIF PENDIDIKAN DASAR DI BERBAGAI NEGARA

EFRIALIZA DIANI PUTRI

NIM : 530074576

PROGRAM PASCA SARJANA


UNVERSITAS TERBUKA

2022
1) Coba jelaskan pengertian gender yang Anda pahami? Bagaimana gender dan seks
dibedakan?
Proses Sosial telah membentuk perbedaan gender di antara laki-laki dan perempuan,
seperti kultur, budaya dan juga keyakinan. Masyarakat pada umumnya memiliki kebiasaan
bila seorang bayi perempuan lahir oleh kedua orang tuanya disiapkan perlengkapan bayi
bernuansa feminin, seperti baju rok berwarna pink bergambar búnga, sedangkan jika bayi
yang lahir laki-laki dipakaikan baju warna biru tua bercorak kotak-kotak. Kemudian pada
masa kanak-kanak, anak perempuan bermain dengan boneka dan rumah.
Istilah gender sekitar tahun 1972 dikemukakan oleh Ann Oakley dan dibedakannya
dengan seks. Menurut Oakley (1985) seks adalah suatu keadaan yang terkait dengan biologi,
sedangkan gender bernuansa psikologis dan kultural. Jika hal yang terkait seks adalah
perempuan dan laki-laki, istilah yang berkolerasi dengan gender adalah feminin dan
maskulin. Gender dapat dipandang sebagai suatu kuantitas kefemininan atau kemaskulinan
yang ada pada diri seseorang, yang normalnya perempuan lebih banyak muatan femininnya
dan laki-laki lebih banyak sifat maskulinnya. Karakter feminin lebih bernuansa lemah
lembut, berurusan dengan kerumahtanggaan, lemah, belanja, berias, dan emosional,
sedangkan maskulin lebih menunjukkan kejantanan, gagah, berani, kuat, dan rasional.
Sementara Fakih (2008: 8) mendefinisikan gender sebagai suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural. Istilah
gender dibedakan dari istilah seks. Pada kesimpulannya istilah gender merujuk kepada
perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan kontruksi sosial budaya, yang
berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannya dalam masyarakat. Sedangkan Istilah
Seks merujuk kepada perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan secara biologis
terutama yang berkaitan dengan prokreasi dan reproduksi. Laki-laki dicirikan dengan
adanya sperma dan penis serta perempuan dicirikan dengan adanya sel telur, rahim, vagina,
dan payudara. Ciri jenis kelamin secara biologis tersebut bersifat bawaan, permanen, dan
tidak dapat dipertukarkan.
2) Isu-isu gender apakah yang mengemuka dalam pendidikan dasar? Mengapa hal itu
penting dibahas dalam pendidikan dasar?
ISU GENDER DALAM PENDIDIKAN DASAR

Menurut UNESCO (2003), terdapat dua isu penting gender dalam pendidikan, yaitu
keseimbangan gender (gender parity) dan kesamaan gender (gender equality).

Keseimbangan gender dikatakan tercapai apabila proporsi partisipasi masuk sekolah dan
pencapaian tujuan pendidikan antara anak perempuan dan laki-laki berimbang dan sesuai
dengan potensi setiap anak dalam belajar. Sedangkan kesamaan gender terkait dengan proses
dalam pembelajaran dengan memberikan perlakuan terhadap anak perempuan dan laki-laki
secara adil.

Nursyam dalam Harum (2013) menjelaskan hal-hal utama yang menjadi penyebab
terjadinya ketidaksetaraan gender dalam bidang pendidikan, yaitu :

1. Adanya pandangan secara agama bahwa kaum perempuan merupakan bagian dari kaum
laki-laki. Hal tersebut menjelaskan bahwa laki-laki dikatakan sebagai pihak superior dan
perempuan dianggap sebagai kaum inferior yang berpijak pada kaum laki-laki.
2. Dilihat dari pandangan sosiologis, seorang perempuan dalam segala hal ditempatkan di
rumah sehingga pernyataan tersebut tidak mendukung perempuan untuk berpendidikan
tinggi.
3. Pandangan psikologis melihat perempuan sebagai istri yang mendampingi suami tanpa
membutuhkan pendidikan yang tinggi.
4. Pandangan budaya masyarakat yang menganut paham bahwa perempuan bukanlah kaum
yang memerlukan pendidikan yang lebih bahkan dianggap sebagai pelengkap laki-laki
saja.
5. Menurut pandangan ekonomi, perempuan yang tidak melanjutkan pendidikan karena
adanya keterbatasan ekonomi. Perempuan akan segera dinikahkan untuk mengurangi
beban ekonomi keluarga.

Secara umum, faktor penyebab terhambatnya kesetaraan gender sangat berkaitan dengan:

1. Sosial budaya masyarakat dan orang tua yang cenderung menggunakan tenaga anak
perempuan untuk membantu urusan rumah tangga (beban kerja domestik).
2. Pendidikan belum memberikan nilai tambah yang sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan oleh orang tua (motivasi rendah).
3. Masih terbatasnya daya tampung lembaga pendidikan dengan mutu baik dan biaya
murah.
4. Proses pembelajaran, bahan ajar, dan ilustrasi yang masih bias gender.
5. Ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan.1

Faktor penentu ketidaksetaraan gender di bidang pendidikan menurut Van Bemmelen


(2003) dalam Rahmi & Habibullah (2012) meliputi: (1) Akses perempuan dalam pendidikan;
(2) Nilai gender yang dianut oleh masyarakat; (3) Nilai dan peran gender yang terdapat dalam
buku ajar; (4) Nilai gender yang ditanamkan oleh guru; (5) Kebijakan yang bias gender.

Sedangkan Suryadi dan Idris (2004) mengkategorikan faktor-faktor ketidaksetaraan


gender bidang pendidikan kedalam 4 aspek yaitu: (1) Akses dalam memperoleh atau
menggunakan sumber daya tertentu; (2) Partisipasi atau peran seseorang/kelompok dalam
suatu kegiatan pengambilan keputusan; (3) Kontrol atau wewenang untuk mengambil
keputusan; (4) kegunaan sumber yang dapat dinikmati secara optimal.

Dapat disimpulkan beberapa isu yang terkait dengan kesetaraan gender dalam bidang
Pendidikan, yakni :

1. Kesetaraan gender dalam Kurikulum


Menurut Sardjunani (2013), bias gender dalam kurikulum dan materi belajar mengajar
masih banyak ditemukan di negara-negara berkategori berkembang atau berpenghasilan
menengah. Misalnya, pada buku pelajaran Taman Kanak-kanak banyak menampilkan
gambar laki-laki daripada gambar perempuan.
2. Kesetaraan gender dalam proses pembelajaran
Beberapa riset para ahli terkait faktor gender yang terdapat dalam aktivitas pembelajaran
di kelas diantaranya peserta didik yang mendapatkan lebih banyak perhatian guru
dibandingkan dengan peserta didik perempuan, hal ini bisa disebabkan anak laki-laki yang
lebih aktif, berani dalam segala aktivitasnya. Kemudian interaksi verbal dalam proses
pembelajaran suara peserta didik perempuan terkadang tertutup oleh suara peserta didik
laki-laki yang lebih besar dan keras.
3. Kesetaraan gender para tenaga kependidikan
Menurut MOEC (2012), sekitar 62% guru sekolah terutama sekolah dasar mayoritas
adalah perempuan. Kemudian ditinjau dari tugas membelajarkan peserta didiknya, hasil
penelitian Sukarti (2013) menunjukkan bahwa guru laki-laki lebih baik dalam
meningkatkan prestasi peserta didik dibandingkan dengan guru perempuan, hal ini bisa
disebabkan guru laki-laki yang mempunyai banyak waktu luang untuk melakukan aktivitas
pengembangan keprofesian dibandingkan guru perempuan yang banyak disibukkan
dengan aktivitas di rumah. Rendahnya kualitas guru di Indonesia juga menjadi perhatian
utama dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, hal ini dapat berdampak dengan
hasil belajar siswa yang ditinjau dari perspektif gender.

Isu-isu gender dalam dunia pendidikan penting dibahas dikarenakan dalam deklarasi hak asasi
manusia pasal 26 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pengajaran, pengajaran
harus mempertinggi rasa saling mengerti, saling menerima, serta rasa persahabatan antar semua
bangsa. Terkait hal ini sesungguhnya pendidikan bukan hanya dianggap dan dinyatakan sebagai
sebuah unsur utama dalam upaya pencerdasan bangsa melainkan juga sebagai produk atau
konstruksi sosial maka dengan demikian pendidikan juga memiliki andil bagi terbentuknya
reaksi gender di dalam masyarakat. Jika sekolah memilih jalan untuk tidak sekadar menjadi
pengawet atau penyangga nila-nilai, tetapi penyeru pikiran yang produktif dengan berkolaborasi
dengan kebutuhan jaman, maka menjadi salah satu tugas sekolah untuk tidak membiarkan
berlangsugnya ketidakadilan gender yang selama ini terbungkus rapi dalam kesadaran-
kesadaran palsu yang berkembang dalam masyarakat. Sebaliknya ia harus bersikap kritis dan
mengajak masyarakat sekolah dan masyarakat disekitarnya untuk mengubah atau membongkar
kepalsuan-kepalsuan tersebut sekaligus mentransformasikannya menjadi praktik-praktik yang
lebih berpihak kepada keadilan sesama, terutama keadilan bagi kaum peremuan. Guru atau
pendidik sebagai pilar harus diupayakan mendapatkan akses terhadap dasar-dasar pengetahuan
dan pendidikan gender terlebih dahulu, untuk membukakan pikiran dan nurani akan adanya
persoalan tersebut.

Usaha untuk menghentikan bias gender terhadap seluruh aspek kehidupan antara lain dengan
cara pemenuhan kebutuhan praktis gender. Adapun strategi utama menuju kesetaraan gender
dalam pendidikan yaitu penyediaan akses pendidikan yang bermutu terutama pendidikan dasar
secara merata bagi anak laki-laki dan perempuan baik melalui pendidikan persekolahan maupun
pendidikan luar sekolah. Penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa
yang tidak dapat mengikuti pendidikan persekolahan. Peningkatan penyediaan pelayanan
pendidikan keaksaraan bagi penduduk dewasa terutama perempuan. Peningkatan koordinasi,
informasi dan eduksi dalam rangka mengurusutamakan pendidikan berwawasan gender dan
pengembangan kelembagaan institusi pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah
mengenai pendidikan berwawasan gender.

Anda mungkin juga menyukai