Anda di halaman 1dari 9

KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Astry Nur Islamy, M.Pd

Disusun Oleh:

M. Azmi Anwar 1805034


M. Rifki Asy’ari 1805225
Efluida Sofa Luthfiah 1805289
Viyya Qorry ‘Ainy 1805076

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) TASIKMALAYA

2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, dimana laki-


laki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing, yang di
konstruksikan oleh kultur setempat, yang berkaitan dengan peran, sifat,
kedudukan dan posisi dalam masyarakat tersebut. Dalam konsep gender,
pembedaan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan konstruksi secara
sosial maupun budaya. Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan menjadi
masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan gender, namun yang menjadi
persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan,
baik bagi kaum laki-laki dan perempuan.
Studi-studi tentang gender saat ini melihat bahwa ketimpangan gender
terjadi akibat rendahnya kualitas sumberdaya kaum perempuan sendiri, dan hal
tersebut mengakibatkan ketidakmampuan mereka bersaing dengan kaum lelaki.
Oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan adalah mendidik kaum perempun
dan mengajak mereka berperan serta dalam pembangunan. Dalam realitas yang
kita jumpai pada masyarakat tertentu terdapat adat kebiasaan yang tidak
mendukung dan bahkan melarang keikutsertaan perempuan dalam pendidikan
formal.

Bahkan ada nilai yang mengemukakan bahwa “perempuan tidak perlu


sekolah tinggi-tinggi karena akhirnya kedapur juga.” Ada pula anggapan seorang
gadis harus cepat-cepat menikah agar tidak menjadi perawan tua. paradigma
seperti inilah yang menjadikan perempuan menjadi terpuruk dan dianggap rendah
oleh kaum laki-laki.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Gender ?

2. Apa saja Problematika gender dalam Pendidikan ?

3. Bagaimana gender dalam pandangan Pendidikan ?

4. Bagaimana Membangun Pendidikan Berprespektif Gender di Sekolah ?


5. Bagaimana cara Menuju Kesetaraan Gender dalam Pendidikan ?

C. TUJUAN MAKALAH

1. Mengetahui apa yang di maksud dengan gender

2. Mengetahui apa saja Problematika gender dalam Pendidikan

3. Mengetahui gender dalam pandangan pendidikan

4. Mengetahui cara membangun pendidikan berspektif gender di sekolah

5. Mengetahui bagaimana cara menuju kesetaraan gender dalam


pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GENDER

Pengertian gender menurut para ahli seperti berikut :


1. OAKLEY gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan
yang dikonstruksikan secara sosial

2. CAPLAN gender adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan


tidaklah sekedar biologis namun melalui proses sosial dan kultural

3. MANSOUR FAQIH gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki
maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural

4. NASARUDIN UMAR gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk


memberi identifikasi perbedaan dalam hal peran,perilaku,dll antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang di dalam masyarakat yang didasarkan pada rekayasa
sosial.

B. PROBLEMATIKA GENDER DALAM PENDIDIKAN

1.Akses
Yang dimaksud dengan aspek akses adalah fasilitas pendidikan yang sulit
dicapai. Misalnya, banyak sekolah dasar di tiap-tiap kecamatan namun untuk
jenjang pendidikan selanjutnya seperti SMP dan SMA tidak banyak. Tidak setiap
wilayah memiliki sekolah tingkat SMP dan seterusnya hingga banyak siswa yang
harus menempuh perjalanan jauh untuk mencapainya. Di lingkungan masyarakat
yang masih tradisional, umumnya orang tua segan mengirimkan anak
perempuannya kesekolah yang jauh karena mengkhawatirkan kesejahteraan
mereka.
Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang terpaksa tinggal dirumah.
Belum lagi beban tugas rumah tangga yang banyak dibebankan pada anak
perempuan. Akumulasi dari fraktor-faktor ini membuat anak perempuan banyak
yang cepat meninggalkan bangku sekolah.

2.Partisipasi
Aspek partisipasi dimana tercakup didalamnya faktor bidang studi dan
statistik pendidikan. Dalam masyarakat kita di Indonesia, dimana terdapat
sejumlah nilai
budaya tradisional yang meletakkan tugas utama perempuan di arena domestik,
sereingkali anak perempuan agak terhambat untuk memperoleh kesempatan yang
luas untuk menjalani pendidikan formal.
Sudah sering dikeluhkan bahwa jika sumber-sumber pendanaan keluarga terbatas,
maka yang harus didahulukan untuk sekolah adalah anak laki-laki. Hal ini
umumnya dikaitkan dengan tugas pria kelak apabila sudah dewasa dan berumah
tangga, yaitu bahwa ia harus menjadi kepala rumah tangga dan pencari nafkah.

3.Manfaat dan Penguasaan


Kenyataan banyaknya angka buta huruf di Indonesia didominasi oleh
kaum perempuan. Pendidikan tidak hanya sekedar proses pembelajaran. Tetapi
merupakan salah satu “narasumber” bagi segala pengetahuan karenanya ia
instrumen efektif transfer nilai termasuk nilai yang berkaitan dengan isu gender
dengan demikian pendidikan juga sarana sosialisasi kebudayaan yang berlangsung
secara formal termasuk disekolah. Perilaku yang tampak dalam kehidupan dalam
sekolah interaksi guru-guru , murid-murid, baik didalam maupun luar kelas pada
saat pelajaran berlangsung maupun saat istirahat akan menampakkkan konstruksi
gender yang terbangun selama ini. Selain itu penataan tempat duduk murid,
penataan barisan, pelaksanaan upacara tidak terlepas dari hal tersebut. Siswa laki-
laki selalu ditempatkan dalam posisi yang lebih menentukan, misalnya memimpin
organisasi siswa, ketua kelas, dll.
Hal ini menunjukkan kesenjangan gender muncul dalam proses
pembeloajaran disekolah.

C. PENDIDIKAN MEMANDANG GENDER

Dalam deklarasi hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa setiap


orang berhak mendapatkan pengajaran, pengajaran harus mempertinggi rasa
saling mengerti, saling menerima,serta rasa persahabatan antar semua bangsa.
Terkait hal ini sesungguhnya pendidikan bukan hanya dianggap dan dinyatakan
sebagai sebuah unsur utama dalam upaya pencerdasan bangsa melainkan juga
sebagai produk atau konstruksi sosial maka dengan demikian pendidikan juga
memiliki andil bagi terbentuknya reasi gender di dalam masyarakat.

D. MEMBANGUN PENDIDIKAN BERPRESPEKTIF GENDER DI SEKOLAH

Jika sekolah memilih jalan untuk tidak sekadar menjadi pengawet atau
penyangga nila-nilai, tetapi penyeru pikiran yang produktif dengan berkolaborasi
dengan kebutuhan jaman, maka menjadi salah satu tugas sekolah untuk tidak
membiarkan berlangsugnya ketidakadilan gender yang selama ini terbungkus rapi
dalam kesadaran-kesadaran palsu yang berkembang dalam masyarakat.
Sebaliknya ia harus bersikap kritis dan mengajak masyarakat sekolah dan
masyarakat disekitarnya untuk mengubah atau membongkar kepalsuan-kepalsuan
tersebut sekaligus mentransformasikannya menjadi praktik-praktik yang lebih
berpihak kepada keadilan sesama, terutama keadilan bagi kaum peremuan. Guru
atau pendidik sebagai pilar harus diupayakan mendapatkan akses terhadap dasar-
dasar pengetahuan dan pendidikan gender terlebih dahulu, untuk membukakan
pikiran dan nurani akan adanya persoalan tersebut.

E. MENUJU KESETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN

Usaha untuk menghentikan bias gender terhadap seluruh aspek kehidupan


antara lain dengan cara pemenuhan kebutuhan praktis gender. Adapun strategi
utama menuju kesetaraan gender dalam pendidikan yaitu penyediaan akses
pendidikan yang bermutu terutama pendidikan dasar secara merata bagi anak laki-
laki dan perempuan baik melalui pendidikan persekolahan maupun pendidikan
luar sekolah.

Penyediaan akses pendidikan kesetaraan bagi penduduk usia dewasa yang


tidak dapat mengikuti pendidikan persekolahan. Peningkatan penyediaan
pelayanan pendidikan keaksaraan bagi penduduk dewasa terutama perempuan.
Peningkatan koordinasi, informasi dan eduksi dalam rangka mengurusutamakan
pendidikan berwawasan gender dan pengembangan kelembagaan institusi
pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah mengenai pendidikan
berwawasan gender.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Budaya bias laki-laki membentuk perempuan cenderung nrimo, karenanya


upaya sistematis dan berkelanjutan tentang kesetaraan dan keadilan gender dalam
pendidikan menjadi semakin mendesak, akses pendidikan perempuan dan laki-laki
harus mendapatkan kesempatan yang sama. Anak perempuan sebagaimana anak
laki-laki harus mempunyai hak atau kesempatan untuk sekolah lebih tinggi.
Pendirian gender perlu diterjemahkan dalam aksi nyata berupa gerakan
pembebasan yang bertanggung jawab, mendorong laki-laki dan perempuan untuk
merubah tradisi pencerahan, yaitu sikap yang didasrkan pada
akal,alam,manusia,agar diperoleh persamaan kebebasan dan kemajua
bersama,tanpa membedakan jenis kelamin.
DAFTAR PUSTAKA

Acce Suryadi,Acep Idris .2004.Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan .


Jakarta: PT Genesindo
Achnad Muthia’in.2001.Bias Gender dalam pendidikan. Surakarta:UMS.
Dwi Narwoko dan Bagong Yuryanto.2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan
.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Elfi Muawanah.2009. Pendidikan Gender dan Hak Asasi Manusia.
Yogyakarta:Teras
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. UniversitasIndonesia jakrta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.2004
Fakih, Mansour.1996.Analisi Gender dan Transformasi sosial. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta .

Anda mungkin juga menyukai