Oleh :
Elisabeth Yudika 00000027835
Filia Jeanettatia 00000023445
Indisukma Mutahar A 00000026523
Trias Ato Rantetondok 00000025931
Zhafira Syachmi 000000 21369
pengetahuan yang lebih luas serta menjadi pembibimbing manusia dalam bertindak
dan melangkah. Bukan hanya untuk manusia bekerja, didalam kehidupan sehari –
sehari tentunya manusia tidak akan lepas dari pendidikan karena pendidikan dapat
kita dapatkan dimana saja dan kapan saja. Sejak kita lahir tentunya orang tua kita
telah mengajarkan kita sesuatu hal seperti mengajarkan kita cara makan, cara
pendidikan, maka kami akan membahas sedikit mengenai gender. Bicara mengenai
Pemikiran bahwa tugas seorang wanita atau Istri mengurus urusan rumah masih
bahwa wanita tidak perlu mengejar pendidikan yang tinggi karena pada akhirnya
mereka akan berada di rumah mengurus urusan rumah tangga. Wanita juga
dipandang lemah apabila mereka berada diantara pria ketika mereka bekerja, dan
terkadang suara wanita itu dipandang remeh padahal setiap orang berhak
yang mereka mau dan kekuatan seorang wanita itu juga besar.
Dalam satu dekade ini, terdapat peningkatan terhadap wanita dalam pasar
tenaga kerja meskipun jauh lebih kecil dibandingkan pria. Dari perubahan tersebut
dapat kita lihat bahwa ada peningkatan meskipun tidak terlihat secara kasat mata.
Tapi meskipun ada peningkatan, peningkatan yang terjadi hanyalah terjadi dalam
sektor informal atau bisa dibilang pekerjaan yang tidak membutuhkan pendidikan.
yang bagus dan tetap saja diberikan jabatan rendah, akrena masih banyak tempat –
tempat kerja yang berpendapat bahwa jabatan yang tinggi hanya pantas dipegang
kuat yang behasil membawa nama perempuan menjadi naik. Seperti pada awal
Indonesia kita mempunyai R.A Kartini yang mencetuskan emansipasi wanita dan
tinggi. Selain itu ada Ibu Fatmawati, jika tidak dengan pikiran beliau unutk
membuat bendera maka hingga saat ini Indonesia tidak akan mempunyai identitas
dan ciri khas sebagai suatu negara. Ada juga presiden wanita pertama Indonesia
yaitu Ibu Megawati sebagai Presiden RI yang menjabat di tahun 2001 – 2004. Serta
2 menteri Indonesia yang saat ini menjabat Ibu Sri Mulyani dan Ibu Susi, yang
kedisiplinan dan cara kerja mereka yang bagus hingga terdengar di dunia
internasional, serta masih banyak lagi wanita – wanita hebat di Indonesia yang
Dari contoh – contoh wanita hebat diatas tentunya dapat kita lihat bahwa
sebaiknya jika tidak ada lagi pemikiran bahwa wanita tidak baik untuk
mendapatkan pendidikan yang tinggi ataupun pekerjaan yang tinggi. Di Indonesia
sendiri masih harus dilakukan penekanan – penekanan supaya laki – laki dan
perempuan dipandang sama. Karena dapat kita lihat jika wanita ditekan untuk tidak
mengambil pendidikan setinggi mungkin maka Indonesia juga akan sulit untuk
maju, apalagi dengan adanya gerakan pemuda yang diharapkan untuk memajukan
negara ini maka jangan lagi pandangan yang memandan sebelah mata. Kaitan dan
2. Latar Belakang
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan formal didapatkan oleh manusia dari masuk di Taman Kanak – Kanak,
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
ini adalah pendidikan yang didapatkan dalam kehidupan sehari – hari baik dari
keluarga dan lingkungan manusia itu sendiri. Dikarenakan pendidikan adalah hal
adalah hal yang wajib dalam kehidupan dan semua orang berhak untuk
mendapatkan pendidikan, tidak memandang tingkatan status dan derajat dari
manusia dan tindak memandang jenis kelamin. Di zaman yang serba maju ini tidak
ada lagi perkataan yang membahas bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi –
tinggi, karena semua orang baik perempuan dan laki – laki layak mendapatkan
pendidikan setinggi – tingginya. Selain itu juga untuk menunjang pendidikan telah
dibentuk banyak jenis beasiswa yang dapat membantu kita belajar setingggi –
Pendidikan merupakan salah satu investasi jangka panjang. Merupakan hak bagi
semua masyarakat negara untuk dapat menimba ilmu. Melalui pendidikan, akan
kemajuan bangsa tersebut, menciptakan generasi penerus bangsa yang handal atau
ahli dalam satu bidang sehingga pada kedepannya ia bisa mencari pekerjaan dan
melalui pendidikan, pola pikir dan perspektif masyarakat dapat lebih maju. Selain
itu, sikap nasionalisme dan patriotisme akan Indonesia dapat ditingkatkan sejak dini
kepada seluruh masyarakat. Hal tesebut dapat mengurangi hal-hal yang kita tidak
Secara terminologis, makna jenis kelamin (sex) adalah perbedaan fisik yang
teridentifikasi dua jenis kelamin manusia, yaitu laki-laki dan perempuan. Dengan
kata lain, perbedaan antara perempuan dan laki-laki murni didasarkan pada fungsi
organ reproduksi yang kodrati dan bersifat alamiah (nature). Karena didasarkan
pada perbedaan yang bersifat alamiah, perbedaan jenis kelamin berlaku secara
universial bagi semua perempuan dan laki-laki di dunia.1 Sedangkan gender adalah
pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang
dihasilkan dari konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan
Alasan hal tersebut terjadi karena adanya diskriminasi gender di dalam dunia
dalam kehidupan sosial, bahkan dalam lingkup pendidikan. Hal ini menyebabkan
emansipasi wanita, yang dipelopori oleh R.A. Kartini, wanita sangat dianggap
rendah dan tidak berarti. Kita tahu bahwa pada jaman dulu, wanita tidak
pembagian kedudukan, peran, dan tugas antara laki-laki dan wanita di lingkup
masyarakat masih terlihat cukup jelas yang dimana diskrimasi tersebut diambil dari
norma dan adat istiadat masyarakat tersebut. Dalam Harian Suara Merdeka yang di
1
Djunaedi, Wawan, and Ikhlillal Muzzayanah. Pendidikan Islam adil gender di
madrasah. Jakarta, Indonesia: Pustaka STAINU bekerja sama dengan LP3M STAINU Jakarta dan
European Union, 2008.
2
Mufidah Ch, Bingkai Sosial Gender: Islam, Strukturasi dan Konstruksi Sosial, Malang,
Indonesia: UIN Maliki Press, 2010.
publikasikan pada 09 Agustus 2006, Sri Suciati mengungkapan contoh diskriminasi
gender yang ada dalam pendidikan formal di Indonesia. Hal tersebut bisa terlihat
dari buku pelajaran anak-anak dari SD. Misalnya, gambar pilot di buku-buku selalu
kecakapan yang “hanya” dimiliki oleh laki-laki saja. Sedangkan, gambar guru yang
mindset anak-anak sejak kecil wanita hanya memiliki tugas untuk mengasuh dan
mendidik anak. Hal tersebut masih tertanam dan membuat pandangan masyarakat
padatahun 2005 dan mencapai kesetaraan gender pada tahun 2015. Kesetaraan
Selain itu pemikiran yang terbentuk dengan alasan wanita adalah makhluk
membuat pekerjaan menajdi lambat, dan lelaki adalah makhluk yang dipandang
pekerjaan apapun menjadi lebih cepat. Pandangan – pandangan ini juga menjadikan
lemahnya kesetaraan gender, dan hal ini dapat kita lihat sendiri dimulai dari kita
3
pemimpin dikelas haruslah lelaki. Padahal perbedaan ini hanya didasari oleh
beberapa faktor yang berbeda dari lelaki seperti memang adanya horman yang
tekanan sosial yang membuat perempuan merasa tidak dihargai keberadaannya. Hal
– hal ini sering menjadi Batasan perempuan untuk mengembangkan diri mereka
untuk lebih maju, padahal keberadaan mereka sangat dibutuhkan. Padahal dalam
pekerjaan sendiri memang sudah dibagi – bagi jenisnya. Jika memang wanita lebih
bagian yang diambil dan bukan berarti malah didominasi oleh satu gender saja.
Misalnya tidak mungkin seorang wanita menjadi pekerja bangunan, maka wanita
itu cocok menjadi perancangan bangunan itu. Semuanya sudah memunyai porsi
yang sama.
Namun bukan berarti bahwa wanita harus selalu berada diatas pria, kembali
lagi bahwa semuanya sudah mempunyai porsi dan tempatnya. Karena dengan
keberadaan kaum feminist yang memakai alasan wanita berhak bebas juga
pemecah, seperti misalnya feminist yang bersifat radikal.4 Oleh karena itu baik
lelaki dan perempuan tentunya juga harus berpikir hal yang baik untuk mencapai
3
Dinasari, Mia Citra. "5 Alasan Mengapa Perempuan Lebih Emosional Dibanding Pria |
lifestyle." Bisnis.com. July 18, 2016. Accessed February 25, 2018.
http://lifestyle.bisnis.com/read/20160718/106/566724/5-alasan-mengapa-perempuan-lebih-
emosional-dibanding-pria.
4
Herlianto, Bagus Pramono. "E-Artikel Situs Artikel Kristen Indonesia." Feminisme.
Accessed February 25, 2018. http://artikel.sabda.org/feminisme.
kesetaraan. Apalagi kesetaraan pendidikan yang dimana pendidikan merupakan
Harapan Jurusan Hubungan Internasional ini kami pilih sebagai tema dari penelitian
sosial karena hal tersebut merupakan hal yang sangat mendasar bagi perkembangan
dan kemajuan suatu negara. Masa depan negara ada di tangan masyarakatnya. Perlu
dingat, masyarakat bukan hanya laki-laki. Diskriminasi gender ini mungkin saja
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan kami dalam pendahuluan dan latar belakang, maka
landasan kami untuk membahas proposal penelitian kami yang berjudul ”Pengaruh
proposal ini :
Internasional di UPH?
4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
penerus bangsa yang cerdas mampu menganalisis tentang kesetaraan gender dan
isu gender dalam perspektif pendidikan Hubungan Internasional di UPH. Selain itu
wawasan yang luas dan menambah peran aktif dalam menciptakan kesetaraan
gender dalam dunia pendidikan. Serta kami juga mengharapkan dengan penulisan
makalah Gender ini mahasiswa dapat menjadi penggerak untuk melakukan persama
– rataan gender yang dimulai dari lingkungan kecil hingga besar. Kami juga
untuk membentuk mahasiswa yang lebih baik lagi, dan memiliki pemikiran yang
5. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Gender
Kata gender dalam istilah Indonesia sebenarnya diambil dari bahasa Inggris yaitu
“gender” yang mana artinya tidak dapat dibedakan secara jelas mengenai seks dan
gender. Banyak masyarakat yang mengidentikan gender dengan seks. Untuk memahami
konsep gender, harus dapat dibedakan terlebih dahulu mengenai arti kata seks dan gender
itu sendiri. Pengertian dari kata seks sendiri adalah suatu pembagian jenis kelamin ke
dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan, di mana setiap jenis kelamin tersebut
memiliki ciri-ciri fisik yang melekat pada setiap individu, di mana masing-masing cirri
tersebut tidak dapat digantikan atau dipertukarkan satu sama lain. Ketentuan- ketentuan
tersebut sudah merupakan kodrat atau ketentuan dari Tuhan.5 Gender yang berlaku dalam
gender maskulin, sedangkan jenis kelamin perempuan selalu berkaitan dengan gender
feminin. Akan tetapi hubungan – hubungan tersebut bukanlah suatu hubungan kolerasi
yang bersifat absolut. Hal ini dikemukakan oleh Rogers (1980). Gender tidak bersifat
universal, namun bervariasi dari suatu masyarakat kemasyarakat yang lainnya, serta dari
suatu waktu ke waktu. Gender tidak identik dengan jenis kelamin serta gender merupakan
dasar dari pembagian kerja di seluruh masyarakat. Dari beberapa istilah yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gender adalah suatu
konstruksi atau bentuk social yang sebenarnya bukan bawaan dari lahir sehingga dapat
dibentuk atau diubah sesuai dengan tempat, waktu atau zaman, suku, ras, budaya, status
sosial, pemahaman agama, negara, ideologi, politik, hukum, serta ekonomi. Oleh karena
itu, gender bukanlah kodrat dari Tuhan, melainkan buatan dari manusia yang dapat
diubah maupun dipertukarkan serta memiliki sifat relatif. Hal ini terdapat pada lakilaki
dan perempuan. Sedangkan jenis kelamin atau seks merupakan kodrat dari Tuhan yang
berlaku di mana saja dan kapan saja yang tidak dapat berubah dan dipertukarkan antara
b. Peran Gender
Peran gender adalah peran laki – laki dan perempuan yang dilihat dari rumusan
5
Fakih, Mansour. Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta, Indonesia: Insist
Press, 2008, Hal 7.
10
kepada jenis kelamin laki – laki, dan feminitas ditujukan kepada perempuan. Steriotipe
gender ini dapat kita lihat dimana lelaki yang dinilai lebih baik untuk dijadikan pemimpin
sebagai makhluk yang lebih rasional, sedangkan wanita sendiri adalah makhluk yang
Di zaman ini sendiri pemikiran steriotipe seperti itu telah banyak di tangkis. Justru
banyak peran lelaki yang dikerjakan oleh wanita dan sebaliknya. Peran gender sendiri
seharusnya tidak mempengaruhi cara kerja seseorang, karena setiap orang akan
mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan pola pikir dan sifat mereka. Peran gender
sendiri seharusnya lebih tertumpu terhadap tanggung jawab masing – masing pribadi.
Teori nature sendiri adalah teori yang dikembangkan oleh Edward L. Thorndike
yang menyatakan bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh hereditas atau genetik.
Genetic sendiri dipengaruhi oleh unsur sifat keluarga sedarah. Teori nurture adalah teori
yang dikembangkan oleh John B. Watson, yang mengatakan bahwa kehidupan manusia
dipengaruhi oleh proses belajar mnegajar dan berdasarkan oleh pengalaman serta
Dengan adanya perdebatan ini akhirnya bersamaan dengan para pakar psikologi
bahwa hasil garis keturunan dan lingkungan serta pengalaman berhubungan dalam
Penjelasan pertama jika seseorang mempunyai bakat yang turun temurun dengan
sifat yang lebih rajin dari anak – anak biasa, maka akan lebih maju anak tersebut. Maka
dapat dilihat lingkungan juga mendukung atau tidaknya seseorang, dan gender sendiri
11
Penjelasan kedua dimana stress dan perubahan hormone dapat merubah juga sistem
lingkungan. Tapi, semua manusia (kazuo Murakami, 2007) memiliki gen yang berpotensi
dapat menimbulkan penyakit, dan pada saat yang sama juga memiliki gen yang dapat
mencegah penyakit. Kedua gen tersebut akan berada dalam keadaan seimbang selama
d. Stereotipe (pelabelan)
Penandaan negatif terhadap suatub kelompok atau jenis kelamin tertentu secara
umum dinamakan stereotipe. Akibat dari hal ini bisa muncul dari diskriminasi dan
ketidakadilan. Salah satu hal yang mengakibatkan hal seperti ini terjadi adalah dari
pandangan gender. Misalnya ada keyakinan dalam masyarakat bahwa laki-laki adalah
pencari nafkah maka setiap hal yang dilakukan perempuan dinilai sebagai tambahan saja,
sehingga pekerjaan perempuan boleh dibayar lebih rendah dari pekerjaan laki-laki.6
hubungan antara laki-laki dan perempuan. Teori ini tidak memberatkan atau memberi
keringanan untuk kedua belah pihak melainkan kaum laki-laki dan perempuan harus
masyarakat, bangsa dan Negara. Guna melancarkan gagasan tersebut, maka dalam
setiap kebijakan dan strategi pembangunan agar diperhitungkan kepentingan dan peran
6
Nugroho, Riant. Gender dan Strategi Pengarus-Utamanya Di Indonesia. Jakarta,
12
perempuan dan laki-laki secara seimbang. Hubungan diantara dua gender ini bukan
bertentangan tetapi hubungan komplementer guna saling melengkapi satu sama lain.
f. Teori Struktural-Fungsional
Teori ini lahir sebagai kritik terhadap teori evolusi, yang berpandangan bagaimana
masyarakat sebagai sebuah sistem yang saling berkaitan diantara satu sama lain. Teori
ini sangat mengakui adanya keanekaragaman dalam kehiduapan sosial. Dalam sebuah
keadaan yang seperti itu dibuatlah suatu sistem yang berlandasan pada consensus nilai-
nilai atau norma agar terjadi adanya interelasi atau kaitan yang berlandasan harmoni,
stabilitas dan keseimbangan. Sistem ini harus memiliki peran yang mencukupi guna
g. Teori Sosial-Konflik
Teori ini di gagas oleh Lockwood, menurut dia konflik akan terus berada di bayang-
bayang masyarakat. Terutama dalam hal distribusi sumber daya yang terbatas.7 Adanya
sifat apatisme diri yang akan menimbulkan difereinsiasi kekuasaan yang berujung
sekelompok orang menindas atau menekan kelompok lainya yang lebih rendah, yang
berkahir menimbulkan konflik dalam suatu ruang lingkup atau organisasi. Dalam
ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan tidak disebabkan oleh perbedaan
biologis, tetapi merupakan bagian dari penindasan kelas yang berkuasa dalam relasi
produksi yang diterapkan dalam konsep keluarga. Dengan kata lain, ketimpangan peran
7
Outhwaite, William. 2008. Kamus Lengkap Pemikiran Sosial Modern Edisi Kedua.
13
gender dalam masyarakat bukan karena kodrat dari Tuhan, tetapi karena konstruksi
masyarakat.
Dalam sebuah kalangan masyarakat kita bisa melihat bahwa nilai atau norma dan
aturan yang ada di di agama maupun adat istiadat yang tidak menyokong keikutsertaan
wanita dalam pendidikan formal.8 Ada nilai yang mengemukakan bahwa wanita tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi karena pada akhirnya akan ke dapur juga. Ada juga
masyarakat yang sama sekali tidak membenarkan anak gadisnya untuk bersekolah.
wanita, karena siswi yang berprestasi pun sering tidak melanjutkan pendidikan ke
6. Metode Penelitian
deskriptif yang kami lakukan dengan cara pendekatan kualitatif. Metode ini dinilai
8
Savitri, Niken. "Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan." Pusat Inovasi
Pembelajaran. 2015. Accessed February 25, 2018. http://pip.unpar.ac.id/publikasi/buletin/sancaya-
volume-03-nomor-2-edisi-maret-april-2015/kesetaraan-gender-dalam-dunia-pendidikan/.
14
Metode penelitian kualitatif sendiri akan kami lakukan dengan cara
membuat survey melalui google form yang akan kami sebar secara online ataupun
memberikan beberapa penyebaran lembar form bagi yang belum mengisi agar lebih
efektif. Hasil dari respon yang kami dapat akan langsung kami kaji dan kami
kami lebih actual dan lebih tepat dengan cara kualitatif yaitu mengumpulkan
pendapat dari aktor – aktor dalam Hubungan Internasional UPH. Setelah kami
mendapatkan data – data tersebut sebanyak mungkin, kami akan menghitung dan
setelah itu mengkaji dari data yang kami dapatkan dan akan disajikan dalam bentuk
data statistic berbentuk diagram. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca
Selain itu untuk lebih mendukung pengerjaan pencarian hasil dari penelitian
kami, maka kami juga akan menggencarkan lewat wawancara. Sasaran wawancara
kami adalah Dosen HI UPH, Mahasiswa HI UPH, serta Staff HI UPH yang tentunya
sendiri. Hasil wawancara kami akan rangkum sebagai pendukung dari hasil dari
15
DAFTAR PUSTAKA
3. Suryadi, Ace, and Ecep Idris. Kesetaraan gender dalam bidang pendidikan.
Internet
16
2. Herlianto, Bagus Pramono. "E-Artikel Situs Artikel Kristen Indonesia."
Feminisme. Accessed February 25, 2018.
http://artikel.sabda.org/feminisme.
3. Savitri, Niken. "Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan." Pusat Inovasi
Pembelajaran. 2015. Accessed February 25, 2018.
http://pip.unpar.ac.id/publikasi/buletin/sancaya-volume-03-nomor-2-edisi-
maret-april-2015/kesetaraan-gender-dalam-dunia-pendidikan/.
17