lat ihan
ika list iqowat i
TAD BIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280
Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
Halaman 82-87
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi
Naufal Ilma
IAIN Sultan Amai Gorontalo
Naufal.ilma.77@gmail.com
Abstrak
Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian. Pendidikan itu tidak selalu
berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan
non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau
peserta didik. Ada kecenderungan bahwa pendidikan formal, pendidikan informal dan
pendidikan non formal yang selama ini berjalan terpisah satu dengan yang lainnya. Mereka
tidak saling mendukung untuk peningkatan pembentukan kepribadian peserta didik. Untuk
mencapai itu, sumber daya manusia yang kita miliki harus berkarakter kuat dicirikan oleh
kapasitas mental yang berbeda dengan orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran,
keberanian, ketegasan, ketegaran, kekuatan dalam memegang prinsip, dan sifat unik lainnya
yang melekat dalam dirinya. Pembentukan karakter SDM menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi
untuk mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi tantangan regional
dan global.
82
pembelajaran bagi individu agar berkembang Mencermati hal ini, saya mencoba
dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, memberikan beberapa gagasan untuk
bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, penguatan mutu karakter SDM sehingga
dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek mampu membentuk pribadi yang kuat dan
jasmani maupun ruhani. Manusia yang tangguh. Pembahasan ini akan mengacu
berakhlak mulia, yang memiliki moralitas pada peran pendidikan, terutama pendidik
tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau sebagai kunci keberhasilan implementasi
dibangun. Bangsa Indonesia tidak hanya pen-didikan karakter di sekolah dan
sekedar memancarkan kemilau pentingnya lingkungan baik keluarga maupun masya-
pendidikan, melainkan bagaimana bangsa rakat.
Indonesia mampu merealisasikan konsep
pendidikan dengan cara pembinaan, pela- Mengapa Pendidikan?
tihan dan pemberdayaan SDM Indonesia Pendidikan merupakan hal terpenting
secara berkelanjutan dan merata. Ini sejalan untuk membentuk kepribadian. Pendidikan itu
dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tidak selalu berasal dari pendidikan formal
tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa seperti sekolah atau perguruan tinggi.
tujuan pendidikan adalah“… agar menjadi Pendidikan informal dan non formal pun
manusia yang beriman dan bertakwa kepada memiliki peran yang sama untuk membentuk
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kepribadian, terutama anak atau peserta
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan didik. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
menjadi warga negara yang demokratis serta kita dapat melihat ketiga perbedaan model
bertanggung jawab”. lembaga pendidikan tersebut. Dikatakan
Melihat kondisi sekarang dan akan bahwa Pendidikan formal adalah jalur
datang, ketersediaan SDM yang berkarakter pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
merupakan kebutuhan yang amat vital. Ini yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
dilakukan untuk mempersiapkan tantangan menengah, dan pendidikan tinggi. Sementara
global dan daya saing bangsa. Memang tidak pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan
mudah untuk menghasilkan SDM yang di luar pendidikan formal yang dapat
tertuang dalam UU tersebut. Persoalannya dilaksanakan secara terstruktur dan
adalah hingga saat ini SDM Indonesia masih berjenjang. Satuan pendidikan nonformal
belum mencerminkan tujuan pendidikan yang terdiri atas lembaga kursus, lembaga
diharapkan. Misalnya untuk kasus aktual, pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
masih banyak ditemukan siswa yang belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
menyontek di kala sedang menghadapi ujian, satuan pendidikan yang sejenis. Sedangkan
bersikap malas, tawuran antar sesama siswa, pendidikan informal adalah jalur pendidikan
melakukan pergaulan bebas, terlibat narkoba, keluarga dan lingkungan. Kegiatan
dan lainnya. Di sisi lain, ditemukan guru, pendidikan informal dilakukan oleh keluarga
pendidik yang senantiasa memberikan dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar
contoh-contoh baik ke siswanya, juga tidak secara mandiri.
kalah mentalnya. Misalnya guru tidak jarang Memperhatikan ketiga jenis pendi-
melakukan kecurangan-kecurangan dalam dikan di atas, ada kecenderungan bahwa
sertifikasi dan dalam ujian nasional (UN). pendidikan formal, pendidikan informal dan
Kondisi ini terus terang sangat memilukan pendidikan non formal yang selama ini
dan mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia berjalan terpisah satu dengan yang lainnya.
yang telah merdeka sejak tahun 1945. Mereka tidak saling mendukung untuk
Memang masalah ini tidak dapat digeneralisir, peningkatan pembentukan kepribadian
namun setidaknya ini fakta yang tidak boleh peserta didik. Setiap lembaga pendidikan
diabaikan karena kita tidak menginginkan tersebut berjalan bersama sehingga yang
anak bangsa kita kelak menjadi manusia yang terjadi sekarang adalah pembentukan pribadi
tidak bermoral sebagaimana saat ini sering peserta didik menjadi parsial, misalnya anak
kita melihat tayangan TV yang bersikap baik di rumah, namun ketika keluar
mempertontonkan berita seperti pencurian, rumah atau berada di sekolah ia melakukan
perampokan, pemer-kosaan, korupsi, dan perkelahian antar-pelajar, memiliki ’keter-
penculikan, yang dilakukan tidak hanya oleh tarikan’ bergaul dengan WTS atau melakukan
orang dewasa, tapi juga oleh anak-anak usia perampokan. Sikap seperti ini merupakan
belasan. bagian dari penyimpangan moralitas dan
TAD BIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 83
prilaku sosial pelajar (Suyanto dan Hisyam, universal dan hubungan antarperadaban
2000: 194). bangsa-bangsa (PP Muhammadiyah, 2009:
Oleh karena itu, ke depan dalam 43-44).
rangka membangun dan melakukan
penguatan peserta didik perlu menyinergiskan Pendidikan Karakter
ketiga komponen lembaga pendidikan. Upaya Berbicara pembentukan kepribadian
yang dapat dilakukan salah satunya adalah tidak lepas dengan bagaimana kita
pendidik dan orangtua berkumpul bersama membentuk karakter SDM. Pembentukan
mencoba memahami gejala anak pada fase karakter SDM menjadi vital dan tidak ada
negatif, yang meliputi keinginan untuk pilihan lagi untuk mewujudkan Indonesia
menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi
mengalami kejenuhan, ada rasa kegelisahan, tantangan regional dan global (Muchlas
ada pertentangan sosial, ada kepekaan dalam Sairin, 2001: 211). Tantangan regional
emosional, kurang percaya diri, mulai timbul dan global yang dimaksud adalah bagaimana
minat pada lawan jenis, adanya perasaan generasi muda kita tidak sekedar memiliki
malu yang berlebihan, dan kesukaan kemampuan kognitif saja, tapi aspek afektif
berkhayal (Mappiare dalam Suyanto dan dan moralitas juga tersentuh. Untuk itu,
Hisyam, 2000: 186-87). Dengan mempelajari pendidikan karakter diperlukan untuk
gejala negatif yang dimiliki anak remaja pada mencapai manusia yang memiliki integritas
umumnya, orangtua dan pendidik akan dapat nilai-nilai moral sehingga anak menjadi
menyadari dan melakukan upaya perbaikan hormat sesama, jujur dan peduli dengan
perlakuan sikap terhadap anak dalam proses lingkungan.
pendidikan formal, non formal dan informal. Lickona (1992) menjelaskan beberapa
alasan perlunya Pen-didikan karakter, di
Ciri Karakter SDM antaranya: (1) Banyaknya generasi muda
SDM merupakan aset paling penting saling melukai karena lemahnya kesadaran
untuk membangun bangsa yang lebih baik pada nilai moral, (2) Memberikan nilai moral
dan maju. Namun untuk mencapai itu, SDM pada generasi muda merupakan salah satu
yang kita miliki harus berkarakter. SDM yang fungsi peradaban yang paling utama, (3)
berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas Peran sekolah sebagai pendidik karakter
mental yang berbeda dengan orang lain menjadi semakin penting ketika banyak
seperti keterpercayaan, ketulusan, keju-juran, remaja memperoleh sedikit pengajaran moral
keberanian, ketegasan, ke-tegaran, kekuatan dari orangtua, masyarakat, atau lembaga
dalam meme-gang prinsip, dan sifat unik keagamaan, (4) masih adanya nilai moral
lainnya yang melekat dalam dirinya. yang secara universal masih diterima seperti
Secara lebih rinci, saya kutip perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan
beberapa konsep tentang manusia Indonesia tanggungjawab, (5) Demokrasi memiliki
yang berkarakter dan senantiasa melekat kebutuhan khusus untuk pendidikan moral
dengan kepri-badian bangsa. Tipe karakter karena demokrasi merupakan peraturan dari,
SDM yang kuat meliputi (1) religius, yaitu untuk dan oleh masyarakat, (6) Tidak ada
memiliki sikap hidup dan kepribadian yang sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai.
taat ber-ibadah, jujur, terpercaya, der-mawan, Sekolah mengajarkan pendidikan bebas nilai.
saling tolong menolong, dan toleran; (2) Sekolah mengajarkan nilai setiap hari melalui
moderat, yaitu memiliki sikap hidup yang tidak desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen
radikal dan tercermin dalam kepribadian yang pada pendidikan karakter penting manakala
tengahan antara individu dan sosial, kita mau dan terus menjadi guru yang baik,
berorientasi materi dan ruhani serta mampu dan (7) Pendidikan karakter yang efektif
hidup dan kerjasama dalam kemajemukan; membuat sekolah lebih beradab, peduli pada
(3) cerdas, yaitu memiliki sikap hidup dan masyarakat, dan mengacu pada performansi
kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, akademik yang meningkat.
dan berpikiran maju; dan (4) mandiri, yaitu Alasan-alasan di atas menunjukkan
memiliki sikap hidup dan kepribadian bahwa pendidikan karakter sangat perlu
merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai ditanamkan sedini mungkin untuk
waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan mengantisipasi persoalan di masa depan
memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa yang semakin kompleks seperti semakin
kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan rendahnya perhatian dan kepedulian anak
TAD BIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 85
2. Pendidik bertanggungjawab untuk mendorong dan membuat perubahan
menjadi model yang memiliki nilai moral sehingga kepribadian, kemampuan dan
dan memanfaatkan kesempatan untuk keinginan guru dapat menciptakan hubungan
mempengaruhi siswanya. Artinya yang saling menghormati dan bersahabat
pendidik di lingkungan sekolah hendaklah dengan siswanya, (5) harus mampu
mampu menjadi “uswah hasanah” yang membantu dan mengembangkan emosi dan
hidup bagi setiap peserta didik. Mereka kepekaan sosial siswa agar siswa menjadi
juga harus terbuka dan siap untuk lebih bertakwa, menghargai ciptaan lain,
mendiskusikan dengan peserta didik mengembangkan keindahan dan belajar soft
tentang berbagai nilai yang baik tersebut. skills yang berguna bagi kehidupan siswa
3. Pendidik perlu memberikan pemahaman selanjutnya, dan (6) harus menunjukkan rasa
bahwa karakter siswa tumbuh melalui kecintaan kepada siswa sehingga guru dalam
kerja-sama dan berpartisipasi dalam membimbing siswa yang sulit tidak mudah
mengambil keputusan putus asa.
4. Pendidik perlu melakukan refleksi atas Sementara dalam pendi-dikan informal
masalah moral berupa pertanyaan rutin seperti keluarga dan lingkungan, pendidik
untuk memastikan bahwa siswanya atau orangtua atau tokoh masyarakat (1)
mengalami perkembangan ka-rakter. harus menunjukkan nilai moralitas bagi
5. Pendidik perlu menjelaskan atau anaknya, (2) harus memiliki ke-dekatan
mengklarifikasikan kepada peserta didik emosional kepada anak dengan menunjukkan
secara terus menerus tentang berbagai rasa kasih sayang, (3) harus memberikan
nilai yang baik dan yang buruk. lingkungan atau suasana yang kondusif bagi
Hal lain yang pendidik dapat lakukan pengembangan karakter anak, dan (4) perlu
dalam implementasi pen-didikan karakter mengajak anaknya untuk senan-tiasa
(Djalil dan Mega-wangi, 2006) adalah: (1) mendekatkan diri kepada Allah, misalnya
pendidik perlu menerapkan metode pem- dengan beribadah secara rutin.
belajaran yang melibatkan par-tisipatif aktif Berangkat dengan upaya yang
siswa, (2) pendidik perlu menciptakan pendidik lakukan sebagai-mana disebut di
lingkungan belajar yang kondusif, (3) pendidik atas, diharapkan akan tumbuh dan
perlu memberikan pendidikan karakter secara berkembang karakter kepribadian yang
eksplisit, sis-tematis, dan berkesinambungan memiliki kemampuan unggul di antaranya: (1)
dengan melibatkan aspek knowing the good, karakter mandiri dan unggul, (2) komitmen
loving the good, and acting the good, dan (4) pada kemandirian dan kebebasan, (3) konflik
pendidik perlu memperhatikan keunikan siswa bukan potensi laten, melainkan situasi
masing-masing dalam meng-gunakan metode monumental dan lokal, (4) signifikansi
pembelajaran, yaitu menerapkan kurikulum Bhinneka Tunggal Ika, dan (5) mencegah
yang melibatkan 9 aspek kecerdasan agar stratifikasi sosial identik dengan
manusia. Agustian (2007) menam-bahkan perbedaan etnik dan agama (Jalal dan
bahwa pendidik perlu melatih dan membentuk Supriadi, 2001: 49-50).
karakter anak melalui pengulangan sehingga
terjadi internalisasi karakter, misalnya Penutup
mengajak siswanya melakukan shalat secara Sebagai penutup, saya simpulkan
konsisten. bahwa pembentukan karakter SDM yang kuat
Berdasarkan penjelasan di atas, saya sangat diperlukan untuk menghadapi
mencoba mengkate-gorikan peran pendidik di tantangan global yang lebih berat. Karakter
setiap jenis lembaga pendidikan dalam SDM dalam dibentuk melalui proses
membentuk karakter siswa. Dalam pendidikan pendidikan formal, non formal, dan informal
formal dan non formal, pendidik (1) harus yang ketiganya harus bersinergis. Untuk
terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu menyinergiskan, peran pendidik dalam
mela-kukan interaksi dengan siswa dalam pendidikan karakter menjadi sangat vital
mendiskusikan materi pem-belajaran, (2) sehingga anak didik atau SDM Indonesia
harus menjadi contoh tauladan kepada menjadi manusia yang religius, moderat,
siswanya dalam berprilaku dan bercakap, (3) cerdas, dan mandiri sesuai dengan cita-cita
harus mampu mendorong siswa aktif dalam dan tujuan pendidikan nasional serta watak
pembelajaran melalui penggunaan metode bangsa Indonesia.
pembelajaran yang variatif, (4) harus mampu
TAD BIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 87