Anda di halaman 1dari 6

TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam

ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280


Volume 3 Nomor 1 Februari 2015
Halaman 82-87
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi

PERAN PENDIDIKAN SEBAGAI


MODAL UTAMA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Naufal Ilma
IAIN Sultan Amai Gorontalo
Naufal.ilma.77@gmail.com

Abstrak

Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian. Pendidikan itu tidak selalu
berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan
non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau
peserta didik. Ada kecenderungan bahwa pendidikan formal, pendidikan informal dan
pendidikan non formal yang selama ini berjalan terpisah satu dengan yang lainnya. Mereka
tidak saling mendukung untuk peningkatan pembentukan kepribadian peserta didik. Untuk
mencapai itu, sumber daya manusia yang kita miliki harus berkarakter kuat dicirikan oleh
kapasitas mental yang berbeda dengan orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran,
keberanian, ketegasan, ketegaran, kekuatan dalam memegang prinsip, dan sifat unik lainnya
yang melekat dalam dirinya. Pembentukan karakter SDM menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi
untuk mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi tantangan regional
dan global.

Kata kunci: Pendidikan, Karakter Bangsa


memihak, dan kebijakan perdagangan dan
industri yang liberal. Dan aspek sosial
Latar Belakang budaya, masalah yang terjadi saat ini adalah
Bangsa Indonesia adalah bangsa memudarnya rasa dan ikatan kebangsaan,
yang besar karena didukung oleh sejumlah disorientasi nilai keagamaan, memudarnya
fakta positif yaitu posisi geopolitik yang kohesi dan integrasi sosial, dan melemahnya
sangat strategis, kekayaan alam dan mentalitas positif (PP Muhammadiyah, 2009:
keanekaragaman hayati, kemajemukan sosial 10-22).
budaya, dan jumlah penduduk yang besar. Dari sejumlah fakta positif atas modal
Oleh karena itu, bangsa Indonesia memiliki besar yang dimiliki bangsa Indonesia, jumlah
peluang yang sangat besar untuk menjadi penduduk yang besar menjadi modal yang
bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, paling penting karena kemajuan dan
dan bermartabat. Namun demikian, untuk kemunduran suatu bangsa sangat bergantung
mewujudkan itu semua, kita masih pada faktor manusianya (SDM). Masalah
menghadapi berbagai masalah nasional yang politik, ekonomi, dan sosial budaya juga dapat
kompleks, yang tidak kunjung selesai. diselesaikan dengan SDM. Namun untuk
Misalnya aspek politik, di mana masalahnya menyelesaikan masalah tersebut dan
mencakup kerancuan sistem ketatanegaraan menghadapi berbagai persaingan peradaban
dan pemerintahan, kelembagaan Negara yang tinggi untuk menjadi Indonesia yang
yang tidak efektif, sistem kepartaian yang lebih maju diperlukan revitalisasi dan
tidak mendukung, dan berkembangnya penguatan karakter SDM yang kuat. Salah
pragmatisme politik. Lalu aspek ekonomi, satu aspek yang dapat dilakukan untuk
masalahnya meliputi paradigma ekonomi mempersiapkan karakter SDM yang kuat
yang tidak konsisten, struktur ekonomi adalah melalui pendidikan.
dualistis, kebijakan fiskal yang belum mandiri, Pendidikan merupakan upaya yang
sistem keuangan dan perbankan yang tidak terencana dalam proses pembimbingan dan

82
pembelajaran bagi individu agar berkembang Mencermati hal ini, saya mencoba
dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, memberikan beberapa gagasan untuk
bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, penguatan mutu karakter SDM sehingga
dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek mampu membentuk pribadi yang kuat dan
jasmani maupun ruhani. Manusia yang tangguh. Pembahasan ini akan mengacu
berakhlak mulia, yang memiliki moralitas pada peran pendidikan, terutama pendidik
tinggi sangat dituntut untuk dibentuk atau sebagai kunci keberhasilan implementasi
dibangun. Bangsa Indonesia tidak hanya pen-didikan karakter di sekolah dan
sekedar memancarkan kemilau pentingnya lingkungan baik keluarga maupun masya-
pendidikan, melainkan bagaimana bangsa rakat.
Indonesia mampu merealisasikan konsep
pendidikan dengan cara pembinaan, pela- Mengapa Pendidikan?
tihan dan pemberdayaan SDM Indonesia Pendidikan merupakan hal terpenting
secara berkelanjutan dan merata. Ini sejalan untuk membentuk kepribadian. Pendidikan itu
dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tidak selalu berasal dari pendidikan formal
tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa seperti sekolah atau perguruan tinggi.
tujuan pendidikan adalah agar menjadi Pendidikan informal dan non formal pun
manusia yang beriman dan bertakwa kepada memiliki peran yang sama untuk membentuk
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kepribadian, terutama anak atau peserta
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan didik. Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003
menjadi warga negara yang demokratis serta kita dapat melihat ketiga perbedaan model
bertanggung jawab. lembaga pendidikan tersebut. Dikatakan
Melihat kondisi sekarang dan akan bahwa Pendidikan formal adalah jalur
datang, ketersediaan SDM yang berkarakter pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
merupakan kebutuhan yang amat vital. Ini yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
dilakukan untuk mempersiapkan tantangan menengah, dan pendidikan tinggi. Sementara
global dan daya saing bangsa. Memang tidak pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan
mudah untuk menghasilkan SDM yang di luar pendidikan formal yang dapat
tertuang dalam UU tersebut. Persoalannya dilaksanakan secara terstruktur dan
adalah hingga saat ini SDM Indonesia masih berjenjang. Satuan pendidikan nonformal
belum mencerminkan tujuan pendidikan yang terdiri atas lembaga kursus, lembaga
diharapkan. Misalnya untuk kasus aktual, pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
masih banyak ditemukan siswa yang belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
menyontek di kala sedang menghadapi ujian, satuan pendidikan yang sejenis. Sedangkan
bersikap malas, tawuran antar sesama siswa, pendidikan informal adalah jalur pendidikan
melakukan pergaulan bebas, terlibat narkoba, keluarga dan lingkungan. Kegiatan
dan lainnya. Di sisi lain, ditemukan guru, pendidikan informal dilakukan oleh keluarga
pendidik yang senantiasa memberikan dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar
contoh-contoh baik ke siswanya, juga tidak secara mandiri.
kalah mentalnya. Misalnya guru tidak jarang Memperhatikan ketiga jenis pendi-
melakukan kecurangan-kecurangan dalam dikan di atas, ada kecenderungan bahwa
sertifikasi dan dalam ujian nasional (UN). pendidikan formal, pendidikan informal dan
Kondisi ini terus terang sangat memilukan pendidikan non formal yang selama ini
dan mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia berjalan terpisah satu dengan yang lainnya.
yang telah merdeka sejak tahun 1945. Mereka tidak saling mendukung untuk
Memang masalah ini tidak dapat digeneralisir, peningkatan pembentukan kepribadian
namun setidaknya ini fakta yang tidak boleh peserta didik. Setiap lembaga pendidikan
diabaikan karena kita tidak menginginkan tersebut berjalan bersama sehingga yang
anak bangsa kita kelak menjadi manusia yang terjadi sekarang adalah pembentukan pribadi
tidak bermoral sebagaimana saat ini sering peserta didik menjadi parsial, misalnya anak
kita melihat tayangan TV yang bersikap baik di rumah, namun ketika keluar
mempertontonkan berita seperti pencurian, rumah atau berada di sekolah ia melakukan
perampokan, pemer-kosaan, korupsi, dan perkelahian antar-pelajar, memiliki keter-
penculikan, yang dilakukan tidak hanya oleh tarikan bergaul dengan WTS atau melakukan
orang dewasa, tapi juga oleh anak-anak usia perampokan. Sikap seperti ini merupakan
belasan. bagian dari penyimpangan moralitas dan

TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 83


prilaku sosial pelajar (Suyanto dan Hisyam, universal dan hubungan antarperadaban
2000: 194). bangsa-bangsa (PP Muhammadiyah, 2009:
Oleh karena itu, ke depan dalam 43-44).
rangka membangun dan melakukan
penguatan peserta didik perlu menyinergiskan Pendidikan Karakter
ketiga komponen lembaga pendidikan. Upaya Berbicara pembentukan kepribadian
yang dapat dilakukan salah satunya adalah tidak lepas dengan bagaimana kita
pendidik dan orangtua berkumpul bersama membentuk karakter SDM. Pembentukan
mencoba memahami gejala anak pada fase karakter SDM menjadi vital dan tidak ada
negatif, yang meliputi keinginan untuk pilihan lagi untuk mewujudkan Indonesia
menyendiri, kurang kemauan untuk bekerja, baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi
mengalami kejenuhan, ada rasa kegelisahan, tantangan regional dan global (Muchlas
ada pertentangan sosial, ada kepekaan dalam Sairin, 2001: 211). Tantangan regional
emosional, kurang percaya diri, mulai timbul dan global yang dimaksud adalah bagaimana
minat pada lawan jenis, adanya perasaan generasi muda kita tidak sekedar memiliki
malu yang berlebihan, dan kesukaan kemampuan kognitif saja, tapi aspek afektif
berkhayal (Mappiare dalam Suyanto dan dan moralitas juga tersentuh. Untuk itu,
Hisyam, 2000: 186-87). Dengan mempelajari pendidikan karakter diperlukan untuk
gejala negatif yang dimiliki anak remaja pada mencapai manusia yang memiliki integritas
umumnya, orangtua dan pendidik akan dapat nilai-nilai moral sehingga anak menjadi
menyadari dan melakukan upaya perbaikan hormat sesama, jujur dan peduli dengan
perlakuan sikap terhadap anak dalam proses lingkungan.
pendidikan formal, non formal dan informal. Lickona (1992) menjelaskan beberapa
alasan perlunya Pen-didikan karakter, di
Ciri Karakter SDM antaranya: (1) Banyaknya generasi muda
SDM merupakan aset paling penting saling melukai karena lemahnya kesadaran
untuk membangun bangsa yang lebih baik pada nilai moral, (2) Memberikan nilai moral
dan maju. Namun untuk mencapai itu, SDM pada generasi muda merupakan salah satu
yang kita miliki harus berkarakter. SDM yang fungsi peradaban yang paling utama, (3)
berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas Peran sekolah sebagai pendidik karakter
mental yang berbeda dengan orang lain menjadi semakin penting ketika banyak
seperti keterpercayaan, ketulusan, keju-juran, remaja memperoleh sedikit pengajaran moral
keberanian, ketegasan, ke-tegaran, kekuatan dari orangtua, masyarakat, atau lembaga
dalam meme-gang prinsip, dan sifat unik keagamaan, (4) masih adanya nilai moral
lainnya yang melekat dalam dirinya. yang secara universal masih diterima seperti
Secara lebih rinci, saya kutip perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan
beberapa konsep tentang manusia Indonesia tanggungjawab, (5) Demokrasi memiliki
yang berkarakter dan senantiasa melekat kebutuhan khusus untuk pendidikan moral
dengan kepri-badian bangsa. Tipe karakter karena demokrasi merupakan peraturan dari,
SDM yang kuat meliputi (1) religius, yaitu untuk dan oleh masyarakat, (6) Tidak ada
memiliki sikap hidup dan kepribadian yang sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai.
taat ber-ibadah, jujur, terpercaya, der-mawan, Sekolah mengajarkan pendidikan bebas nilai.
saling tolong menolong, dan toleran; (2) Sekolah mengajarkan nilai setiap hari melalui
moderat, yaitu memiliki sikap hidup yang tidak desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen
radikal dan tercermin dalam kepribadian yang pada pendidikan karakter penting manakala
tengahan antara individu dan sosial, kita mau dan terus menjadi guru yang baik,
berorientasi materi dan ruhani serta mampu dan (7) Pendidikan karakter yang efektif
hidup dan kerjasama dalam kemajemukan; membuat sekolah lebih beradab, peduli pada
(3) cerdas, yaitu memiliki sikap hidup dan masyarakat, dan mengacu pada performansi
kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, akademik yang meningkat.
dan berpikiran maju; dan (4) mandiri, yaitu Alasan-alasan di atas menunjukkan
memiliki sikap hidup dan kepribadian bahwa pendidikan karakter sangat perlu
merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai ditanamkan sedini mungkin untuk
waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan mengantisipasi persoalan di masa depan
memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa yang semakin kompleks seperti semakin
kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan rendahnya perhatian dan kepedulian anak

84 Volume 3 Nomor 1 Februari 2015


terhadap lingkungan sekitar, tidak memiliki masalah dibandingkan hadiah dan
tanggungjawab, rendahnya kepercayaan diri, hukuman.
dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh 8. Model pembelajaran yang berpusat
tentang apa yang dimaksud dengan pada guru harus ditinggalkan dan
pendidikan karakter, Lickona dalam Elkind beralih ke kelas demokrasi di mana
dan Sweet (2004) menggagas pandangan guru dan siswa berkumpul untuk
bahwa pendidikan karakter adalah upaya membangun kesatu-an, norma, dan
terencana untuk membantu orang untuk memecah-kan masalah.
memahami, peduli, dan bertindak atas nilai-
nilai etika/ moral. Pendidikan karakter ini Sementara itu peran lem-baga
mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat pendidikan atau sekolah dalam
yang membantu orang hidup dan bekerja mengimplementasikan pen-didikan karakter
bersama-sama sebagai keluarga, teman, mencakup (1) mengumpulkan guru, orangtua
tetangga, masyarakat, dan bangsa. dan siswa bersama mengidentifikasi dan
Pandangan ini mengilustrasikan mendefinisikan unsur karakter yang mereka
bahwa proses pendidikan yang ada di ingin tekankan, (2) memberikan pelatihan
pendidikan formal, non formal dan informal bagi guru tentang bagaimana menginteg-
harus mengajarkan peserta didik atau anak rasikan pendidikan karakter ke dalam
untuk saling peduli dan membantu dengan kehidupan dan budaya sekolah, (3) menjalin
penuh keakraban tanpa diskriminasi karena kerjasama dengan orangtua dan masyarakat
didasarkan dengan nilai-nilai moral dan agar siswa dapat mendengar bahwa prilaku
persahabatan. Di sini nampak bahwa peran karakter itu penting untuk keberhasilan di
pendidik dan tokoh panutan sangat sekolah dan di kehidupannya, dan (4)
membantu membentuk karakter peserta didik memberikan kesempatan kepada kepala
atau anak. sekolah, guru, orangtua dan masyarakat
untuk menjadi model prilaku sosial dan moral
Implementasi Pendidikan Karakter (US Department of Education).
Upaya untuk mengimple-mentasikan Mengacu pada konsep pendekatan
pendidikan karakter adalah melalui holistik dan dilanjutkan dengan upaya yang
Pendekatan Holistik, yaitu mengintegrasikan dilakukan lembaga pendidikan, kita perlu
perkem-bangan karakter ke dalam setiap meyakini bahwa proses pendidikan karakter
aspek kehidupan sekolah. Berikut ini tipe tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan
pendekatan holistik (Elkind dan Sweet, 2005). (continually) sehingga nilai moral yang telah
1. Segala sesuatu di sekolah diatur tertanam dalam pribadi anak tidak hanya
berdasarkan perkemba-ngan hubungan sampai pada tingkatan pendidikan tertentu
antara siswa, guru, dan masyarakat. atau hanya muncul di lingkungan keluarga
2. Sekolah merupakan masyara-kat peserta atau masyarakat saja. Selain itu praktik-
didik yang peduli di mana ada ikatan praktik moral yang dibawa anak tidak
yang jelas yang menghubungkan siswa, terkesan bersifat formalitas, namun benar
guru, dan sekolah. tertanam dalam jiwa anak.
3. Pembelajaran emosional dan sosial
setara dengan pembela-jaran akademik. Bagaimana Peran Pendidik dalam
4. Kerjasama dan kolaborasi di antara Membentuk Karakter SDM?
siswa menjadi hal yang lebih utama Pendidik itu bisa guru, orangtua atau
dibandingkan persaingan. siapa saja, yang penting ia memiliki
5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa kepentingan untuk membentuk pribadi
hormat, dan kejujuran menjadi bagian peserta didik atau anak. Peran pendidik pada
pembelaja-ran tiap hari baik di dalam intinya adalah sebagai masyarakat yang
maupun di luar kelas. belajar dan bermoral. Lickona, Schaps, dan
6. Siswa diberikan banyak kesempatan Lewis (2007) serta Azra (2006) menguraikan
untuk mem-praktekkan prilaku beberapa pemikiran tentang peran pendidik,
moralnya melalui kegiatan seperti di antaranya:
pembelajaran memberikan pelayanan. 1. Pendidik perlu terlibat dalam proses
7. Disiplin dan pengelolaan kelas pembelajaran, diskusi, dan mengambil
menjadi fokus dalam memecahkan inisiatif sebagai upaya membangun
pendidikan karakter

TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 85


2. Pendidik bertanggungjawab untuk mendorong dan membuat perubahan
menjadi model yang memiliki nilai moral sehingga kepribadian, kemampuan dan
dan memanfaatkan kesempatan untuk keinginan guru dapat menciptakan hubungan
mempengaruhi siswanya. Artinya yang saling menghormati dan bersahabat
pendidik di lingkungan sekolah hendaklah dengan siswanya, (5) harus mampu
mampu menjadi uswah hasanah yang membantu dan mengembangkan emosi dan
hidup bagi setiap peserta didik. Mereka kepekaan sosial siswa agar siswa menjadi
juga harus terbuka dan siap untuk lebih bertakwa, menghargai ciptaan lain,
mendiskusikan dengan peserta didik mengembangkan keindahan dan belajar soft
tentang berbagai nilai yang baik tersebut. skills yang berguna bagi kehidupan siswa
3. Pendidik perlu memberikan pemahaman selanjutnya, dan (6) harus menunjukkan rasa
bahwa karakter siswa tumbuh melalui kecintaan kepada siswa sehingga guru dalam
kerja-sama dan berpartisipasi dalam membimbing siswa yang sulit tidak mudah
mengambil keputusan putus asa.
4. Pendidik perlu melakukan refleksi atas Sementara dalam pendi-dikan informal
masalah moral berupa pertanyaan rutin seperti keluarga dan lingkungan, pendidik
untuk memastikan bahwa siswanya atau orangtua atau tokoh masyarakat (1)
mengalami perkembangan ka-rakter. harus menunjukkan nilai moralitas bagi
5. Pendidik perlu menjelaskan atau anaknya, (2) harus memiliki ke-dekatan
mengklarifikasikan kepada peserta didik emosional kepada anak dengan menunjukkan
secara terus menerus tentang berbagai rasa kasih sayang, (3) harus memberikan
nilai yang baik dan yang buruk. lingkungan atau suasana yang kondusif bagi
Hal lain yang pendidik dapat lakukan pengembangan karakter anak, dan (4) perlu
dalam implementasi pen-didikan karakter mengajak anaknya untuk senan-tiasa
(Djalil dan Mega-wangi, 2006) adalah: (1) mendekatkan diri kepada Allah, misalnya
pendidik perlu menerapkan metode pem- dengan beribadah secara rutin.
belajaran yang melibatkan par-tisipatif aktif Berangkat dengan upaya yang
siswa, (2) pendidik perlu menciptakan pendidik lakukan sebagai-mana disebut di
lingkungan belajar yang kondusif, (3) pendidik atas, diharapkan akan tumbuh dan
perlu memberikan pendidikan karakter secara berkembang karakter kepribadian yang
eksplisit, sis-tematis, dan berkesinambungan memiliki kemampuan unggul di antaranya: (1)
dengan melibatkan aspek knowing the good, karakter mandiri dan unggul, (2) komitmen
loving the good, and acting the good, dan (4) pada kemandirian dan kebebasan, (3) konflik
pendidik perlu memperhatikan keunikan siswa bukan potensi laten, melainkan situasi
masing-masing dalam meng-gunakan metode monumental dan lokal, (4) signifikansi
pembelajaran, yaitu menerapkan kurikulum Bhinneka Tunggal Ika, dan (5) mencegah
yang melibatkan 9 aspek kecerdasan agar stratifikasi sosial identik dengan
manusia. Agustian (2007) menam-bahkan perbedaan etnik dan agama (Jalal dan
bahwa pendidik perlu melatih dan membentuk Supriadi, 2001: 49-50).
karakter anak melalui pengulangan sehingga
terjadi internalisasi karakter, misalnya Penutup
mengajak siswanya melakukan shalat secara Sebagai penutup, saya simpulkan
konsisten. bahwa pembentukan karakter SDM yang kuat
Berdasarkan penjelasan di atas, saya sangat diperlukan untuk menghadapi
mencoba mengkate-gorikan peran pendidik di tantangan global yang lebih berat. Karakter
setiap jenis lembaga pendidikan dalam SDM dalam dibentuk melalui proses
membentuk karakter siswa. Dalam pendidikan pendidikan formal, non formal, dan informal
formal dan non formal, pendidik (1) harus yang ketiganya harus bersinergis. Untuk
terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu menyinergiskan, peran pendidik dalam
mela-kukan interaksi dengan siswa dalam pendidikan karakter menjadi sangat vital
mendiskusikan materi pem-belajaran, (2) sehingga anak didik atau SDM Indonesia
harus menjadi contoh tauladan kepada menjadi manusia yang religius, moderat,
siswanya dalam berprilaku dan bercakap, (3) cerdas, dan mandiri sesuai dengan cita-cita
harus mampu mendorong siswa aktif dalam dan tujuan pendidikan nasional serta watak
pembelajaran melalui penggunaan metode bangsa Indonesia.
pembelajaran yang variatif, (4) harus mampu

86 Volume 3 Nomor 1 Februari 2015


Daftar Pustaka Suyatno; Sumedi, Pudjo, dan Riadi, Sugeng
(Editor). Pengem-bangan
Agustian, Ary Ginanjar. Mem-bangun Sumber Profesionalisme Gu-ru: 70 Tahun
Daya Manusia dengan Kesiner-gisan Abdul Malik Fadjar. Jakarta: UHAMKA
antara Kecerdasan Spiritual, Press, 2009.
Emosional, dan Intelektual. Pidato
Ilmiah Penganugerahan Gelar Ke- U. S. Department of Education. Office of Safe
hormatan Doctor Honoris Causa di and Drug-Free Schools. 400 Maryland
Bidang Pendidikan Karakter, UNY Avenue, S.W. Washington, DC.
2007.

Azra, Azyumardi. Agama, Budaya, dan


Pendidikan Karakter Bangsa. 2006

Djalil, Sofyan A. dan Megawangi, Ratna.


Peningkatan Mutu Pendidikan di Aceh
melalui Implementasi Model Pendi-
dikan Holistik Berbasis Karakter.
Makalah Orasi Ilmiah pada Rapat
Senat Terbuka dalam Rangka Dies
Natalis ke 45 Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, 2 September 2006.

Elkind, David H. dan Sweet, Freddy. How to


Do Character Education. Artikel yang
diterbitkan pada bulan
September/Oktober 2004.

Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi. Reformasi


Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa, 2001.

Lickona, Thomas, Educating for Character:


How Our Schools Can Teach Respect
and Responsibility. New York: Bantam
Books, 1992.

Lickona, Tom; Schaps, Eric, dan Lewis,


Catherine. Eleven Principles of
Effective Character Education. Cha-
racter Education Partner-ship, 2007.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Revitalisasi


Visi dan Karakter Bangsa. Yogyakarta:
PP Mu-hammadiyah, 2009.

Sairin, Weinata. Pendidikan yang Mendidik.


Jakarta: Yudhis-tira, 2001

Suyanto dan Hisyam, Djihad. Pendidikan di


Indonesia Memasuki Milenium III:
Refleksi dan Reformasi. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa, 2000.

TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ISSN 2338-6673 E ISSN 2442-8280 87

Anda mungkin juga menyukai