Anda di halaman 1dari 17

RESENSI BUKU : REVOLUSI MENTAL DALAM PENDIDIKAN

Penulis :
Prof. DR. H. E. MULYASA, M.Pd.
Editor

: Anang SW.

Ukuran kertas : hakagi


Tebal halaman : 206 hlm
Tahun terbit

: 2015

Nama penerbit : PT Remaja Rosdakarya


Tempat terbit

: Bandung

Harga buku

: Rp 100.000,-

Warna cover

: Putih

Peresensi : Kameliyanti
Buku ini semula merupakan bahan perkuliahan dalam mata kuliah Landasan Ilmu
Pendidikan yang menitikberatkan pada Problematika Pendidikan. Penulis memilih
buku Revolusi Mental dalam Pendidikan untuk dijadikan bahan pemikiran dalam
masalah pendidikan masa kini. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meresensi
buku tersebut. Secara preventif revolusi mental bisa dimulai di lembaga pendidikan
formal di sekolah; yang dimulai dengan melakukan revolusi mental para guru, kepala
sekolah dan pengawasannya agar nantinya bisa diteladani dan dipraktikkan nilai-nilai
positif di dalam kehidupan.
Seperti kita ketahui pendidikan di Indonesia saat ini sedang menjadi sorotan
masyarakat. Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan kualitas pendidikan di
Indonesia masih rendah. Besarnya anggaran pendidikan yang di alokasikan
pemerintah,yakni 20 persen APBN, belum mampu berbanding lurus dengan
peningkatan kualitas pendidikan di indonesia.

Analisa dari Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural


Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang
di Asia Pacific, bahwa
Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas
para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Salah
satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya
para guru dalam menggali potensi anak. 1
Berdasarkan survey yang sudah dikemukakan, dapat diketahui bahwa
Pendidikan di Indonesia sangat memerlukan perhatian baik dari semua kalangan. Tidak
hanya elemen pendidik serta pemerintah saja, dalam hal mendidik peran orang tua juga
menjadi dorongan positif bagi anak-anak Indonesia. Semua pihak harus bergerak demi
pendidikan yang lebih baik. Tidak hanya satu pihak saja yang berpartisipasi aktif, semua
elemen yang menyangkutt anak didik kita meupakan tangggung jawab bersama.
Menurunnya kualitas pendidikan di Indonesia dapat diketahui melalui
permasalahan-permasalahan yang sudah muncul ke permukaan masyarakat.

Para

pendidik terus berupaya untuk meminimalkan permasalahan yang terjadi di


lingkungannya. Adapun permasalahan yang sedang dihadapi oleh para ahli pendidik
yaitu terkait: (1) Rendahnya kualitas pendidikan, termasuk siswa dan guru; (2)
Maraknya kekerasan dalam pendidikan yang sudah memprihatinkan; (3) Lunturnya
keragaman di sekolah-sekolah negeri; dan (4) korupsi pendidikan..
Dari banyaknya masalah yang sudah diungkapkan, penulis memusatkan pada
permasalahan yang menjadi perhatian khusus, yaitu permasalahan kekerasan dalam
pendidikan. Budaya kekerasan di banyak sekolah sudah memasuki tahap yang
memprihatinkan. Cukup banyak siswa yang menganggap bahwa kekerasan yang dialami
atau yang dilakukannya adalah hal yang wajar. Para guru dan orang tua juga mengakui
anak-anak cenderung tidak akan mengadukan kekerasan di sekolah karena khawatir
akan menjadi pihak yang disalahkan.

Retno Listyarti, Bicara Kekerasan Pendidikan, diunduh dari

https://retnolistyarti.wordpress.com/2015/06/18/makalah-retno-dalam-diskusi-lmikompas-28-april-2015/, pada tanggal 07 Oktober 2015 pukul 21.00 WIB.

Beberapa contoh peraturan terkait hak anak ialah Undang-Undang Nomor 35


Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Instruksi Presiden No 5/2014 tentang Gerakan
Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak, dan UU No 11/2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak. Namun, penerapan perangkat hukum itu masih terbentur
beragam kendala, seperti ketidaktahuan masyarakat dan kurangnya komitmen
pemerintah daerah dalam menerapkan peraturan tersebut.
Meski ada peraturan mengenai perlindungan terhadap anak, namun kekerasan
yang dialami anak tidak menurun bahkan cenderung semakin mengerikan. Contohnya,
peristiwa pengeroyokan siswa SD terhadap teman perempuannya yang terjadi di jam
belajar di salah satu sekolah di Padang, atau penyekapan dan penganiayaan terhadap
seorang siswi SMA di Jogjakarta hanya karena tato hello kitty, atau seorang siswa tega
menebas lengan teman sekolahnya karena dipicu kecemburuan di Surabaya, atau
tawuran siswa SMA di Jakarta yang merengut nyawa, dan masih banyak lagi. Artinya,
ini menunjukan ada masalah dengan pendidikan di negeri ini, harus ada upaya yang bisa
dilakukan oleh semua kalangan, khusunya pemerhati pendidikan dan anak.
Saat ini, bangsa Indonesia sedang menghadapi krisis multidimensi, krisis etik,
krisis kepercayaan diri, krisis kepercayaan sosial, bahkan krisis itu cenderung menjadijadi. Berbagai masalah tersebut ibarat bola kusut yang sulit dari mana harus
mengurainya. Solusinya pun tidak mudah. Kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan
rendahnya daya saing bangsa merupakan tantangan yang harus dijawab untuk menjadi
bangsa yang produktif, kreatif, inovatif dan kompetitif dalam persaingan global.
Dampak negatif globalisasi seperti individualisme, materialism, hedonisme, liberalisme,
dan kapitalisme semakin menggejala dan menguah pola pikir, pola sikap dan pola tindak
masyarakat. Bangsa Indonesia menghadapi krisis jati diri. Nilai-nilai Pancasila dapat
dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Gagasan revolusi mental yang diluncurkan presiden terpilih Joko Widodo
mendapat respons positif dari berbagai kalangan, baik dari teknokrat, agamawan,
maupun para pendidik. Ide revolusi mental bermula dari kegalauan yang dirasakan
masyarakat di berbagai ruang kehidupan. Antara lain, di jalan-jalan kota besar dan kecil
serta di ruang publik yang lain, termasuk media masa dan media sosial.

Revolusi mental harus segera dilakukan. Mengingat; pertama, gagalnya rezim


Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan, yang belum menyentuh paradigma,
mindset, atau budaya politik dalam rangka pembangunan bangsa (nation building).
Kedua, tradisi atau budaya yang tumbuh subur dan berkembang di alam represif Orde
Baru masih berlangsung hingga sekarang, mulai korupsi, intoleransi terhadap
perbedaan, dan sifat kerakusan hingga sifat ingin menang sendiri, kecenderungan
menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, pelecehan hukum, dan sifat
oportunis. Semua itu masih berlangsung dan beberapa di antaranya bahkan makin
merajalela di alam Indonesia yang terkenal ramah ini.
Meski sangat sederhana, konsep yang ditawarkan Joko Widodo itu didasari
oleh pemikiran yang sangat fundamental, filosofis, dan empiris sehingga mampu
menyentuh akar persoalan. Sudah banyak bukti dari permasalahan pendidikan yang
terlihat di masyarakat. Seharusnya semua itu menjadi renungan bagi para pendidik,
orang tua dan semua elemen masyarakat. Saat ini yang kita butuhkan adalah solusi yang
menuju pada perubahan. Tetapi masalahnya, revolusi mental dimulai dari mana?
Dari uraian di atas dilihat begitu kompleksnya permasalahan dalam pendidikan
yang ada di Indonesia. Oleh karena itu penulis membatasi masalah yaitu Bagaimana
solusi mengembalikan jatidiri dan karakter anak bangsa melalui revolusi mental dalam
pendidikan ? Dalam artikel ini penulis akan membahas seperti apa sebenarnya peranan
sikap mental yang harus ditanamkan dalam karakter peserta didik hingga peserta didik
kita atau anak bangsa Indonesia memiliki karakter dan prestasi unggul dalam bidang
pendidikan khususnya serta memajukan bangsa Indonesia pada umumnya.
Program Revolusi Mental
Revolusi Mental merupakan program unggulan dari Presiden dan wakil Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk mewujudkan masyarakat yang
adil, sejahtera, dan bermartabat. Realisasi program tersebut sangat ditunggu-tunggu oleh
masyarakat. Program tersebut harus didukung dan direalisasikan oleh Kabinet Kerja
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di dunia pendidikan; bahkan pendidikan
harus mengawali sekaligus mengawal revolusi mental itu. Dikatakan demikian, karena

dunia pendidikan di Indonesia sekarang sedang ditantang untuk menjawab berbagai


perubahan global yang terjadi begitu cepat, seperti perdagangan bebas (free trade),
tenaga kerja bebas (free labour), perkembangan masyarakat informasi, serta
perkembangan budaya, seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi terutama akselerasi
transformasi dan teknologi informasi yang sangat dahsyat. Dalam waktu dekat akhir
tahun 2015, misalnya kita harus mempersiapkan masyarakat dan bangsa untuk
memasuki Asean Economic Community (AIC) atau Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA). Dalam pada itu, kita dihadapkan pada fenomena yang sangat dramatis, yakni
rendahnya peringkat daya saing, sebagai indikator bahwa pendidikan nasional belum
mampu menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Era globalisasi yang
penuh masalah dan tantangan seperti sekarang ini, menuntut pendidikan untuk dipimpin
dan dibina oleh para ahli pendidikan yang profesional. Hal tersebut patut mendapatkan
perhatian, bahwa obyek ilmu pendidikan sangat jauh berbeda dengan obyek ilmu-ilmu
yang lain.
Revolusi Mental juga diperlukan, karena tantangan abad 21 dan menyiapkan
generasi emas 2045, yang menandai 100 tahun hari ulang tahun kemerdekaan republik
Indonesia adalah membangun manusia produktif, kreatif, inovatif, berkarakter dan
berkeahlian sesuai minat dan kemampuan indivudu. Proses pendidikan seharusnya tidak
lagi seperti yang terjadi di abad 20, yang hanya sekedar untuk memenuhi kepentingan
politik politik para penguasa (totaliter), memenuhi kehendak para industrialis (robotik),
bahkan hanya memenuhi kehendak para penjajah yang hanya melahirkan mental kuli
(kolonialistik). Oleh karena itu, pendidikan harus membebaskan, membuka pintu bagi
peserta didik dalam mewujudkan cita-citanya sesuai dengan minat dan bakatnya
masing-masing secara optimal, sehingga bisa menjadi pribadi mandiri yang siap,
bersaing dan bersanding, bahkan bertanding.

A. Pengertian Revolusi Mental


Gagasan revolusi mental yang diluncurkan presiden terpilih Joko
Widodo mendapat respons positif dari berbagai kalangan, baik dari agamawan,
maupun para pendidik. Ide revolusi mental bermula dari keresahan yang
dirasakan masyarakat di berbagai ruang kehidupan. Antara lain, di jalan-jalan
kota besar dan kecil serta di ruang publik yang lain, termasuk media masa dan
media sosial.
Pendidikan di Indonesia sekarang sedang ditantang untuk menjawab
berbagai perubahan global yang terjadi begitu cepat, seperti perdagangan bebas
(free trade), tenaga kerja bebas (free labour), perkembangan masyarakat
informasi, serta perkembangan budaya, seni, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam waktu dekat, akhir tahun 2015, kita harus mempersiapkan masyarakat
dan bangsa untuk memasuki Asean Economic, Community (AIC) atau
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Dalam hal tersebut, yakni rendahnya peringkat daya saing, sebagai
indikator bahwa pendidikan nasional belum mampu menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Kondisi demikiantelah mendorong masyarakat bukan
hanya pada kekuasaan tetapi pada profesionalitas, yang pembangunannya harus
didaarkan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Revolusi mental juga diperlukan, karena tangtangan abd 21 dan
menyiapkan generasi emas 2045, membangun manusia produktif, kreatif,
inovatif, berkarakter dan berkeahlian sesuai minat dan kemampuan individu.

Revolusi mental disekolah harus dijadikan landasan pembangunan pendidikan,


yang

memerlukan

kesadaran

bersama

agar

dapat

menghasilkan

dan

melaksanakan kebijakkan berkesinambungan. Kesadaran ini penting, terutama


berkaitan dengan visi dan misi pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam
Pasal 3 dan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Adapun pengertian revolusi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu :
perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yang
dilakukan dengan kekerasan (seperti dengan perlawanan bersenjata);
perubahan yang cukup mendasar disuatu bidang. 2
Artinya bahwa revolusi merupakan perubahan baik yang dilakukan oleh
pemerintah atau keadaan sosial di masyarakat yang menuju pada penilaian
positif dan dilakukan karena menginginkan adanya perubahan kearah yang lebih
baik dan mengupayakan nilai-nilai dan karakter yang unggul dan berkemajuan.
Revolusi yang dilakukan oleh presiden Jokowi adalah revolusi mental. Adapun
pengertian mental akan dijabarkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tim
redaksi mengatakan, bahwa :
bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat
badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan,
melainkan juga pembangunan karakter. 3
Penulis juga mengemukakan pengertian mental ysng diungkapkan oleh
Mulyasa dalam bukunya, yaitu

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa


Indonesia, (Jakarta : Grameia Pustaka Utama, 2008), hlm. 1172.
3

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ibid., hlm 901.

Sistem nilai budaya, yaitu suatu rangkaian dari konsep abstrak yang
hidup dalam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat mengenai
apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidupnya.
contoh : gotong royong. 4
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa revolusi mental adalah sebuah
perubahan kearah yang lebih baik, kuat dan siap berdaya saing dan dapat
mengambil tindakan moal dalam bentuk sikap dan perilaku atau karakter positif
individu. Dalam pada itu, untuk menguatkan kesadaran mental positif peserta
didik perlu dibawa ke dalam pengalaman hidup bersama orang lain.
Hal lain yang sangat mendasar dalam mengawal dan mengawali
revolusi mental di sekolah adalah keteladanan. Oleh karena itu tumpuan revolusi
mental disekolah berada pada guru sebagai pembaharu, guru merupakan
kuncidan berada pada titik sentraldari revolusi mental yang harus diarahkan
demi menuju perubahan. Mengingat peran guru yang sangat sinergik dalam
revolusi mental disekolah dan sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan,
maka diperlukan syarat-syarat kepribadian dan kemampuan yang memadai.
Menurut Suryadi, guru yang berkualitas paling tidak memiliki empat kriteria
utama yaitu :
1)
2)
3)
4)

kemampuan profesional (professional capacity)


upaya profesional (professional effort)
waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesonal (time devotion)
imbalan atas hasil kerja (professional rent) 5

Poerwopoespito, Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan, (Jakarta : PT


Gramedia, 2002), hlm. 23.
5

Mulyasa, Revolusi Mental Dalam Pendidikan, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2015), hlm.12.

Empat kriteria tersebut apabila diterapkan dalam sosok seorang guru,


maka guru tersebut dapat dipastkan memiliki kepribadian, berwatak baik,
berkemajuan dan memiliki moral. Konsistensi dalam mengawal dan mengawali
revolusi mental disekolah, tidak sekadar melalui apa yang dikatakan melalui
pembelajaran didalam kelas, melainkan nilai pembentuk mentalitu juga tampil
dalam diri sang guru. Mental guru juga akan berpengaruh terhadap kepribadian
peserta didik. Bahkan bukan hanya guru, metode ini mengandalkan semua orang
dewasa dalam komponen sekolah seperti kepala sekolah, karyawan, penjaga
sekolah, pengaws perpus. Melalui metode ini diharapkan peserta didik
menemukan lingkungan nyataketika nilai-nilai etika dipegang.

Perlunya Revolusi Mental dalam Pendidikan


Pembangunan masyarakat dan bangsa yang dilakukan pada saat ini cenderung
menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme yang tidak sesuai dan kontradiktif
dengan nilai, budaya, dan karakter bangsa Indonesia, sudah saatnya dikoreksi. Koreksi
yang dilakukan tidak harus menghentikan proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi
dengan mencanangkan revolusi mental, menciptakan paradigma, budaya politik yang
lebih manusiawi, sesuai dengan budaya nusantara, bersahaja dan berkesinambungan.
Istilah revolusi digunakan karena Indonesia memerlukan suatu terobosan baru untuk
memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-praktik yang buruk yang sudah terlalu
lama dibiarkan tumbuh kembang sejak zaman orde baru sampai sekarang. Revolusi
mental berbeda dengan revolusi fisik karena ia tidak memerluka pertumpahan darah.
Namun, usaha ini memerlukan dukungan moril dan spiritual serta komitmen dalam diri

10

seorang pemimpin

dan selayaknya setiap revolusi diperlukan pengorbanan oleh

masyarakat (Jokowi, 2014). Perlunya revolusi mental di sekolah antara lain dapat
dianalisis dari hal-hal sebagai berikut :
1.

Banyaknya penyimpangan di sekolah yang tidak sesuai lagi dengan tugas dan
fungsinya untuk memberikan bekal dasar kepada peserta didik dan menyiapkan
generasi bangsa yang bermartabat. Penyimpangan-penyimpangan tersebut misalnya
kasus pelecehan seksual dan kekerasan (bully) di sekolah.

2.

Dewasa ini pekembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berlangsung setiap
saat, begitu cepatnya perkembangan tersebut sehingga sulit diikuti oleh mata
telanjang. Hal tersebut tentu saja besar pengaruhnya terhadap sistem pendidikan di
sekolah.

3.

Perkembangan penduduk yang cepat membutuhkan layanan pendidikan yang


optimal. Untuk itu, diperlukan biaya dan anggaran pendidikan yang besar. Hal ini
penting karena jumlah penduduk yang kebanyakan telah mempengaruhi mental dan
gaya hidup masyarakat.

4.

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus menjadi
kunci keberhasilan pembangunan nasional, jika sumber-sumber daya manusia atau
tenaga kerja Indonesia dalam jumlah yang besar maka dapat ditingkatkan mutu dan
pendayagunaannya.

5.

Perkembangan teknologi informasi yang cepat pada abad 21 ini, telah menimbulkan
berbagai pemikiran baru, bukan saja dalam dunia bisnis dan ekonomi, melainkan
juga dalam dunia pendidikan.

11

Revolusi mental di sekolah perlu dilakukan dalam rangka menyiapkan lulusan yang
berkualitas. Revolusi mental di sekolah juga harus diprogramkan secara langsung, dan
dikelola dengan baik, baik dalam kegiatan intra maupun ekstrakulikuler untuk
melakukan pembangunan manusia. Berkaitan dengan pembanguna manusia, sebelum
dilantik menjadi presiden, Jokowi pernah mengatakan bahwa pembangunan manusia
adalah masalah yang paling sulit dihadapi. Mengubah itu sulit tapi harus dikerjakan
secara fokus, katanya. Beliau mencontohkan bahwa orang Taiwan, Singapura dan
Jepang memiliki produktivitas tinggi, karena pembangunan manusia dinomersatukan.
Terkait pembangunan manusia, revolusi mental dalam bidang pendidikan bisa jadi
meliputi arena yang luas, namun perlu dipertimbangkan adanya prioritas dan usaha.
Prioritas yang perlu diperhatikan dalam revolusi mental disekolah antara lain :
1.

Peningkatan Kualitas Guru


Dalam mengawal dan mengawali revolusi mental di sekolah, disini guru diberikan
kebebasan untuk melakukan inovasi sesuai dengan visi dan misi sekolah, standar
kompetensi dan potensi peserta didik. Dengan kata lain, berhasil tidaknya revolusi
mental di sekolah sangat bergantung pada unjuk kerja gurunya. Revolusi mental
disekolah sangat diperlukan terutama dalam rangka meningkatkan kualitas guru,
dengan memperhatikan hal-hal :
a. menekankan pentingnya pembelajaran aktif dan kreatif
b. mengembangkan pengalaman bersama antara peserta didik dan guru
c. mengembangkan sikap spiritual dan sikap sosial lebih tinggi.
d. mengembangkan kemampuan berpikir tingat tinggi

12

e. memupuk tanggung jawab peserta didik


f. menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik mengemukakan idenya
g. membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan,

2.

Revolusi Mental dalam Pembelajaran


Korban dari sistem pendidikan yang sedang mengalami krisis seperti sekarang ini
sebenarnya adalah peserta didik. Pada hari pertama peserta didik memasuki sekolah
mereka diliputi berbagai pertanyaan yang mesti dijawab oleh guru-guru. Sekolah
bahkan menuntut mereka agar menjadi peserta didik yang baik. Sekolah hanya
mampu melayani peserta didik menurut ukuran yang normal. Jika belajar lebih
cepat, dari sebgaian peserta didik lain akan menjadi bosan, sedangkan apabila
belajar lebih lambat peserta didik lain akan terlambat dan menimbulkan kerugian.
Keadaan seperti ini tidak boleh berlarut-larut dan berjalan terus menerus. Harus
dilakukan revolusi mental dengan menciptakan suatu cara baru sehingga
keingintahuan peserta didik yang bersifat alamiah, perbedaan individual dan
kemampuannya mendapat penghargaan yang wajar. Bagaimanapun tingkat
inteligensi peserta didik, harus diberi kesempatan belajar sesuai dengan
kecepatannya.

3.

Revolusi Mental dalam Setiap Bidang Studi


Dalam rangka mengawal sekaligus mengawali revolusi mental di sekolah sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional sebagaimana telah disingggung di

13

atas, dalam pelaksanaannya perlu menyentuh setiap bidang studi, untuk


menanamkan nilai-nilai pembentuk mental. Masing-masing setiap bidang studi
harus memiliki nilai-nilai positif yang mengarah pada setiap materi di dalamnya,
sehinggga yang diharapkan kepribadian siswa terbentuk menjadi lebih positif.

4.

Revolusi Mental Kepemimpinan Kepala Sekolah


Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan keberhasilan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu setiap kepala sekolah dituntut untuk
memiliki berbagai kompetensi dalam memajukan sekolahnya, antara lain
kompetensi kewirausahaan. Revolusi mental dalam pendidikan menuntut kepala
sekolah untuk memahami tugas dan fungsinya (tupoksi) dengan baik. Disamping
itu kepala sekolah harus menanamkan pada seluruh guru dan warga sekolah untuk
meyakini bahwa maju mundurnya sekolah merupakan tanggung jawab bersama.

Revolusi Mental sebagai Alternatif


Dalam mengawal dan mengawali revolusi mental di sekolah, diperlukan guru yang
profesional yang siap memerankan diri sebagai embun penyejuk ketika peserta
didik kehausan. Kehausan terutama berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dicontohkan oleh guru. Dalam pada itu guru juga harus
menjadi pelita yang siap menerangi peserta didik dalam menghadapi kegelapan
dunia. Oleh karena itu, revolusi mental merupakan alternatif yang harus segera
dilakukan oleh sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan dalam rangka

14

menyiapkan lulusan yang berkualitas. Revolusi mental di sekolah harus


diprogramkan secara langsung dan dikelola dengan baik, baik dalam intra maupun
ekstrakulikuler.

1.

Peranan Sikap Mental dalam Pembentukkan Budaya Bangsa


Apakah pembicaraan sikap mental ini harus sampai pada tataran

bangsa? Betul dan sangat sangat betul. Rangkaian kerusuhan di Indonesia


semakin lama semakin menjadi, semakin terlihat, semakin mencermarkan nama
bangsa. Hampir semua daerah Indonesia suah mengalami kerusuhan dan
kekerasan. Apakah budaya bangsa kita memang sarat dengan budaya kekerasan,
pembantaian, pembakaran, perusakan, perkosaan yang semakin parah dan
sadis ?
Mari kita menyempit sedikit. Sebagai guru, penulis merasakan perilaku
siswa semakin hari semakin berkurang nilai-nilai kesantunannya. Murid semakin
berani melawan guru, bahkan secara fisik. Begitupun sebaliknya. Adapun
masalah yang sangat membudaya didalam pendidikan adalah Tawuran pelajar,
yang merebak dikota-kota besar (terutama Jakarta), berkelahi dengan cara
mempunyai kekuatan untuk mengubah diri.
Dalam upaya kita memacu pembangunan nasional ditengah arus
globalisasi, Bung Rasuanto dalam buku Tilaar mengingatkan perlu adanya
gerakan moral dengan mengatakan :
Sasaran perjuangan moral adalah kesadaran moral manusia sendiri.
Kekuatan bersenjata mampu merebut wilayah, kekuatan politik mampu
merebut penduduk, kekuatan ekonomi mampu merebut hati nurani. 6
6

H.A.R Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era Globalisasi,


(Jakarta : PT Gramedia, 1997), hlm.111.

15

2.

Peranan Mental Plus dalam Usaha Meraih Kesuksesan


Apabila kita memerhatikan orang-orang yang telah sukses dalam bidang

apapun, kita akan melihat di dalam dirinya tercermin mental, karakter, watak
yang unggul. Adapun sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang bermental
unggul dalam buku Sumardi adalah :
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)

religius,
bermoral,
rajin belajar,
rajin bekerja,
motivasi tinggi,
optimistis,
ulet,
berpikir positif
positif
berani ambil resiko. 7

Kelebihan Revolusi Mental


Adapun kelebihan buku Revolusi Mental dalam Pendidikan ini memperlihatkan,
mengarahkan kepada pembaca betapa pentingnya perubahan sikap mental
seseorang. Sikap dan sifat seseorang, baik guru dan siswa harus sama-sama
memiliki kepribadian yang unggul, bermental kuat. Sehingga yang diharapkan
adalah kita memiliki kompetensi pada masing-masing individu sekaligus mampu
bersaing dengan pribadi yang lain. Buku ini juga memberikan motivasi yang begitu
kuat hal ini terlihat pada setiap pembahasan yang disampaikan penulis yang
menuntut perubahan pengetahuan, sikap dan pergerakan pribadi individu. Jadi,
7

Sumardi, Password Menuju Sukses, (Jakarta : Erlangga, 2006), hlm. 53.

16

tidak salah jika kita semua seharusnya sudah mulai menyadari sikap dan
kepribadian diri kita. Jika memang belum terdapat sifat dan sikap yang unggul
maka harusnya kita menginstropeksi diri dan segera melakukan perubahan.

Kekurangan Revolusi Mental


Tidak banyak kekurangan yang terlihat dalam buku ini, didalam buku ini
seharusnya Revolusi Mental pada seorang siswa baiknya langsung dihubungkan
dengan kesuksesan yang akan diraih jika anak tersebut benar menerapkan sikap
mental pada dirinya niscaya kesuksesan akan mengiringi dirinya. Bagi siswa atau
guru yang belum memiliki mental kuat, buku ini dapat memberikan gambaran
kepada kita bahwa dalam diri seseorang terdapat potensi yang besar dan harus
dikelola oleh manusia itu sendiri. Terlebih dalam menghadapi dunia globalisasi
yang penuh dengan persaingan, revolusi mental memiliki peran yang sangat besar
dalam diri indivi

Daftar Pustaka

17

Mulyasa. 2015. Revolusi Mental Dalam Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Poerwopoespito. 2002. Mengatasi Krisis Manusia di Perusahaan. Jakarta : PT
Gramedia.
H.A.R Tilaar. 1997. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Era
Globalisasi. Jakarta : PT Gramedia.
Sumardi. 2006. Password Menuju Sukses. Jakarta : Erlangga.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, \
Jakarta : Grameia Pustaka Utama.
Retno Listyarti, Bicara Kekerasan Pendidikan, diunduh dari
https://retnolistyarti.wordpress.com/2015/06/18/makalah-retno-dalam-diskusi-lmikompas-28-april-2015/, pada tanggal 07 Oktober 2015 pukul 21.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai