Anda di halaman 1dari 30

Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja

(Studi Kasus Kelas X Agama)

Disusun oleh:

Nama Peneliti:

1. Nur Amelia Maswain Kelas XII IPA 2


2. Salwa Meilani Kelas XII IPA 2
3. Rifdah Safinatun Naza Kelas XII IPA 2
4. Waode Nur Rachma Kelas XII IPA 2

Nama Pembimbing: Ibu Nurmala M,Pd. S.Pd.


Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk lulus

Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam

MADRASAH ALIYAH NEGERI 5 JAKARTA UTARA


Tahun Pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya-lah kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Keharmonisan Keluarga terhadap Kenakalan Remaja (Studi Kasus
Kelas X Agama)”.

Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir kami dan
sebagai salah satu syarat kelulusan. Karya tulis ilmiah ini tentunya tidak lepas dari
bimbingan, masukan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Ade Kurnia S.Ag.MM selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 5 Jakarta Utara
2. Nurmala, S.Pd, M.Pd selaku Guru Pembimbing penulisan karya tulis ilmiah
3. Orang tua kami
4. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami menerima saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat, bagi penulis dan para pembaca
untuk menambah wawasan atau pengetahuan baru.

Jakarta, 3 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1


B. Perumusan Masalah 1
C. Tujuan dan Manfaat 2
D. Manfaat Penulisan 2

BAB II KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 3

A. Kajian Teori 3
B. Tinjauan Pustaka 7
C. Penelitian yang Relevan 11

BAB III METODE PENELITIAN 15

A. Metode Penelitian 15
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling/Subjek Penelitian (Informan)
15
C. Teknik dan Alat Pengumpul Data 15
D. Analisis Data 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17

A. Hasil Penelitian 17
B. Pembahasan 22

BAB V PENUTUP 23

A. Kesimpulan 23
B. Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Budiana (2020), Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) yaitu
salah satu penyakit sosial yang timbul di kalangan masyarakat setempat.
Sehingga masalah seperti ini sangat perlu diperhatikan oleh para orang tua
agar tidak mengakibatkan atau menyebar luas terhadap yang lainnya. Begitu
besar dan pentingnya peranan keluarga yang harus dimainkan oleh orang tua
dalam mendidik anak, maka dengan adanya peranan masing-masing anggota
keluarga hendaknya orang tua saling melengkapi sehingga dapat membentuk
keluarga yang harmonis. Karna keharmonisan keluarga berpengaruh terhadap
perilaku anak.
Penelitian kami ini untuk mengetahui pengaruh keharmonisan keluarga
terhadap kenakalan remaja di MAN 5 Jakarta kelas X Agama. Menurut
Daradjad (2009), keharmonisan keluarga adalah suatu keadaan dimana
anggota keluarga tersebut menjadi satu dan setiap anggota menjalankan hak
dan kewajibannya masing-masing, terjalin kasih sayang, saling pengertian,
dialog dan kerjasama yang baik antara anggota keluarga. Penelitian ini
menelaah pengaruh satu variabel dengan variabel atau dengan nama lain
disebut dengan korelasional. Adapun pertanyaan yang diajukan berkaitan
dengan keharmonisan keluarga sebanyak lima pertanyaan dan berkaitan
dengan kenakalan remaja sebanyak lima pertanyaan. Jumlah korenponden
yang di beri pertanyaan sebanyak 30 orang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, berikut beberapa rumusan masalah yang
akan kita bahas pada karya ilmiah ini:
1. Bagaimana pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja?

1
2. Bagaimana tingkat kenakalan remaja dan bagaimana pula tingkat
keharmonisan keluarga?
3. Apa dampak terbesar kenakalan remaja karena ketidakharmonisan
keluarga?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui keharmonisan keluarga dari para remaja di kelas
X Agama.
2. Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja pada siswa di kelas X Agama.
3. Untuk mengetahui dampak terbesar dari perilaku remaja yang nakal.

D. Manfaat penelitian
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan bagi pembaca,
2. Memberikan informasi terhadap remaja terkait dengan pengaruh
keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja.
3. Penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan informasi
terhadap instansi terkait keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja

2
BAB II
KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja menurut Ahmad Fawaid (2017), adalah masalah
yang tidak jarang terjadi. Sebab di usia pubertas ini, rasa keingintahuan
yang besar dan pencarian jati diri yang tidak terarah dapat membuat anak
remaja menjadi terlibat dalam kenakalan. Pengertian kenakalan remaja
adalah segala perbuatan melanggar aturan dalam masyarakat yang dilakukan
remaja. Fenomena sosial ini sering ditemukan di kalangan pelajar, terutama
pada rentang usia 14-19 tahun.
a) Berikut adalah jenis jenis kenakalan remaja menurut para ahli (Ahmad
fawaid);
 Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain
 Kenakalan yang menimbulkan korban materi
 Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak lain
 Kenakalan yang melawan status.
Di Indonesia angka kenakalan remaja pada tahun 2015 mencapai 7762
kasus. Masalah ini tentunya perlu diperhatikan para orangtua yang memiliki
anak remaja
b.) Penyebab kenakalan remaja;
Setelah membahas contoh kenakalan remaja, orang tua juga harus
memahami penyebab perilaku kenakalan remaja bisa disebabkan faktor
dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal)
c.) Contoh kenakalan remaja dari faktor internal yaitu sebagai berikut:
 Krisis identitas
 Kontrol diri yang lemah
 Kemalasan
 Coba-coba

3
 Kurangnya motivasi diri
d.) Contoh kenakalan remaja dari faktor eksternal yaitu sebagai berikut:
 Perceraian orang tua
 Teman sebaya yang kurang baik
 Lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
 Media sosial
 Kurangnya pengawasan dari guru dan orang tua

2. Keharmonisan keluarga
Keharmonisan keluarga adalah suatu keadaan dimana di
dalam keluarga terdapat sikap saling menghormati dan menghargai
anggota keluarga yang lain. Dimana anggota keluarga penuh dengan
ketenangan, ketenteraman, terjalin kasih sayang, saling pengertian, dialog,
dan kerja sama yang baik antara anggota keluarga. Keluarga yang
harmonis adalah keluarga yang dapat menemani seseorang hidup lebih
bahagia, lebih layak, dan lebih tenteram.
a.) Faktor yang memengaruhi keharmonisan keluarga
Menurut Gunarsa (1994), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keharmonisan keluarga, yaitu sebagai berikut:
1. Suasana rumah. Suasana rumah adalah keserasian antar pribadi
(antara orang tua dengan anak). Suasana rumah menyenangkan
bagi anak apabila anak melihat ayah dan ibu pengertian. Anak
merasakan orang tua mengerti diri anak, merasakan saudara-
saudara menghargai dan memahami diri anak, serta merasakan
kasih sayang yang diberikan saudara-saudara anak.
2. Kehadiran anak dari hasil perkawinan. Kehadiran seorang anak
akan lebih memperkokoh dan memperkuat ikatan dalam suatu
keluarga, karena anak sering disebut sebagai tali yang
menyambung kasih sayang antara kedua orang tua.

4
3. Kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi diperkirakan berpengaruh
terhadap keharmonisan suatu keluarga. Tingkat sosial ekonomi
yang rendah sering kali menyebabkan terjadi suatu permasalahan
dalam keluarga dikarenakan banyak permasalahan yang dihadapi
dan kondisi keuangan keluarga yang kurang memadai.

Sedangkan menurut Fauzi (2014), faktor-faktor yang


mempengaruhi keharmonisan keluarga adalah:

1. Komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal atau


komunikasi antarpribadi ini berfungsi sebagai sarana bagi individu
untuk mengajukan pendapat dan pandangan individu. Dengan
memiliki komunikasi yang baik antar anggota keluarga, maka akan
mudah untuk memahami pendapat setiap anggota di dalam
keluarga. Tanpa komunikasi yang baik, kemungkinan besar akan
menyebabkan kesalahpahaman dan berakibat memunculkan konflik
dalam keluarga.
2. Tingkat ekonomi keluarga. Tingkat ekonomi keluarga berpengaruh
terhadap tinggi dan rendah stabilitas serta kebahagiaan keluarga.
Tetapi belum tentu tingkat ekonomi keluarga yang rendah
merupakan tanda tidak bahagia suatu keluarga. Tingkat ekonomi
akan berpengaruh terhadap kebahagiaan keluarga, apabila tingkat
ekonomi sangat rendah yang menyebabkan tidak terpenuhi
kebutuhan dasar, sehingga dapat menimbulkan konflik di dalam
keluarga.
3. Sikap orang tua. Sikap orang tua berpengaruh terhadap sikap dan
perasaan anak. Apabila orang tua bersikap demokratis maka akan
membuat anak memiliki perilaku yang positif dan akan
berkembang juga ke arah yang lebih positif, karena orang tua
mendampingi dan memberikan arahan tanpa memaksakan sesuatu
kepada anak.

5
4. Ukuran keluarga. Keluarga yang memiliki ukuran keluarga lebih
kecil atau dalam arti memiliki jumlah anggota keluarga yang lebih
sedikit, mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
memperlakukan anak secara adil dan lebih baik dalam kedekatan
antara anak dengan orang tua.

b) Cara Meningkatkan Keharmonisan Keluarga


Menurut Gunarsa (1994), terdapat beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam meningkatkan keharmonisan dalam suatu keluarga,
yaitu sebagai berikut:
1. Perhatian
Perhatian adalah menaruh hati pada seluruh anggota
keluarga sebagai dasar utama hubungan yang baik antar anggota
keluarga. Baik pada perkembangan keluarga dengan
memperhatikan peristiwa dalam keluarga, dan mencari sebab akibat
permasalahan, juga terdapat perubahan pada setiap anggotanya.
2. Pengetahuan
Perlunya menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya
untuk memperluas wawasan sangat dibutuhkan dalam menjalani
kehidupan keluarga. Sangat perlu untuk mengetahui anggota
keluarganya, yaitu setiap perubahan dalam keluarga, dan
perubahan dalam anggota keluarganya, agar kejadian yang kurang
diinginkan kelak dapat diantisipasi.
3. Pengenalan
Sangat perlu untuk mengenal terhadap diri sendiri dan
mengenal anggota keluarga yang lain. Bila pengenalan diri sendiri
telah tercapai maka akan lebih mudah menyoroti semua kejadian
atau peristiwa yang terjadi dalam keluarga. Masalah akan lebih
mudah diatasi, karena banyaknya latar belakang akan lebih cepat
terungkap dan teratasi, pengertian yang berkembang akibat
pengetahuan tadi akan mengurangi kemelut dalam keluarga.

6
4. Sikap menerima
Langkah lanjutan dari sikap pengenalan adalah sikap
menerima, yang berarti dengan segala kekurangan dan
kelebihannya, ia seharusnya tetap mendapatkan tempat dalam
keluarga. Sikap ini akan menghasilkan suasana positif dan
berkembangnya kehangatan yang melandasi tumbuh suburnya
potensi dan minat dari anggota keluarga.
5. Peningkatan usaha
Setelah menerima keluarga apa adanya maka perlu
meningkatkan usaha. Yaitu dengan mengembangkan setiap dari
aspek keluarganya secara optimal, hal ini disesuaikan dengan
setiap kemampuan masing-masing, tujuannya yaitu agar tercipta
perubahan-perubahan dan menghilangkan keadaan bosan.
Penyesuaian harus perlu mengikuti setiap perubahan baik dari fisik
orang tua maupun anak.

B. Tinjauan Pustaka
1. Kenakalan Remaja
a) Pengertian kenakalan remaja
Menurut Kartono (2003), kenakalan remaja (juvenile deliquency) ialah
perilaku kejahatan atau kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala
sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan
oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan
bentuk tingkah laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang nakal atau
jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita
cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah
masyarakat.
Menurut Willis (2014), kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan
yang dilakukan oleh remaja yang melanggar hukum, agama, dan norma-
norma yang berlaku dimasyarakat sehingga dapat menyebabkan kerugian

7
bagi orang lain, mengganggu ketentraman masyarakat umum, termasuk
dirinya sendiri.
b) Aspek-aspek Kenakalan Remaja
Aspek-aspek kenakalan menurut Jensen (dalam Sarwono, 2010), adalah :
a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, contohnya:
perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misalnya: perusakan,
pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain.
c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang
lain,misalnya: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.
d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak
sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah,
membantah perintah.

c) Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja


Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kenakalan remaja menurut
Yusuf (2004) adalah:
a. Perselisihan atau konflik antar orang tua maupun antar anggota keluarga
b. Perceraian orang tua
c. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak
d. Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol
e. Hidup menganggur
f. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang
g. Pergaulan negatif ( teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang
memperhatikan nilai-nilai moral )
h. Beredarnya film-film bajakan dan bacaan porno
i. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok
j. Diperjualbelikannya minuman keras dan obat-obatan terlarang secara
bebas
k. Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit atau berkekurangan

8
2. Keberfungsian Keluarga

a) Pengertian Keberfungsian Keluarga


Menurut Fahrudin (2012) keberfungsian keluarga akan
menjamin keluarga menjalankan fungsi-fungsinya dalam kehidupan
sehari-hari. Perpaduan dan interaksi nilai keluarga, keterampilan dan
pola interaksi yang positif menjadikan keluarga memiliki keberfungsian
dalam menghadapi persoalan, mampu mengurus sumber, menyusun
tujuan dan melihat tantangan sebagai peluang untuk mempertahankan
dan meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan anggota-
anggotanya

b) Aspek-Aspek Keberfungsian
Menurut Stinnet (Lestari, 2012) mendefinisikan enam aspek-aspek dari
keberfungsian keluarga, yaitu:
1. Memiliki komitmen, yaitu dalam hal ini keberadaan setiap anggota
keluarga diakui dan dihargai. Setiap anggota keluarga memiliki komitmen
untuk saling membantu meraih keberhasilan, sehingga semangatnya
adalah “satu untuk semua, semua untuk satu
2. Terdapat kesediaan untuk mengungkapkan apresiasi, yaitu setiap orang
menginginkan apa yang dilakukannya diakui dan dihargai, karena
penghargaan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
3. Terdapat waktu untuk berkumpul bersama, yaitu sebagian orang
beranggapan bahwa dalam hubungan orang tua-anak yang penting terdapat
waktu yang berkualitas, walaupun tidak sering. Namun kuantitas interaksi
orang tua-anak dimasa kanak-kanak menjadi pondasi penting untuk
membentuk hubungan yang berkualitas dimasa perkembangan anak
selanjutnya.

9
4. Mengembangkan spiritualitas, yaitu bagi sebagian keluarga, komunitas
keagamaan menjadi keluarga kedua yang menjadi sumber dukungan selain
keluarganya. Ikatan spiritual memberikan arahan, tujuan, dan perspektif.
Ibarat ungkapan, keluarga-keluarga yang sering berdo’a bersama akan
memiliki rasa kebersamaan.
5. Menyelesaikan konflik serta menghadapi tekanan dan krisis dengan
efektif, yaitu setiap keluarga pasti mengalami konflik, namun keluarga
yang kukuh akan bersama-sama menghadapi masalah yang muncul,
bukannya bertahan untuk saling berhadapan sehingga masalah tidak
terselesaikan. Konflik yang muncul diselesaikan dengan cara menghargai
sudut pandang masing-masing terhadap permasalahan.
6. Memiliki ritme, yaitu keluarga yang kukuh memiliki rutinitas, kebiasaan
dan tradisi yang memberikan arahan, makna, dan struktur terhadap
mengalirnya kehidupan sehari-hari. Mereka memiliki aturan, prinsip yang
dijadikan pedoman. Ritme atau pola-pola dalam keluarga ini akan
memantapkan dan memperjelas peran keluarga dan harapan-harapan
yang dibangunnya.

c) Faktor-Faktor Keberfungsian Keluarga


Faktor-faktor yang memperngaruhi keberfungsian keluarga Khairuddin
(2008) mengemukakan faktor-faktor keberfungsian keluarga, yaitu:
1. Biologik, yaitu melahirkan anak, merupakan dasar kelangsungan
hidup masyarakat.
2. Afeksi, yaitu hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan
cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan, yang melahirkan
hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi,
persamaan pandangan mengenai nilai-nilai.
3. Sosialisasi, yaitu peranan keluarga dalam membentuk kepribadian
anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari
pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai
dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

10
C. Penelitian yang Relevan

No NAMA METODE HASIL


. PENELITI PENELITIAN PENELITIAN
1. Suharyono Dalam penelitian ini, Hasil penelitian telah
pendekatan yang membuktikan bahwa
(2015)
dipakai adalah ada pengaruh
pendekatan keharmonisan
kuantitatif. Hal ini keluarga terhadap
disebabkan data yang kenakalan remaja
diolah berupa angka- siswa kelas VIII SMP
angka dari angket Negeri 5
keharmonisan Tulungagung tahun
keluarga dan ajaran 2014/2015
kenakalan remaja. dengan perolehan
Pengolahan datanya koefisien korelasi
juga berupa angka sebesar r hitung
dan proses analisis (0,569), maka Ha
dengan teknik statistik diterima dan Ho di
untuk mengungkap tolak. Hal ini dapat
hipotesis yang dilihat dimana г
diajukan, sehingga hitung > r tabel 1%
dapat diperoleh yang dapat diartikan
pemecahan masalah. bahwa semakin tinggi
keharmonisan
keluarga maka
semakin rendah
kenakalan remaja,

11
sebaliknya semakin
rendah keharmonisan
keluarga maka
semakin tinggi tingkat
kenakalan remaja.

2. Ivania Christa Metode pengumpulan Terdapat hubungan


Ambara data pada penelitian negatif yang
ini dengan cara signifikan antara
Ratriana Y.E.
penyebaran kuesioner. keharmonisan
Kusumiati2 keluarga dengan
Adapun penelitian ini
kenakalan remaja di
(2021) memakai teknik
SMK Nasional
probability sampling
Mojosari. Sehingga
dengan metode
hipotesis yang
disproportionate
diajukan dalam
stratified random
penelitian ini
sampling. Dimana
diterima, artinya
metode ini dapat
semakin tinggi
dilakukan jika
keharmonisan
populasi berstrata
keluarga maka
namun kurang
semakin rendah
proporsional
kenakalan remaja, dan
(Sugiyono, 2018).
sebaliknya semakin
Dalam perhitungan
rendah keharmonisan
sampel dalam
keluarga maka
penelitian ini
semakin tinggi
menggunakan cara
kenakalan remaja.
perhitungan dengan
Sumbangan efektif
menggunakan
variabelkeharmonisan

12
keluarga terhadap
kesalahan 5% dengan
variabel kenakalan
perhitungan sebagai
remaja sebesar 26,7%
berikut:
sedangkan 73,3%
dipengaruhi oleh
faktor lainnya.
Sebagian besar
keharmonisan
keluarga dan
kenakalan remaja
pada siswa SMK
Nasional Mojosari
berada pada kategori
sedang.

3. Amaro Dos Santos Penelitian ini akan Hasil analasis data


dilakukan di diperoleh signifikansi
Siti Dina Zakiroh Yayasan Crisis sebesar p = 0,000
(2016) Center Cahaya (p<0.05) dan nilai r
Mentari Surabaya, 0,542 dengan
Hubungan antara dalam waktu (1 menggunakan taraf r
Keharmonisan bulan). teoritik 5% pada r
Keluarga dengan Populasi dalam table terdapat nilai
Kenakalan Remaja penelitian ini adalah teoritik 0,244 hal
di Yayasan Crisis para remaja binaan ini menunjukan
Center Cahaya Crisis Center Cahaya bahwa ada
Mentari Surabaya. Mentari Surabaya, korelasi yang
Jumlah sampel yang sangat signifikan
akan di teliti antara keharmonisan
sebanyak 125 orang. keluarga dengan

13
kenakalan remaja
maka dan memiliki
korelasi positif hal
tersebut berarti,
semakin tinggi
keharmonisan
keluarga semakin
rendah kenakalan
remaja. Sebaliknya
semakin rendah
keharmonisan
keluarga maka
semakin tinggi
kenakalan remaja.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Agar mendapatkan informasi yang diperlukan, kami menggunakan


metode kuantitatif, yaitu dengan cara pengumpulan data melalui angket
dan dokumentasi. Adapun Teknik-teknik yang kami lakukan sebagai
berikut:

1. Teknik observasi langsung.


2. Teknik pengumpulan data melalui angket. Kami membagikan angket ke
siswa dan siswi MAN 5 Jakarta kelas X AGAMA untuk mengetahui
hasil dari penelitian kami.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling/Subjek Penelitian (Informan)

Kami melakukan penelitian ini berdasarkan judul yang kami buat


yaitu Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja
dengan objek siswa dan siswi MAN 5 Jakarta kelas X AGAMA yang
berjumlah 35 siswa sebagai populasi dan sampel. dan kami sudah
melakukan pengambilan data melalui membagikan angket.

C. Teknik dan Alat Pengukur Data


1. Observasi Langsung. Kami melakukan teknik mendatangkan secara
langsung objek siswa dan siswi MAN 5 Jakarta kelas X AGAMA agar

15
kami bisa mengamati secara langsung apakah mereka mengisi dengan
benar atau tidak.
2. Teknik pengumpulan data yang kami gunakan adalah penyebaran
kuesioner atau angket. Kuesioner merupakan salah satu teknik
pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada
sumber data (responden), baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan sumber data. Metode penelitian kuantitatif dapat memberikan
gambaran tentang populasi secara umum. dalam penelitian kuantitatif,
yang disoroti adalah hubungan antar variabel penelitian dan menguji
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Walaupun uraiannya
juga mengandung narasi atau bersifat deskriptif, sebagai penelitian
korelasional (hubungan), fokusnya terletak pada pejelasan hubungan-
hubungan antarvariabel. Uraian dalam buku ini memberikan
pencerahan intelektual bahwa penelitian akan menambah pengetahuan
manusia, dan dengan penelitian, realitas dapat diungkap dan dimaknai
secara fenomenologis, empiris dan ilmiah.

D. Analisis Data
Analisis data ialah salah satu proses penelitian yang dilakukan
setelah semua data yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan
yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Tujuan kami melakukan
analisis data adalah untuk mengolah kembali suatu data agar lebih mudah
dipahami, dan untuk mencari sebuah kesimpulan.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Pada bab kali ini kami akan memberikan hasil dari apa yang kami
teliti tentang pembahasan Pengaruh Keharmonisan Keluarga terhadap
Kenakalan Remaja. Pembahasan hasil penelitian kami dijelaskan melalui
hasil data pertanyaan yang telah dijawab oleh responden. Keharmonisan
keluarga yang baik akan membentuk kepribadian baik, kreatif, mandiri,
serta berprestasi. Sebaliknya keharmonisan keluarga yang buruk atau
rendah dapat mendorong anak ke dalam kenakalan remaja. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: besar pengaruh keharmonisan keluarga
terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas X AGAMA MAN 5
JAKARTA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
menjelaskan bahwa kenakalan siswa (remaja) lebih didasarkan pada
pengamatan empiris dari sudut kesehatan mental (remaja) dia.

Hasil yang kami peroleh dengan menggunakan metode


pengumpulan data melalui angket dan observasi langsung adalah sebagai
berikut:

17
Gambar 1. Screenshot pie chart responden pertanyaan 1

Dapat diketahui bahwa 88,6% atau 31 orang sering berkomunikasi


dengan keluarganya, 8,6% atau 3 orang mungkin sering berkomunikasi
dengan keluarganya, dan 2,9% atau 1 orang tidak pernah berkomunikasi
dengan keluarganya.

Gambar 2. Screenshot pie chart responden pertanyaan 2

Dapat diketahui bahwa 88,6% atau 31 orang dekat dengan


keluarganya dan 11,4% atau 4 orang mungkin dekat dengan keluarganya.

18
Gambar 3. Screenshot pie chart responden pertanyaan 3

Dapat diketahui bahwa 60% atau 21 orang yang menjadikan


keluarga sebagai pendengar yang baik, 34,3% atau 12 orang yang mungkin
menjadikan keluarga sebagai pendengar yang baik dan 5,7% atau 2 orang
yang tidak pernah menjadikan keluarga sebagai pendengar yang baik.

Gambar 4. Screenshot pie chart responden pertanyaan 4

Dapat diketahui bahwa 37,3% atau 13 orang yang orang tuanya


sudah sesuai dengan harapan, 34,3% atau 12 orang yang orang tuanya
mungkin sudah sesuai dengan harapan, dan 28,6% atau orang yang orang
tuanya tidak sesuai dengan harapan.

19
Gambar 5. Screenshot pie chart responden pertanyaan 5

Dapat diketahui bahwa 97,1% atau 34 orang yang menganggap


komunikasi orang tua dan anak sangat penting, 2,9% atau 1 orang yang
mungkin menganggap komunikasi orang tua dan anak sangat penting,

Gambar 6. Screenshot pie chart responden pertanyaan 6

Dapat diketahui bahwa 74,3% atau 26 orang yang merasa nyaman


ketika berkomunikasi dengan anggota keluarganya, 25,7% atau 9 orang
yang mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan anggota
keluarganya,

20
Gambar 7. Screenshot pie chart responden pertanyaan 7

Dapat diketahui bahwa 88,6% atau 31 orang yang setuju kalau


kenakalan remaja terjadi karena faktor lingkungan, 8,6% atau 3 orang
yang mungkin setuju kalau kenakalan remaja terjadi karena faktor
lingkungan, dan 2,9% atau 1 orang yang tidak setuju kalau kenakalan
remaja terjadi karena faktor lingkungan.

Gambar 8. Screenshot pie chart responden pertanyaan 8

Dapat diketahui bahwa 42,9% atau 15 orang yang tidak canggung


ketika berkomunikasi dengan keluarganya, 40% atau 14 orang yang
canggung ketika berkomunikasi dengan keluarganya, dan 17,1% atau 6
orang yang mungkin canggung ketika berkomunikasi dengan keluarganya.

21
Gambar 9. Screenshot pie chart responden pertanyaan 9

Dapat diketahui bahwa 54,3% atau 19 orang yang setuju kalau


faktor terjadinya kenakalan remaja disebabkan oleh harmonis atau
tidaknya suatu keluarga, 37,1% atau 13 orang yang mungkin setuju kalau
faktor terjadinya kenakalan remaja disebabkan oleh harmonis atau
tidaknya suatu keluarga, dan 8,6% atau 3 orang yang setuju kalau faktor
terjadinya kenakalan remaja disebabkan oleh harmonis atau tidaknya suatu
keluarga.

B. Pembahasan

Dari data di atas dapat kita lihat beberapa tanggapan tentang


Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja pada
siswa dan siswi kelas X AGAMA di MAN 5 JAKARTA. Keharmonisan
keluarga dapat dilihat dengan adanya tanggung jawab dalam membina
suatu keluarga didasari oleh saling menghormati, saling menerima,
menghargai, saling memercayai dan saling mencintai. Keluarga yang
harmonis adalah keluarga yang dapat mengantarkan seseorang hidup lebih
bahagia, lebih layak dan lebih tenteram.

Keharmonisan keluarga ditandai dengan hubungan yang bersatu-


padu, komunikasi terbuka dan kehangatan di antara anggota keluarga.
Keluarga yang harmonis merupakan kondisi di mana seluruh anggota

22
menjalankan hak dan kewajiban masing-masing, terjalin kasih sayang,
saling pengertian, komunikasi dan kerja sama yang baik antara anggota
keluarga. Keluarga harmonis merupakan tempat yang menyenangkan dan
positif untuk hidup, karena anggota keluarga telah belajar beberapa cara
untuk saling memperlakukan satu sama lain dengan baik. Anggota
keluarga dapat saling mendukung, memberikan kasih sayang dan memiliki
sikap loyalitas, berkomunikasi secara terbuka antara anggota keluarga,
saling menghargai dan menikmati kebersamaan.

BAB V

SARAN DAN KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka


yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya
lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang.
Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah
maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat
yang lebih berat. Sebaliknya, bagi keluarga yang tingkat keberfungsian
sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan
sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif)
dapat ditarik kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara

23
keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan remaja, artinya bahwa
semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan semakin rendah
kenakalan yang dilakukan oleh remaja.

B. Saran

Kenakalan remaja merupakan salah satu penyakit sosial yang


muncul di kalangan masyarakat setempat. Sehingga masalah seperti ini
perlu sekali diperhatikan oleh para orang tua sehingga tidak akan
mengakibatkan atau menyebar luas terhadap yang lainnya. Begitu besar
dan pentingnya peranan keluarga yang harus dimainkan oleh orang tua
dalam mendidik anak, maka dengan adanya peranan masing-masing
anggota keluarga hendaknya orang tua saling melengkapi sehingga dapat
membentuk keluarga yang harmonis.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fawaid, pengaruh keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja di


SMK Bustanul Ulum Pamekasan. Madura : Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. 2017.

Amaro Dos Santos, Siti Dina Zakiroh. Hubungan antara keharmonisan keluarga
dengan kenakalan remaja di Yayasan Krisis Senter Cahaya Mentari.
Surabaya : Universitas 45. 2016.

Budiana, Aderiani, Akhmad Muzhirul, M. Abidin, Wandi Saputra. Pengaruh


keharmonisan keluarga terhadap kenakalan remaja di SMK Al Hidayah.
Cirebon : IAI Bunga Bangsa. 2020.

Dian Mulyasri, Kenakalan Remaja Ditinjau dari Persepsi Remaja Terhadap


Keharmonisan Keluarga dan Konformitas Teman Sebaya (Studi Korelasi

24
pada Siswa SMA Utama 2. Bandar Lampung : Universitas Sebelas Maret.
2010.

Ivana Cristina Ambara, Ratriana Y. E. Kusumiati. Hubungan antara


keharmonisan keluarga dengan kenakalan remaja siswa SMK Nasional
Monosari. Salatiga : Universitas Kristen Jaya Wacana. 2021.

Yulianto, Rizal, Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja


pada Siswa Kelas XI SMA UII Banguntapan. Yogyakarta : Universitas
Islam Indonesia. 2017.

LAMPIRAN

25
26

Anda mungkin juga menyukai