Anda di halaman 1dari 17

Perempuan dan Kontribusinya Terhadap Pendidikan

Anak Usia Dini

Oleh Lisna Susanti


Mhs. Prodi PIAUD STIT Al-Kifayah, email:
lisnasusanti921@gmail.com

A. Latar Belakang

Beberapa hasil penelitian menunjukkan posisi wanita sejak dulu sampai


sekarang berada pada posisi tersudut atau tidak menguntungkan. Padahal,
kemampuan dan potensi wanita masa kini tidak kalah dengan kemampuan yang
dimiliki oleh kaum pria. 1

Perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam hal pendidikan,


bahkan pendidikan pertama yang diberikan kepada anak ialah dari seorang ibu.
Ibu memiliki andil yang besar dalam melakukan pengembangan potensi anak.
Bukan berati tugas mendidik hanya diberikan kepada ibu semata, ayah juga
berpengaruh terhadap proses pendidikan anak, namun tidak seotentik seorang
ibu. Karena ibu memiliki keterikatan batin yang kuat dengan anak. Ada sebuah
pepatah yang mengatakan jika perempuan cerdas akan melahirkan anak-anak
yang cerdas pula. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan akan
berpengaruh dalam pola pikir dalam berkeluarga, cara mendidika anak dan
menerapkan prinsip-prinsip keadilan di keluarga.2

Sukarno kemudian menafsirkan perempuan dalam sepenggal kalimat


“Perempuan itu tiang negeri,”3 dalam konteks kalimat dari Sukarno tersebut,
maka seharusnya perempuan sadar akan posisinya untuk mencetak peradaban
bangsa yang berkemajuan. Sedangkan alat untuk menjalankannya ialah
pendidikan, jika perempuan mendapatkan pendidikan yang baik, maka jangan
heran jika sebuah negara atau institusi di mana perempuan itu berpijak akan
mengangkat martabat bangsa.

1
Nurhikmah H, Kapita Selekta Pendidikan : Konseptual Pendidikan Dari Berbagai Sudut
Pandang (Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar, 2018) Hlm. 131
2
https://medium.com/lingkaran-solidaritas/perempuan-dan-pendidikan-implementasi-pemikiran-
kartini-603fa062b87a
3
Soekarno, Sarinah (Yogyakarta: Media Pressindo dan Yayasan Bung Karno, 2010), hlm. 6
Pendidikan bukan hanya berkaitan soal mengasah akal dan tingkat
intelektual saja, namun juga memperhatikan kepribadian. Kartini mengatakan
jika pendidikan bukan hanya mempertajam akal, budi pekerti pun juga harus
dipertinggi. Intinya ialah dalam menjalankan sistem pendidikan, tidak hanya
mengutamakan tingkat kecerdasan semata, namun juga menanamkan budi
pekerti pula. Jika hanya mengunggulkan sisi kecerdasan tanpa memperhatikan
hal yang lain, maka yang terjadi ialah rasa superioritas dan rendahnya sikap
kemanusiaan.4

Perempuan dalam sebuah keluarga memiliki tanggung jawab yang tidak


ringan. Selain mereka harus mempersiapkan diri untuk bekerja dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya, menyusul pula tanggung jawab lain berupa
tanggung jawab sepenuhnya atas anak-anak mereka baik jasmani, kebutuhan
akan kasih sayang serta tidak kalah pentingnya adalah kebutuhan akan
pendidikan anak-anak mereka. Pemenuhan akan pendidikan anak tidak sekedar
memberi kesempatan anak-anak mereka untuk belajar serta disekolahkan
(pendidikan secara formal) semata. Peranan perempuan dalam pendidikan
dalam suatu keluarga secara garis besarnya dapat diuraikan sebagai berikut: 5

Pertama, membentuk keluarga yang kondusif bagi pendidikan anak. Dalam


hal ini lingkungan keluarga memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar
dalam pendidikan anak. Akan tetapi masing-masing keluarga memiliki kondisi
yang berbeda-beda dan pengaruh yang berbeda pula terhadap pendidikan yang
diselenggarakan secara formal tersebut.

Kedua, perempuan sebagai pendidik. Masing-masing keluarga memiliki


tanggung jawab yang besar. Bagaimanapun sibuknya orang tua tidak sepatutnya
melupakan pendidikan terhadap anak-anaknya, apabila tidak menginginkan
pada suatu saat tidak dihargai oleh anak-anaknya.

Ketiga, perempuan sebagai pelindung dan pemelihara; dan Keempat,


perempuan sebagai peletak dasar pendidikan anak. Salah satu tugas pendidikan
ialah membuat anak menjadi dewasa dan mandiri.

Data statistik ini memberikan visualisasi partisipasi perempuan dalam


pendidikan, namun data ini bukan representasi dari jumlah perempuan secara
keseluruhan. Ada beberapa variabel yang menyebabkan kenapa banyak

4
Aguk Irawan, Kartini: Kisah yang Tersembunyi. (Banten: Javanica, 2016), hlm 10
5
Dailatus Syamsiyah, Perempuan dalam Tantangan Pendidikan Global: Kontribusi Kaum
Perempuan dalam Mewujudkan Millenium Development Goals (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015), https://journal.iainkudus.ac.id/ PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember 2015. Hlm
227-228
perempuan yang tidak memiliki kecenderungan untuk melanjutkan
pendidikannya. 6

Pertama, pandangan teologis bahwa perempuan adalah bagian dari lelaki.


Dia adalah tulang rusuk lelaki, sehingga posisinya dalam relasi antara lelaki dan
perempuan adalah relasi yang tidak seimbang. Lelaki lebih superior sementara
perempuan lebih inferior. Pandangan ini ada yang diangkat dari teks ajaran
agama, bahwa yang bisa menjadi pemimpin adalah kaum lelaki sementara
perempuan tidak bisa menjadi pemimpin.

Kedua, pandangan sosiologis, bahwa perempuan dalam banyak hal


diposisikan berada di dalam rumah. Lebih banyak berada di dalam urusan
domestik ketimbang urusan publik. Masih banyak pandangan sosiologis, yang
menyatakan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi. Relasi antara
lelaki dan perempuan berada di ruang rumah tangga, sehingga perempuan lebih
banyak berada di ruang domestik tersebut.

Ketiga, pandangan psikologis, bahwa perempuan dianggap tidak penting


untuk berpendidikan karena posisinya lebih banyak menjadi istri. Di dalam
tradisi Jawa, masih banyak anggapan bahwa perempuan harus cepat
dikawinkan. Kawin muda jauh lebih baik ketimbang menjadi perawan tua. Ada
ketakutan luar biasa di kalangan orang tua, jika anak perempuannya tidak
sesegera mungkin memperoleh jodoh. Ada semacam pandangan bahwa lebih
baik menjadi janda muda dari pada menjadi perawan tua.

Keempat, pandangan budaya, adanya anggapan bahwa perempuan


merupakan sosok manusia yang secara kebudayaan memang tidak memerlukan
pendidikan tinggi. Di dalam hal ini, maka perempuan hanya menjadi pelengkap
saja. Ada ungkapan tradisi yang menyatakan ”perempuan itu, suwargo nunut
neroko katut”. Artinya bahwa perempuan itu hanyalah konco wingking, atau
kawan di belakang atau di dalam rumah.

Kelima, pandangan ekonomi, bahwa banyak perempuan yang tidak


melanjutkan pendidikannya, karena ketidakmampuan ekonomi. Banyak orang
tua tidak melanjutkan pendidikan anak-anaknya. Banyak yang karena alasan
ekonomi kemudian perempuan tidak melanjutkan pendidikannya. Jika misalnya
ada dua anak: lelaki dan perempuan, maka yang diminta untuk melanjutkan
adalah yang lelaki, sementara yang perempuan sesegera mungkin dikawinkan
agar terlepas dari beban ekonomi keluarga.

6
Dailatus Syamsiyah, Perempuan dalam Tantangan Pendidikan Global: Kontribusi Kaum
Perempuan dalam Mewujudkan Millenium Development Goals…. Hlm 227-228
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim mendorong
adanya peran aktif guru perempuan dalam menggaungkan kesetaraan gender.
Mendikbud melanjutkan salah satu elemen yang turut memiliki peranan penting
dalam menggaungkan kesetaraan gender adalah guru. Terlebih lagi, lanjut
Mendikbud banyak guru perempuan yang ada pada institusi pendidikan
sehingga keberadaan mereka yang kuat dan berani dinilai sebagi cara yang
efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri para peserta didik perempuan. 7

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting kehidupan yang ikut


mempergunakan paradigma gender sebagai pisau analisis dalam mengkaji
eksistensi (keberadaan) kaum perempuan, terkait dengan nilai-nilai kesetaraan
dan persamaan perlakuan. Penggunaan paradigma gender dalam dunia
pendidikan lebih diarahkan pada upaya pemberian kesempatan yang sama
antara perempuan dan laki-laki. Upaya ini diawali dengan proses pembongkaran
atas sebab-sebab bagi telah terjadinya pembedaan perlakuan terhadap
perempuan, dimana ‘kelemahan’ senantiasa diidentikkan sebagai karakteristik
kudrati baginya8.

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam (6) tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.9 Pendidikan Usia Dini dilaksanakan dalam 3
(Tiga) jalur yaitu Pendidikan Formal dalam bentuk Taman Kanak-kanak (TK)
atau dalam bentuk yang sederajat. Jalur Pendidikan Nonformal dalam bentuk
Kelompok Bermain (KB) Taman Penitipan Anak (TPA) Satuan Pendidikan
Sejenis (SPS) dan bentuk lain yang sederajat dan jalur Informal yakni pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan dalan lingkungan keluarga.10

Hasil identifikasi UNESCO memberikan empat (4) alasan tentang pentingya


PAUD yakni:11
1. Alasan Pendidikan : PAUD merupakan fondasi awal dalam meningkatkan
kemampuan anak untuk menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi,
menrunkan angka mengulang kelas dan angka putus sekolah;
2. Alasan Ekonomi : PAUD merupakan investasi yang menguntungkan bagi
pribadi anak, keluarga maupun masyarakat;
7
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/03/mendikbud-dorong-peran-aktif-guru-
perempuan-dalam-menggaungkan-kesetaraan-gender
8
Ana Rosilawati, Perempuan Dan Pendidikan: Refleksi Atas Pendidikan Berperspektif Gender.
(Pontianak: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, 2019), hlm 2
9
Salinan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1
10
Salinan Undang-
11
https://bppauddikmasntt.kemdikbud.go.id/
3. Alasan Sosial : PAUD merupakan salah satu upaya untuk menghentikan
roda kemiskinan;
4. Alasan Hak/Hukum : PAUD merupakan hak setiap anak ( sebagai Warga
Negara) untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh Negara.
Dengan demikian, maka anak-anak usia dini pada kisaran usia 0 – 6 tahun
(Golden Age) perlu diberikan perawatan dan pendidikan melalui PAUD. PAUD
merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui PAUD, anak-
anak usia 0-6 tahun memperoleh perawatan dan pendidikan dengan pemberian
gizi yang seimbang, sentuhan, stimulasi dan atau rangsangan yang bermakna
yang mengarah pada pencapaian kesempurnaan perkembangan otaknya.
Makalah ini akan membahas tentang perempuan dan kontribusinya terhadap
Pendidikan Anak Usia Dini.

Pembahasan
A. Pentingnya Peran Perempuan dalam Pendidikan Anak
Definisi perempuan dalam kehidupan adalah sosok yang ikut serta dalam
kemajuan Negara seperti pepatah mengatakan “setiap kesuksesan laki-laki di
belakang ada seorang perempuan-perempuan akan melahirkan penerus
bangsa”. Perempuan menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) orang yang
dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui. 12

Sedangkan perempuan dalam pandangan sejarah kemerdekaan Indonesia,


perempuan membentuk sebuah organisasi yang dipelopori oleh R. A. Kartini
sebelum tahun 1928 atas usaha Budi Utomo berdirilah organisasi Putri Merdeka
di Jakarta. Perempuan dalam sejarah sebagai madrasah pertama untuk putra-
putrinya. Pahlawan R. A. Kartini sebagai perempuan yang membela hak
perempuan untuk mendapatkan pendidikan, dahulu sangatlah sulit dan banyak
rintangan untuk sekolah, karena wanita dilakukan secara tidak adil oleh para
kononialisme Belanda.

Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap masyarakat desa ataupun kota,


berbanding terbalik pemahaman pendidikan masyarakat dahulu yang tidak
memprioritaskan melainkan lebih mementingkan pekerjaan. Apalagi di pelosok-
pelosok desa pendidikan hanyalah menyia-nyiakan waktu untuk belajar, karena
persepektif mayoritas masyarakat pedalaman, orang yang sekolah tidak sekolah
pasti akhir-akhirnya bekerja juga. Sedangkan pendidikan untuk kalangan
perempuan lebih memprihatinkan, sebab mayoritas orang tua menikahkan
anaknya sebelum lulus Sekolah Dasar (SD) karena perempuan pantasnya di
dapur, sumur dan kasur.13

Perempuan memegang peran yang sangat penting dan peran tersebut bersifat
abstrak. Seperti sang pelatih yang mengatur para pemainnya, karena itu
perempuan memiliki peran yang signifikan untuk mencetak generasi yang
cerdas dan berakhlak serta berwatak yang baik. Kehidupan dalam keluarga
merupakan titik awal untuk menuju kehidupan bernegara. Anak yang terlahir
dalam keluarga yang terdidik tentu akan berbeda nilainya dibandingkan anak
tanpa perhatian orangtuanya, khususnya dari ibu. Karena secara psikologis
perempuan memiliki sifat kasih sayang yang tinggi. Peran perempuan sebagai
ibu sangat berarti dan kiprahnya tak bisa dipandang sebelah mata.14

12
Ana Rosilawati, Perempuan Dan Pendidikan: Refleksi Atas Pendidikan Berperspektif
Gender…. hlm. 134
13
Ana Rosilawati, Perempuan Dan Pendidikan: Refleksi Atas Pendidikan Berperspektif
Gender…. hlm . 136
14
Nurlina. Peran Wanita dalam Pendidikan Anak Perspektif Islam. Bone: STAIN Watampone,
2019), hlm. 10
https://jurnal.iain-bone.ac.id . Diakses 10 Oktober 2021
Seorang Ibu memiliki peluang dan peranan yang besar dalam mendidik anak.
Bahkan dimulai dari mendidiknya didalam kandungan, hingga usia pra baligh.
Pada masa emas itu, kondisi keluarga dan lingkungan yang diciptakan oleh
seorang ibu akan membawa dampak besar bagi perkembangan anak. Al Qur’an
yang diperdengarkan ketika masih dalam kandungan, suara adzan dan iqomah
dari ayah yang didengar pertama kali dia bisa mendengar, dan suara seorang Ibu
menyambut kehadirannya di dunia, sangatlah berpengaruh dalam berjalannya
proses pendidikan selanjutnya.

Kontribusi Ibu dalam pendidikan anak memiliki peran yang sangat penting
terutama pada awal-awal masa balita. Keberhasilan pendidikan anak sangat
ditentukan oleh ibu, meskipun keikutsertaan ayah tidak dapat diabaikan begitu
saja karena keluarga menjadi lingkungan social terpenting bagi perkembangan
dan pembentukan pribadi anak serta menjadi tempat bimbingan dan latihan
anak dalam kehidupan mereka.15

Tugas dan tanggung jawab ibu begitu besar. Bukan hanya mengasuh tapi juga
mendidik.”ibu adalah madrasah pertama bagi anak'. Ibu adalah sekolah utama,
bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi
terbaik.Ibu berperan besar dalam pembentukan watak, karakter dan
kepribadian anak-anaknya. Salah satu peran ibu adalah mendidik. Mendidik
anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak sekali hambatan dan rintangan
dalam proses perjalanannya. Oleh karena itu seorang ibu harus berbekal dengan
kesabaran dan ketawakkalan, dengan sabar dan tawakkal dalam mendidik buah
hati, akan memperoleh hasil yang maksimal.16

B. Kontribusi Perempuan dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap masyarakat desa ataupun kota,


berbanding terbalik pemahaman pendidikan masyarakat dahulu yang tidak
memprioritaskan melainkan lebih mementingkan pekerjaan. Apalagi di pelosok-
pelosok desa pendidikan hanyalah menyia-nyiakan waktu untuk belajar, karena
persepektif mayoritas masyarakat pedalaman, orang yang sekolah tidak sekolah
pasti akhir-akhirnya bekerja juga. Sedangkan pendidikan untuk kalangan
perempuan lebih memprihatinkan, sebab mayoritas orang tua menikahkan
anaknya sebelum lulus Sekolah Dasar (SD) karena perempuan pantasnya di
dapur, sumur dan kasur.17

15
Rina Hizriyani, Implementasi Perempuan Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini. (Al-wardah:
Jurnal Kajian Perempuan Universitas Muhammadiyah Cirebon,Indonesia, 2020), hlm. 12
16
Rina Hizriyani, Implementasi Perempuan Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini…. hlm 12
17
Nurkhikmah, Kapita Selekta Pendidikan (Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2018), hlm.
133
Di dalam era Globalisasi pada saat ini, ternyata isu mengenai tingkat
pendidikan menjadi salah satu topik yang sangat menarik dan juga sangat
relevan untuk dibicarakan di kalangan masyarakat pada saat ini. Karena, proses
memperoleh pendidikan mempunyai peranan besar untuk tercapainya suatu
tujuan, yaitu perubahan pada pola sikap seseorang untuk menjadi lebih baik lagi
dari sebelumnya. Tetapi pada kenyataannya, pandangan terhadap kaum wanita
di lingkungan masyarakat tertentu di Indonesia pada saat ini masih terlihat
sangat minim. Di lingkungan tertentu, kaum wanita bahkan tidak mendapatkan
perhatian untuk memperoleh pendidikan sebagaimana mestinya.18

Peranan perempuan terutama sebagai seorang ibu perlu ditingkatkan dalam


menunjang keberhasilan pendidikan formal anak di sekolah. Beberapa tokoh
dunia seperti Thomas Alfa Edison berhasil menjadi penemu besar justru lewat
didikan dasar dari sang ibu. Tokoh besar ini dianggap gagal menempuh
pendidikan formal, akan tetapi justru berhasil lewat didikan ibunya yang
mendidik dengan tekun di rumah. Banyak kasus membuktikan keberhasilan
seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasanintelektual (IQ) saja, namun
banyak kecerdasan lain yang lebih banyakdikembangkan oleh lingkungan
sekitar terutama ibu sebagai pendidik dasar kepribadian anak.19

Pendidikan adalah salah satu jalan yang menjadikan perempuan sebagai agen
perubahan, bukan sekedar penerima pasif program-program pemberdayaan.
Pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang memungkinkan perempuan
memiliki independensi (kemandirian) ekonomi dengan bekerja baik di luar
maupun di dalam rumah tinggalnya.20

Dari definisi tersebut, maka seharusnya tidak ada lagi alasan untuk
mendiskriminasikan atau menelantarkan pendidikan bagi kaum wanita. Dan
wanita tentunya juga mempunyai hak untuk belajar di bidang apa saja.

Di bawah ini poin yang perlu menjadi catatan bagi seorang perempuan untuk
menciptakan generasi hebat:21

18
Nurkhikmah. Kapita Selekta Pendidikan…. hlm. 134
19
Rina Hizriyani, Implementasi Perempuan Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini…. hlm 12
20
Nurlina. Peran Wanita dalam Pendidikan Anak Perspektif Islam…. hlm. 82
21
Nurlina. Peran Wanita dalam Pendidikan Anak Perspektif Islam…. hlm. 83
1. Akidah.

Pengetahuan yang pertama kali di kenalkan ke anak-anak kita adalah


seputar tauhid yakni upaya sang anak untuk mengetahui dan meyakini akan
Tuhan semesta alam. Mereka harus memahami siapa yang memberinya
kehidupan, yang menciptakan mereka. Akidah merupakan faktor yang paling
urgen dalam kehidupan ini, karena iman merupakan fundamental sekali. Oleh
karena apabila dilandasi oleh akidah yang kuat, anak mengerti akan kebenaran
dan benteng akidah tidak akan goyah begitu saja di tengah maraknya aliran yang
muncul ke permukaan bumi. Jadi anak harus diperkenalkan akidah secara ijmali
(global) dulu, yakni berupa penjelasan tentang akidah yang harus diketahui oleh
setiap Mu’min dan rukun iman yang lainnya.

2. Akhlak

Anak balita memiliki tingtat kecerdasan yang cukup tinggi untuk menangkap
sesuatu di lingkungannya. Kepekaan dan daya tangkap yang dimiliknya mampu
menirukan apa yang dilihat olehnya. Perilaku yang baik dari orang tua dalam
keseharian bisa menjadi faktor utama dalam pengembangan karakter dan
kpribadian yang baik bagi balita. Karena itu mulailah dari hal kecil, semisal
membiasakan anak salam ketika hendak pergi dan bersalaman dengan orang
tua, membaca basmalah sebelum makan, mengggunakan tangan kanan ketika
mengambil dan memegang sesuatu. Akhlak merupakan sebuah karakter yang
melekat dalam hati, kebiasaanlah yang akan membentuknya. Maka kondisi yang
harmonis dalam lingkungan keluarga diharapkan sekali demi terbentuknya
generasi yang bermoral dan bermartabat.

3. Sholat

Ibadah adalah hal yang paling urgen dalam menjalin komuniksi dengan
sang Ilahi Rabbi, disamping kita juga tidak boleh mengesampingkan kehidupan
sosial. Ibadah yang paling mendasar adalah pengenalan tentang sholat di usia
dini dan diperlukan juga pembelajaran yang intens sejak dini. Dengan tujuan
melatih supaya terbiasa dan tidak terlalu berat ketika sudah dewasa.

Seorang ibu harus mampu mendidik anak-anak dengan landasan cinta dan
kasih sayang yang benar. Rasa cinta yang benar adalah yang mendahulukan rasa
cinta kepada Allah dan RosulNya diatas segalanya. Dengan demikian, rasa cinta
kepada anak tidak menghalangi seorang ibu untuk mendidik anaknya menjadi
seorang yang berguna bagi agama dan sesama. 22

22
Nurlina. Peran Wanita dalam Pendidikan Anak Perspektif Islam…. hlm. 84
Selain dalam lingkup terbatas keluarga, seorang perempuan mempunyai
peluang dan peran cukup besar di lingkungan masyarakatnya. Seorang ibu
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengawal proses pendidikan
anak-anaknya. Bagaimana mereka bisa mengawal anak-anaknya ketika dalam
dirinya tidak ada ilmu yang memadai. Ketika seorang ibu harus mendidik anak-
anaknya. 23

Ibu juga berperan sebagai motivator, pemberi motivasi bagi kelangsungan


kehidupan anak. Sejak masa kelahiran seorang anak, proses pertumbuhan
berbagai organ belum sepenuhnya lengkap. Perkembangan organ-organ ini
ditentukan oleh motivasi rangsangan yang diterima anak dari ibunya.
Rangsangan yang diberikan oleh ibu akan memperkaya pengalaman dan
mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Bila pada
bulan-bulan pertama anak kurang mendapatkan stimulasi visual, perhatian
terhadap lingkungan sekitar juga akan berkurang. 24

Stimulasi verbal dari ibu akan sangat memperkaya kemampuan bahasa anak,
baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Kesediaan ibu untuk berbicara dengan
anaknya akan mengembangkan proses bicara anak. Jadi perkembangan mental
anak akan sangat ditentukan oleh motivasi stimulasi rangsangan yang diberikan
ibu terhadap anaknya. Bentuk rangsangan dapat berupa cerita-cerita, alat
permainan yang edukatif, atau bisa juga mengajak anak berekreasi, sehingga
dapat memperkaya pengalamannya. Dalam hal ini sosok ibu dituntut untuk
terus meningkatkan kualitas dirinya dengan memperkaya sebanyak mungkin
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sebagai modal awal dalam rangka
keberhasilannya dalam memberi motivasi agar kehidupan anak yang cerdas
serta sukses tercapai.

Kontribusi perempuan terutama ibu dalam pendidikan anak memiliki peran


yang sangat penting terutama pada awal-awal masa balita. Keberhasilan
pendidikan anak sangat ditentukan oleh ibu, meskipun keikutsertaan ayah tidak
dapat diabaikan begitu saja karena keluarga menjadi lingkungan social
terpenting bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak serta menjadi
tempat bimbingan dan latihan anak dalam kehidupan mereka.25

C. Tokoh-tokoh Perempuan dalam Pendidikan

23
Nurlina. Peran Wanita dalam Pendidikan Anak Perspektif Islam…. hlm. 85
24
Nurlina. Peran Wanita dalam Pendidikan Anak Perspektif Islam…. hlm. 86
25
Rina Hizriyani, Implementasi Perempuan Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini…. hlm. 136
1. Maria Montessori (1870-1952)26

Maria Montessorri merupakan seorang tokoh wanita yang


mengembangkan suatu konsep pendidikan untuk anak usia dini. Pada saat ini,
gagasan Montessori telah banyak menginspirasi dan mempengaruhi dunia
pendidikan anak usia dini. Sebagai wanita pertama di Italia yang mendapatkan
gelar sarjana kedokteran, ia tertarik untuk mencari solusi dalam masalah-
masalah pendidikan seperti kelumpuhan, dan keterbelakangan mental. Menurut
Montessori, permasalahan tersebut bukan hanya didasarkan secara bilogis saja,
namun dapat disebabkan pula oleh kuranganya rangsangan atau stimulus dari
lingkungan anak.

Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 1907 Montessori mulai


mengembangkan suatu program pendidikan untuk anak usia 4-7 tahun yang
disebut Casai de Bambini (Rumah Anak-Anak) dan mengembangkan suatu
pendekatan yang sangat berhasil diterapkan pada anak-anak .

Dalam lingkungan belajarnya, Montessori mengelompokkan aktvitas


belajar dan bahan-bahan materialnya yaitu practical life, sensory materials, dan
academic materials.

Practical life merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada


empat latihan yang berbeda, yaitu kemampuan merawat diri (mengancing baju,
menggunakan pakaian, memasang tali sepatu, dan mencuci tangan), merawat
lingkungan (membersihkan meja, dan lain-lain), menciptakan hubungan sosial
yang baik (saling menghormati, saling menghargai), dann melatih keseimbangan
(menuangkan benda dalam gelas, dan lain-lain).

Sensory materials merupakan konsep pembelajaran uang berisi aktivitas


yang melatih seluruh panca indera anak.

Academic materials merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk


mengajari untuk mengajari anak menulis, membaca, dan matematika seperti
kartu huruf, kartu angka, menara merah muda, tongkat asta merah jambu, dan
lain-lain.27

2. Déwi Sartika (4 Desember 1884 – 11 September 1947)


26
Ensiklopedia Maria Montessori.

https://id.wikipedia.org Diakses 10 Oktober 2021

27
https://www.kompasiana.com/ayu41022/60960188d541df73d6624252/tokoh-tokoh-
ternama-dan-pengaruhnya-dalam-pendidikan-anak-usia-dini. Diakses 19 Oktober 2021
Dewi Sartika adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita. Ia diakui
sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1966. Dewi
Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan
R. A. Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Ketika masih kanak-
kanak, ia selalu bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah
bersama teman-temannya. Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama
dengan pamannya. Ia menerima pendidikan yang sesuai dengan budaya Sunda
oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah menerima pengetahuan
mengenai budaya barat. Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.28
Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri di
Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan
Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun
1910. Ia mengajarkan para wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan
agama dan berbagai ketrampilan. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah
yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu
sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920. Pada September 1929,
sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.
Sekolah Raden Dewi berkembang dengan pesat. Namun, masa pendudukan
Jepang membuat sekolah tersebut mengalami krisis keuangan dan peralatan.
Pasca kemerdekaan, kesehatan Dewi Sartika mulai menurun. Ketika
terjadi Agresi Militer Belanda dalam masa perang kemerdekaan, ia terpaksa ikut
mengungsi ke Tasikmalaya. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947
di Cineam dan dimakamkan di sana. Setelah keadaan aman, makamnya
dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.29
3. RA. Kartini (21 April 1879-17 September 1904)
Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat merupakan nama lengkap RA Kartini.
Ia lahir pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya
bernama Raden mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan seorang bupati
Jepara. Kartini adalah keturunan ningrat. Hal ini bisa dilihat dari silsilah
keluarganya. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama.
Ibunya bernama M.A Ngasirah yang merupakan putri dari Nyai Haji Siti Aminah
dan Kyai Haji Madirono yang merupakan seorang guru agama di Telukawur,
Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak sampai
Hamengkubuwana VI.
Sudah banyak yang mengupas mengenai pahlawan wanita berpengaruh di
Indonesia bahkan dunia yang satu ini. Ibu kita kartini memang menjadi salah
satu tokoh pahlawan wanita yang fenomenal di tanah Jawa tepatnya berasal dari

28
Doddi Ahmad Fauzi. Dewi Sartika : Kautamaan Istri. (Bandung: Situseni, 2020), hlm.5
29
Ensiklopedia Dewi Sartika. https://id.wikipedia.org. Diakses 19 Oktober 2021
Jawa Tengah. Banyak penulis menuturkan biografi RA Kartini dan menceritakan
perjalanan hidupnya yang menginspirasi. 30
Kartini seorang pejuang kemerdekaan perempuan. Perjuangan Kartini yang
paling keras adalah pendidikan, karena Kartini yakin hanya pendidikan alat
satu-satunya untuk mengangkat derajat peremuan dan menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya peran perempuan dalam membangun
peradaban. Pemikiran Kartini tentang pendidikan merupakan reaksi kritis atas
setiap permasalahan yang dihadapinya berdasarkan pengalaman-pengalaman
edukatif yang diperoleh sehingga melahirkan konsep praktis tentang pendidikan
perempuan.
Perjuangan Kartini bukan sebatas ide, karena Kartini telah berani
melangkah, membuka sekolah perempuan meski bertentangan dengan
adat.Akibat pada perkembangan selanjutnya, perjuangan Kartini menjadi
stimulan pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan Islam yang
mengalami perkembangan sangat cepat dengan tumbuhnya sekolah-sekolah
perempuan (pesantren) dan kemajuan pemikiran-pemikiran Islam dengan
tumbuhnya berbagai organisasi keagamaan setelah wafatnya Kartini.31

30
Biografi RA. Kartini. https://www.akupaham.com. Diakses 19 Oktober 2021
31
https://journals.ums.ac.id. Diakses 19Oktober 2021
Penutup
Perempuan memegang peran yang sangat penting dan peran tersebut
bersifat abstrak. Seperti sang pelatih yang mengatur para pemainnya, karena itu
perempuan memiliki peran yang signifikan untuk mencetak generasi yang
cerdas dan berakhlak serta berwatak yang baik.

Kontribusi Ibu dalam pendidikan anak memiliki peran yang sangat


penting terutama pada awal-awal masa balita. Keberhasilan pendidikan anak
sangat ditentukan oleh ibu, meskipun keikutsertaan ayah tidak dapat diabaikan
begitu saja karena keluarga menjadi lingkungan social terpenting bagi
perkembangan dan pembentukan pribadi anak serta menjadi tempat bimbingan
dan latihan anak dalam kehidupan mereka.

Pendidikan adalah salah satu jalan yang menjadikan perempuan sebagai agen
perubahan, bukan sekedar penerima pasif program-program pemberdayaan.
Pendidikan juga menjadi salah satu faktor yang memungkinkan perempuan
memiliki independensi (kemandirian) ekonomi dengan bekerja baik di luar
maupun di dalam rumah tinggalnya.

Dari definisi tersebut, maka seharusnya tidak ada lagi alasan untuk
mendiskriminasikan atau menelantarkan pendidikan bagi kaum wanita. Dan
wanita tentunya juga mempunyai hak untuk belajar di bidang apa saja.

Poin-poin yang perlu menjadi catatan bagi seorang perempuan untuk


menciptakan generasi hebat:

1. Akidah. Pengetahuan yang pertama kali di kenalkan ke anak-anak kita


adalah seputar tauhid yakni upaya sang anak untuk mengetahui dan
meyakini akan Tuhan semesta alam.
2. Akhlak. Anak balita memiliki tingtat kecerdasan yang cukup tinggi untuk
menangkap sesuatu di lingkungannya. Kepekaan dan daya tangkap yang
dimiliknya mampu menirukan apa yang dilihat olehnya.
3. Sholat . Ibadah yang paling mendasar adalah pengenalan tentang sholat di
usia dini dan diperlukan juga pembelajaran yang intens sejak dini.

Tokoh-tokoh Perempuan dalam Pendidikan, di antaranya:

1. Maria Montessorri, merupakan seorang tokoh wanita yang


mengembangkan suatu konsep pendidikan untuk anak usia dini. Pada
saat ini, gagasan Montessori telah banyak menginspirasi dan
mempengaruhi dunia pendidikan anak usia dini. Pada Tahun 1907
Montessori mulai mengembangkan suatu program pendidikan untuk
anak usia 4-7 tahun yang disebut Casai de Bambini (Rumah Anak-
Anak) dan mengembangkan suatu pendekatan yang sangat berhasil
diterapkan pada anak-anak . Dalam lingkungan belajarnya, Montessori
mengelompokkan aktvitas belajar dan bahan-bahan materialnya yaitu
practical life, sensory materials, dan academic materials.

2. Dewi Sartika, seorang tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita.


Ia diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada
tahun 1966. Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama
Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut
kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi
Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910. Ia mengajarkan para
wanita membaca, menulis, berhitung, pendidikan agama dan berbagai
ketrampilan.

3. Kartini, seorang pejuang kemerdekaan perempuan. Perjuangan Kartini


yang paling keras adalah pendidikan, karena Kartini yakin hanya
pendidikan alat satu-satunya untuk mengangkat derajat peremuan dan
menyadarkan masyarakat tentang pentingnya peran perempuan
dalam membangun peradaban. Pemikiran Kartini tentang pendidikan
merupakan reaksi kritis atas setiap permasalahan yang dihadapinya
berdasarkan pengalaman-pengalaman edukatif yang diperoleh
sehingga melahirkan konsep praktis tentang pendidikan perempuan.
Daftar Pustaka
Ahmad Fauzi, Doddi. 2020. Dewi Sartika : Kautamaan Istri. Bandung: Situsseni

Irawan, Aguk. 2016. Kartini: Kisah yang Tersembunyi. Banten: Javanica.

Rosilawati, Ana. 2019. Perempuan Dan Pendidikan: Refleksi Atas Pendidikan


Berperspektif Gender. Pontianak: Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pontianak

Syamsiyah, Dailatus. 2015. Perempuan dalam Tantangan Pendidikan Global:


Kontribusi Kaum Perempuan dalam Mewujudkan Millenium
Development Goals. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
https://journal.iainkudus.ac.id/ PALASTREN, Vol. 8, No. 2, Desember
2015. Hal 227-228

Nurkhikmah. 2018. Kapita Selekta Pendidikan. Makassar: Universitas Negeri


Makassar

Nurlina. 2019. Peran Wanita Dalam Pendidikan Anak Perspektif Islam. Bone:
STAIN Watampone.

Soekarno. 2010. Sarinah. Yogyakarta: Media Pressindo dan Yayasan Bung Karno.

https://medium.com/lingkaran-solidaritas/perempuan-dan-pendidikan-
implementasi-pemikiran-kartini-603fa062b87a. Diakses 13 Oktober 2021

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/03/mendikbud-
dorong-peran-aktif-guru-perempuan-dalam-menggaungkan-kesetaraan-gender.
Diakses 13 Oktober 2021

https://medium.com/lingkaran-solidaritas/perempuan-dan-pendidikan-
implementasi-pemikiran-kartini-603fa062b87a. Diakses 13 Oktober 2021

https://id.wikipedia.org/wiki/Dewi_Sartika

https://www.akupaham.com/biografi-ra-kartini/. Diakses 19 Oktober


2021

https://www.kompasiana.com/
ayu41022/60960188d541df73d6624252/tokoh-tokoh-ternama-dan-
pengaruhnya-dalam-pendidikan-anak-usia-dini. Diakses 19 Oktober 2021
https://journals.ums.ac.id/index.php/profetika/article/view/7690. Diakses 19
Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai