Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Pendidikan yang baik merupakan tolak ukur kemajuan peradaban suatu


bangsa. Pendidikan sendiri merupakan proses pembelajaran yang dilakukan untuk
mengembangkan potensi diri yang bertujuan untuk mendapatkan kepribadian,
pengetahuan dan keterampilan. Dalam melaksanakan pendidikan, terjadi sebuah
proses yang dinamakan pembelajaran, yang mana didalamnya terdapat media
yang dapat membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media
pembelajaran adalah seperangkat bahan yang digunakan untuk proses
pembelajaran, misalnya RPP, LKS, lembar penilaian dan lain sebagainya. Media
pembelajaran ini dibuat agar pembelajaran yang dilakukan di kelas dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan dan kompetensi pembelajaran yang ingin
dicapai. Pembelajaran tidak hanya berupa sebuah transfer ilmu, melainkan ada sisi
lain bagaimana memahamkan sesuatu pada peserta didik terhadap suatu materi
hingga ia pun dapat mengaplikasikannya.

Agar pembelajaran tersebut dapat tercapai, maka sebaiknya semua mata


pelajaran menggunakan media dan model pembelajaran, khususnya untuk mata
pelajaran yang kurang diminati dan cendurung sukar untuk dipahami. Misalnya
pada mata pelajaran IPA. IPA sendiri merupakan mata pelajaran di jenjang
pendidikan dasar yang masih memiliki reputasi yang cukup buruk yaitu sulit
untuk dipelajari dan tidak diminati sebagian besar peserta didik. Oleh karena itu,
guru harus mampu menciptakan inovasi baru agar kelas menjadi kondusif dan
menyenangkan agar memotivasi peserta didik dalam mempelajari IPA. IPA akan
lebih terasa menyenangkan manakala peserta didik dihadapkan pada situasi
kondisi ril, yakni diantaranya dengan membelajarkan mereka melalui
lingkungan/alam. Pembelajaran seperti ini tentunya melibatkan proses peserta
didik secara langsung didalamnya. Sehingga ia bisa merasakan sendiri atau
melakukan sendiri serta mengalaminya sendiri. Pembelajaran dengan konteks ril
secara tidak langsung melibatkan peserta didik secara aktif. Karena pada
pembelajaran ini peserta didik sendiri terjun dan terlibat secara langsung.
Guru dan peserta didik bisa mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas
dengan mengharapkan para peserta didik kepada lingkungan yang aktual untuk
dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Cara ini
lebih bermakna disebabkan para peserta didik dihadapkan dengan peristiwa dan
keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan. Membawa kelas atau para
peserta didik keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak terbatas oleh waktu.
Artinya tidak selalu menekankan waktu yang lama, tetapi bisa saja dalam satu
atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa yang akan dipelajarinya dan
bagaimana cara mempelajarinya (Sudjana, 2009:211).

Teknis penggunaan lingkungan belajar hendaknya ditempatkan sebagai


media bidang studi yang relevan seperti pada mata pelajaran IPA tersebut. Dengan
demikian lingkungan dapat berfungsi untuk memperkaya materi pengajaran,
memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan bisa
dijadikan sebagai laboratorium belajar para peserta didik. Belajar dengan
menggunakan lingkungan memungkinkan peserta didik menemukan hubungan
yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam
konteks dunia nyata, konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan
dan hubungan, Depdiknas (dalam Hamzah,2011:137).

Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan memberikan


peluang yang sangat besar kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil
belajarnya, dan secara umum konsep pembelajaran dengan menggunakan
lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Dan lingkungan
harus dioptimalkan sebagai media dalam pembelajaran dan lebih dari itu dapat
dijadikan sumber belajar para peserta didik.

Karena dilihat dapat memberi pengaruh baik dalam proses pembelajaran,


maka pemerintah terus berupaya untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik, salah satunya melalui melalui pembenahan kurikulum yang dianggap paling
sesuai dan relevan dengan sistem pembelajaran yang berbasis pemanfaatan
lingkungan. Maka di rancanglah kurikulum 2013 yaitu lebih difokuskan pada
keaktifan peserta didik di dalam kelas dan pembelajaran yang interaktif sehingga
peserta didik dapat aktif menyelidiki dan bersikap ilmiah dalam upaya
memecahkan masalah dengan pembelajaran yang berciri tematik, (Pratiwi dan
Supardi: 2014).

Konsep pembelajaran dan kurikulum 2013 yang diuraikan tersebut sesuai


dengan pandangan teori konstruktivis. Dalam pelaksanaan pembelajaran
menekankan adanya hakikat sosial dan menyarankan menggunakan kelompok-
kelompok belajar dengan keterampilan yang berbeda-beda untuk mengupayakan
perubahan konseptual (Susilawati, dkk: 2014). Salah satu model pembelajaran
yang berdasarkan pada teori konstruktivisme adalah Learning Cycle. Tepatnya
adalah Learning Cycle 9E. Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah peserta
didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran serta mampu
mengembangkan potensi individu yang berhasil dan berguna, kreatif, bertanggung
jawab, mengaktualisasikan dan mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan yang
terjadi, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. (Apriani, dkk: 2016).
Model Learning Cycle 9E ini sangat sesuai dengan pendidikan berbasis
lingkungan.

Dinyatakan sesuai karena Model Learning Cycle 9E merupakan


pengembangan dari Model Learning Cycle 9E yang berisi rangkaian sembilan
fase yang terencana dan saling berhubungan dimana peserta didik melalui
berbagai penyelidikan ilmiah dengan mengeksplorasi bahan ajar, membangun
konsep setelah sampai pada kesimpulan dan menerapkan konsep atau prinsip yang
telah dipelajari. berpegang pada masalah baru. Dengan demikian menanamkan
rasa belajar dengan cara merangsang keinginan peserta didik untuk bereksplorasi,
berpikir dan memperoleh pengalaman di lingkungan sekitarnya. Model
pembelajaran inovatif Learning Cycle ini berpusat pada peserta didik, hal ini
menempati peranan yang penting dalam kegiatan pembelajaran.
REFERENSI

Apriani, D., Sujana, A., dan, Kurnia, D. 2016. Penerapan model pembelajaran
learning cycle pada materi perubahan sifat benda untuk meningkatka hasil
belajar peserta didik. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1):781-790.
Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:
Depdiknas.
Pratiwi, N.W., dan Supardi, Z.A. 2014. Penerapan model pembelajaran learning
cycle 5e pada materi fluida statis peserta didik kelas X SMA. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika, 3(2):143-148.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Susilawati, K., Putu B.A., dan Ida,.B.J.S. 2014. Pengaruh model siklus belajar 7e
terhadap pemahaman konsep biologi dan sikap ilmiah peserta didik. e-
Journal, (Online). volume 4. Depdiknas. 2006. Panduan Pengembangan
Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai