Anda di halaman 1dari 103

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya

meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk

meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Sedangkan kegiatan belajar mengajar merupakan inti pendidikan yang akan lebih efektif apabila siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Aktivitas siswa menyangkut fisik dan mental, bukan hanya untuk individu tetapi juga dalam kelompok sosial. Dengan demikian siswa akan mendalami, menghayati dan menarik pelajaran dan pengalamannya sebagai hasil belajar yang merupakan bagian dari dirinya. Proses pembelajaran tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa

siswa aktif dan kreatif belajar untuk mencapai perubahan tingkah laku. Dalam pelaksanaannya sering dijumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar, yang mungkin di karenakan penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Suryosubroto (1997:19) menyatakan proses belajar dan mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yakni pengajaran. Proses pembelajaran Fisika sering membuat siswa merasa kesulitan memahami pelajaran yang guru sampaikan, kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran bahkan menjadikan pelajaran Fisika sebagai pelajaran yang membosankan bagi mereka. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional, yaitu guru membacakan atau

membawakan bahan yang sudah dipersiapkan sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan sebagaimana yang dicontohkan oleh guru sehingga siswa hanya pasif. Berkaitan dengan masalah-masalah di atas, pembelajaran yang terjadi di SMP Negeri 9 Banda Aceh setelah peneliti melakukan observasi pendahuluan ditemukan permasalahan antara lain: (1) Kurangnya media pembelajaran yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran, (2) Kurangnya minat belajar siswa saat pembelajaran, (3) Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran, (4) kegiatan

pembelajaran di kelas yang masih satu arah atau monoton, (5) Siswa lebih menyenangi pembelajaran dengan disertai media, (6) Siswa sulit memahami konsep Fisika. Pelajaran Fisika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran yang sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru Fisika. Rendahnya hasil belajar Fisika karena siswa kurang menarik dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, baik metode maupun pendekatan yang digunakan para guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam kegiatan pembelajaran siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran Fisika sehingga mudah merasa jenuh karena model pembelajaran yang kurang bervariasi dan tidak adanya alat peraga yang menarik. Model mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Salah satu model pembelajaran Fisika yang dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah quantum learning.

Pembelajaran quantum learning adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan karena guru mengubah segala sesuatu yang ada disekelilingnya sehingga siswa bergairah belajar. Dalam hal ini, quantum learning merupakan salah satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan,

menyenangkan, dan menggairahkan. Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching atau Quantum learning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi

cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum teaching menggunakan prinsip-prinsip komunikasi ampuh, diperkuat dengan pendekatan multisensori, multikecerdasan, dan berdasarkan kerangka rancangan belajar Quantum teaching yang dikenal TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, Rayakan). SuperCamp menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan. Quantum teaching dimulai di SuperCamp, Vos-Groenendal pada tahun 1991 melakukan penelitian terhadap siswa-siswa mulai usia sembilan hingga dua puluh empat tahun memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal membaca cepat, menulis, berkreativitas, berkomunikasi, dan membina hubungan kiat-kiat yang meningkatkan kemampuan mereka menguasai segala hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti SuperCamp mendapatkan nilai yang baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (Deporter, 2000: 32). Disamping model pembelajaran, pemilihan alat peraga juga sangat penting untuk menunjang pembelajaran. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, model dan alat serta evaluasi. Unsur model dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan

penting sebab adanya alat ini bahan dapat dengan mudah di pahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Sebagaimana Djamarah, Saiful Bahri (1996 : 3) menyatakan bahwa Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan adanya alat bantu. Wijaya dan Rusyan (1994 : 137) menyatakan bahwa Media alat peraga berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar. Penerapan metode pembelajaran quantum learning dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Fisika khususnya pada konsep suhu dan pengukuran melibatkan peserta didik untuk aktif dengan bimbingan guru, agar konsep yang ada dipokok bahasan itu dapat di pahami dengan benar. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan Model Quantum Learning Dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu dan Pengukuran Di Kelas VII SMP Negeri 9 Banda Aceh .

1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana peningkatan hasil belajar Fisika siswa pada konsep suhu dan pengukuran di SMP Negeri 9 Banda Aceh dengan menerapkan model Quantum learning menggunakan alat peraga. 2. Bagaimana aktifitas guru dan siswa pada proses belajar mengajar dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. 3. Bagaimana keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model Quantum learning menggunakan alat peraga. 4. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga di SMP Negeri 9 Banda Aceh.

1.3 Tujuan Penelitian Memperhatikan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran

diperlukan usaha-usaha agar terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui peningkatan hasil belajar Fisika siswa pada konsep suhu dan pengukuran di SMP Negeri 9 Banda Aceh dengan penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. 2. Mengetahui aktifitas guru dan siswa pada proses belajar mengajar dengan penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.

3. Mengetahui keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran dengan penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. 4. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga di SMP Negeri 9 Banda Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya serta pembaca pada umumnya mengenai kegunaan alat peraga dalam model Quantum learning. 2. Sebagai penambah bahan acuan bagi guru Fisika dalam memberikan materi pelajaran. 3. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Fisika di kelas VII dengan penerapan model Quantum learning menggunakan alat peraga.

1.5 Definisi Istilah Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman dalam penafsiran tentang istilah-istilah yang digunakan dalam skripsi ini, maka ada baiknya penulis menjelaskan pengertiannya. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut : 1). Model Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas (Agus Suprijono, 2009 : 46).

2). Quantum Learning Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai sesuatu untuk melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia) (Deporter, 2004 : 14). 3). Alat Peraga Alat peraga adalah Suatu alat yang di pergunakan untuk dapat lebih memperjelas atau membuat pelajaran lebih konkrit dan siswa pun lebih terdorong untuk belajar serta membuat situasi selama proses belajar mengajar lebih bervariasi (Darwis A. Soelaiman, 1990 : 13). 4). Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Mulyono Abdurrahman, 1999:37) 5). Suhu dan Pengukuran Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Sedangkan pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya yang dianggap sebagai patokan (M.M, Bob Foster, 1997 : 3). 6). Fisika Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan pengertian Fisika itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam dan benda-benda mati.

Fisika berhubungan dengan benda-benda yang nyata, yang dapt diukur dengan suatu alat ukur (Supiyanto, 2002 : 2).

10

BAB II LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Quantum learning Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang berusaha mengubah suasana belajar yang menoton dan membosankan kedalam suasana belajar gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis dan emosi siswa. DePorter (2003:14) mengemukakan bahwa Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum Learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara belajar dan bermain antara ransangan internal dan eksternal, dan pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar. Quantum Learning adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, semua kehidupan adalah energi. Pemaknaan Quantum Learning adalah kiat, petunjuk strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Pendidikan memiliki peranan utama dalam mengembangkan perubahan individu dan sosial kearah yang lebih baik. Untuk itu perlu dorongan terhadap pendidikan dan peserta didik untuk melakukan perubahan dan pembaharuan. Salah satu pembaharuan yang perlu di lakukan adalah dengan menggunakan sebagian metode dan model pembelajaran dikelas, seperti model Quantum Learning.

11

2.1.1 Konsep Quantum learning Konsep kunci Quantum learning dari berbagai teori dan strategi belajar yang digunakan antara lain: a. Teori otak kanan/kiri b. Pilihan modalitas (visual, auditorial dan karakteristik) c. Teori kecerdasan ganda d. Pendidikan holistik (menyeluruh) e. Belajar berdasarkan pengalaman f. Belajar dengan simbol (metaphoric learning) g. Simulasi/permainan ( Yatim Riyanto, 2009 : 185) 2.1.2 Paradigma Belajar Model Quantum Learning Dalam belajar model Quantum learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang harus di anut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut: a. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator. b. Bagi kebanyakan orang akan belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan rileks. c. Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berfikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang di berikan oleh fasilitator.

12

d. Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat di sajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung. e. Dalam menyerap dan mengolah informasi otak menguraikan dalam bentuk simbol atau asoaiatip sehingga materi akan lebih mudah dicerna bila lebih banyak disajikan dalam bentuk gambar, diagram dan simbol. f. Kunci menuju kesuksesan model Quantum learniang adalah latar belakang (background) instrumental yang telah terbukti memberi pengaruh positif dalam proses pembelajaran. g. Penggunaan warna model Quantum Learning dapat meningkatkan daya tangkap dan ingat sebanyak 78%. h. Metoda peran dimana peserta berperan lebih aktif dalam membahas materi sesuai dengan pengalamannya melalui pendekatan terbalik yaitu membuat belajar serupa bekerja (pembelajaran orang dewasa). i. Sistem penilaian yang disarankan untuk abad 21 dalam pembelajaran adalah 50% penilaian diri sendiri, 30% penilaian teman, 20% penilaian trainer atau atasan (Jeannette Vos). j. Umpan balik yang positif akan mampu memotivasi anak untuk berprestasi namun umpan balik negatif akan membuat anak menjadi frustasi. Salah satu metode yang digunakan adalah Quantum learning dan contoh pendekatan tang digunakan adalah : pendekatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi dan rayakan) merupakan kerangka perancangan pengajaran Quantum teaching. Unsur-unsur ini membentuk basis struktural keseluruhan yang melandasi Quantum Teaching (Deporter, 2004 : 289). Kemudian

13

Sutrisno

(2007)

dalam

http://blog.unila.ac.id/momon/2012/04/03/

bagaimana-

strategi-pembelajaran-quantm-teaching menyatakan bahwa : Jika strategi TANDUR ini digunakan dengan baik maka akan di peroleh pembelajaran yang membuat siswa (dan guru) aktif, dengan begitu berkembanglah, inovatif, dengan inovatif, siswa terdorong termotivasi berbuat, dan bertindak ke hal-hal yang belum di lakukan oleh temannya, kreativitas baik siswa maupun guru, sehingga proses situ berjalan dengan efektif, dan akhirnya menyenangkan bagi semua (Pakem). Quantum Learning yaitu kumpulan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan disekitar situasi belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat ilmiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum learning menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar baru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan menggunakan model Quantum Learning, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa. Quantum Learning adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang maksimalkan momen belajar, sehingga berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar.

14

2.1.3 Quantum Learning Dengan Pendekatan TANDUR Tinjauan mengenai pendekatan TANDUR adalah sebagai berikut : 2.1.3.1 Tumbuhkan Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu dalam bentuk : Apakah Manfaat Bagiku (AMBAK) jika aku mengikuti topik pelajaran ini dengan guruku?. Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana rileks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa. 2.1.3.2 Alami Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk menjelajah. Cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Kegiatan apa yang dapat di berikan agar pengetahuan dan keterampilan yang sudah di miliki siswa bertambah. 2.1.3.3 Namai Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak mereka untuk menulis dikertas, menamai apa saja yang mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan namanama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya. 2.1.3.4 Demonstrasikan Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan (kompetensi) dan informasi (nama) yang cukup, sudah saatnya dia mendemonstrasikan dihadapan guru, teman, maupun saudara-saudaranya.

15

2.1.3.5 Ulangi Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tahu pada diri siswa. 2.1.3.6 Rayakan Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Jadi, jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik, layak untuk dirayakan dengan : Bertepuk tangan, bernyayi bersama-sama, atau secara bersama-sama mengucapkan : aku berhasil. 2.1.4 Kerangka Perancangan Quantum learning Kerangka perancangan pengajaran Quantum learning dengan pendekatan TANDUR adalah sebagai berikut : Tumbuhkan yaitu : Sertakan diri siswa, pikat siswa dan puaskan AMBAK (apa manfaat bagiku) mengikuti pembelajaran ini. Alami yaitu : Berikan siswa pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui. Namai yaitu : Sediakan kata kunci, konsep, rumus. Demonstrasikan : Berikan kesempatan bagi siswa untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Rayakan yaitu : Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi positif (Bobbi Deporter, 2000:128).

16

2.1.4.1 Langkah-langkah model Quantum Learning (dengan menggunakan pendekatan TANDUR) 1. Tumbuhkan minat belajar siswa. 2. Berikan siswa tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. 3. Mengajarkan konsep kepada siswa. 4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengajarkan kepada pengetahuan baru mereka kepada orang lain. 5. Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. 2.1.4.2 Skenario pembelajaran model Quantum Learning a. Kegiatan Pendahuluan ( 10 menit) 1. Guru memberikan pretest kepada siswa 2. Guru memotivasi siswa berupa memberikan pertanyaan 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini b. Kegiatan Inti ( 60 menit) 1. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok 2. Guru meminta siswa menyebutkan beberapa contoh penerapan suhu dalam kehidupan sehari-hari 3. Guru menjelaskan materi tentang suhu 4. Guru menjelaskan langkah-langkah mendemonstrasikan alat ukur suhu 5. Melalui diskusi kelompok siswa di beri tugas untuk mengulangi pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya

17

6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik 7. Guru memberi soal c. Kegiatan Penutup ( 10 menit) 1. Siswa dibimbing oleh guru membuat kesimpulan hasil belajar 2. Guru memberikan evaluasi berupa postest.

2.2 Pengertian Alat Peraga Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Arief S. Sadiman, (2005 : 7) menyatakan Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat di manipulasi, dapat di lihat, di dengar, dan di baca. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 2.2.1 Jenis-jenis Alat Peraga Sejalan dengan perkembangan atau pertumbuhan pengetahuan atau teknologi yang semakin pesat dewasa ini, maka berbagi macam alat peraga sudah dapat di peroleh oleh guru dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran. Karakteristik media juga dapat di lihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera

18

penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun penciuman, atau kesesuaiannya dengan tingkatan belajar. Menurut Arief S.Sadiman, dkk (2005 : 27) Jenis alat peraga dapat dibagi dalam tiga (tiga) jenis, yaitu : (1) Alat peraga grafis, (2) Alat peraga Audio, (3) Alat peraga Audio Visual. 1). Alat peraga grafis (Media visual) Alat peraga grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya alat peraga yang lain alat peraga grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang di pakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu di pahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya alat peraga grafis termasuk alat peraga yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Alat peraga grafis diantaranya : gambar (foto), sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, peta dan globe. 2). Alat Peraga Audio (Media audio) Alat peraga audio yaitu alat peraga yang berkaitan dengan indra pendengar. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata lisan) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio, antar lain : Radio, Alat perekam pita magnetik, piring hitam dan laboratorium bahasa.

19

3). Alat Peraga Audio Visual (Media Proyeksi Diam) Alat peraga audio mempunyai persamaan dengan media grafis dalam arti penyajiannya ransangan-ransangan visual. Selain itu bahan grafis banyak sekali dipakai dalam media proyeksi diam. Perbedaan yang jelas diantaranya adalah pada media grafis dapat secara langsung berinteraksi dengan pesan media yang bersangkutan pada media proyeksi, pesan tersebut harus diproyeksikan dengan proyektor agar dapat dilihat oleh sasaran terlebih dahulu. Adakala media jenis ini disertai dengan rekaman audio, tapi ada pula yang hanya visual saja. Alat peraga yang didengar dan dilihat contohnya : proyektor dan televisi. 2.2.2 Alat Peraga Termometer Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Termometer. Termometer adalah alat ukur suhu yang sering digunakan. Sebuah termometer biasanya terdiri dari sebuah pipa kaca berongga sempit dan panjang, disebut pipa kapiler, yang di dalamnya berisi zat cair. Biasanya alkohol atau raksa (merkuri), sedangkan bagian atas cairan adalah ruang yang hampa udara. 2.2.3 Fungsi Alat Peraga Dalam Proses Belajar Mengajar Secara umum alat peraga mempunyai kegunan sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media alat peraga berguna untuk a. Menimbulkan kegairahan belajar

20

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bila mana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan alat peraga, yaitu dengan kemampuannya dalam : a. Memberikan perangsang yang sama b. Mempersamakan pengalaman c. Menimbulkan persepsi yang sama.

2.3 Hasil Belajar Siswa Secara umum hasil belajar didefenisikan status bentuk pertumbuhan dan perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan. Tingkat kemampuan peserta didik dalam proses belajar-mengajar dapat diketahui dari hasil belajarnya. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:37) Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan hasi l dari interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

21

penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan suatu perubahan dibidang kognitif, belajar sensorik-psikomotorik, belajar dinamik-afektif dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku (Winkel, 1991 : 3). Berdasarkan kutipan di atas bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa berdasarkan kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh karena adanya suatu usaha yang dicurahkan oleh anak, intelegensi, dan kesempatan yang diberikan kepada anak untuk mencapai hasil belajar tersebut. Jadi hasil belajar Fisika adalah hasil yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang di peroleh dari hasil tes. Indikator yang digunakan untuk menetapkan hasil belajar mengacu pada ranah kognitif(kognitif domain), yaitu : ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan atau aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6). Berkenaan dengan hasil belajar, hasil pengukuran dan penilaian pendidikan tidak hanya berguna untuk mengetahui penguasaan siswa atau berbagai hal yang pernah diajarkan atau dilatih, melainkan juga untuk memberikan gambaran tentang proses pendidikan secara lebih menyeluruh.

22

2.4 Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) 2.4.1.Pengertian penelitian Tindakan Kelas (Action Research) Pada penelitian tindakan kelas, dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari prinsip-prinsipnya. Adapun yang menjadi prinsip pelaksanaan penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain : 1. PTK tidak boleh mengganggu pembelajaran dan tugas-tugas mengajar guru. 2. PTK tidak boleh banyak menghabiskan waktu, karena itu PTK sudah harus dirancang dan dipersiapkan dengan rinci dan matang. 3. Pelaksanaan PTK hendaknya konsisten dengan rancang yang telah dibuat. 4. Masalah yang dikaji haruslah merupakan masalah yang benar-benar ada dan dihadapi oleh guru. 5. Pelaksanaan PTK harus mengikuti etika kerja yang berlaku (memperoleh ijin kepala sekolah, membuat laporan dan lain-lain). 6. Harus selalu menjadi lebih fokus bahwa PTK bertujuan untuk menjadikan adanya perubahan atau peningkatan mutu proses dan hasil belajar, melalui serangkaian kegiatan pembelajaran, oleh karena itu adanya kemauan dan kemampuan untuk merubah menjadi sangat penting. 7. PTK dimaksudkan pula untuk membelajarkan guru agar meningkatkan dalam kemauan dan kemampuan berfikir kritis dan sistematis. 8. PTK juga bertujuan untuk membiasakan atau membelajarkan guru untuk menulis, membuat catatan berbagai kegiatan akademik lain. 9. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam.

23

10. PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahap utama kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Menurut Arikunto (2006:2) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Selanjutnya, pada penelitian tindakan kelas, dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari prinsipprinsipnya. Prinsip pelaksanan penelitian tindakan menurut Arikunto (2006:3) antara lain: 1. Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin. 2. Penelitian tindakan dilakukan atas adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja 3. Penelitian tindakan harus dimulai dengan mselakukan analisis SWOT, terdiri atas unsur-unsur Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threat (ancaman). 2.4.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) Secara umum Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk : 1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran. 2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima. 3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya. 4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.

24

5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran (Mulyasa, 2009 : 89).

2.5 Suhu dan Pengukurannya Suhu atau temperatur merupakan salah satu besaran pokok yang sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Pada siang hari kita merasa panas, sebaliknya pada malam hari terasa dingin. Api terasa panas, sedangkan es terasa dingin. Sukarmin (2008:16) menyatakan Suatu benda dikatakan panas berarti benda tersebut bersuhu tinggi, demikian juga sebaliknya, benda dikatakan dingin berarti benda tersebut bersuhu rendah. Jadi suhu menyatakan ukuran tingkat atau derajat panas atau dinginnya suatu benda. Alat ukur suhu yang sering digunakan adalah termometer. Sebuah termometer biasanya terdiri dari sebuah pipa kaca berongga sempit dan panjang, disebut pipa kapiler, yang di dalamnya berisi zat cair, biasanya alkohol atau raksa (merkuri), sedangkan bagian atas cairan adalah ruang yang hampa udara. Agar pengukuran suhu dengan menggunakan termometer dapat diketahui nilainya, maka pada dinding kaca termometer diberi skala. Tidak semua termometer menggunakan skala yang sama. Antara lain dikenal skala celcius (C), rearmur (R) fahrenheit (F), kelvin (K). Perbandingan skala Celcius dan Fahrenheit.

25

Gambar 2.1 Kaitan skala pada termometer Perbandingan skala antara keempat jenis termometer tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : C : R : F : K = 100 : 80 : 180 : 100 C : R : F : K = 5 : 4 : 9 : 5 Keterangan : C (derajat Celcius) R (derajat Reaumur) F (derajat Fahrenheit) K (Kelvin)

26

Berdasarkan Gambar 2.1 tersebut dapat diketahui bahwa: a. Termometer skala Celcius: Titik didih air skala. b. Termometer skala Reamur: Titik didih air skala. c. Termometer skala fahrenhait: Titik didihnya air 180 skala. d. Termometer skala Kelvin: Titik didih air 373 K, titik bekunya 273 K. skala Reamur dibagi dalam 100 skala. Konversi Skala Termometer Hubungan skala Celcius dan Fahrenheit: , titik bekunya . Skala Fahrenheit dibagi dalam , titik bekunya Skala Reamur di bagi dalam 80 , titik bekunya . Skala Celcius dibagi dalam 100

atau Hubungan skala Celcius dengan Kelvin:

atau Hubungan skala Celcius dengan Reamur:

atau

27

Jenis-Jenis Termometer Termometer yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari banyak jenisnya, di antaranya termometer klinis, termometer ruangan, dan termometer maksimumminimum. Setiap jenis termometer tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. fungsi dari jenis-jenis termometer tersebut adalah sebagai berikut: A). Termometer Klinis

Gambar 2.2 Termometer Klinis Termometer klinis sering digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Umumnya, termometer ini digunakan oleh para dokter untuk mengetahui suhu badan pasiennya. Termometer ini mempunyai skala dari 35 C sampai dengan 42 C. Hal ini dikarenakan suhu tubuh manusia tidak pernah kurang dari 35 C atau tidak pernah lebih dari 42 C. Bagian-bagian termometer ini terdiri atas tabung (terbuat dari kaca tipis), bagian sempit, batang kaca, dan air raksa.

28

B). Termometer Ruangan

Gambar 2.3 Termometer Ruangan Termometer ruangan adalah termometer yang digunakan untuk mengukur suhu suatu ruangan. Termometer ini umumnya mempunyai skala dari 20 C sampai 50 C. Untuk memudahkan pembacaan suhu, termometer ini biasanya diletakkan menempel pada dinding dengan arah vertikal. Termometer ini biasa di tempel di dinding suatu ruangan agar mengetahui suhu pada ruangan tersebut. C). Termometer Maksimum-Minimum

Gambar 2.4 Termometer Maksimum-Minimum

29

Termometer maksimum-minimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi dan suhu terendah di suatu tempat. Termometer ini dapat mengukur suhu maksimum dan suhu minimum sekaligus. Hal ini dapat dilakukan karena termometer maksimum-minimum terdiri atas raksa dan alkohol. Raksa digunakan untuk mengukur suhu maksimum, sedangkan alkohol digunakan untuk mengukur suhu minimum (Mikrajuddin Abdullah, 2006:29).

30

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action reseach). Salah satu ciri khusus dari penelitian kelas ini adalah sikap reflektif yang berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas secara terus menerus bertujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya guna memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan berikutnya. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat 4 tahapan utama kegiatan. Menurut Sukardi (2003:212), metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) terdiri dari 4 langkah, yaitu: 1. Rencana ; kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. 2. Tindakan ; tindakan apa yang dilakukan guru sebagai perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. 3. Observasi ; mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan. 4. Refleksi ; Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil dari tindakan di berbagai kriteria.

3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Banda Aceh yang berlokasi di Jl. H.T. Daudsyah No. 26 Peunayong, mulai tanggal September 2012. September 2012 sampai 29

31

3.3 Sumber Data dan Subjek Penelitian Untuk penelitian ini yang dijadikan subjek adalah siswa kelas VII SMP Negeri 9 Banda Aceh tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 26 orang. Selanjutnya, objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar Fisika kelas VII1 pada pokok bahasan suhu dan pengukuran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga di SMP Negeri 9 Banda Aceh.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, yaitu penelitian tindakan kelas, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk setiap kali pertemuan adalah mengikuti siklus rancangan tindakan kelas, yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi seperti pada siklus. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan sebagai berikut : 3.4.1 Tahapan Perencanaan Pada tahap ini peneliti menjelaskan bagaimana tahapan perencanaan penelitian tindakan kelas. Agar mendapatkan hasil yag optimal sebaiknya penelitian dilakukan berpasangan, PTK yang dilakukan oleh guru sendiri memiliki kelemahan, karena para guru umumnya kurang akrab dengan teknik-teknik dasar penelitian dan tidak memiliki banyak waktu. Selanjutnya, guru melakukan tindakan, yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP pertemuan 1 yang telah di susun. Pada saat KBM berlangsung di lakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa serta

32

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga oleh dua orang pengamat. Setelah KBM berlangsung, maka siswa diberikan postest. Dari evaluasi yang direncanakan tadi maka akan didapat siswa-siswi yang belum tuntas. Berdasarkan model Quantum Learning, maka siswa yang belum tuntas belum bisa melanjutkan ke sub-bab kedua. Untuk itu di perlukan program perbaikan/remedial yang harus dilaksanakan sebaik mungkin. Kemudian guru dan pengamat melaksanakan kegiatan refleksi terhadap pelaksanaan RPP-1. Hasil refleksi yang di berikan oleh pengamat di jadikan pedoman oleh guru dalam merevisi berbagai kelemahan pada RPP-1 dalam menyusun RPP-2. Berdasarkan hasil refleksi atau masukan pada kegiatan pembelajaran pertama. Peneliti menyiapkan RPP-2 tentang skala suhu, di sesuaikan dengan hasil pretest. Selanjutnya peneliti melakukan tindakan yaitu melaksanakan KBM berdasarkan RPP-2. Pada saat guru melaksanakan KBM berlangsung di lakukannya pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa serta kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Learning. Setelah KBM berlangsung maka siswa di berikan postest. Pada tahap perencanaan penulis melakukan kegiatan yaitu: 1) Merencanakan siklus yang terdiri dari 3 siklus. 2) Menentukan kelas sample. 3) Menentukan materi yaitu pada pokok bahasan Suhu dan Pengukuran. 4) Menyusun RPP sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

33

5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). 6) Menyusun kisi-kisi soal. 7) Menyusun instrumen respon siswa terhadap perangkat dan pelaksanaan KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. 8) Menyusun lembaran pengamatan aktivitas guru dan siswa dan lembaran pengamatan pengelolaan kelas dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. 9) Menyusun alat evaluasi 3.4.2 Tahap Pelaksanaan Sebelum dilakukan tatap muka untuk sub bab yang pertama, terlebih dahulu dilakukan pretes untuk menguji kemampuan awal siswa. Pelaksanaan KBM untuk setiap kali pertemuan mengikuti siklus rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom action research), yaitu rencana-tindakan-observasi-refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana pembelajaran (RPP-1) tentang materi suhu yang terdiri atas pengertian suhu, alat ukur suhu dan jenis-jenis termometer dan disesuaikan dengan hasil pretes. Disamping itu peneliti juga mempersiapkan alat perangkat pembelajaran lainnya yang dibutuhkan pada RPP-1. Setelah memperoleh hasil belajar siswa maka guru kembali menilai siswa secara individu, serta mempersiapkan program perbaikan kepada siswa yang belum tuntas. Selanjutnya guru dan pengamat melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan RPP-2 serta menyusun rencana pertemuan ketiga tentang, hingga keseluruhan RPP selesai dilaksanakan.

34

3.4.3 Tahap Pengamatan Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengamati prosedur pelaksanaan pembelajaran,termasuk didalamnya aktifitas siswa serta mencatat semua hal-hal yang perlu yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, untuk dijadikan bahan masukan guna penyempurnaan pada siklus-siklus selanjutnya. Pengamatan ini dilakukan oleh seorang guru mitra (teman peneliti). 3.4.4 Tahap Refleksi Refleksi artinya merenungkan apa yang sudah dikerjakan. Kegiatan ini bertujuan mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan melalui kegiatan pada siklus selanjutnya. Mulyasa (2009:71) menyatakan Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

3.5 Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: 3.5.1 Lembar tes hasil belajar siswa Lembar tes tertulis ini berisi tes berbentuk objektif dengan empat pilihan yaitu a, b, c, dan d. Jumlah soal tes ini sesuai dengan jumlah indikator yang dirumuskan dalam RPP. Lembar tes hasil belajar siswa ditentukan dengan

ketuntasan individual dan klasikal. Siswa dapat melanjutkan ke KBM selanjutnya

35

secara klasikal bila dalam waktu terjadwal sebagian besar siswa mencapai kompetensi minimal 85 % dan secara individual mencapai kompetensi minimal 75 % (Susilo, 2007:160). 3.5.2 Lembar Pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga digunakan untuk mengetahui aktivitas fisik yang dilakukan oleh guru dan siswa selama KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. 3.5.3 Lembar Pengamatan Keterampilan Guru Lembar pengamatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada materi pengukuran suhu digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan memberikan tanda cek () yang sesuai dengan kolom yang tersedia. Dengan skala penelitian 1 (tidak baik), 2 (kurang baik), 3 (cukup baik), 4 (baik). 3.5.4 Respon siswa terhadap perangkat dan KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga Lembar pengamatan ini disusun untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga yang diterapkan oleh guru selama kegiatan belajar mengajar. Lembar pengamatan ini disusun dalam bentuk angket yang didalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai komponen-komponen pembelajaran yaitu materi yang diajarkan, suasana kelas, cara guru mengajar, komentar siswa tentang keuntungan dengan menerapkan

36

model Quantum Learning menggunakan alat peraga, dan komentar siswa tentang harapan mengikuti pembelajaran berikutnya dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga, serta komentar siswa tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.

3.6 Teknik Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini mengguanakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif mempunyai fungsi untuk menggolongkan atau mengelompokkan data yang belum teratur menjadi susunan yang teratur dan mudah diinterpretasikan. Selain itu statistik deskriptif juga memberikan, memaparkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga data yang diperoleh dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Hal ini sesuai dengan Anas Sudijono (2009:4) mengemukakan Statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu. Data hasil belajar siswa berupa tes subjektif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan menentukan ketuntasan individual dan klasikal. Siswa dapat melanjutkan ke KBM selanjutnya secara klasikal bila dalam waktu terjadwal sebagian besar siswa mencapai kompetensi minimal 85 % dan secara individual mencapai kompetensi minimal 75 % (Susilo, 2007:160).

37

1. Untuk tingkat ketuntasan individual


P f x 100 % N

(Anas Sudijono, 2009:43)

Keterangan: P f N = Persentase yang dicari = Frekuensi soal yang dijawab benar = Jumlah soal

2. Untuk tingkat ketuntasan klasikal


P f x 100 % N

(Anas Sudijono, 2009:43)

Keterangan: P = Persentase yang dicari f = Frekuensi siswa yang menjawab benar N = Jumlah siswa 3.6.1 Analisis Data Aktivitas Guru dan Siswa dalam KBM Pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga Data aktivitas guru dan siswa dalam KBM dengan penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga dianalisis menggunakan metode deskriptif persentase, yaitu:
P f x100% N

(Anas Sudijono, 2005:43)

Keterangan: P f N = Angka persentase yang dicari = Frekuensi aktivitas yang dilakukan = Banyak aktivitas yang dilakukan

38

3.6.2

Analisis Data Keterampilan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran ini digunakan untuk

mengetahui keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, dianalisis sesuai dengan apa yang terdapat dalam setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Data keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dengan penerapan model Quantum Learning menggunakan alat peraga dianalisis berdasarkan hasil skor rata-rata pengamatan. Dengan pretasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Budiningarti (1998:10) seperti pada Tabel 3.1 Tabel 3.1 Skor Prestasi Keterampilan Guru Skor Konteks 1,00-1,69 Kurang baik 1,70-2,59 2,60-3,50 3,51-4,00 Sumber : Budiningarti, 1998 3.6.3 Analisis data respon siswa terhadap perangkat dan KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga Lembar data respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan statistik deskriptif persentase, yaitu:
f x100 % N

Sedang Baik Baik sekali

(Anas Sudjiono, 2005:43)

Keterangan: P = Angka persentase f = Frekuensi jawaban siswa N = Jumlah siswa.

39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan analisis hasil penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan data hasil penelitian. 4.1 Siklus Pertama Setelah semua rencana penelitian dipersiapkan, peneliti (sebagai guru) melaksanakan tindakan di kelas, yang diamati oleh dua orang pengamat. Dengan subjek penelitian yaitu kelas VII1 SMP Negeri 9 Banda Aceh. Pada siklus pertama ini, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan tindakan yang telah dipersiapkan dengan materi Suhu dan Pengukuran. Rencana tindakan itu diterapkan melalui langkah-langkah berikut : 4.1.1 Perencanaan (Planing) Pada setiap tatap muka guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), soal pre-test dan post-test, LKS, serta instrumen penelitian lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, serta lembar pengamatan pengelolaaan pembelajaran dan lembar respon siswa terhadap kegiatan PBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. Persiapan ini semuanya disesuaikan dengan materi dan permasalahan yang akan disajikan. Langkah-langkah dalam perencanaan pada siklus 1 yaitu : 1. Guru memberikan pre-test secara keseluruhan kepada siswa. 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus I. 3. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan pengetahuan siswa dengan kehidupan sehari-hari.

40

4. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi hari ini. 5. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dan membagi siswa dalam 6 kelompok belajar, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang. 6. Guru menjelaskan langkah-langkah dalam melakukan demonstrasi. 7. Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. 8. Melalui diskusi kelompok, siswa diberi tugas untuk mengulangi pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya. 9. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, dan hadiah terhadap keberhasilan siswa. 10. Di akhir pembelajaran guru akan mengadakan penilaian dengan mengadakan post-test guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran. 11. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya atau untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan selanjutnya.

41

4.1.2 Tindakan (Action) Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Aktivitas guru 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya 3. Memotivasi siswa 4. Membimbing siswa dalam membentuk kelompok belajar 5. Membagi LKS kepada tiap kelompok 6. Menjelaskan langkah-langkah demonstrasi 7. Meminta siswa untuk mengulangi pengetahuan dengan mempersentasikan hasil demonstrasinya 8. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik 9. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran 10. Mengevaluasi siswa Aktivitas siswa 1. Mendengar/memperhatikan penjelasan guru 2. Menjawab pertanyaan dari guru 3. Menimbulkan reaksi terhadap masalah yang diberikan guru 4. Melaksanakan perintah guru 5. Menerima LKS yang diberikan guru 6. Mendengarkan penjelasan guru

42

7. Melaksanakan perintah guru 8. Menerima penghargaan oleh guru 9. Membuat kesimpulan materi 10. Mengerjakan soal Semua rencana tindakan yang telah dirumuskan guru untuk pertemuan 1 atau selama siklus I dapat dilaksanakan secara teratur oleh guru mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir. 4.1.3 Pengamatan (Observation) Setelah guru melaksanakan semua rencana tindakan selama siklus I di kelas VII1 pada SMP Negeri 9 Banda Aceh dengan menggunakan model Quantum Learning menggunakan alat peraga, berdasarkan hasil pengamatan pengamat 1 dan pengamat 2 dapat dikategorikan cukup baik dengan nilai rata-rata 3,15. Pada siklus I masih terdapat aspek yang harus ditingkatkan yaitu guru harus harus lebih memotivasi siswa saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga adanya kesinambungan antara guru dan siswa. Hal ini disebabkan siswa masih cenderung ragu-ragu dalam mengungkapkan permasalahan yang dihadapi. 4.1.4 Refleksi dan Tindak Lanjut Setelah guru melaksanakan KBM pada siklus I dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga, telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru. Pengaruh ini dapat ditinjau dari keberhasilan dan kelemahan baik dari segi guru maupun siswa, antara lain :

43

1. Keberhasilan guru dan siswa - Kemampuan guru dalam mengelola proses belajar siswa dengan menerapkan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga sebagai sumber pembelajaran yaitu sebesar 10 % - Kemampuan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar sesuai materi suhu dan pengukuran yang diterapkan di dalam model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga yaitu sebesar 11 %. - Hasil tes siswa pada siklus I secara individual telah tuntas sebesar 88,47% ada 3 orang siswa yang belum tuntas. Secara klasikal sebesar 60 % dan dinyatakan belum tuntas dengan 10 soal tes terdapat 4 soal tes yang belum tuntas. 2. Kelemahan guru dan siswa Upaya guru untuk menerapkan proses belajar mengajar dengan model Quantum Learning menggunakan alat peraga sesuai dengan rencana yang disusun pada RPP-1, karena berdasarkan hasil pengamatan pada guru masih kurang dalam memotivasi siswa saat pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tindakan yang direncanakan oleh guru (peneliti), menurut pengamat belum memadai, perlu diperbaiki pada kegiatan-kegiatan memotivasi siswa. Dalam mengajukan pendapat dan pertanyaan didominasi oleh siswa yang pintar. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan pengamat selama tatap muka pada siklus I, telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengaruh dari tindakan yang

44

diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus I secara individual telah tuntas sebesar 88,47% ada 3 siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal belum tuntas yaitu sebesar 60% dengan 10 soal tes, 4 soal tes yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan dengan memberikan pekerjaan rumah, tugas yang diberikan sesuai dengan soal-soal yang belum tuntas dan dikumpulkan pada pertemuan kedua.

4.2 Siklus Kedua Berdasarkan refleksi yang ada pada siklus I, maka guru bersama pengamat menetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus I perlu perbaikan pada siklus 2 agar pembelajaran berlangsung secara optimal. 4.2.1 Perencanaan (Planing) Pada siklus II akan dilakukan perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang terdapat pada siklus I dengan pembelajaran yang lebih sesuai pada RPP-2. Guru mempersiapkan RPP untuk pertemuan kedua, Lembar Kerja Siswa (LKS), soal pretes dan soal postes, serta instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa. Pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan RPP-2 yang dilakukan dari perbaikan Siklus I sehingga ada peningkatan ketuntasan tes hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal. Persiapan untuk pelaksanaan rencana tersebut berupa: 1. Guru memberikan pre-test kedua. 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus II.

45

3. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan pengetahuan siswa dengan kehidupan sehari-hari. 4. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi hari ini. 5. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dan membagi siswa dalam 6 kelompok belajar, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang. 6. Melalui diskusi kelas, guru menginformasikan cara membaca skala termometer yang benar. 7. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan, pengukuran suhu suatu objek, dan pembacaan skala pada termometer. 8. Melalui diskusi kelompok, peserta didik diberi tugas membandingkan skala pada termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. 9. Guru menginformasikan cara pembacaan skala termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit. Dengan perbandingan : Tc : Tk :Tr : (Tf - 32) = 5 : (Tc + 273) : 4 : 9 10. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Di akhir pembelajaran guru juga mengadakan penilaian dengan mengadakan post-test guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran. 11. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil

46

refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya atau untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan selanjutnya.

4.2.2 Tindakan (Action) Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Aktivitas guru 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya 3. Memotivasi siswa 4. Membimbing siswa dalam membentuk kelompok belajar 5. Menginformasikan cara membaca skala termometer yang benar 6. Menjelaskan langkah-langkah demonstrasi pengukuran suhu dan pembacaan skala termometer 7. Meminta siswa membandingkan skala pada termometer 8. Meminta siswa untuk mengulangi pengetahuan dengan mempersentasikan hasil demonstrasinya 9. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik 10. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran 11. Mengevaluasi siswa

47

Aktivitas siswa 1. Mendengar/memperhatikan penjelasan guru 2. Menjawab pertanyaan dari guru 3. Menimbulkan reaksi terhadap masalah yang diberikan guru. 4. Melaksanakan perintah guru 5. Mendengarkan penjelasan guru 6. Mendengarkan penjelasan guru 7. Melaksanakan perintah guru 8. Melakukan perintah guru 9. Menerima penghargaan oleh guru 10. Membuat kesimpulan materi 11. Mengerjakan soal Semua rencana tindakan yang telah dirumuskan guru dengan pengamat selama siklus II, dapat dilaksanakan secara teratur oleh guru mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir.

4.2.3 Pengamatan (Observation) Setelah guru melaksanakan semua rencana tindakan selama 2 kali tatap muka dan hasil pengamatan pengamat diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Penerapan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II, telah terjadi peningkatan lebih baik dibandingkan pada siklus I dan sesuai dengan RPP-2

48

2. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran cukup teratur sesuai dengan rencana pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada, hasil analisis pengelolaan pembelajaran dapat dikategorikan cukup baik dengan nilai rata-rata 3,67. 3. Siswa sudah mulai aktif dan antusias dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.

4.2.4 Refleksi dan Tindak Lanjut Setelah guru melaksanakan KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru, ini dapat ditinjau dari keberhasilan dan kelemahan baik dari segi guru maupun siswa, antara lain : 1. Keberhasilan guru dan siswa Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan rencana dan langkah-langkah pembelajaran sudah mulai ada peningkatan dari siklus I. Kemampuan siswa menyampaikan pendapat dan berdiskusi dalam kelompok semakin baik dan tidak lagi terlalu didominasi oleh anak-anak pintar saja. 2. Kelemahan guru dan siswa Kelemahan-kelemahan yang dialami oleh guru dan siswa yang masih perlu ditindaklanjuti dalam pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut:

49

Upaya guru untuk meningkatkan motivasi siswa sudah lebih baik dari siklus 1, namun masih ada siswa yang kurang antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar yang akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Walaupun siswa sudah mulai aktif dalam berdiskusi dan memberikan pendapat tetapi masih ada siswa yang merasa kurang percaya diri pada saat mengajukan pertanyaan dan menyampaikan pendapat. Kemampuan siswa dalam menjawab soal masih kurang. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan pengamat selama tatap muka pada siklus II, telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus II secara individual telah tuntas sebesar 92,30% terdapat 2 siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal belum tuntas dengan nilai 80 %, soal tes sebanyak 10 soal hanya 2 soal tes yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan dengan memberikan tugas yang dikerjakan di rumah, tugas yang diberikan sesuai dengan soal-soal yang belum tuntas dan dikumpulkan pada pertemuan ketiga.

50

4.3 Siklus Ketiga Berdasarkan refleksi yang ada pada siklus II, maka guru bersama pengamat menetapkan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus III perlu perbaikan pada siklus III agar pembelajaran berlangsung secara optimal. 4.3.1 Perencanaan (Planing) Pada siklus III akan dilakukan perbaikan atas kelemahan-kelemahan pada siklus II, yaitu pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga yang lebih sesuai dengan RPP-3, pelaksanaan tindakan yang lebih memadai guna memotivasi siswa untuk belajar, penggunaan waktu yang lebih sesuai dengan perencanaan RPP-3, dan peningkatan ketuntasan tes hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal. Persiapan untuk pelaksanaan rencana tersebut berupa: 1. Guru memberikan pre-test ketiga. 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada siklus III. 3. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan pengetahuan siswa dengan kehidupan sehari-hari. 4. Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi hari ini. 5. Menjelakan materi tentang pengukuran suhu 6. Guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok dan membagi siswa dalam 6 kelompok belajar, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang 7. Guru menjelaskan langkah-langkah demonstrasi tentang pengukuran suhu 8. Guru membagikan LKS kepada tiap kelompok

51

9. Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk mengulangi pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya 10. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Di akhir pembelajaran guru juga mengadakan penilaian dengan mengadakan post-test guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran. 11. Selanjutnya guru bersama dua orang pengamat melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan oleh guru maupun siswa dan apa yang dialami ketika proses pembelajaran berlangsung, serta bagaimana dampak dari tindakan yang telah diterapkan guru terhadap suasana belajar dan hasil belajar siswa. Dari hasil refleksi tersebut, guru menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya atau untuk siklus berikutnya sampai permasalahan dianggap tuntas atau perlu tindakan selanjutnya.

4.3.2 Tindakan (Action) Berdasarkan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan, maka guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan alokasi waktu yang telah ditetapkan. Aktivitas guru 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Mengaitkan dengan pengetahuan sebelumnya 3. Memotivasi siswa

52

4. Membimbing siswa membentuk kelompok belajar 5. Membagi LKS kepada tiap kelompok 6. Menjelaskan langkah-langkah demonstrasi 7. Meminta siswa untuk mengulangi pengetahuan dengan mempersentasikan hasil demonstrasinya 8. Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik 9. Membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran 10. Mengevaluasi siswa Aktivitas siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mendengar/memperhatikan penjelasan guru Menjawab pertanyaan dari guru Menimbulkan reaksi terhadap masalah yang diberikan guru Melaksanakan perintah guru Menerima LKS yang diberikan guru Mendengarkan penjelasan guru Melaksanakan perintah guru Menerima penghargaan oleh guru Membuat kesimpulan materi

10. Mengerjakan soal

53

Semua rencana tindakan yang telah dirumuskan guru dengan pengamat selama siklus III dapat dilaksanakan secara teratur oleh guru mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir. 4.3.3 Pengamatan (Observation) Setelah guru melaksanakan semua rencana tindakan selama siklus III dan hasil pengamatan pengamat diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Penerapan langkah-langkah pembelajaran oleh guru pada siklus III, telah lebih baik dibandingkan pada siklus II dan sesuai dengan RPP-3. 2. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran cukup teratur sesuai dengan rencana pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada, hasil analisis pengelolaan pembelajaran dapat dikategorikan hampir baik dengan nilai rata-rata 3,82. 4.3.4 Refleksi dan Tindak Lanjut Setelah guru melaksanakan KBM dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga, telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru, ini dapat ditinjau dari keberhasilan yang dicapai oleh guru dan siswa selama siklus III, yaitu : 1. Keberhasilan guru dan siswa Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan rencana dan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan. Kemampuan siswa mengajukan pendapat dan bekerja dalam kelompok semakin baik dan suasana diskusi semakin hidup, tidak lagi didominasi siswa-siswa tertentu saja.

54

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan pengamat selama tatap muka pada siklus III sudah baik sekali, hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil pengamatan diaman guru berfungsi sebagai fasilitator bukan sebagai pusat pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung lebih berpusat ke siswa, telah terlihat adanya pengaruh tindakan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa pada siklus III secara individual telah tuntas sebesar 96,15% terdapat 1 siswa yang belum tuntas. Secara klasikal telah tuntas sebesar 90,0% dengan 10 soal tes, 1 soal tes yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan dengan memberikan tugas yang dikerjakan di rumah, tugas yang diberikan sesuai dengan soal-soal yang belum tuntas. Dalam rangka menindaklanjuti kelemahan penelitian ini, perlu dicari gagasan/ide baru agar pembelajaran Fisika selanjutnya dapat terlaksana dengan lebih baik dan memperoleh hasil yang lebih baik.

55

4.4 Grafik Hasil Pembelajaran 4.4.1 Grafik Aktivitas Guru dan Siswa 4.4.1.1 Siklus Pertama Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga pada siklus I dapat dilihat pada Grafik 4.1 di bawah ini:

SKOR AKTIVITAS GURU DAN SISWA (%)

14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 JENIS AKTIVITAS GURU DAN SISWA 8.4 8.8 7.2 6.8 11.3 10 8.8 8.8 7.5 11.8 10 10 9.1 9.4 8.8 8.8 11 8.1 7.5 8.8 GURU SISWA 11 10

GRAFIK 4.1 AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (SIKLUS I) Grafik 4.1 di atas menunjukkan persentase aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model Quantum learning

menggunakan alat peraga. Aktivitas guru yang dominan adalah membimbing siswa dalam melakukan demonstrasi sebesar 11,3 %. Selanjutnya, aktivitas siswa yang dominan adalah mengulangi pengetahuan yang diperoleh dengan

mempersentasikannya sebesar 11,8%.

56

4.4.1.2 Siklus Kedua Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga pada siklus II dapat dilihat pada Grafik 4.2 di bawah ini :
12 SKOR AKTIVITAS GURU DAN SISWA (%) 10 10 10 8.4 8 6.3 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 JENIS AKTIVITAS GURU DAN SISWA GURU SISWA 9.1 7.5 10 8.8 10 9.6 8.8 7.8 10 9.4 10.7 8.8 7.5 11.3 10 9.4 9.4 7.5

GRAFIK 4.2 AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (SIKLUS 2 ) Grafik 4.2 di atas menunjukkan persentase aktivitas guru dan siswa dalam KBM dengan menggunakan Model Quantum Learning menggunakan alat peraga. Aktivitas guru yang dominan sebesar 11,3% yaitu guru menginformasikan cara pembacaan skala termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan fahrenheit. Dengan perbandingan Tc : Tk :Tr : (Tf - 32) = 5 : (Tc + 273) : 4 : 9 Selanjutnya, aktivitas siswa yang dominan adalah siswa diberi tugas membandingkan skala pada termometer Celcius dengan termometer Kelvin, Reamur dan Fahrenheit sebesar 10,7 %.

57

4.4.1.3 Siklus Ketiga Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga pada siklus III dapat dilihat pada Grafik 4.3 di bawah ini :
SKOR AKTIVITAS GURU DAN SISWA (%) 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 JENIS AKTIVITAS GURU DAN SISWA 10 9.4 9.7 10 8.9 8.8 7.5 6.3 GURU SISWA 8.4 8.8 11.3 10 8.4 8.8 8.8 10 8.4 8.8 11.6 9.4 8.8

8.4

GRAFIK 4.3 AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR (SIKLUS 3 ) Grafik 4.3 di atas menunjukkan persentase aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. Aktivitas guru yang dominan adalah mejelaskan materi tyentang materi pengukuran suhu sebesar 11,3%. Selanjutnya, aktivitas siswa yang dominan adalah melalui diskusi kelas siswa diberi tugas untuk mengulangi pengetahuan yang diperoleh dengan mempersentasikannya sebesar 11,3%.

58

4.4.2 Keterampilan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, terlihat adanya peningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 4.4 di bawah ini :
4.5 4 3.5 SKOR RATA-RATA 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 SIKLUS 3 3.15 3.67 3.82

GRAFIK 4.4 KETERAMPILAN GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN Grafik 4.4 di atas menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning

menggunakan alat peraga dari siklus pertama sampai siklus ketiga. Pada siklus pertama skor rata-rata yang dicapai oleh guru adalah 3,15 dan dapat dikategorikan baik, pada siklus kedua skor rata-rata yang dicapai oleh guru adalah 3,67 dan dapat dikategorikan baik sekali, pada siklus ketiga skor rata-rata yang dicapai oleh guru adalah 3,82 dan dapat dikategorikan baik sekali. Dari grafik tersebut terlihat bahwa

59

guru semakin terampil dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga.

4.4.3 Analisis Hasil Tes Belajar Siswa 4.4.3.1 Siklus Pertama


1.2 PROPORSI BUTIR SOAL 1 0.8 0.62 0.6 0.4 0.2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NOMOR SOAL 0.46 0.96 0.92 0.92 0.92 0.69 0.5 0.38 0.27 0.12 0.23 0.12 0.96 0.88 0.62 0.54 0.54 0.38 0.35 UJI AWAL UJI AKHIR

GRAFIK 4.5 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS I) Grafik 4.5 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai belajar siswa dari uji awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dengan model Quantum Learning menggunakan alat peraga berlangsung ke uji akhir yang dilakukan setelah pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga berlangsung. Pada siklus 1 ketuntasan individual sebesar 88,47 % dan ada 3 siswa yang tidak tuntas dari 26 siswa yang mengikuti KBM, ketuntasan klasikal sebesar 60 % dari 10 soal tes terdapat 4 soal yang tidak tuntas. Daftar ketuntasan belajar siswa siklus 1 secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 8.

60

4.4.3.2 Siklus Kedua

GRAFIK 4.6 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS II)


1 0.9 PROPORSI BUTIR SOAL 0.8 0.7 0.6 0.5 0.42 0.4 0.3 0.2 0.1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NOMOR SOAL 0.92 0.88 0.85 0.88 0.88 0.88 0.92 0.88 0.88

0.58 0.46 0.38 0.38 0.31 0.31 0.19 0.23 0.19 0.19 UJI AWAL UJI AKHIR

GRAFIK 4.6 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS II) Grafik 4.6 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai belajar siswa dari uji awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga berlangsung ke uji akhir yang dilakukan setelah pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. Pada siklus 2 ketuntasan individual sebesar 92,30% dan terdapat 2 siswa yang tidak tuntas dari 26 siswa yang mengikuti KBM, ketuntasan klasikal sebesar 80% dari 10 soal tes hanya 2 soal yang tidak tuntas. Daftar ketuntasan belajar siswa siklus 2 secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 9.

61

4.4.3.3 Siklus Ketiga

GRAFIK 4.4 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS III)


1 0.92 0.92 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.88 0.9 0.8 0.7 0.62 0.54 0.6 0.5 0.5 0.46 0.46 0.5 0.42 0.38 0.4 0.3 0.23 0.15 0.2 0.12 0.1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 NOMOR SOAL

PROPORSI BUTIR SOAL

UJI AWAL UJI AKHIR

GRAFIK 4.7 KETUNTASAN TEST HASIL BELAJAR SISWA (SIKLUS III) Grafik 4.7 di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai belajar siswa dari uji awal yang dilakukan sebelum pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga berlangsung ke uji akhir yang dilakukan setelah pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga. Pada siklus 3 ketuntasan individual sebesar 96,15 % dan terdapat 1 siswa yang tidak tuntas dari 26 siswa yang mengikuti KBM, ketuntasan klasikal sebesar 90,0 % dari 10 soal tes, 1 soal yang tidak tuntas. Daftar ketuntasan belajar siswa siklus 3 secara terperinci dapat dilihat pada Lampiran 10.

62

4.5 Pembahasan Dalam penelitian yang telah dilaksanakan ini, dari siklus pertama sampai dengan siklus ketiga semuanya telah diamati, hasil penelitian memperlihatkan bahwa adanya peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Sehingga, pada siklus ketiga hanya ada 1 siswa yang tidak mencapai ketuntasan dan juga 1 soal yang tidak mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Jadi, tampak bahwa penerapan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga cocok diterapkan pada sub materi Suhu dan Pengukuran.

4.5.1 Siklus Pertama Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan pengamat selama tatap muka pada siklus I, terlihat adanya pengaruh tindakan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil dari pengamatan yang diamati oleh pengamat I dan pengamat 2 dapat dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 3,15. Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa yang telah dilakukan pada siklus I secara individual telah tuntas dengan rata-rata 88,47% dari 26 siswa hanya 3 siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal ketuntasan mencapai 60% dari 10 soal hanya 4 soal yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan dengan memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR).

63

Respon yang diberikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus I adalah senang dengan suasana kelas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar (96,15%). Secara keseluruhan siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning

menggunakan alat peraga pada materi Suhu dan Pengukuran.

4.5.2 Siklus Kedua Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan pengamat selama tatap muka pada siklus II, terlihat adanya pengaruh tindakan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil dari pengamatan yang diamati oleh pengamat I dan pengamat 2 dapat dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 3,67. Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa yang telah dilakukan pada siklus I secara individual telah tuntas dengan rata-rata 92,30% dari 26 siswa hanya 2 siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal ketuntasan mencapai 80% dari 10 soal hanya 2 soal yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan dengan memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR). Respon yang diberikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus II adalah senang dengan model pembelajaran yang dilatih dan berminat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar selanjutnya (96,15%). Secara keseluruhan siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan

64

model Quantum Learning menggunakan alat peraga pada materi Suhu dan Pengukuran.

4.5.3

Siklus Ketiga Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh guru dan

pengamat selama tatap muka pada siklus I, terlihat adanya pengaruh tindakan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil dari pengamatan yang diamati oleh pengamat I dan pengamat 2 dapat dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 3,82. Pengaruh dari tindakan yang diberikan guru dapat dilihat pada tingkat penyelesaian tujuan pembelajaran dan tingkat ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Berdasarkan hasil tes siswa yang telah dilakukan pada siklus I secara individual telah tuntas dengan rata-rata 96,15% dari 26 siswa hanya 1 siswa yang tidak tuntas. Secara klasikal ketuntasan mencapai 90% dari 10 soal hanya 1 soal yang belum tuntas. Untuk mengatasi siswa yang tidak tuntas, dilakukan pengayaan dengan memberikan tugas Pekerjaan Rumah (PR). Respon yang diberikan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus I adalah senang dengan model pembelajaran yang dilatih dan berminat mengikuti kegiatan belajar mengajar selanjutnya (100%). Secara keseluruhan siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga pada materi Suhu dan Pengukuran.

65

BAB V PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan tentang pelaksanaan penilaian hasil belajar Fisika di SMP Negeri 9 Banda Aceh. Maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan sebagai penutup dari pembahasan skripsi, dan penulis mengemukakan juga saran yang

dipertimbangkan. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengelolaan penelitian dan analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan dengan menerapkan model Quantum Learning dengan

menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi suhu dan pengukuran di SMP Negeri 9 Banda Aceh, dengan nilai rata-rata pada Siklus pertama yaitu 3,15, siklus kedua yaitu 3,67 dan siklus ketiga yaitu 3,82. 2. Hasil tes belajar dengan menerapkan model Quantum Learning menggunakan alat peraga telah terjadi peningkatan nilai ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal dari siklus pertama, siklus kedua dan siklus ketiga. pada siklus pertama, ketuntasan individual 88,47% dan ketuntasan klasikal 60%. Pada siklus kedua, ketuntasan individual 92,30% dan ketuntasan klasikal 80%. Pada siklus ketiga, ketuntasan individual 96,15 dan ketuntasan klasikal 90%.

66

3. Aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga telah meningkatkan aktivitas siswa dalam bekerja sama dalam melakukan demonstrasi, bekerja sama dalam memecahkan masalah dan mempersentasikan hasil diskusi. Hal ini telah mencerminkan bahwa penerapan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga lebih berpusat pada siswa. 4. Respon siswa SMP Negeri 9 Banda Aceh terhadap kegiatan belajar mengajar menerapkan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga pada materi Suhu dan Pengukuran bersifat senang terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, jelas atas bimbingan yang diberikan oleh guru, dan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga dapat dilaksanakan untuk pembelajaran dimasa yang akan datang.

5.2 Saran-saran Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Untuk para guru Fisika yang akan menerapkan model Quantum Learning dengan menggunakan alat peraga agar dapat menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan aturan yang ada pada pembelajaran tersebut agar hasil pembelajaran lebih maksimal. 2. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Suhu dan Pengukuran, sehingga diharapkan kepada

67

guru Fisika agar dapat memanfaatkan alat peraga pada materi Fisika yang dianggap sesuai.

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajudin. 2007. IPA Fisika 1 SMP untuk Kelas VII. Jakarta : ESIS. Arikunto, Suharsimi, dkk.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bobbi Deporter, Hernacki.2004. Quantum Learning. Bandung : Kaifa. Bobbi Deporter, dkk.2011. Quantum Teaching. Bandung : Kaifa. Djamarah, Saiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: FKIP UNSYIAH. Hamid, Abdul. 2005. Fisika SMP Kelas VII Kurikulum 2004. Jakarta : Rineka Cipta. Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Harjono. 2004. Pokok-pokok Fisika SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. Kanginan, Marthen. 2002. Sains Fisika SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. M.M, Bob Foster. 1997. Fisika SMA Terpadu. Jakarta : Erlangga. Mulyasa E. 2009. Praktik penelitian Tindakan kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Mulyono, Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Riyanto, Yatim. 2009. Paradikma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana. Soelaiman, A Darwis. 1990. Media Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metode Statistik Edisi V. Bandung : Tarsino. Sadiman, Arief S.2005. Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.

69

Sukarmin, wasis, dkk.2008. Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama Kelas VII Edisi 4. Jakarta : Pusat Perbukuan. Sulistyo. 2001. Intisari Fisika SMP. Bandung : Pustaka Setia. Supiyanto. 2002. Fisika SMA XI. Jakarta : Erlangga. Suprijono Agus. 2009. Cooperative learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Sutrisno. 2007. http://blog.unila.ac.id/bagaimana-strategi-pembelajaran-quantumteching. Diakses 3 April 2012 Winkel, Winarno. 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

70

LAMPIRAN 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Alokasi waktu Standar Kompetensi

: : : : :

SMP Negeri 9 Banda Aceh VII (tujuh)/Semester 1 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 2 X 40 Menit 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.

Kompetensi Dasar

1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat: 1. 2. 3. 4. 5. Menjelaskan pengertian suhu. Menyebutkan nama alat pengukur suhu. Menjelaskan kegunaan thermometer. Menyebutkan jenis-jenis thermometer. Menyebutkan Satuan Internasional (SI) dari besaran suhu. 6. Mengaplikasikan konsep suhu dalam kehidupan sehari-hari.

71

Karakter siswa yang diharapkan : - Disiplin ( Discipline ) - Rasa hormat dan perhatian ( respect ) - Tekun ( diligence ) - Tanggung jawab ( responsibility ) - Ketelitian ( carefulness)

Materi Pembelajaran

: Suhu

Suhu dan alat ukur suhu Suhu adalah derajat panas atau dingin suatu benda. Alat ukur suhu yang sering digunakan adalah termometer. Termometer dapat digunakan untuk mengukur suhu badan, mengukur suhu ruangan, mengukur suhu zat cair. Jenis-jenis termometer ada tiga yaitu, termometer laboratorium yang digunakan untuk mengukur suhu zat air, termometer klinis digunakan untuk keperluan pengobatan untuk mengetahui suhu badan, termometer ruang digunakan untuk mengukur suhu ruangan. Satuan Internasional (SI) dari besaran suhu adalah Celsius. Konsep suhu dan pengukuran banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti : ketika seseorang demam, kita tidak dapat menentukan derajat panasnya. Tetapi, kita dapat mengetahui derajat panasnya dengan menggunakan termometer.

72

Model dan Metode Pembelajaran : Model : Metode : Diskusi kelompok Eksperimen Direct Instruction (DI) Quantum Learning

Langkah-langkah Kegiatan a. Kegiatan Pendahuluan 1. Guru memberikan pretest kepada siswa 2. Motivasi dan Apersepsi - Alat apakah yang dipakai untuk mengukur bila suhu tubuhmu terasa panas? - Apakah satuan suhu dalam Standar Internasional (SI)? Prasyarat pengetahuan - Apakah yang dimaksud dengan suhu? - Apakah Satuan Internasional dari besaran suhu? Pra eksperimen - Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang terbuat dari kaca.

73

b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Menjelaskan pengertian suhu. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; Membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok;

74

Meminta siswa untuk menyebutkan contoh penerapan suhu dalam kehidupan sehari-hari; Menjelaskan materi tentang suhu; Menjelaskan langkah-langkah mendemonstrasikan alat ukur suhu; Membagikan LKS; Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk mengulangi pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya; Memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik; Memberikan soal latihan dengan menyebutkan jenis termometer dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

75

membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan hasil belajar; Memberikan evaluasi berupa postest; Memberikan tugas kepada siswa.

Sumber Belajar 1. Abdullah, Mikrajuddin.2007.IPA FISIKA 1 SMP Untuk Kelas VII. Jakarta : ESIS. 2. Abdul, Hamid.2005.Fisika SMP Kelas VII KURIKULUM 2004. Jakarta : Rineka Cipta. 3. Sukarmin, dkk.2008.IPA BSE SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan. 4. Kanginan, Marthen.2002.Sains FISIKA SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. 5. Harjono.2004.Pokok-pokok FISIKA SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga. 6. Lingkungan kelas dan rumah 7. LKS

76

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Alokasi waktu Standar Kompetensi

: : : : :

SMP Negeri 9 Banda Aceh VII (tujuh)/Semester 1 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 2 X 40 Menit 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.

Kompetensi Dasar

1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.

Indikator

: 1. Membandingkan skala termometer celcius dengan termometer yang lain.

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat: Membaca skala pada termometer. Menjelaskan skala Celcius. Menjelaskan skala Kelvin. Menjelaskan skala Rearmur. Menjelaskan skala Fahrenheit.

77

Membandingkan skala pada termometer Celsius dengan termometer skala Kelvin, Reamur dan Farenheit.

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)

Materi Pembelajaran Skala suhu

: Skala Suhu

Agar pengukuran suhu dengan menggunakan termometer dapat di ketahui nilainya, maka pada dinding kaca termometer di beri skala. Tidak semua thermometer menggunakan skala yang sama. Antara lain di kenal skala celcius (C), reamur (R) fahrenheit (F), kelvin (K). Skala celsius memiliki seratus derajat panas yang dapat digunakan untuk suhu air membeku dan air mendidih, skala kelvin untuk mengubah suhu nol mutlak (-273oC) sebagai skala 0 pada termometer, skala reamur pada suhu es mencair di beri nilai 0oR dan suhu air mendidih 80oR, skala fahrenheit pada suhu es mencair di beri nilai 32oF dan suhu air mendidih diberi nilai 212oF.

78

Perbandingan skala antara keempat jenis termometer tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut : C : R : F : K = 100 : 80 : 180 :100 C : R : F : K = 5 : 4 :9 :5

Model dan Metode Pembelajaran : Model : Metode : Diskusi kelompok Eksperimen Direct Instruction (DI) Quantum Learning

Langkah-langkah Kegiatan a. Kegiatan Pendahuluan Guru memberikan pretest kepada siswa. Guru melakukan motivasi dengan menanyakan : Mengapa pada termometer selalu diberi skala?

Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan : - Hasil pengukuran suhu harus dinyatakan dengan satuan; satuan apakah yang digunakan? Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.

79

b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Menjelaskan pengertian skala pada termometer; Membandingkan skala pada termometer Celsius dengan termometer skala Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit; melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam sesuai materi yang akan dipelajari dengan menerapkan belajar dari aneka sumber; Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan Melalui diskusi kelas, peserta didik diminta untuk menyebutkan macam-macam skala pada termometer. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: Melalui diskusi kelas, guru menginformasikan cara membaca skala termometer yang benar; Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan, pengukuran suhu suatu objek, dan pembacaan skala pada termometer;

80

Melalui diskusi kelompok, peserta didik diberi tugas membandingkan skala pada termometer Celsius dengan termometer Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit; Memberikan informasi cara menentukan skala termometer Celsius dengan termometer Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit dengan

perbandingan Tc : Tk :Tr : (Tf - 32) = 5 : (Tc + 273) : 4 : 9. Memberikan soal latihan mengenai cara menghitung skala termometer Celsius, Kelvin, Reamur, dan Fahrenheit. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber; Guru menanyakan tentang hal-hal yang belum di fahami oleh siswa; Guru bersama siswa meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan kesimpulan. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan hasil belajar; Memberikan evaluasi berupa postest; Memberikan tugas kepada siswa.

81

Sumber Belajar 8. Abdullah, Mikrajuddin.2007.IPA FISIKA 1 SMP Untuk Kelas VII. Jakarta : ESIS. 9. Hamid, Abdul.2005.Fisika SMP Kelas VII KURIKULUM 2004. Jakarta : Rineka Cipta. 10. Harjono.2004.Pokok-pokok FISIKA SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga. 11. Kanginan, Marthen.2002.Sains FISIKA SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. 12. Sukarmin, dkk.2008.IPA BSE SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan. 13. Sulistyo, dkk. 2001.Intisari FISIKA SMP. Bandung : Pustaka Setia. 14. Tim Pustaka Agung Harapan. 2001. Pintar IPA FISIKA. Surabaya : Pustaka Agung Harapan. 15. Lingkungan kelas dan rumah 16. LKS

82

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Alokasi waktu Standar Kompetensi

: : : : :

SMP Negeri 9 Banda Aceh VII (tujuh)/Semester 1 IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) 2 X 40 Menit 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.

Kompetensi Dasar

1.2 Mendeskripsikan pengertian suhu dan pengukurannya.

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat: Mengetahui kegunaan termometer Mengetahui prinsip kerja termometer. Membaca skala pada termometer Mengetahui perubahan suhu zat cair saat dipanaskan Mengukur suhu zat cair

83

Karakter siswa yang diharapkan : Materi Pembelajaran Pengukuran Suhu Termometer dapat digunakan untuk mengukur suhu panas atau dingin yang kita rasakan, ketika suhu ruangan yang udaranya panas, dengan menggunakan termometer kita tau berapa sekala yang ditunjukkan oleh skala pada termometer. Prinsip kerja termometer didasarkan pada prinsip pemuaian zat cair. Untuk mengetahui bahwa pemuaian dan sifat pemuaian zat cair dapat digunakan untuk mengukur suhu. Pembacaan skala pada celsius apabila pada titik atas ditandai 100oC dan pada titik bawah 0 oC, pembacaan pada skala kelvin pada 0 oC sama dengan 273 K dan 100 oC sama dengan 373 K. Suhu zat cair ketika dipanaskan akan mengalami kenaikan suhu sebesar 100 oC. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut : Hubungan skala Celcius dan Fahrenheit Disiplin ( Discipline ) Rasa hormat dan perhatian ( respect ) Tekun ( diligence ) Tanggung jawab ( responsibility ) Ketelitian ( carefulness)

: Pengukuran Suhu

atau

84

Hubungan skala Celcius dengan Kelvin: atau

Hubungan skala Celcius dengan Reamur: atau

Model dan Metode Pembelajaran : Model : Metode : Diskusi kelompok Eksperimen Direct Instruction (DI) Quantum Learning

Langkah-langkah Kegiatan a. Kegiatan Pendahuluan 3. Guru memberikan pretest kepada siswa 4. Motivasi dan apersepsi - Jenis zat cair apa yang sering digunakan dalam termometer? - Sebutkan perbandingan pada skala termometer? Prasyarat pengetahuan - Apakah perbedaan zat cair raksa dan alkohol? - Berapa perbandingan skala termometer? Pra eksperimen

85

- Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang terbuat dari kaca. b. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Menjelaskan prinsip kerja termometer; Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lainlain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

86

Membimbing siswa dalam membentuk kelompok; Meminta siswa menyebutkan contoh perubahan zat cair; Menjelaskan materi tentang pengukuran suhu; Menjelaskan langkah-langkah mendemonstrasikan pengukuran suhu; Membagikan LKS; Melalui diskusi kelompok siswa diberi tugas untuk mengulangi pengetahuan yang diperoleh dan mempersentasikannya; Memberi soal tentang pengukuran suhu pada skala celsius, kelvin, reamur, fahrenheit. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber; memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan; memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar; berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar; membantu menyelesaikan masalah;

87

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: Bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan hasil belajar; Memberikan evaluasi berupa postest; Memberikan tugas kepada siswa. Sumber Belajar 17. Abdullah, Mikrajuddin.2007.IPA FISIKA 1 SMP Untuk Kelas VII. Jakarta : ESIS. 18. Abdul, Hamid.2005.Fisika SMP Kelas VII KURIKULUM 2004. Jakarta : Rineka Cipta. 19. Sukarmin, dkk.2008.IPA BSE SMP Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan. 20. Kanginan, Marthen.2002.Sains FISIKA SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga. 21. Harjono.2004.Pokok-pokok FISIKA SMP kelas VII. Jakarta : Erlangga. 22. Lingkungan kelas dan rumah 23. LKS

88

LAMPIRAN 2

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELAS KELOMPOK NAMA SISWA : : :

TUJUAN : Memahami kekurangan alat indra peraba sebagai alat ukur suhu. Alat & Bahan : Satu mangkuk berisi air es Satu mangkuk berisi air hangat Sebuah mangkuk berisi air ledeng

Langkah Percobaan : 1. Celupkan tangan kananmu ke mangkuk berisi air hangat. Apa yang kamu rasakan? 2. Celupkan tangan kananmu ke mangkuk air es. Apa yang kamu rasakan? 3. Keluarkan kedua tanganmu dan celupkan secara bersamaan ke dalam mangkuk berisi air ledeng. Apa yang kamu rasakan?

Diskusi : 1. Dapatkah kamu membedakan suhu ketiga jenis air tersebut? Bagaimana suhu air tersebut? 2. Dapatkah tanganmu mengukur suhu air dengan tepat? Kemukakan alasanmu!

89

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) KELAS KELOMPOK NAMA SISWA : : :

TUJUAN : Mengamati perubahan suhu zat cair saat dipanaskan Alat & Bahan : Termometer laboratorium Gelas kimia berisi air Pembakar Bunsen

Langkah Percobaan : 1. Panaskan air di dalam gelas kimia dengan menggunakan Bunsen 2. Ukur suhu air dalam gelas kimia dengan cara mencelupkan bagian wadah termometer kedalam air. Catat hasilnya. 3. Ukur suhu air yang sedang dipanaskan dalam selang waktu 1 menit. Pengukuran pertama dilakukan setelah air dipanaskan i menit. Hentikan beberapa saat setelah air mendidih. Perhatian : Hati-hati saat melakukan pengukuran air yang dipanaskan. Sebaiknya gunakan penjepit yang bertangkai panjang agar tanganmu tidak terkena uap yang panas.

90

4. Catatlah hasilnya pada tabel berikut ini. Sebelum dipanaskan 1 Suhu air (oC) Suhu air pada pemanasan menit keSuhu saat mendidih 10

Diskusi : 1. Pada sebuah gelas yang berisi air hangat dan termometer dilakukan pengadukan. Setelah air diaduk beberapa saat, ternyata termometer menunjukkan penurunan suhu. Mengapa demikian? 2. Berapa skala perubahan suhu dari menit ke 1 sampai menit ke 10?

91

LAMPIRAN 3

Soal Pretest dan Pos Tes 01 Mata Pelajaran : Fisika Kelas Semester : VII :I

Alokasi Waktu : 1 x 15 menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf A, B, C atau D. 1. Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalah a. Kalor b. Intensitas panas c. Suhu d. Koefesien muai 2. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah... a. Stopwatch b. Timbangan c. Termometer d. Mistar 3. Termometer digunakan untuk mengukur... a. Panas suatu benda b. Dingin suatu benda c. Panas dinginnya suatu benda d. Semua salah 4. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu badan adalah.. a. Termometer klinis b. Termometer ruang c. Termometer laboratorium d. Musschenbroek 5. Termometer yang paling tepat untuk mengukur suhu air panas adalah... a. Termometer klinis b. Termometer laboratorium c. Termometer tubuh d. Termometer maksimum-minimum 6. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu ruangan disebut termometer... a. Klinis b. Maksimum-minimum

92

c. Bimetal d. ruang 7. Satuan suhu menurut Satuan Internasional (SI) adalah... a. Kelvin b. Celsius c. Fahrenheit d. Reamur 8. Bagimana apabila pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan tangan... a. Kurang akurat b. Sangat akurat c. tidak dapat menententukan suhunya d. dapat ditentukan suhunya 9. Zat cair yang baik dipakai untuk mengisi termometer agar dapat digunakan untuk mengukur suhu yang rendah adalah... a. Air b. Raksa c. Spiritus d. alkohol 10. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan... a. Wujud b. Massa jenis c. Volume d. Tekanan

93

JAWABAN SOAL 1. Besaran fisika yang menyatakan derajat panas suatu zat adalah Kunci Jawaban : C - Suhu 2. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah... Kunci Jawaban : C - Termometer 3. Termometer digunakan untuk mengukur... Kunci Jawaban : C Panas dinginnya suatu benda 4. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu badan adalah.. Kunci Jawaban : A Termometer klinis 5. Termometer yang paling tepat untuk mengukur suhu air panas adalah... Kunci Jawaban : B - Termometer laboratorium 6. Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu ruangan disebut termometer... Kunci Jawaban : D Termometer ruang 7. Satuan suhu menurut Satuan Internasional (SI) adalah... Kunci Jawaban : B Celsius 8. Bagimana apabila pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan tangan... Kunci Jawaban : A Kurang akurat 9. Zat cair yang baik dipakai untuk mengisi termometer agar dapat digunakan untuk mengukur suhu yang rendah adalah... Kunci Jawaban : D - Alkohol 10. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan... Kunci Jawaban : C - Volume

94

SKOR NILAI Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH Skor Nilai 5 5 10 10 10 10 15 15 10 10 100

95

Soal Pretest dan Pos Tes 02 Mata Pelajaran : Fisika Kelas Semester : VII :I

Alokasi Waktu : 1 x 15 menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf A, B, C atau D. 1. Termometer skala . . . menunjukkan angka 212o pada titik didih a. Celsius b. Fahrenheit c. Reamur d. Kelvin 2. Suhu air mendidih adalah...0C a. 273 b. 212 c. 373 d. 100 3. Suhu tubuh orang yang sehat adalah... a. 43 oC b. 40 oC c. 37 oC d. 35 oC 4. Alkohol membeku pada suhu 161 K. Pada suhu berapa alkohol membeku jika diukur dengan skala Celcius?

96

a. -112oC b. -122 oC c. -221 oC d. -211 oC 5. Pada hari yang panas, suhu udara 32oC. Berapakah suhu yang ditunjukkan oleh skala Kelvin? a. 32 K b. 305 K c. 200 K d. 273 K 6. Bila termometer Celcius menunjukkan skala 80 oC, skala Rearmur akan menunjukkan... a. 64o b. 96o c. 100o d. 150o 7. Perbandingan skala Celcius dan skala Fahrenheit adalah... a. 9 : 5 b. 5 : 9 c. 4 : 5 d. 5 : 4 8. Perbandingan skala Celsius dan Rearmur adalah... a. 5 : 4

97

b. 4 : 5 c. 9 : 4 d. 4 : 9 9. Perbandingan skala Rearmur dan Fahrenheit adalah... a. 9 : 5 b. 5 : 9 c. 9 : 4 d. 4 : 9 10. Perbandingan skala Fahrenheit dan Rearmur adalah... a. 9 : 4 b. 5 : 4 c. 5 : 9 d. 9 : 5

98

JAWABAN SOAL 1. Termometer skala . . . menunjukkan angka 212o pada titik didih Kunci Jawaban : B - Fahrenheit 2. Suhu air mendidih adalah...0C Kunci Jawaban : D (1000C) 3. Suhu tubuh orang yang sehat adalah... Kunci Jawaban : C (37oC) 4. Alkohol membeku pada suhu 161 K. Pada suhu berapa alkohol membeku jika diukur dengan skala Celcius? Kunci Jawaban : A (-112oC) 5. Pada hari yang panas, suhu udara 32oC. Berapakah suhu yang ditunjukkan oleh skala Kelvin? Kunci Jawaban : B (305 K) 6. Bila termometer Celcius menunjukkan skala 80 oC, skala Rearmur akan menunjukkan... Kunci Jawaban : C (100o) 7. Perbandingan skala Celcius dan skala Fahrenheit adalah... Kunci Jawaban : B (5 : 9) 8. Perbandingan skala Celsius dan Rearmur adalah... Kunci Jawaban : A (5 : 4) 9. Perbandingan skala Rearmur dan Fahrenheit adalah... Kunci Jawaban : D (4 : 9)

99

10. Perbandingan skala Fahrenheit dan Rearmur adalah... Kunci Jawaban : A (9 : 4)

SKOR NILAI Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 JUMLAH Skor Nilai 5 5 5 15 15 15 10 10 10 10 100

100

Soal Pretest dan Pos Tes 03 Mata Pelajaran : Fisika Kelas Semester : VII :I

Alokasi Waktu : 1 x 15 menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf A, B, C atau D.

1. Manfaat menggunakan termometer adalah... a. Mengukur udara b. Mengukur suhu c. Mengukur panas d. Mengukur dingin 2. Zat cair yang paling banyak mengisi tabung termometer adalah . . . a. Raksa dan alkohol b. Air c. Minyak d. Oli 3. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan. . . a. Wujud b. Massa jenis c. Volume d. tekanan 4. Pipa sebuah termometer klinis dibuat dari bahan kaca tipis sehingga... a. Raksa tinggal pada pembacaan maksimumnya b. Termometer lebih teliti c. Termometer dapat menunjukkan suhu dengan cepat d. Raksa lebih mudah dilihat 5. Pernyataan yang bukan merupakan keuntungan alkohol jika digunakan sebagai pengisi tabung termometer adalah... a. Membasahi dinding tabung kaca termometer b. Memiliki titik beku -112oC c. Peka terhadap perubahan suhu d. Harganya murah

101

6. Perubahan yang tidak dapat digunakan untuk menyatakan perubahan suhu adalah... a. Perubahan warna b. Perubahan kecepatan c. Perubahan volume d. Perubahan wujud 7. Air akan mendidih pada suhu. . . a. 100 oC b. 200 oC c. 300 oC d. 400 oC 8. Suhu nol mutlak adalah suhu ketika... a. Es batu melebur b. Partikel-partikel dalam suatu bahan tidak bergerak c. Air garam membeku d. Gas berubah menjadi cairan 9. Jika pada skala Celsius terukur suhu 40 oC, maka pada skala fahrenheit suhu itu sama dengan . . . oF a. 40 b. 72 c. 104 d. 56 10. Bila termometer celcius menunjukkan 20 oC maka termometer Fahrenheit menunjukkan . . . a. 68 oF b. 58 oF c. 48 oF d. 20 oF

102

JAWABAN 1. Manfaat menggunakan termometer adalah... Kunci Jawaban : B - Mengukur suhu 2. Zat cair yang paling banyak mengisi tabung termometer adalah . . . Kunci Jawaban : A - Raksa dan alkohol 3. Prinsip kerja termometer raksa dan alkohol adalah berdasarkan perubahan. . . Kunci Jawaban : C - Volume 4. Pipa sebuah termometer klinis dibuat dari bahan kaca tipis sehingga... Kunci Jawaban : C - Termometer dapat menunjukkan suhu dengan cepat 5. Pernyataan yang bukan merupakan keuntungan alkohol jika digunakan sebagai pengisi tabung termometer adalah... Kunci Jawaban : A - Membasahi dinding tabung kaca termometer 6. Perubahan yang tidak dapat digunakan untuk menyatakan perubahan suhu adalah... Kunci Jawaban : A - Perubahan warna 7. Air akan mendidih pada suhu. . . Kunci Jawaban : A - 100 oC 8. Suhu nol mutlak adalah suhu ketika... Kunci Jawaban : B - Partikel-partikel dalam suatu bahan tidak bergerak 9. Jika pada skala Celsius terukur suhu 40 oC, maka pada skala fahrenheit suhu itu sama dengan . . . oF Kunci Jawaban : C - 104

103

10. Bila termometer celcius menunjukkan 20 oC maka termometer Fahrenheit menunjukkan . . . Kunci Jawaban : A - 68 oF

SKOR NILAI Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Skor Nilai 5 5 5 10 10 5 10 10 20 20 100

Anda mungkin juga menyukai