Anda di halaman 1dari 11

COVER DEPAN

MAKALAH
Pendidikan Wanita Secara Umum Dan Perintisnya

DOSEN PENGAMPU : A. FAIRUS MUBARAK, M. Pd. I

Disusun Oleh:

MOCHAMAD SUKRON AMINULLAH

M.ILYAS

FAHMI DINA MAULA BAHARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO
2023/2024

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah SPI ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga
kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan
penulis semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan
maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya
penulis dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR ISI

COVER DEPAN...................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1. Latar Belakang..............................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN..........................................................................................................................6
1. Definisi Dari Hakikat Perempuan................................................................................................6
2. Faktor-Faktor Kesenjangan Wanita............................................................................................7
3. Tokoh-Tokoh Pendidikan.............................................................................................................8
BAB III: PENUTUP................................................................................................................................11
1. Kesimpulan..............................................................................................................................11
2. Daftar Pustaka.........................................................................................................................11
BAB I:
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya melalui segala aspek pengetahuan, spiritual, keterampilan,
karakter serta kepribadian yang baik. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang dikutip oleh Nur
Kholis adalah sebagai bentuk upaya dalam membangun budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak supaya
dapat memajukan kesempurnaan hidup yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.1Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
dengan tujuan supaya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, serta Negara.

Pendidikan diperlukan dalam membentuk karakter atau kepribadian yang baik, serta berakhlak
mulia. Islam sangat berperan penting dalam mendidik anak bangsa. Tujuan pendidikan dalam islam yang
sebenarnya yaitu akhlak.

Pendidikan untuk perempuan menjadi salah satu isu penting dalam upaya peningkatan kualitas
suatu bangsa. Hal ini disebabkan pendidikan yang pertama dan utama adalah di lingkungan keluarga. Di
lingkungan keluarga ini, ibu menduduki peran utama dalam pendidikan anak. Dengan demikian,
pendidikan perempuan secara tidak langsung mempersiapkan generasi-generasi suatu bangsa di masa
depan. Di Indonesia, keadaan rendahnya kualitas pendidikan perempuan sebelum kemerdekaan
merupakan salah satu kegelisahan Kartini, seorang tokoh emansipasi wanita di Indonesia yang selalu
diperingati hari kelahirannya 21 April sebagai ―Hari Kartini. Dalam khasanah sejarah, di Indonesia
terdapat tokoh besar lain yang juga memperhatikan pengembangan pendidikan untuk perempuan yang
hampir semasa dengan Kartini (Kartini dilahirkan 1879). Ia adalah Kiai Haji Ahmad Dahlan yang lahir
sekitar sepuluh tahun sebelumnya. Beliau adalah seorang tokoh pendiri pergerakan Muhammadiyah, salah
satu organisasi sosial religius yang besar di Indonesia.

2. Rumusan Masalah
1.apa yang di maksud dengan pendidikan perempuan?
2.apa saja factor kesenjangan wanita?
3.siapakah perintis atau pun tokoh –tokoh yang ada di dalam pendidikah?
3. Tujuan Penulisan
1.agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu hakekat
2.apa saja factor kesenjangan wanita?
3.agar mengetahui perintis tokoh pendidikan wanita
BAB II:
PEMBAHASAN

1. Definisi Dari Hakikat Perempuan

Pendidikan adalah suatu proses di mana seorang mendapatkan pengetahuan (knowledge


acquisition), mengembangkan kemampuan atau keterampilan (skills developments) sikap atau
mengubah sikap (attitute change). pendidikan merupakan suatu proses transformasi anak didik
agar mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya. Sebagai bagian
dari masyarakat, pendidikan memiliki fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi individual.
Pendidikan merupakan salah satu proses transformasi pembangunan mendasar yang berperan
penting dalam pergerakan pembangunan.

Pendidikan adalah hak bagi setiap orang, baik laki laki maupun perempuan. Dengan
demikian, semestinya tidak ada alasan untuk menelantarkan pendidikan bagi kaum perempuan.
Ini berarti perempuan juga dapat mempelajari dibidang apa saja. Jika ditelusuri ketimpangan
pendidikan perempuan khusus nya di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal yaitu , masyarakat
masih lebih mengutamakan pendidikan anak laki-laki dari pada anak perempuannya, juga
berkaitan dengan budaya yang telah melekat dengan anggapan bahwa perempuan tidak
sepantasnya berpendidikan tinggi karena nantinya hanya akan ke dapur.

Budaya bahwa perempuan adalah konco wingking sehingga tidak perlu menempuh
pendidikan yang tinggi, dan faktor kemiskinan atau keterbatasan pengahasilan orang tua juga
dapat berpengaruh terhadap pendidikan perempuan (Ar-baiyah, 2014: 18). Teori ini
berpandangan bahwa selama ini telah terjadi perlakuan yang tidak fair terhadap kaum perempuan,
baik di rumah maupun di sekolah. Siswa perempuan seringkali diperlakukan tidak sama dengan
laki-laki.

Akibatnya, presetasi kaum perempuan di bidang pendidikan tidak setara dengan laki-
laki. Teori ini berpandangan bahwa “jika kita menginginkan kaum perempuan untuk berkembang,
maka mereka harus diperlakukan sama (equally) dengan kaum laki-laki”. Keinginan untuk lebih
meningkatkan kualitas hidup kaum perempuan dewasa ini telah mampu meningkatkan tingkat
partisipasi kaum perempuan di dunia pendidikan. Bahkan di beberapa negara maju, tingkat
partisipasi kaum perempuan di dunia pendidikan lebih tinggi dibandingkan kaum lak-laki. Namun
demikian, tingginya partisipasi perempuan di dunia pendidikan belum diiringi dengan perubahan
kultur yang menunjukkan keseimbangan antara fungsi dan potensi laki-laki dan perempuan. Oleh
karena itu, salah satu poin dari Millenium Development Goals adalah mendorong terwujudnya
kesetaraan jender dan memberdayakan kaum perempuan.

Selain itu, adanya trens bahwa perempuan yang mengenyam pendidikan tinggi kemudian
tidak mengembangkan karirnya dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Pada zaman yang
modern ini boleh saja perempuan memilih menjadi ibu rumah tangga secara total, tetapi
hendaknya menjadi ibu rumah tangga yang memiliki wawasan yang cukup dan berdaya. Hal ini
dapat dicapai dengan pendidikan dan terus belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya. Banyak faktor yang menyebabkan para perempuan indonesia tidak memiliki
keterampilan, antara lain adalah sedikitnya kesempatan memperoleh keterampilan yang sesuai
dengan kebutuhan setempat, faktor kemiskinan, tidak adanya semangat semangat dan kemauan
untuk memperoleh kesempatan dan fasilitas berlatih keterampilan dengan baik, meskipun otaknya
mungkin baik atau bisa disebut cermerlang. Tingkat pendidikan dan pengetahuan serta
keterampilan yang rendah bagi perempuan menyebabkan mereka menjadi sumber daya manusia
yang kurang mampu bersaing dalam hal dunia kerja. Agar dapat memiliki kemampuan yang
setara atau agar dapat bersaing salah satunya adalah menjadi manusia yang berkualitas tinggi.
Sumber daya manusia yang bekualitas tinggi ini dapat dihasilkan oleh salah satumya melalui jalur
pendidikan dan pelatihan.

2. Faktor-Faktor Kesenjangan Wanita

Di suatu desa kesenjangan pendidikan bagi kaum perempuan kerap terjadi yang
disebabkan oleh beberapa faktor utama diantaranya :
1. Faktor kesenjangan gender, ketidak merataan pendidikan ditanah air disebabkan
oleh beberapa faktor penting yang kemudian menjadi penyebab timbulnya
kesenjangan khusus nya bagi kaum perempuan sehingga banyak yang mengambil
jalan pintas dengan putus sekolah dan berdiam di rumah membantu tugas orang
tua mengajarkan tugas rumah tangga bahkan berkebun.
2. Faktor penyebab kesenjangan
a. Cara pandang masyarakat yang menganggap perempuan itu hanya
mengurusi tugas rumah tangga.
b. Kesadaran masyarakat kurang akan pentingnya pendidikan
c. Keselamatan kaum perempuan jika jauh dari pengawasan orang tua.
d. Ekonomi masyarakat yang lemah
e. Kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai di suatu desa.
3. Dampak yang ditimbulkan, dampak kesenjangan tersebut adalah pendidikan
masyarakat yang rendah dan pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan dan
perkembangan masyarakat yang lemah dan pembangunan desa secara fisik
maupun non fisik (Incing, Hardianto dan Sugeng, 2013: 06).

Bahwa kesenjangan perempuan di desa benar-benar terjadi, yaitu adanya anggapan


bahwa pendidikan lebih utama untuk kaum laki-laki dibandingkan perempuan. Faktor-faktor
penyebab kesenjangan pendidikan yang terjadi yaitu faktor ekonomi, budaya, lingkungan,
pergaulan, pola pikir, serta sarana dan prasarana pendidikan yang minim. Dan dampak yang
ditimbulkan ialah pendidikan masyarakat yang rendah dan pada akhirnya berpengaruh pula
terhadap pembangunan desa baik secara fisik maupu non fisik dan juga tentunya perkembangan
masyarakat itu sendiri

3. Tokoh-Tokoh Pendidikan

Dewi Sartika Raden Dewi Sartika

merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Bandung dan telah mengembangkan pendidikan
kaum perempuan, tepatnya pada tahun 1904, telah berdiri sebuah lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan bagi kaum perempuan, sekolah ini bernama “Sakola Keutamaan Istri”, didirikannya
sekolah ini karena kondisi kaum perempuan yang seringkali mendapat perlakuan diskriminatif dalam
memperoleh pendidikan. 39 Raden Dewi Sartika merupakan perempuan yang cerdas, mempunyai
keberanian tinggi, tidak menyerah dan ramah semua orang. Beliau memiliki cita-cita yang besar untuk
memajukan pendidikan kaum perempuan khususnya di wilayah Pasundan. Kemudian beliau mewujudkan
cita-citanya dengan mendirikan “Sakola Kautamaan Istri”. Sakola Kautamaan Istri, sekarang menjadi
Yayasan Raden Dewi Sartika yang sekarang memiliki tiga lembaga pendidikan yaitu Taman Kanak-
kanak (TK) Dewi Sartika. Sekolah Dasar Swasta (SDS) Dewi Sartika, Sekolah Menengah Pertama
Swasta (SMPS) Dewi Sartika. Yayasan Dewi Sartika saat ini diketaui oleh Dr. Hj. Yooce Yovrinda
Krisnawati. Kontirbusi yang diberikan oleh Raden Dewi Sartika kepada rakyat Bandung berupa bangunan
sekolah. Sedangkan untuk pendidikan perempuan di Indonesia, Raden Dewi Sartika memberikan
perjuangan untuk mengangkat derajat kaum perempuan agar dapat memperoleh hak yang sama dengan
laki-laki dalam mengenyam pendidikan
R.A. Kartini Zaman

terus berkembang, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menempatkan bidang


pendidikan sebagai pilar utama pembangunan bangsabangsa di dunia barat. Kartini menyadari
kenyataan itu diusia belia, saat dia terkungkung dalam sangkar emasnya. Cakrawala pemikiran
Kartini terus terfokus pada masalah keterbelakangan pendidikan yang menghambat kemajuan
bangsanya. Kartini yakin hanya dengan pendidikan rakyatnya mampu bangkit dari tidurnya
selama berabad-abad. Itulah kunci bila ingin maju dan terlepas dari kebodohan dan kemiskinan.
“Bagiku pendidikan berarti membentuk watak dan akal pikiran” ucapan Kartini kepada salah
seorang teman Belandanya. Kartini menghendaki sistem pendidikan yang mengutamakan watak
untuk semua disiplin ilmu, terutama yang bermanfaat bagi masyarakat luas, seperti esehatan,
kedokteran, bidan/perawat, apoteker obat tradisional, pamong praja, hukum juga agama. 40
Gagasan Kartini ini ternyata menyerupai penelitian modern. Keseimbangan intelektual,
emosional dan spiritual dapat membentuk pribadi yang utuh. Jembatan dari ketiganya adalah
pendidikan seni budaya yang perlu diajarkan sejak dini. Andai saja gagasan pendidikan ini
diajarkan sejak dini. Andai saja gagasan pendidikan ini diajarkan setiap jenjang pendidikan,
niscaya terciptalah generasi muda yang berbudi luhur, cinta tanah air, punya harga diri, tangguh
dan tidak larut oleh pesona gemerlap modernisasi. (Soeroto, 2011 : 361)

Rahmah El-Yunisiah Perempuan

dalam pandangan Rahmah El-Yunisiah, memiliki peran penting dalam kehidupan,


perempuan adalah pendidik anak yang akan mengendalikan jalur kehidupan mereka selanjutnya,
atas dasar itu, untuk meningkatkan kualitas dan memperbaiki kedudukan perempuan diperlukan
pendidikan yang kusus kaum perempuan yang diajarkan kaum perempuan sendiri. Dalam hal ini
perlu adanya upaya untuk meningkatkan kaum perempuan, baik dalam bidang intelektual,
kepribadian maupun keterampilan. Rahmah El-Yunisiah mendidikan sekolah diniah Putri pada
1923. Agar dapat memperluas misi kaum modernis untuk menyediakan sarana pendidikan bagi
kaum perempuan yang akan menyiapkan mereka menjadi warga yang produktif dan muslim yang
baik. Rahmah menciptakan wacana baru di minang kabau, dan meletakan tradisi baru dalam
pendidikan bagi kaum perempuan di kepulauan Indonesia.Diniyah Putri adalah akademik agama
pertama bagi putri yang didirikan di Indonesia. Tujuan akhir Rahmah adalah meningkatkan
kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat melalui pendidikan modern yang berlandaskan
prinsip-prinsip islam. Rahma percaya bahwa perbaikan posisi perempuan dalam masyarakat tidak
dapat diserahkan kepada pihak lain, hal ini harus dilakukan oleh kaum perempuan sendiri.
Melalui lembaga seperti itu. Rahmah berharap bahwa,perempuan bisa maju, sehingga pandangan
lama yang mensubordinasikan peran perempuan lambat laun akan hilang dan akhirnya kaum
perempuan pun akan menemukan kepribadiannya secara utuh dan mandiri dalam mengemban
tugasnya sejalan dengan petunjuk agama. Selain sebagai pendidik, Rahmah juga sebagai seorang
pejuang. Rahmah adalah orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih di sekolahnya
setelah mendengar berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dibawah kepemimpinan Rahmah,
diniyah putri berkembang pesat.Keberhasilan lembaga ini mendapat perhatian dan pujian dari
berbagai tokoh pendidikan, 47 pemimpin nasional, politikus dan tokoh agama, baik dari dalam
maupun luar negeri.Untuk itu pada Tahun 1957 Rahmah memperoleh gelar Syaikhah dari senat
Guru Besar Universitas Al-Azhar, Mesir. (Zakiyah, 2011: 41
BAB III:
PENUTUP

1. Kesimpulan

Perempuan memiliki peranan penting dalam pendidikan untuk mencetak generasi yang
baik sebagai salah satu bagian dari penerus bangsa. Maka, perempuan harus mengupayakan diri
untuk menjadi wanita yang berilmu pengetahuan sebagai bekal untuk anak-anaknya kelak, karena
ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas dan kecerdasan tidak dapat diperoleh kecuali
dengan proses belajar. Perempuan memiliki peranan penting dalam hal pendidikan, bahkan
pendidikan pertama yang diberikan kepada anak adalah dari seorang ibu, melalui metode
keteladanan, kedisiplinan, kebudayaan, yang dilakukan sehari hari sehingga secara tidak langsung
anak tersebut akan meniru kelakuan orang tuannya khususnya ibu. Dengan demikian maka jelas
bahwa seharusnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam hal pendidikan,
tidak ada yang lebih di utamakan antara laki-laki dan perempuan karena keduanya sama-sama
memiliki peran dan kebutuhan masing- masing dalam hal pendidikan.

2. Daftar Pustaka

Prantiasih, Ar-baiyah. (2014). Reposisi peran dan fungsi perempuan. Journal of


Pendidikan pancasila dan warga kenegaraan, 27(1), 1-6. Retrieved from
http://www.academia.edu/28427977/ Reposisi_Peran_Dan_Fungsi_Perempuan Roded,
Ruth. (1995).
Judul asli “women in islamic biographical collection from ibn sa’d to who is who.
Bandung: mijan. Incing, Veronika. Hardianto, Willy tri. Rusmiwari, Sugeng. (2013).
Kesenjangan gender (perempuan) dalam mendapatkan pendidikan pada masyarakat
pedesaan. Journal of Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 2(1), 38-40. Retrieved from
http://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fisip/article/view/65/92 Qomari, Rohmad. (2008).
Pendidikan perempuan di mata kiai haji Ahmad Dahlan. Journal of studi gender & anak,
3 (2),180-194. Retrieved from http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/yinyang/ar-
ticle/view/19

Anda mungkin juga menyukai