Anda di halaman 1dari 75

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil‟alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan kekuatan, kesehatan, keselamatan, kesabaran dan kemudahan

dalam menjalani cobaan dan ujian duniawi sehingga peneliti mampu

menyelesaikan tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai

karya untuk kemanfaatan umat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada beliau baginda Rasullullah Muhammad SAW, atas perjuangan beliau dan

para sahabat, syuhada, dan pengikutnya terdahulu yang menjadikan islam sebagai

agama yang rahmatan lilalamin.

Peneliti menyadari bahwa Proposal skripsi ini masih sangat jauh dari kata

sempurna dan banyak kekurangan. Dengan kerendahan hati peneliti memohon

kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak demi mendapatkan hasil yang

lebih baik. Semoga karya ini mampu memberi manfaat bagi pembaca untuk

meluaskan wawasan serta menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya.

Yogyakarta 1 November 2019

Peneliti

Syahrul Gunawan

i
DAFTAR IS

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian.....................................................................1
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian..........................................................9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................9
D. Sistematika Pembahasan......................................................................11
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI...........................................13
A. Kajian Pustaka......................................................................................13
B. Landasan Teori......................................................................................20
1. Konsep pendidikan karakter............................................................20
2. Indikator Keberhasilan Nilai-nilai Karakter..................................23
3. Penanaman Nilai-nilai Karakter Dalam Pembelajaran PAI.........24
4. Bentuk dan Desain Pendidikan Karakter.......................................25
5. Metode Pendidikan Karakter...........................................................27
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter.........29
7. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam.................31
BAB III..................................................................................................................32
METODE PENELITIAN....................................................................................33
A. Pendekatan Penelitian...........................................................................33
B. Lokasi Penelitian...................................................................................35
C. Informan Penelitian...................................Error! Bookmark not defined.
D. Jenis dan Sumber data .........................................................................35
E. Teknik Penentuan Informan................................................................37
F. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................37
G. Analisis Data..........................................................................................41
H. Pengecekkan Keabsahan Data.............................................................44
DAFTAR PUSTAKA...............................................Error! Bookmark not defined.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern sekarang ini dunia teknologi semakin canggih gaya

pendidikanpun makin berubah seiring perkembangan zamannya. Pada

dasarnya pendidikan merupakan wadah intelektual yang terdapat kehidupan

manusia, kelompok masyarakat, atau bangsa berbudi luhur dan berakhlakul

karimah. Oleh karena itu pendidikan perlu secara terus menerus di update

secara sistematis, terpadu, dan terencana oleh pemilik modal yang berwenang

di bidang pendidikan, sehingga pendidikan sebagai salah sektor

pembangunan yang bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya

manusia benar-benar dapat memberikan sumbangan yang riil, positif, dan

signifikan dalam usaha turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa

sebagaimana telah diamanatkan oleh para pendiri bangsa (founding fathers).

para founding father (bapak pendiri bangsa) mengingatkan bahwa paling tidak

ada tiga tantangan besar yang harus dihadapi bangsa yakni, pertama,

mendirikan Negara yang bersatu dan berdaulat, kedua, membangun bangsa,

ketiga, pembangunan karakter bangsa (nation and character building).1 Bagi

peneliti dari ketiga hal di atas perlunya kerja kolektif dari berbagai sektor baik

1
Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, konsep dan model, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 1
itu pemerintah maupun setiap warga Negara, dari ketiga hal tersebut yang

sekarang menjadi sorotan publik adalah membangun karakter bangsa.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang

berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagaimana yang tercantum

dalam Undang-Undang Rebuplik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Bagi peneliti Untuk mewujudkan pendidikan nasional tersebut diperlukan

adanya lembaga pendidikan baik formal ataupun non formal. Sekolah

merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai pengaruh cukup

besar terhadap perkembangan dan pembentukan karakter serta sarana dalam

menumbuhkan sikap jujur, amanah, saling menghargai, tolong-menolong yang

terpatri dalam kepribadian siswa.

Pada dasarnya pengertian pendidikan agama tidak dapat dipisahkan

dengan pengertian pendidikan pada umumnya, sebab pendidikan agama

merupakan bagian integral dari pendidikan secara umum. Pendidikan adalah

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal.7.

2
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.3

Sehingga pendidikan di pandang sebagai salah satu pokok dalam membentuk

kepribadian yang ungggul tidak hanya melihat dari kertas formal melainkan

dengan praktek social.

Pendidikan agama adalah membangun pondasi kehidupan umat manusia,

yaitu pondasi kehidupan mental-rohaniah yang berakar pada faktor keimanan

dan ketaqwaan yang berfungsi sebagai pengendali patern of spiritual

reference dan mengokohkan jiwa.4

Melihat tujuan utama pendidikan agama ialah lebih diorientasikan pada

tataran moral actian yaitu agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran

kompeten, tetapi sampai memiliki kemauan, dan kebiasaan dalam

mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.5

Mengingat krisis karakter yang menimpa kalangan pelajar terlihat dengan

banyaknya keluhan orang tua, ahli didik dan orang-orang yang berkecimpung

dalam bidang agama dan sosial, berkenaan dengan ulah sebagian besar pelajar

yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran,

tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup seperti

hippies, bahkan sudah melakukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan

dan perilaku kriminal lainnya.6 Peneliti menganalogikan seperti gempa.


3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Rosdakarya,
2005), hal. 24
4
Muhammad Eka Mahmud, Mengoptimalkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum,
(Jurnal Ilmiah tarbiyah: Tulungagung, 2001), hal. 80.
5
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal
14
6
Abuddin Nata, Menejemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), hal. 195.

3
Disana-sini bangunan kokoh hancur bahkan rata dengan tanah dan tiang yang

lurus menjadi miring. Keadaan yang seperti ini lah yang termaktub dalam Al-

Qur’an Surat Al-Nahl: 26 yang berbunyi: Sesungguhnya orang-orang yang

sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan

rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa

mereka dari atas, dan datanglah azab itu kepada mereka dari tempat yang

tidak mereka sadari.

Ayat di atas menegaskan dengan jelas bahwa negara yang harusnya

membaca situasi pendidikan yang terjadi sekarang ini, serta menanyakan

adapa sebenarnya di balik kejadian-kejadian tersebut. Sebagai manusia kita

beranggapan semua ini adalah takdir, jika itu takdir yang bisa dirubah

sistemnya maka seharunya kita membenahi kebodohan yang membuat bangsa

ini di kuasai oleh negara adi kuasa yang senantiasa menindas dan menyedot

hasil kekayaan negara kita. Maka perlu renovasi karakter terhadap peserta

didik sejak awal yang menjadi stok terbesar bangsa ini.

Selain hal di atas Pendidikan Karakter memiliki esensi dan makna yang

sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, dikatakan demikian

karena elemen penting yang paling mendominasi pendidikan karakter tertuju

pada akhlak.7 senada dengan hal tersebut Nabi Muhammad menyampaikan

hadist penyempurna akhlak yang berbunyi : Dari Abu Hurairah r.a berkata :

Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya aku diutus di muka bumi ini tidak

lain untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Al-Baihaqi)

7
Asmaun Sahlan dan Angga Teguh Prasetyo, Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan
Karakter, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 28

4
Secara historis, pendidikan karakter merupakan misi utama Nabi

Muhammad SAW sejak awal kenabiannya merumuskan tugasnya dengan

pernyataan bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan karakter manusia

(akhlak), sebagaimana hadits diatas. Hal ini menunjukkan bahwa

pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya cara

beragama yang dapat menciptakan peradaban dunia.

Melihat realitas demikian, Al-Ghazali mengatakan bahwa dalam

kemahiran dalam ilmu pengetahuan Islam merupakan kewajiban setiap orang

yang beriman, beliau juga mengatakan bahwa tujuan murid dalam

mempelajari segala ilmu pengetahuan masa sekarang, adalah kesempurnaan

dan keutamaan jiwanya. Pendapat Al-Ghazali itu didukung oleh M. Athiyah

Al-Abrasyi yang dikutip oleh Zainudin: “Pendidikan budi pekerti adalah jiwa

dari pendidikan Islam (pendidikan yang dikembangkan kaum muslimin), dan

Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlaq jiwa

pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlaq yang sempurna adalah tujuan

sebenarnya dari pendidikan”8

Dari pernyataan di atas bahwa Al-Ghazali menjunjung tinggi keluhuran

rohani, keutamaan jiwa, kemudian akhlak dan kepribadian yang kuat.

Penanaman karakter menjadi aspek yang fundamental dalam kehidupan

seseorang, masyarakat maupun suatu negara. Keseriusan pemerintah dalam

membangun karakter bangsa semakin terlihat dengan adanya kurikulum 2013

yang disebut dengan kurikulum berbasis karakter, yaitu semua mata pelajaran

8
Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: BIna Aksara, 1991),
hal. 44.

5
harus memiliki kontribusi terhadap pembentukan karakter. Bahkan dalam

hasil laporan Center for Relegius And Cross-Cultural Studies (CRCS) Sekolah

Pascasarjana Universitas Gadjah Mada mencatat, salah satu dari tiga penyebab

bergantinya kurikulum KTSP tahun 2006 menjadi kurikulum 2013

dikarenakan kurikulum KTSP tahun 2006 belum sepenuhnya berkompetensi

seperti yang diatur dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Dari pada itu

kurikulum 2013 memperkenalkan konsep Kompetensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD), bahwa setiap KD dari seluruh mata pelajaran harus

memuat empat nilai-nilai KI yaitu: kompetensi spiritual, kompetensi sosial,

kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan.9

Dititik inilah seharusnya pendidikan Islam harus meningkatkan

kualitasnya dalam pembinaan nilai-nilai keagamaan, juga mampu membaca

kecenderungan keadaan sehingga mampu mengambil terobosan pemikiran

yang mampu menghadirkan suasana baru. Dengan karakter yang baik,

berkarakter keislaman yang tinggi, betapapun parahnya kondisi sosial

seseorang akan tetap tangguh, tegar dalam menghadapi tantangan dengan

senantiasa menanamkan nilai-nilai keagamaan pada peserta didik. Peneliti

beranggapan bahwa Pendidikan agama Islam perlu ditingkatkan kualitasnya

dengan melibatkan unsur kedua orang tua, sekolah dan masyarakat serta

dengan mempergunakan berbagai cara yang efektif. Pembentukan akhlaqul

karimah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru agama saja, tetapi

tanggung jawab seluruh guru. Pengajaran harus diikuti dengan pendidikan

9
Suhadi (dkk), Politik Pendidikan Agama, Kurikulum 2013 Dan Ruang Public Sekolah (
Yogyakarta: center for relegius and cross-cultural studies ( CRCS ), 2014), hal 25

6
dengan cara menunjukkan aspek pendidikan pada setiap ilmu yang diajarkan.

Berbagai situasi dan kondisi lingkungan harus dijauhkan dari hal-hal yang

dapat merusak akhlaq.

Urgensi pendidikan karakter di dalam pendidikan bukan hanya terjadi di

Indonesia, pendidikan karakter juga menjadi fokus utama dari pendidikan di

negara lain seperti di Inggris dan di Amerika. Menurut hasil penelitian James

Arthur, pendidikan karakter kembali menjadi agenda kebijakan pendidikan

Inggris setelah diabaikan sejak 1960-an, pendidikan karakter kembali menjadi

fokus pendidikan pada abad kesembilan belas. Antara 1979 dan 1997

pemerintah konservatif berusaha untuk mengembalikan turunnya standar

moral pendidikan, yaitu dengan didirikan kontrol negara melalui kurikulum

sekolah, karena sekolah bertugas untuk mendidik moral siswa.Tokoh

pendidikan karakter di Amerika yang kerap disebut adalah Thomas Lickona,

melalui karyanya “The Return of character Education” menyadarkan dunia

pendidikan di Amerika tentang perlunya pendidikan karakter untuk mencapai

cita-cita pendidikan10

Berdasarkan hal di atas dengan melihat pentingnya pembentukan

karakter pada diri peserta didik maka peneliti tertarik untuk menyajikan kajian

tentang Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam ( PAI ) Pada Kelas IX di SMP N 2 Ngaglik yang diharapkan

dari itu pula nantinya dapat tertanam kesadaran berperilaku sesuai dengan

kaidah moral, etika, dan akhlak sesuai ajaran agama Islam. Setidaknya dari

10
Lanny Octavia ( dkk), Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantran, ( Jakarta,
Rumah kitab, 2014), hal 10

7
apa yang telah ada menjadi sesuatu yang perlu dikaji bagaimana pelaksanaan,

strategi, dan isi atau materi yang digunakan dalam proses pembelajaran PAI

sebagai alternatif pendidikan untuk mewujudkan investasi masa depan

generasi bangsa yang unggul dan cakap serta memiliki perangai yang mulia.

memerlukan penanaman nilai keagamaan berupa pembentukan karakter

mengingat dewasa ini pengaruh negatif teknologi informasi yang sedang

mengancam para siswa. Selain itu hal yang sangat menarik di SMP N 2

Ngaglik adalah di dekat sekolah tersebut Banyak tenaga pengajar tersebut juga

berasal dari latar belakang pendidikan serta kehidupan sosial yang berbeda-

beda dan punya watak serta perilaku yang bermacam-macam serta lingkungan

social yang selalu menjaga nilai toleransi yang kuat. Atas dasar hipotesis ini,

peneliti tertarik untuk mengkaji tentang nilai-nilai karakter dalam

pembelajaran PAI ( Pendidikan Agama Islam ) dengan focus pada

“Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam ( PAI ) Pada Kelas IX di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020”

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

8
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka menjadi fokus penelitian

dalam kasus ini adalah :

1. Bagaimanakah aktualisasi peranan Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam dalam pembentukan karakter siswa Kelas IX Di SMP N 2 Ngaglik

Tahun Pelajaran 2019/2020 ?

2. Mengapa aktualisasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat

membentuk Karakter siswa Di Kelas IX Di SMP N 2 Ngaglik Tahun

Pelajaran 2019/2020 ?

3. Apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

yang di hadapi sekolah dalam menerapkan nilai-nilai Karakter Pada

pembelajaran PAI Di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka tujuan diadakan

penelitian ini adalah:

a. Untuk memahami dan mendeskripsikan aktualisasi peranan Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan karakter siswa

Kelas IX Di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020 ?

b. Untuk memahami dan mendeskripsikan kelebihan dan keunggulan,

serta manfaat yang di berikan dalam proses aktualisasi nilai-nilai

karakter pada pembelajaran PAI ( Pendidikan Agama Islam ) Di Kelas

Kelas IX Di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020

9
c. Untuk memahami dan menganalisis upaya-upaya yang dilakukan dalam

mengatasi masalah yang di hadapi dalam penerapan nilai-nilai Karakter

pada Pada pembelajaran PAI Di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran

2019/2020 ?

2. Manfaat penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah manfaat secara

teoritis dan secara praktis.

a. Secaraa teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat dapat digunakan sebagai

sumbangan pikiran terhadap khazanah ilmiah dalam pengembangan

ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan peranan pendidikan

agama dalam pembentukan karakter siswa. Di jadikan salah satu

sumber informasi seputar Analisis nilai-nilai Karakter pada

Pembelajaran PAI Di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020

b. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru dan

dapat digunakan oleh kepala sekolah SMP N 2 Ngaglik sebagai

tambahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam program

pembelajaran terutama materi pendidikan agama Islam serta untuk

pembinaan karakter siswa agar lebih baik. Selain itu dapat digunakan

oleh siswa sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui

kelemahan yang dimiliki dan memperbaiki diri sendiri atau

10
mengubah cara pandang dalam berbudi pekerti atau bertingkah laku.

Dan terakhir bagi peneliti yang akan datang sebagai bahan kajian

penunjang dan bahan pengembang perancangan penelitian dalam

meneliti hal-hal yang berkaitan dengan topik “Aktualisasi

Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

( PAI ) Pada Kelas IX di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran

2019/2020”

D. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan, berisi Latar Belakang Masalah di dalamnya

terdapat penjelasan faktor- faktor yang menjadi dasar timbulnya masalah

yang hendak diteliti serta argumen-argumen yang membuat masalah

tersebut dirasa menarik dan urgen untuk diteliti. Setelah Latar Belakang

Masalah, terdapat Fokus dan Pertanyaan Penelitian menjelaskan hal-hal

yang menjadi titik dan pertanyaan dalam penelitian. Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Tujuan Penelitian yaitu pernyataan secara khusus yang ingin

dicapai oleh peneliti melalui penelitiannya. Manfaat Penelitian merupakan

manfaat- manfaat dan keterlibatan positif yang didapat bilamana tujuan

penelitian terlaksana. Dan yang terakhir Sistematika Pembahasan yang

menerangkan bagaimana sistematika pembahasan proposal skripsi yang

dibuat.

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori. Kajian pustaka

menyajikan informasi terkait apa yang diteliti dengan penelitian sejenis

11
yang sudah dilaksanakan peneliti sebelumnya, selanjutntya Landasan

Teori yang menerangkan gambaran, dasar, teori dan berbagai keterangan

lain yang terkait dengan persoalan yang menjadi pokok penelitian.

keterangan yang ada di dalamnya dapat berupa gambaran (proses,

penjelasan) teori, dapat juga berupa analisis (kajian) teori-teori.

Bab III Metode Penelitian, merupakan aturan proses penelitian

guna menemukan jawaban dari persoalan penelitian yang dikemukakan.

Metode penelitian berisi berbagai hal bagaimana penelitian tersebut,

mencakup: Pendekatan Penelitian, Jenis Penelitian, Tempat dan Lokasi

Penelitian, Informen Penelitian, Teknik Penentuan Informen, Teknik

Pengumpulan Data, Keabsahan Data dan Teknik Analisis Data.

Daftar Pustaka yaitu daftar sumber acuan yang digunakan dalam

menyusun skripsi, referensi bisa berupa buku, majalah, artikel jurnal,

artikel dalam majalah dan website atau asal referensi

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka memaparkan beberapa penelitian sebelumnya yang terkait

dengan penelitian yg akan dibahasa, berikut beberapa penelitian yang

memiliki relevansi dengan penelitian peneliti:

1. Mohammad Yusuf Khanafi Skripsi dengan judul :“Konsep Pendidikan

Karakter Islami (Telaah Kritis Atas Pemikiran Najib Sulhan)”.

penelitian menunjukkan bahwa konsep pendidikan karakter

bersandarkan pada tiga pilar, yaitu: (1) Manusia lahir dalam keadaan

fitrah, (2) Setiap anak itu cerdas dan (3) Kebermaknaan pembelajaran.

Sehingga dengan bersandar pada tiga pilar itu proses pendidikan

karakter akan berjalan dengan efektif dan efisien, serta tujuan

pembentukan karakter itu sendiri akan tercapai dengan baik11 bagi

peneliti terdapat perbedaan yang lumayan signifikan dalam proses

penelitian yang peneliti akan lakukan. Jika di tinjau dari mohammad

yusuf beliau lebih menekankan pada konsep pemikiran najib sulhan,

11
Mohammad Yusuf Khanafi, “Konsep Pendidikan Karakter Islami (Telaah Kritis Atas
Pemikiran Najib Sulhan)”, Skripsi, (Semarang : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Walisongo Semarang, 2011 )

13
artinya lebih mengkaji pemikiran tokoh dalam proses pembentukan

karakter.

2. Durotun Nasikah (2017), yang berjudul “Implementasi Pendidikan

Karakter Siswa Dalam Prespektif Islam di SMP NEGERI 2

BANYUBIRU Kabupaten SEMARANG Tahun Pelajaran 2017 ”. hasil

penelitian ini menujukan bahwa konsep pendidikan karakter yang di

kembangkan di SMP Negeri 2 Banyu Biru adalah berkonsep kepada

nilai dan ajaran agama islam. Penelitian Durotun Nasikah ini sendiri

memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yakni

tentang pendidikan karakter.12 Akan tetapi terdapat perbedaan yang

sangat mencolok, yaitu peneliti Durotun Nasikah berkisar pada konsep

Pendidikan karakter yang dikembangkan oleh SMP Negeri 2 Banyu

Biru dan cakupan pembahasan terlalu bersifat umum yang di tinjau dari

bingkai serta prespektif islam. Sedangkan peneliti ingin mengambarkan

aktualisasi pendidikan agama islam berbasis karakter, dalam hal

tersebut peneliti memfokuskan penelitiannya kedalam implementasi

pendidikan agama Islam berbasis karakter dan faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam Implementasi Pendidikan agama Islam berbasis

karakter.

3. Purwanti, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang berjudul

“Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pondok Pesantren dalam


12
Durotun nasikah “Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Dalam Prespektif Islam di
SMP NEGERI 2 BANYUBIRU Kabupaten SEMARANG Tahun Pelajaran 2017” Skripsi. Fakultas
Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

14
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ali Maksum

Yogyakarta”. Penelitian ini menjelaskan pelaksanaan pendidikan

karakter berbasis pondok pesantren secara terus-menerus dan

berkelanjutan melalui kegiatan-kegiatan keseharian dalam lingkungan

yang kondusif untuk menanamkan, mengembangkan dan membentuk

karakter Islami. Karakter yang ditanamkan kepada peserta didik antara

lain religius, disiplin, hormat dan santun, tanggung jawab, mandiri,

kerjasama, sederhana, bersih, kreatif, gemar membaca, rasa ingin tahu,

jujur, ikhlas, terbuka, dan toleransi. Penelitian ini menunjukkan bahwa

implementasi pendidikan karakter sangat didukung oleh lingkungan

yang kondusif, strategis dan memiliki hubungan yang baik dengan

masyarakat sekitar.13

4. Etik Mifrohah mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang yang berjudul :Pendidikan Karakter dalam Pendidikan

Agama Islam Pada Kelas V (Studi Kasus Pada SD Alam Ungaran,

pesantren mahasiswa Al Manar menerapkan reward and punishment

agar meningkatkan motivasi dan semangat belajar bagi para mahasiswa.

skripsi ini menunjukkan bahwa 1) Bentuk materi pendidikan karakter

dalam PAI pada kelas V yang dilaksanakan di SD Alam Ungaran ialah

materi PAI yang meliputi aspek akhlak, ibadah, dan aqidah. Poin

terpenting dalam pendidikan karakter dalam PAI pada kelas V di SD

Alam Ungaran adalah mengajarkan anak untuk berperilaku sesuai


13
Purwanti, “Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pondok Pesantren Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ali Maksum Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga yogyakart,2014.

15
dengan fitrahnya sesuai dengan Al-Qur‟an dan Sunnah.) Pada

pelaksanaan pendidikan karakter dalam PAI pada kelas V di SD Alam

Ungaran dengan menggunakan metode pengajaran, keteladanan, dan

refleksi yang ada dalam materi PAI kelas V, peserta didik mempunyai

karakter berpikir dan bersikap sesuai dengan nilai- nilai pendidikan

karakter dan ajaran agama Islam. sehingga insankamil seperti yang

dicita-citakan Islam terwujud14 peneliti mengkaji terdapat perbedaan

kelas dan instansi dalam proses penelitian yang dilakukan oleh etik

mifrohah dibandingkan penelitian yang akan peneliti teliti.

5. Skripsi Wahyu Mustaqim, yang berjudul “Pengaruh Penerapan

Pendidikan Karakter di Sekolah Terhadap Perilaku Akademik Siswa

Kelas XI Tehnik Komputer Jaringan di SMK PIRI 1 Yogyakarta”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan

pendidikan karakter yang ada di SMK Piri 1 Yogyakarta. Subjek

penelitian adalah siswa kelas XI tehnik komputer jaringan. Analisis

yang digunakan adalalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Besarnya pengaruh yang terjadi dari penerapan pendidikan karakter

yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah sebesar 39,7%. Hasil tersebut

didukung dengan data kualitatif yang dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendidikan karakter memiliki pengaruh terhadap

perkembangan perilaku akademik siswa. Pengaruh yang terjadi

merupakan pengaruh yang positif sehingga perilaku akademik siswa


14
Etik mufrohah, Pendidikan Karakter Dalam pendidikan agama islam pada kelas V
( studi kasus pad asd alam unggaran, skripsi, ( semarang : fakultas tarbiyah dan keguruan IAIN
Walisongo semarang, 2011

16
menjadi lebih berkarakter. Kesimpulan tersebut terbukti dari banyaknya

indikator yang tercapai dari penerapan pendidikan karakter.15 Perbedaan

dalam penelitian ini dimana peneliti menitik beratkan pada aktualisasi

mata pelajaran PAI di sekolah terhadap Pendidikan karakter. Peneliti

menginterpretasikan bagaimana sebenarnya aktualisasi mata pelajaran

PAI di sekolah terhadap Pendidikan karakter. Sedangkan peneliti

menitik beratkan pada pelaksanaan pendidikan karakter guna

mengetahui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada saat proses

pembelajaran. adapun persamaan dalam penelitian ini yakni sama-sama

membahas tentang pendidikan karakter.

6. Khamdiyah, mahasiswi jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang berjudul

“Sistem Boarding School dalam Pendidikan Karakter Peserta didik

Kelas VII MTs Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta”. Penelitian ini

menjelaskan penerapan sistem boarding school untuk penanaman

karakter peserta didik melalui proses pembelajaran, pembiasaan,

pengembangan diri, keteladanan, menjalin komunikasi dengan orang

tua, nasihat, perhatian, dan hukuman. Adapun karakter yang

ditanamkan, yaitu: religius, jujur, kerja keras, mandiri, disiplin, kreatif,

demokratis, rasa ingin tahu, menghargai, cinta damai, peduli

lingkungan, peduli sosial, bersahabat, gemar membaca, semangat

kebangsaan, semangat berdakwah, percaya diri, dan tanggung jawab.

15
Wahyu Mustaqim, Pengaruh Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah Terhadap
Perilaku Akademik Siswa Kelas XI Tehnik Komputer Jaringan di SMK PIRI 1 Yogyakarta. 2013

17
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem boarding school

pada sekolah tersebut dalam mendidik karakter peserta didik belum

dapat membuat peserta didik berinteraksi dengan masyarakat luas

karena peserta didik hanya berinteraksi dengan teman sebaya dan

pendidik.16

7. Penelitian dari jurnal Purwaningsih, Rianawati dan Kartini

“internalisasi Nilai-Nilai karakter pada pembelajaran PAI ( pendidikan

Agama Islam ) di SMP N 4 Sungai Raya JRTIE: Journal of Research

and Thought of Islamic Education Vol. 1, No. 1, 2018 Berdasarkan

hasil data yang diperoleh peneliti, menghasilkan kesimpulan sebagai

berikut: 1) internalisasi pada kegiatan pendahuluan dengan nilai

karakter disiplin, religius, peduli sosial dan disiplin, rasa ingin tahu,

mandiri, komunikatif;2) internalisasi pada Kegiatan inti pembelajaran

ini lebih menekankan pada proses pembentukan pengelaman belajar

(learning experience) siswa dalam materi/bahan pelajaran tertentu; dan

3) internalisasi pada kegiatan akhir dengan cara guru menyimpulkan

pelajaran yang telah disampaikan (nilai karakter adalah kreatif,kerja

sama dan komunikatif) kemudian guru melakukan evaluasi di akhir

pembelajaran (nilai karakter adalah mandiri,kreatif dan tanggung

jawab) memberikan motivasi akhir kepeserta didik (nilai karakter

adalah rasa ingin tahu dan menghargai prestasi) lalu membaca doa dan

16
Khamdiyah, “Sistem Boarding School dalam Pendidikan Karakter Peserta didik Kelas
VII MTs Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

18
di akhiri dengan mengucap salam (nilai karakter adalah religius). 17

Peneliti menganalisis dalam sebuah jurnal bahwa penelitian ini hamper

serupa dengan penelitian yang peneliti akan lakukan akan tetapi

perbedaannya terletak pada instansi yang akan diteliti.

8. Mei Kusumawardani, yang berjudul “Implementasi Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4

Yogyakarta”. Dari hasil penelitiannya Mei Kusumawardani

mengemukakan bahwa, dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter

diperlukan peran serta semua guru, kepala sekolah, pegawai

administrasi sekolah, siswa, orang tua sebagai awal mula pendidikan

terjadi, serta pemuka masyarakat perlu bekerja secara kolaboratif

dalam melaksanakan program pendidikan karakter. Penelitian ini jelas

berbeda dengan penelitian yang peneliti tulis. Penelitian ini lebih

menitik beratkan pada pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di

SMK, sedangkan peneliti menitik beratkan pada pelaksanaan

pendidikan karakter dalam pembelajaran di SMA. adapun

persamaannya yakni sama-sama membahas tentang pendidikan

karakter.18

17
Purwaningsih, Rianawati dan Kartini “internalisasi Nilai-Nilai karakter pada
pembelajaran PAI ( pendidikan Agama Islam )di SMP N 4 Sungai Raya” JRTIE: Journal of
Research and Thought of Islamic Education Vol. 1, No. 1, 2018
18
Mei Kusumawardani, “implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah
menengah keguruan ( SMK) negeri 4 yogyakarta” 2013

19
Setelah meninjau beberapa penelitian tersebut di atas, peneliti ingin

mencoba melihat konsep proses aktualisasi nilai karakter pada mata pelajaran

PAI dalam membentuk karakter siswa di SMP N 2 Ngaglik.

B. Landasan Teori

1. Konsep pendidikan karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah’ karakter’ berarti’

sifat-sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membedakan sesorang

dari yang lain, bisa juga berarti tabiat atau watak yang dimilkinya’.19

Secara konseptual, istilah karakter dipahami dalam dua pengertian.

Pengertian pertama bersifat deterministik, karakter dipahami sebagi

sekumpulan kondisi rohaniah pada diri yang sudah teranugerahi atau yang

memang sudah ada pada diri seseorang (given). Dengan demikian, ini

merupakan kondisi yang di terima begitu saja dan tidak dapat diubah.

Merupakan tabiat seseorang yang bersifat tetap, menjadi tanda khusus

yang membedakan orang yang satu dengan yang lainnya.

Pengertian kedua, bersifat non deterministik atau dinamis, karakter

dipahami sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam

upaya mengatasi kondisi rohaniah yang sudah given. Merupakan proses

yang dikehendaki oleh seseorang untuk menyempurnakan

kemanusiaannya.20 Penanaman nilai-nilai karakter atau budi pekerti di

sekolah perlu mendapatkan dukungan dari keluarga dan masyarakat.

19
Kamisa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Surabaya : Cahaya Agency), hal .281
20
Ibd, hal..282

20
Orang tua di harapkan mampu menjadi tauladan yang utama bagi anak

dalam menerapkan nilai-nilai tersebut. Dalam kekhidupan bermasyarakat

seharusnya tercipta lingkungan yang kondusif bagi anak untuk

mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai karakter yang

dimilikinya.

Diperlukan kerjasama yang baik antara orang tua dengan sekolah agar

bisa menghantarkan anak didik dalam upaya mencapai keberhasilan

belajar serta mengembangkan potensi sesuai minat dan bakatnya, meraih

prestasi dan menjunjung tinggi budi pekerti. Sebagaimana tugas guru

untuk memberikan pemahaman tentang budi pekerti di sekolah, hal ini

juga menuntut peran serta orang tua secara aktif untuk mengawal anak

dalam mengaplikasikan nilai-nilai budi pekerti dalam kesehariannya di

rumah.

Pengertian karakter menurut Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie,

adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,

nyata berkehidupan baik dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang

terpati dalam diri dan terwujud dalam perilaku kehidupan. 21 Karakter

secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta

olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan

ciri khas seseorang atau sekolompok orang yang mengandung nilai,

kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan

dan tantangan. Dalam hubunganya dengan pendidikan, pendidikan

21
Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienchiie, Pendidikan Karakter (Bandung : Pustaka
Betia 2013), hal. 42

21
karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,

pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan

kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara

kebaikan, mewujudkan dan menebarkan kebaikan dalam kehidupan sehari-


22
hari dengan penuh hati. Terkait dengan defenisi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter dengan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dapat dilihat dari berbagai aspek baik dalam kehidupan

sehari-hari maupun di dalam internal sekolah.

Dari berbagai pendapat di atas dapat dipahami bahwa karakter itu

berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi “positif”, bukan netral. Jadi

“orang berkrakter” adalah orang yang memiliki kualitas moral (tertentu)

positif. Jadi terkait dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa penerapan nilai karakter harus dilakukan atau diterapkan secara

sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek pengetahuan,

kesadaran, dan kemauan serta tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai

tersebut, baik terhadap Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri,

sesamamanusia, lingkungan maupun kebangsaan, sehingga menjadi

manusia insan kamil.23

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidikan

karakter yang dimaksud disini adalah pendidikan dengan proses

membiasakan anak melatih sifat-sifat baik yang ada dalam dirinya

sehingga proses tersebut dapat menjadi kebiasaan dalam diri anak. Dalam

22
Ibid , hal.42
23
Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter : konsep dan model, hlm. 46

22
pendidikan karakter tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan anak

dalam aspek kognitif saja, akan tetapi juga melibatkan emosi dan spiritual,

tidak sekedar memenuhi otak anak dengan ilmu pengetahuan saja, tetapi

pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan

dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami

nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha

Esa, diri sendiri, sesama manusia serta lingkungan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma

agama, hukum, tata krama budaya dan adat istiadat.

2. Indikator Keberhasilan Nilai-nilai Karakter

Keberhasilan program nilai-nilai karakter dapat diketahui melalui

beberapa indikataor berikut:

a. Mengamalkan ajaran yang dianutnya sesuai dengan tahap

perkembangan remaja.

b. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

c. Menunjukkan sikap percaya diri.

d. Mematuhi atruran-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan

yang lebih luas.

e. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan, golongan

sosial ekonomi dalam lingkungan nasional.

f. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan

sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatf; dan

Menunjukan kemampuan berpikir yang logis, kritis, dan inovatif.24


24
Ibid, hal. 180

23
Pada tataran implementasi di sekolah, kriteria pencapaian karakter

tampak pada terbentuknya budaya sekolah yang positif yaitu prilaku,

kebiasaan keseharian siswa dan simbol-simbol yang diperaktikkan oleh

semua warga sekolah yang mencerminkan nilai-nilai berkarakter. Proses

terbentuknya prilaku yang berkarakter tersebut menujukan keterkaitan

antara pikiran, perasaan dan tindakan.

3. Penanaman Nilai-nilai Karakter Dalam Pembelajaran PAI

Agar pelaksananan pembelajaran sesuai dengan apa yang

diharapkan, guru harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang

konsep budi pekerti, strategi pelaksanaan dan system penilaiannya.

Setidaknya , acuan itu untuk menyamakan persepsi dalam mengelola nilai-

nilai karakter.

Maka perlu mengetahui secara universal antara agama dan islam

setelah itu di integrasikan diksi dari pembelajaran PAI. Agama dalam

pandangan Islam, yaitu ketentuan ketuhanan yang mengantarkan manusia

dengan berpegang teguh kepadanya, kebahagiaan di dunia dan

kesejahteraan di akhirat. Jadi agama merupakan tatanan atau undang-

undang yang diturunkan oleh Tuhan untuk kebaikan di dunia dan akhirat.

Islam berasal dari kata aslama-yuslimu yang berarti menyerah, tunduk dan

damai. Secara bahasa, Islam mengandung makna umum, bukan hanya

nama dari suatu agama. Ketundukan, ketaatan dan kepatuhan, merupakan

makna Islam. Ini berarti segala sesuatu yang tunduk dan patuh terhadap

24
kehendak Allah adalah Islam. Menurut Al-Qur’an, Islam adalah agama

yang ajaran-ajaran agamanya di berikan Allah kepada Masyarakat,

Manusia melalui para rosul nya.25

Jadi kesimpulannya pendidikan agama Islam merupakan suatu

sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk

memimpin kehidupannya sesuai dengan cara-cara Islam. Karena nilai-nilai

Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Atau dengan

kata lain, manusia muslim yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu

harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagai yang

diharapkan oleh cita-cita Islam.

4. Bentuk dan Desain Pendidikan Karakter

Menurut D. Yahya Khan, terdapat empat bentuk pendidikan

karakter yang dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan, antara lain:

a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius yaitu pendidikan

karakter yang berlandaskan kebenaran wahyu (konversi moral).

b. Pendidikan karakter berbasis nilai kultur yang berupa budi

pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh

sejarah dan para pemimpin bangsa.

c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konversi lingkungan).

d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri yaitu sikap pribadi, hasil

kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan (konversi humanis). Atau

25
Thohir Luth, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Malang: PPA Universitas Brawijaya,
2005), hal. 16-17

25
dapat dikatakan pendidikan karakter berbasis potensi diri adalah

proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya upaya, secara

sadar, melalui kebebasan, dan penalaran serta mengembangkan

segala potensi yang dimiliki peserta didik.26

Masnur Muslich berpendapat bahwa terdapat tiga bentuk desain

dalam pemograman pendidikan karakter yang efektif dan utuh.

Pertama, berbasis sekolah. Desain ini berbasis pada relasi guru

sebagai pendidik dan murid sebagai pembelajar. Dalam konteks

pendidikan karakter dalam hal ini adalah proses relasional komunitas kelas

dalam konteks pembelajaran. Relasi guru-pembelajar bukan monolog,

melainkan dialog dengan banyak arah sebab komunitas kelas terdiri dari

guru dan peserta didik yang sama-sama berinteraksi dengan materi.

Kedua, berbasis kultur sekolah. Desain ini mencoba membangun

kultur sekolah yang mampu membentuk karakter peserta didik dengan

bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan

dalam diri peserta didik. Misalnya, untuk menanamkan nilai kejujuran

tidak hanya memberikan pesan moral, namun ditambah dengan peraturan

tegas serta sanksi bagi pelaku ketidakjujuran.

26
D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi diri, (Yogyakarta : Pelangi
Publishing, 2010), hal 2

26
Ketiga, desain pendidikan karakter berbasis komunitas. Dalam

mendidik komunitas sekolah tidak berjuang sendirian. Melainkan

masyarakat diluar lembaga pendidikan, seperti keluarga, masyarakat

umum dan negara, juga memiliki tanggung jawab moral untuk

mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan

mereka.27

Peneliti menganalisis secara psikologi dan soisal kultur bahwa

pembentukan karakter dalam diri individu itu merupakan potensi dari

seluruh aspek baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika di lihat

dalam social kuultur lebih kepada keluarga, sekolah, masyarakat, dan

sifatnya berlangsung sepanjang hayat.

5. Metode Pendidikan Karakter

Doni A. Kusuma mengajukan 5 (lima) metode pendidikan karakter

(dalam penerapan di lembaga sekolah) yaitu mengajarkan, keteladanan,

menentukan prioritas, praktis prioritas dan refleksi.

a. Mengajarkan, Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman

pada peserta didik tentang struktur nilai tertentu, keutamaan, dan

maslahatnya. Mengajarkan nilai memiliki dua faedah, dalam artian

memberikan pengetahuan konseptual baru, kedua, menjadi

pembanding atas pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik.

Karena itu, maka proses mengajarkan tidaklah monolog, melainkan

melibatkan peran serta peserta didik

27
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), Cet. 1, hal 160-161

27
b. Keteladanan, Keteladanan menepati posisi yang sangat penting. Guru

harus terlebih dahulu memiliki karakter yang hendak diajar kan,

karena diantara peran guru dalam membangun karakter bangsa adalah

dengan memberikan keteladanan dan contoh. Teladan itu diberikan

seiring dengan kesempatan mengajar di dalam kelas termasuk

berperilaku sehari-hari. Peserta didik akan meniru apa yang dilakukan

gurunya ketimbang yang dilaksanakan sang guru. Keteladanan tidak

hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari seluruh manusia yang

ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Peneliti beranggapan

Pendidikan karakter membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh,

saling mengajarkan karakter karena lingkungan sekitar juga menjadi

pendokong karakter peserta didik.

c. Menentukan prioritas. Penentuan prioritas yang jelas harus ditentukan

agar proses evaluasi atas berhasil atau tidak nya pendidikan karakter

dapat menjadi jelas, tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat

terfokus dan karenanya tidak dapat dinilai berhasil atau tidak berhasil.

Pendidikan karakter menghimpun kumpulan nilai yang dianggap

penting bagi pelaksanaan dan realisasi visi lembaga. Oleh karena itu,

lembaga pendidikan memiliki kewajiban. Pertama, menentukan

tuntutan standar yang akan ditawarkan pada peserta didik. Kedua,

semua pribadi yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus

memahami secara jernih apa nilai yang akan ditekankan pada lembaga

pendidikan karakter ketiga. Jika lembaga ingin menentukan perilaku

28
standar yang menjadi ciri khas lembaga maka karakter lembaga itu

harus dipahami oleh anak didik , orang tua dan masyarakat.

d. Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting setelah penentuan

prioritas karakter adalah bukti dilaksanakan prioritas karakter tersebut.

Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana

prioritas yang telah ditentukan telah dapat direalisasikan dalam

lingkungan pendidikan melalui berbagai unsur yang ada dalam

lembaga pendidikan itu.

e. Refleksi. Berarti dipantulkan kedalam diri. apa yang telah dialami

masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum dikaitkan,

dipantulkan dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi juga dapat

disebut sebagai proses bercermin, mematut-matutkan diri ada

peristiwa/konsep yang telah teralami.28

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter

Dalam melakukan pembentukan karakter baik yang positif maupun

yang negative pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut.

Walaupun karakter ada sebagian sifat yang di bawa sejak lahir da nada

yang membentuk lewat praktek keseharian. Maka perlu kiranya

mengetahui secara teoritik faktor yang mempengaruhi hal tersebut di

antaranya :

a. Warisan biologis (misalnya bentuk tubuh, apakah

28
Doni A. Kusuma, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global,(
Jakarta: PT Gramedia. 2011 ) hlm. 212-217

29
endomorph/gemuk bulat, ectomorph/kurus tinggi, dan

mesomorph/atletis. Dari beberapa penelitian diketaui bahwa

mesomorph lebih berpeluang melakukan tindakan-tindakan,

termasuk berperilaku menyimpang dan melakukan kejahatan)

b. Lingkungan fisik/alam (tempat kediaman seseorang, seseorang

berdiam di pegunungan, dataran rendah, pesisir/pantai, dan

sebagainya akan mempengaruhi kepribadiannya)

c. Faktor lingkungan kultural (Kebudayaan masyarakat), dapat

berupa:

1) Kebudayaan khusus kedaerahan atau etnis (Jawa,

Sunda, Madura, Batak, dts.)

2) Cara hidup yang berbeda antara desa satu dengan desa

yang lain (daerah agraris tradisional) dengan kota

(daerah industri- modern)

3) Kebudayaan khusus kelas sosial (kelas sosial bukan

sekedar kumpulan dari orang-orang yang tingkat

ekonomi, pendidikan atau derajat sosial yang sama,

tetapi lebih merupakan gaya hidup)

30
4) Kebudayaan khusus karena perbedaan agama (Islam,

Kristen, Khatolik, Hindu, Budha, dan lain-lain)

5) Pekerjaan atau keahlian (guru, dosen, birokrat, politisi,

tentara, pedagang, petani, dan lain-lain)

6) Pengalaman kelompok (lingkungan sosial): dengan

siapakah seseorang bergaul dan berinteraksi akan

mempengaruhi kepribadiannya

7) Pengalaman unik (misalnya sensasi-sensasi ketika

seseorang dalam situasi jatuh cinta).29

7. Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam

Dalam Islam, urgensi etika sosial ditransformasikan melalui

pendidikan, mengingat pendidikan disamping dikenal sebagai tempat

transfer of knowledge (pengalihan ilmu pengetahuan) juga transfer of

value (pengalihan nilai). Kedua transfer ini diartikan sebagai

“pembudayaan” atau institusionalisasi sistem-sistem ajaran Islam. Melalui

kebudayaan inilah manusia berkomunikasi dengan sesamanya dan

memelihara tata kehidupannya dalam masyarakat30

Pendidikan karakter yang ditanamkan dalam pendidikan Islam adalah

penciptaan fitrah siswa yang berakhlkul karimah, karena nilai-nilai yang


29
Ratnaning Eka astuti, Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Agama (Studi kasus Di
MAN Kediri II Kota Kediri), Skripsi, (UIN Malang, 2012), hal. 37-38
30
Imam Mawardi, “Implementasi filosofis pendidikan islam dalam pembinaan etika
social”jurnal cakrawala, ( vol.I, No. 2, Januari/2005), hal 104

31
banyak disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur‟an dan Hadits yang

merupakan inti dari ajaran Islam adalah terciptanya akhlakul karimah,

yang meliputi akhlak dalam hubungannya dengan Allah, dengan diri

sendiri, dengan sesama manusia, dengan alam dan makhluk lainnya.31

Jika peneliti melihat Prinsip-prinsip dasar PAI setidaknya ada tiga

kerangka dasar ajaran Islam yang tertuang , yaitu aqidah, syariah, dan

akhlak. Dari ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian

keislaman (ilmu-ilmu agama) seperti Ilmu Kalam (Teologi Islam,

Ushuluddin, Ilmu Tauhid) yang merupakan pengembangan dari aqidah;

Ilmu Fiqih yang merupakan pengembangan dari syariah; dan Ilmu Akhlak

(Etika Islam, Moralitas Islam) yang merupakan pengembangan dari

akhlak, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi

serta seni dan budaya yang dapat dituangkan dalam berbagai mata

pelajaran di SMP. Jika hal ini diimplementasikan di sekolah (SMP), yakni

dengan mendasari peserta didik aqidah (fondasi) yang kokoh lalu

mendorong untuk melaksanakan semua ketentuan Allah dan Rasul-Nya

(syariah) secara utuh, maka akan terbentuk peserta didik yang memiliki

akhlak (karakter) mulia yang utuh baik dalam hubungan vertikal (hablun

minallah) maupun horisontal (hablun minannas).32

Dengan demikian peneliti mengambil pemahaman bahwa Merancang

system pembelajaran pendidikan agama Islam baik dalam konsep

31
Achmadi, “Ideologi Pendidikan islam: paradigm humanisme teosentris”, ( Yogyakarta
Pustaka Pelajar, 2010), hal 124
32
E-book: Marzuki dkk, Panduan Guru Mata Pelajaran PAI : Pendidikan Karakter
Terinegrasi dalam Pembelajaran di SMP, (Solo : Sahidjaya, 2010), hal 19

32
pengajaran maupun dalam proses praktek di dalam kelas maupun di luar

kelas. Siswa perlu di bangun kesadaran moral akan pentingnya karakter

dalam diri peserta didik sehingga peserta didik mampu terlibat aktif dalam

mengamalkan praktek akhlak secara masif baik dalam internal peserta

didik maupun secara eksternal.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan peneliti ialah

pendekatan kualitatif deskriptif untuk mendapatkan keterangan-keterangan

atau penjelasan. pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan

berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,

catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi

lainnya. kualitatif juga dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan

lainnya .33 sehingga peneliti ingin menggambarkan realita empiris di balik

33
Anselm Straus dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003), hal, 4.

33
fenomena secara mendalam, rinci dan terakurat tentang “Aktualisasi

Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

( PAI ) Pada Kelas IX di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020”

Menurut beberapa para ahli, definisi pendekatan kualitatif adalah

sebagai berikut:

Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah Prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang lain dan prilaku yang akan diamati. sementara itu Kirk

dan Miller menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertenru

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental yang bergantung

pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasanya sendiri berhubungan

dengan orang-orang dalam bahasanya dan dalam peristiwanya”.34

Senada dengan pandangan di atas, Sugiyono menjelaskan definisi

metode penelitian kualitatif secara luas, yakni:

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai intrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara tringulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi”.35

34
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitaif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013 ) hal. 4
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Kualitatif, Kuantitatif, R & D (Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 15

34
Menurut Lexy Moleong, penelitian kualitatif deskriptif adalah

“penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan.36

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa penelitian kualitaif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang lain dan prilaku

yang akan diamati yang bergantung pada pengamatan terhadap manusia

dalam kawasanya sendiri berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya

dan dalam peristiwanya dan digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

yang alamiah. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

kualitatif yang sifatya natural/alamiah. Pendekatan ini digunakan agar peneliti

memperoleh keterangan yang lebih banyak dan mendalam mengenai Analisis

aktualisasi dari Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam ( PAI ) Pada Kelas IX di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran

2019/2020.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang di lakukan peneliti adalah di Sinduharjo,

Ngaglik, Sleman, Yogyakarta 55581 Telp. ( 0274 ) 882716.

C. Informan Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa, guru PAI, guru BK, dan

kepala sekolah. Jumlah subjek yang akan peneliti teliti adalah 3 siswa, 2 guru,

dan 1 kepala sekolah di SMP N 2 ngaglik yang bertotalkan 6 orang.

36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. XXII, hal. 6

35
D. Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah subyek peneliti dari mana data diperoleh. Dalam

penelitian kualitatif subyek peneliti adalah untuk mendapatkan data yang

akurat dan valid, maka diperlukan adanya sumber data. Untuk mendapatkan

data, dilakukan dalam berbagai hal, dapat dikumpulkan melalui setting ilmiah

(natural setting) di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar,

diskusi di jalan dan lain-lain. Sumber data itu melalui sumber primer, adalah

sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan

melalui sumber sekunder yaitu sumber yang tidak lansung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen dan

kedua-duanya bisa di lakukan dengan observasi, wawancara dan

dokumentasi.37

Sumber-sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah ada dua macam yaitu, primer dan sekunder. Primer yaitu Data yang

diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian, misalnya hasil

wawancara atau observasi di lapangan. Data ini digunakan untuk mencari

informasi secara langsung tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam serta

berkaitan dengan masalah nilai-nilai Karakter Pada Pembelajaran PAI di

SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020. Sedangkan sumber sekunder

yaitu yang dimaksud adalah data yang di peroleh dari dakumen resmi, hasil

studi maupun data yang berkaitan dengan pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam di SMP N 2 Ngaglik. Data ini untuk mendukung hasil temuan di

lapangan serta kelengkapan informasi bagi peneliti


37
Ibid., hal. 233.

36
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek yang lebih mengetahui

masalah yang sedang di teliti secara mendalam yaitu:

1. Kepala Sekolah SMP N 2 Ngaglik

2. Guru PAI , Guru BK dan siswa-siswi SMP N 2 Ngaglik kelas IX

Alasan peneliti memilih sumber data tersebut di atas adalah karena

diduga mengetahui dengan jelas apa yang akan diteliti yaitu mengenai

Analisis “Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Pada Kelas IX di SMP N 2 Ngaglik Tahun

Pelajaran 2019/2020”.

E. Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian. Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian

ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan

sample didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul

memiliki kriteria sebagai sampel).38 Informan ini di butuhkan untuk

mengetahui kondisi yang sesuai dengan Fenomena di SMP N 2 Ngaglik

Sleman.

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan

purposive sampling, artinya teknik penentuan sumber data memperhatikan

terlebih dahuu, bukan diacak. Artinya menentukan informan yang sesuai

dengan kriteria terpilih dan relevan dengan masalah penelitian.39


38
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hal 85
39
Burhan Bungin, PenelitianKualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial lainnya, (Fajar Interpratama Offset, Jakarta: 2007), hal 107.

37
F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan dalam

upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam

penelitian. Dalam pengumpulan data, peneliti pertama kali melakukan

observasi awal ke lokasi penelitian untuk memastikan adanya masalah yang

disajikan sebagai objek penelitian.Setelah itu peneliti merumuskan masalah

yang peneliti temukan menjadi suatu judul skripsi.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Interview ( Wawancara )

Interview disebut juga metode wawancara, yaitu sebuah

dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara.40Metode wawancara

menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan

subyek (responden).

Menurut Esternbag “metode wawancara atau interview

adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tertentu”.41

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

digunakan untuk mendapatkan keterangan responden melalui

percakapan langsung dan berhadapan. Wawancara atau interview


40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya, 2006), hal. 155.
41
Sugiono, Metode Penelitian, hal. 96.

38
adalah proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan

atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara42

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang

berkaitan dengan Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Pada Kelas IX di SMP

N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam Aktualisasi

Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam ( PAI ) Pada Kelas IX di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran

2019/2020.

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-

kendala dalam Aktualisasi Pendidikan Karakter Dalam Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Pada Kelas IX di SMP

N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Jadi

metode observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindraan.43
42
Burhan Bungin, Metode Penelitian sosial, ( Surabaya: Airlangga University press,
2001), hal 133
43
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif , (Jakarta: Kencana, Cet 5, 2011),
hal. 118

39
Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data

tentang situasi dan kondisi umum Aktualisasi Pendidikan Karakter

Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( PAI ) Pada Kelas

IX di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020. Metode ini

juga digunakan untuk mengetahui penerapan pendidikan berbasis

karakter, sarana dan prasarana yang ada, letak geografis serta untuk

mengumpulkan data-data statistik lembaga pendidikan yang

bersangkutan. Misalnya menyangkut jumlah siswa, jumlah guru,

dan sebagainya. Metode observasi juga peneliti gunakan untuk

mengetahui peran dari nilai-nilai karakter, untuk memperbaiki

sikap dan mental siswa sertra peningkatan minat dan prestasi

belajar siswa. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap karakter siswa siswi SMP N 2 Ngaglik.

Dengan demikian akan diketahui apakah penerapan nilai-nilai

karakter tersebut sudah diterapkan secara maksimal atau belum.

3. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data

dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah, notulen rapat, catatan harian dan lain sebagainya.44

Sedangkan Lexy J. Meoleong mengatakan bahwa: “metode

dokumentasi diartikan sebagai cara untuk mengumpulkan bahan

44
Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta 1996), hal. 140.

40
tertulis maupun film, yang berada dari record, yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang peneliti.”45

Metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk

menelusuri data historis46

Adapun yang ingin di kumpulkan dengan metode ini adalah

data-data yang digunakan untuk melengkapi data dalam penelitian

seperti:

1) Sejarah terbentuknya SMP N 2 Ngaglik Sleman

2) Profil SMP N 2 Ngaglik Sleman

3) Struktur SMP N 2 Ngaglik Sleman

4) Serta dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian ini.

Dengan demikian, metode dokumentasi ini digunakan

untuk memperoleh data yang kongkrit, realitas dan

ilmiah.Sehingga hasil penelitian dapat di buktikan kebenarannya.

G. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya menggola data dengan

mengumpulkan data, memilah-milah dan menemukan pola (finding a patter),

menemukan apa yang penting dan apa yang diperlukan, menguji kembali

(verification), dan memutuskan kesimpulan (tentative conclusion).47

45
Lexy J. Moleong, Metodelogi penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal.
112.
46
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, Cet 5, 2011), hal.
124
47
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1990), hal. 248.

41
Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data sehingga mudah

untuk ditafsirkan.48 Peneliti mengkaji bahwa Analisis data dalam penelitian

ini adalah dengan cara non statistik. Analisis non statistik adalah analisis

untuk mengolah data kualitatif, caranya dengan membaca data yang telah

diperoleh. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Karena peneliti

hanya akan mendiskripsikan pembahasan serta diambil kesimpulan.

Proses penganalisisan data penelitian ini berpedoman kepada langkah-

langkah analisis data penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Milles dan

Huberman (1984) menggunakan interatif model, dimana aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data

reduction, data display, dan conclusiondrawing/ verification.49

Adapun langkah-langkah menganalisis data secara umum, yaitu

sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.50

48
Viktorianus Aries Siswanto, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), hal. 60.
49
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif,( Bandung: Alfabeta, 2011) hal. 91.
50
Sugiyono, Metode Penelitian,( Bandung: Alfabeta, 2014) ,hal. 338.

42
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan leluasan ke dalam wawasan yang tinggi.

Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat

mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang,

sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan

pengembangan teori yang signifikan. Reduksi data dalam penelitian

ini yaitu merangkum hasil observasi dan wawancara kemudian

memilih hasil wawancara dan observasi yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

katagori, flowghart dan sejenisnya. Akan tetapi yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

teks yang bersifat naratif.

Penyajian data dalam penelitian ini adalah menyajikan data

temuan dari hasil observasi dan wawancara ke dalam bentuk tulisan

dan tabel. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan peneliti

untuk memahami apa yang terjadi dan dapat merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersbut.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/verification)

43
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Millles

and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kridible.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan

dengan membandingkn data-data yang diperoleh, yakni data dari hasil

observasi dan wawancara, kemudian data tersebut dianalisis secara

Induktif.

H. Pengecekkan Keabsahan Data

Penelitian kualitataif, temuan atau data dapat dikatakan valid apabila

tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. 51Agar temuan atau data-data

yang diperoleh menjadi lebih absah dan valid. Berikut ini beberapa teknik

pemeriksaan keabsahan data yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketekunan melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Peneliti

meningkatkan ketekunan dengan cara membaca berbagai refrensi buku


51
Ibid., hal. 119.

44
maupun hasil penelitian atau dokumen-dokumen yang terkait dengan

temuan yang diteliti, sehingga dapat diperiksa data yang diperoleh

benar, dipercaya atau tidak. Sehingga dengan meningkatkan ketekunan

pengamatan dilapangan maka derajat keabsahan data telah ditingkatkan

pula.

2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Teknik triangulasi dalam

penelitian ini mengguanakan triangulasi teknik yaitu menguji

keabsahan data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda.

3. Kecukupan Refrensi

Refrensi yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan

sebagai bahan pemeriksaan kebenaran data dan informasi atau untuk

memadupandankan antara teori yang ada dengan fakta yang ditemukan

dilapangan yaitu antara teori mengembangkan modul pembelajaran dan

hasil pembelajar dengan fakta yang ada di lapangan, apakah sama atau

tidak.

Referensi yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan

sebagai bahan pemeriksaan kebenaran data dan informasi atau untuk

memadu padankan antara teori yang ada dengan fakta yang ditemukan

di lapangan yaitu antara teori mengembangkan modul pembelajaran

45
dengan fakta yang ada dilapangan, apakah masih kurang, sudah cukup

baik, atau sudah maksimal atau bahkan tidak sesuai dengan teori.

46
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Hasil

Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang kondisi umum lokasi

penelitian, maka pada bagian ini peneliti akan membahas tentang hal-hal yang

berkaitan dengan keberadaan lokasi penelitian. Hal yang dimaksudkan diatas

akan di peneliti jabarkan secara siistematis dan terstruktur sebagai berikut :

1. Sejarah singkat berdirinya SMP N 2 Ngaglik

Gagasan didirikannya SMP gentan yang sekrang bernama SMP N

2 Ngaglik didirikan pertama kali pada tanggal 1 juni 1966 oleh para

pendirinya, yaitu bapak zaenal dan bapak maryono basri. Sekolah ini

pertama berdiri sebagai sekolah filial atau sekolah tambahan bagi sekolah

induk di donoharjo. Atas usaha usaha dan kerja keras dari para penggas

serta donator yang diberikan oleh bapak liem haryanto, akhirnya ruang

kelas dapat berdiri dan dapat menerima siswa pertamanya pada bulan

februari 1967. Dan akhirnya di tahun 1969 mampu bediri terpisah dari

sekolah induknya. Demikianlah sejarah singkat yang peneliti dapatkan.52

2. Letak geografis SMPN 2 Ngaglik

Smpn 2 ngaglik ini berlokasi dijalan kaliurang km 10.5 sinduharjo

ngagllik sleman dan jika di lihat di apit oleh :

a. Sebelah barat : kebun naga langsung jalan kaliurang

b. Sebelah timur : rumah warga

52
Dokumen guru SMPN 2 Ngaglik , Dokumentasi ( Sejarah SMPN 2 ngaglik : Kamis 26 Februari
, 2020 )

47
c. Sebelah utara :klik gigi

d. Sebelah selatan : rumah warga

Apabila dilihat dari letak geografis SMPN 2 Ngaglik merupakan

sekoah yang letaknya sangat strategi dan mudah dijangkau dari segala arah

baik masyarakat sekitar maupun masyarakat luar sehingga tidak heran jika

sekolah ini cukup diminati kalangan dalam melanjutkan studi dan

memperdalam ilmu.53

3. Profile SMP N 2 ngaglik

SMP N 2 Ngaglik merupakan sekolah negri umum yang memiliki

kemajemukan mata pelajaran baik yang religus maupun yang sains.

Melihat hal tersebut peneliti menyajikan profile sebagai berikut :

Nama Sekolah : SMP NEGERI 2 NGAGLIK

Alamat : Jl. Kaliurang KM. 10.5 sinduharjo Ngaglik Sleman

No. statistika sekolah/NSPN : 201040213025 / 20401065

Telepon : 0274 - 882716

Status : Negeri, akreditasi A ( skor = 90 )

Tahun didirikan/Beroperasi : 1966

Luas Lahan : 4185,5 m2

Jumlah rombel : 12 rombel

Nama Kepala Sekolah : Dra. Armin Aryani

Visi : Unggul dalam mutu, terampil dalam karya, Bertaqwa pada Tuhan

Yang Maha Esa

53
Dokumen waka kum SMPN 2 Ngaglik ssleman, ( letak geografis SMPN 2 Ngaglik,: kamis 26
februari 2020

48
Misi : Mengintensifkan pembelajaran dan bimbingan dalam bidang

akademik, pengalaman agama, kesenian, oleahraga dan ketermpilan,

Mengembangkan sistem pembelajaran yang intensif dengan

mengintegrasikan budi pekerti dan akhlak mulia, Menanamkan jiwa

keunggulan pada siswa dan masyarakat sekolah, Menumbuhkan minat

siswa dalam penelitian dan penelitian karya tulis, keterampilan dan

olahraga, Menumbuhkan dan mengembangkan kreatifitas siswa untuk

penguasaan life skill, Melakukan bimbingan dan pendampingan agar siswa

mampu mengenali diri dan mengembangkan potensi diri secara optimal,

dan terakhir Mengembangkan bakat dan kemampuan seni dengan latihan

dan kesempatan berekspresi.

4. Keadaan guru di SMPN 2 ngaglik

Guru adalah salah satu komponen manusia dalam proses belajar

mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial dibidang pembangunan.54 Ini berarti peran sentral

guru sangat di perlukan di dunia pendidikan dalam hal mewujudkan tujuan

dari pendidikan.

Pekerjaan guru tidak hanya bisa di pandang sebelah mata karena

ini suatu profesi yang mana secara keseluruhan harus memiliki

kepribadian yang baik dan mental yang kuat karena mereka dapat menjadi

contoh bagi siswanya dan masyarakat sekitarnya. Dalam sebuah teeoripun

yang dikemukaan oleh dzakiyah bahwa setiap guru hendaknya memiliki

54
Sadirman AM, interakhsi dan motivasi belajar mengajar pedoman bagi guru dan calon
guru ( Jakarta: Rajawali Cet k V, 2005), hal 125

49
kepribadian yang dicontoh dan di teladani oleh anak didiknya, baik secara

sengaja maupun tidak.55

Melihat dari hal diatas peneliti menganggap bahwa dalam

membentuk karakter dibutuhkan support sistem dari sorang guru, baik

secara teoritik maupun secara moril. Adapun mengenai keadaan guru di

SMPN 2 Ngaglik sleman bisa di lihat pada table berikut:

Data Tenaga Pendidik/ Guru di SMPN 2 Ngaglik Tahun 2019/2020

No Nama Pendidikan Jabatan


S1 Kepala Sekolah
1 Dra. Armin Aryani Sekaligus Guru IPA
Terpadu
S1 Guru Pend. Agama
2 Imam hadi Atmaja, S.pd.I Islam

S1 Guru Pend. Agama


3 Harwanto, S.Pd.
Kristen
4 Mulatmi, S.H S1 Guru PPKn/PKn
S1 Guru Bahasa
5 Titik Sunarti, S.Pd.
Indonesia
S1 Guru Bahasa
6 Dra. Reny Sulanjari
Indonesia
7 Nanik Tri Winarsih, S.Pd S1 Guru Matematika
8 S. Sri Hartati, S.Pd S1 Guru bahasa inggris
9 Hadiati masloman , S.Pd. S1 Guru bahasa inggris
Hasporo Widi Wibowo, S1
10 Guru bahasa inggris
S.Pd
11 Sawali, S.Pd. S1 Guru IPA terpadu
Rina dewi nurhayanti, S1
12 Guru IPA Terpadu
S.Pd.
13 Supriyati, S.Pd S1 Guru IPS Terpadu
14 Utami Eko Mulyaningsih D1 Guru seni budaya
15 Basuki,A.Md. D2 Guru Penjaskes
16 Iwan Hartaji, S.Pd.T S1 Guru TIK
55
Zakiyah Darajat, Kepribadian Guru ( Jakkarta: Bulan Bintang Edisi VI, 2005 ) hal 10

50
Indriyani voluntiri Aziz, S1
17 Guru Bahasa Jawa
SS
18 Arlina Lili Fatimah, S.Pd S1 Guru Matematika
19 Eko Suprayitno, S.Pd S1 Guru IPS
S1 Guru Prakarya dan
20 Sutarmi, S.Pd.
PKK
21 Rina Julaycha, S.Pd. S1 Guru BK
22 MM susilowati, S.Ag. S1 Guru Agama Katolik

Berdasarkan data guru yang telah peneliti teliti bahwa secara

keseluruhan berjumlah 22 orang, sedangkan yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah guru-guru PAI dengan jumlah 1 orang.

5. Keadaan Siswa

Siswa merupakan salah satu unsur pokok pendidikan sangat

penting artinya dalam melaksanakan proses belajar, untuk itu keberadaan

siswa dalam satu lembaga pendidikan sangat penting demi tercapainya

tujuan pendidikan. Dan siswa merupakan tolak ukur berhasil tidaknya

proses belajar mengajar tersebut baik dalam hal karakter maupun dalam

hal pengembangan potensi-potensi yang mereka miliki sesuai dengan

bakat masing-masing. Siswa dalah pokok tujuan yang menjadi tombak

maju tidaknya sebuah instansi sekolah pendidikan karena peserta didik

yang akan selalu mengharumkan nama sekolah baik dari prestasi yang di

dapat maupun aktualisasi dari pendidikan karakter yang di aplikasikan di

kehidupan sehari-hari.

Adapun keberadaan dan keadaan siswa di SMP N 2 Ngaglik tahun

pelajaran 2019/2020 berjumlah 386 orang dengan perincian sebagai

berikut:

51
Table

Data rombongan belajar dan jumlah peserta didik semester genap SMP

N 2 Ngaglik tahun pelajaran 2019/2020

6. Keadaan sarana dan prasarana

Dalam sebuah instansi pendidikan selalu di perhatikan masalah

sarana dan prasaran yang akan selalu menunjang jalannya proses

belajar mengajar di sekolah. Untuk mengetahui secara jelas data

sarana dan prasarananya bisa dilihat pada table berikut :

Keadaan Sarana dan Prasarana Ruangan di SMP N 2 Ngaglik Tahun

Pelajaran 2019/2020

No Sarana dan Prasarana Ket.


1 Ruang Kepala Sekolah Baik
2 Ruang Tata Usaha Baik
3 Ruang Perpustakaan Baik
4 Ruang Belajar Baik
6 Ruang guru Baik
Ruangan tamu Baik
7 Mushalla Baik
8 WC Baik
9 Laboratorium ( IPA dan Komputer ) Baik
10 Ruangan multimedia Baik
11 Alat Kesenian Baik
12 Koperasi Baik
13 Ruangan ekstrakurikuler Baik

( OSIS, Pramuka )
14 Ruangan UKS Baik
15 Pos jaga Baik
16 Gudang Baik
17 Ruang BK Baik

7. Struktur Organisasi SMP N 2 Ngaglik

52
Sebagai salah satu lembaga atau instansi maka di pandang

perlu adanya struktur organisasi, sehingga dapat memperlancar

aktifitas sesuai dengan tugas masing-masing. Adapun struktur

organisasi tersebut sebagai berikut ;

53
Struktur Organisasi SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020

Kepala Sekolah Kepala Komite


Dra. Armin Aryani Ngadakana, S.Pd.

Kepala Tata Usaha Kepala Perpus


Beni Istiana, S.Pd Hadiati Masloman, S.Pd.

Wak. Ur. Kurik Wak. Ur. Kesis Wak. Ur. Sarana Wak. Ur. Humas

Rina Julaicha, Hapsoro Widi W. Basuki, A.Md. Imam Hadi A.


S.Pd. S.S S.Pd.I
dan
DAPODIK/Kepala TIK Kepala LAB IPA
Iwan hartaji,S.Pd.T Rina Dewi N. ,S.Pd.

Wali Kelas

Guru Mapel

Siswa

Keterangan:

: Garis Komando

: Garis Koordinasi

Dokumentasi : Papan struktur organisasi SMP N 2 Ngaglik

54
B. Pembahasan

1. Aktualisasi peranan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

pembentukan karakter siswa kelas IX di SMP N 2 Ngaglik tahun

pelajaran 2019/2020

Pendidikan tidak terlepas dari memanusaikan manusia

seyogyanya pendidikan adalah sebuah proses mengubah jati diri manusia

untuk selalu lebih baik bagi peneliti pendidikan kita perlu di

rekonstruksikan ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih

berkualitas baik secara ilmu dan karakter. Namun peneliti mencoba

mengarahkan kepada pembentukan karakter. Kata katrakter sendiri

menurut poerwadarminta adalah tabiat, watak sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.56

Dalam al quraanpun telah di firmankan oleh allah mengenai

perintah berbuat kebajikan yang mana terdapat dalam surat An-Nahl ayat

90 yang berbunyi : “sesungguhnya Allah menyuruh ( kamu ) berlaku adi

ldan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan dia

memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran..”

Dalam pembentukan sebuah karakter tidak terlepas dari peranan

seorang guru, karena guru mampu mepengaruhi, memberikan contoh

serta pembinaan yang massif terhadap karakter peserta didik. Karakter

56
Amirullah Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, Panduan Lengkap Mendidik
Karakter Anak Disekolah, Madrasah Dan Rumah, ( Jakarta: As @-prima Pustaka, 2012), hal 13

55
yang akan dientuk terdiri dari tiga macam bagian yang saling mengikat

dan memiliki korelasi yakni pengetahuan moral, perasaan moral, dan

perilaku moral.57

Aktualisasi pendidikan agama islam dalam pembentukan

karakter tidak hanya di lihat pada pembentukan sikap semata melainkan

harus pada nilai tauhid atau keimanan kita terhadap Allah. Terlebih di

instansi sekolah perlu penanaman nilai keislaman berupa tauhid agar pola

tindakan dan keimanan sejalan. Aktualisasi dari sebuah karakter

disekolah perlu biasakan walau itu hanya bentuk keterpaksaan terhadap

peserta didik. Persolaan tidak terbiasanya ini menjadi gagalnya proses

aktualisasi pendidikan karakter karena diberikan kebebasan terhadap

peserta didik.58

Bedasarkan data yang peneliti teliti di SMPN 2 ngaglik tersebut

telah mempraktekan nilai karakter di kehidupan sehari-hari di sekolah.

Aktualisasi mata pelajaran PAI yang kelas IX lebih menegaskan pada

nilai komunikasi 5 S ( senyum, salam, sapa, sopan, santun ), pendapat

guru PAI pun mengatakan aktualisasi mata pelajaran PAI di mulai sejak

di dalam kelas dan di luar kelas bahkan di luar sekolah proses kontroling

di lakukan menggunakan absensi dan komunikasi intens dengan orang

tua walaupun terkadang ada sebagian anak yang memang susah di atur

dalam upaya aktualisasi karakter yang ada di luar sekolah, karena

57
Thomas lickona, Pendidikan karakter panduan mendidik siswa menjadi pintar dan baik,
( Bandung: Nusa Media, 2008), hal 72
58
Mohammad Takdir ilahi Gagalnya Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014), hal. 97.

56
kembali lagi ke orang tua masing masing dalam membina dan mendidik

anak.59

Membina karakter tidak hanya telah dilakukan guru PAI namun

Guru BK sering melakukan kontroling intens terhadap sikap peserta didik

yang ada disekolah . senada dengan penyataan guru BK yang peneliti

teliti bahwa menerapkan 5 s setiap pagi guna meningkatkan nilai karakter

terhadap peserta didik. Selain itu aktualisasi mata pelajaran PAI salah

satunya melakukan tadarus setiap pagi selama 10 menit sebelum

pelajaran dimulai guna menanmkan karakter terhadap anak didik.

Data tersebut di perkuat dengan siswa kelas IX B yang peneliti

dapatkan mengungkapkan bahwa :Dalam Pendidikan karakter itu selalu

di ingatkan dan nasehat sebelum belajar salah satunya berdoa sebelum

belajar, mengingatkan ibadah kepada allah, menjawab salam dari guru.

Sehingga dengan kebiasaan yang di berikan guru tersebut membuat kita

menjadi lebih baik mas. Selain itu dituntut mengamalkan rukun islam

semaksimal mungkin dalam kehidupan sehari-hari.60 Dengan demikian

memang Aktualisasi Pendidikan karakter yang di tanamkan guru

Pendidikan agama islam

Membina karakter secara struktur telah dilakukan oleh kepala

sekolah SMP N 2 Ngaglik ini menunjukan bahwa pola pembinaan

karakter yang dilakukan tidka hanya diberikan kepada siswa semata agar

59
Imam hadi atmaja, S.Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara tanggal 4 maret
2020 di SMP N 2 Ngaglik Yogyakarta
60
Taufik hikmawan siswa kelas IX B wawancara tanggal 5 maret 2020 di SMP N 2
Ngaglik, Yogyakarta

57
mampu dijadikan contoh atau uswatun hasanah kepada peserta didik.

Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah berupa pengajian 3 bulan

sekali guna penanaman kerohanian terhadap guru. Selain itu jika di bulan

roamdhan ada buka puasa bersama guru dan siswa.61

Dari informan data yang peneliti dapat diatas sesuai dengan toeri

atau riset jurnal yang telah peneliti telaah bahwa dalam

mengaktualisasikan pendidikan agama islam perlu adanya transfer of

knowledge (pengalihan ilmu pengetahuan) juga transfer of value

(pengalihan nilai). Kedua transfer ini diartikan sebagai “pembudayaan”

atau institusionalisasi sistem-sistem ajaran Islam. Melalui kebudayaan

inilah manusia berkomunikasi dengan sesamanya dan memelihara tata

kehidupannya dalam masyarakat62

Aktualisasi mata pelajaran Pendidikan agama islam dalam

Pendidikan karakter siswa dilakukan dengan beberapa hal salah satunya

Siswa kelas IX mengungkapkan bahwa penerapan aktualisasi Pendidikan

agama islam dalam hal karakter itu di praktekan setiap pagi dengan

konsep 5 S dan nilai karakter yang sangat di tanamkan terutama masalah

kedisplinan karena dari hasil data informan yang peneliti dapat sangat

bagus penerapan kediplinan di sekolah SMP N 2 Ngaglik, selain itu

sering dilakukan sholat dhuha dan sholat jamaah di sekolah itu salah satu

Pendidikan karakter yang di aktualisasikan di sekolah menurut siswa ini

61
Rina julaycha, S.Pd. Guru Bimbingan konseling, wawancara mewakili kepala sekolah
tanggal 3 maret 2020 di SMP N 2 Ngaglik, Yogyakarta.
62
Imam Mawardi, “Implementasi filosofis pendidikan islam dalam
pembinaan etika social”jurnal cakrawala, ( vol.I, No. 2, Januari/2005), hal 104

58
bahwa itu sangat bagus bagi siswa karena itu akan membuat siswa lebih

meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap allah SWT. Dan

sebelum memulai pembelajaran guru selalu memberikan nasehat selalu

berbuat baik terhadap orang lain.63

Selain itu peneliti membandingkan dari informan yang peneliti

dapat bahwa disekolah SMP N 2 Ngaglik itu terdapat pembinaan dan

penyuluhan karakter yang di adakan sekolah guna dapat membina

karakter peserta didik kearah yang lebih baik di adakan tiap minggu tiap

bulan dan bahkan tiap tahun selalu ada. Terlebih guru disekolah

terkadang guru mendidik dengan gaya yang keras dan lembut namun

semua itu untuk kebaikan siswa. Aktualisasi di kelas selalu diingatkan

tentang akhlak disekolah maupun diluar sekolah sebelum mata pelajaran

dimulai.64

Dari data informan yang peneliti dapat bahwa memang

aktualisai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah sangat bagus

berdasarkan data wawancara yang peneliti dapat dari siswa SMP N 2

ngaglik dan itu senada dengan yang telah disampaikan oleh guru PAI

bahwa aktualisasi mata pelajaran PAI sangat aktif.

2. mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dapat membentuk Karakter

siswa Di Kelas IX Di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020

63
Taufik hikmawan siswa kelas IX B wawancara tanggal 5 maret 2020 di SMP N 2
Ngaglik, Yogyakarta
64
Rifai Rahman kelas IX B siswa kelas IX A wawancara tanggal 5 maret 2020 di SMP N
2 Ngaglik, Yogyakarta

59
setiap teori pasti punya dampak positif yang baik dalam

mengaktualisasikan teori tersebut. Pun demikian lah mata pelajaran PAI

pasti dapat membentuk karakter siswa jika di aktualisasikan secara kaffah

di kehidupan sehari-hari. Dari data peneliti yang di dapat kepada siswa

SMP N 2 Ngaglik bahwa siswa merasa lebih meningkatkan keimanan

dan ketakwaan terhadap diri siswa, dan rajin sholat, dzikir dan lebih

banyak mendalami nilai nilai keislaman.65

Rifai Rahman kelas IX B menurut pendapat informan peran mata

pelajaaran pai dalam pembentukan karakter memang udah sering di

lakukan seperti sopan santun biar bisa disebut sekolah ramah anak.

Sesuai data bahwa guru PAI guru the best menurut informan karena

secara praktek Pendidikan agama tidak merasa terbebani. Semua yang

dilakukan ikhlas namun terkadang teguran dari guru semat-mata demi

kebaikan siswa. Ini berarti bahwa aktualisasi pendidikan karakter yang

dilakukan disekolah selalu melestarikan pola kebiasaan agar muncul

kesadaran diri terhadap peserta didik.66

Aktualisasi mata pelajaran Pendidikan agama islam sangat penting

dan dapat membentuk karakter siswa kelas IX di SMP N 2 Ngaglik agar

dapat menambah wawasan kepada siswa dan bisa di praktekkan di dalam

kelas maupun di luar kelas. Sebagaimana hasil wawancara dengan guru

PAI yang mengungkapkan bahwa : Metode pembiasaan dan demonstrasi

65
Fanisa wida nintias siswa kelas IX A wawancara tanggal 5 maret 2020 di SMP N 2
Ngaglik, Yogyakarta
66
Rifai Rahman kelas IX B siswa kelas IX A wawancara tanggal 5 maret 2020 di SMP N
2 Ngaglik, Yogyakarta

60
yang sering di tekankan dalam hal membina karakter siswa baik secara

langsung maupun secara tidak langsung secara langsung. Secara

langsung yaitu memberikan suri tauladan dengan baik dan melakukan

komunikasi intens terhadap siswa. Secara tidak langsung latihan

peribadatan selain itu memberikan teori tentang pentingnya menanmkan

nilai karkater dalam diri siswa sehingga terbiasa dan memiliki kesadaran

baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.67

Guru secara khusus ibarat nutrisi atau makanan jika raga dan jiwa

tidak diisi dengan hal yang sehat maka akan mati dan merasa sakit dan

tak berarti apa tanpa kehadiran guru. Apapun bentuk kurikulumnya

gurulah yang menjadi tombak dan tameng yang menentukan tercapai

tidaknya program pembelajaran. Penggunaan cara pembelajaran dapat

mempengaruhi keberhasilan dalam membentuk karakter anak.

3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang di

hadapi sekolah dalam menerapkan nilai-nilai Karakter Pada pembelajaran

PAI Di SMP N 2 Ngaglik Tahun Pelajaran 2019/2020

Masalah hadir karena di benturkan dengan solusi baru yang di

hadirkan maka akan selau di benturkan demikian tetap akan selalu

berpola namun kita berusaha untuk selalu mengatasi dan meminimalisi

rmasalah yang hadir. Setiap waktu karakter di aktualisaskan Setiap anak

memiliki masalah yang berbeda- beda namun pembinaan guru BK

biasanya dilakukan menanyakan kepada wali kelas perkembangan anak

67
Imam hadi atmaja, S.Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara tanggal 4 maret
2020 di SMP N 2 Ngaglik Yogyakarta

61
didik jika di rasa perlu pembinaan khusus maka upaya Guru BK akan

mengadakan pertemuan untuk membiana peserta didik, dan khusus kelas

IX melakukan pendampingan sistemnya setiap guru dan wali kelas

mengampu 10 siswa. Pembinaan berupa nasehat, motivasi, serta

memberikan solusi atas permasalahan siswa. Upaya lain mengajak

kerjasama guru dan orang tua guna mengetahui perkembangan serta

masalah yang dihadapi siswanya guna bisa melakukan pembinaan kepada

beberapa peserta didik 68

Upaya-upaya sangat banyak yang dilakukan guru maupun sekolah

dalam membina karaktek sesuai data yang salah satunya data yang

informan dapat dari siswa kelas IX atas Fanisa wida nintias siswa kelas

IX A sering di adakan pembinaan tiap minggu dengan wali kelas dan

guru BK dalam hal nasehat-nasehat dan motivasi yang di berikan guru

dan pengadaaan penyuluhan terkati karakter itu salah satu upaya yang di

lakukan sekolah.69

Senada dengan data yang peneliti dapat dari guru PAI mengatakan

bahwa pemabinaan di lakukan oleh wali kelas lalu di sampaikan ke guru

BK lalu di bina secara khusus lalu terkait karakter guru PAI memberikan

arahan dan materi terkait pentingnya karakter bagi siswa.70

Dengan demikian sudah banyak upaya yang telah dilakukan

sekolah dalam hal membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.


68
Rina julaycha, S.Pd. Guru Bimbingan konseling, wawancara tanggal 3 maret 2020 di
SMP N 2 Ngaglik, Yogyakarta.
69
Fanisa wida nintias Siswa kelas IX A, wawancara tanggal 5 maret 2020 di SMP N 2
Ngaglik, Yogyakarta
70
Imam hadi atmaja, S.Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara tanggal 4 maret
2020 di SMP N 2 Ngaglik Yogyakarta

62
Masalah yang terjadi di sekolah SMPN 2 Ngaglik tidak terlalu signifikan

karena data yang peneliti ambil dari guru BK mengatakan bahwa selama

beliau jadi guru memang belum ada anak yang terjerat kasus kenakalan

remaja namun ada salah satu anak pernah keluar dari sekolah itu bukan

karena kenakalan melainkan kemalasan belajar akhirnya di pulangkan ke

orang tuanya.

Dari berbagai pendapat yang di sampaikan informan diatas bahwa

semua informan menjawab hal yang sama yaitu aktualiasasi pendidikan

karakter dalam mata pelajaran pai sudah sangat masif dan teratur sesuai

teori yang ada. Selain itu aktualisasinya relevan terhadap kehidupan

sehari-hari baik di dalam kelas maupun di luar kelas, upaya yang

dilakukan oleh guru maupun sekolah dengan melakukan koordinasi aktif

kepada wali murid sehingga perkembangan akhlak siswa dapat diketahui.

Secara teori memang perlu pembiasaan dalam hal melakukan aktualisasi

pendidikan karakter kara ini bentuknya behaviorisme ( tingkah laku )

tidak bisa hanya sekedar teori namun aktualisasinya harus dijalankan

baik guru maupun siswa.

BAB V

63
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian diatas maka dapat di seimpilkan sebagai

berikut :

1. Aktualisai Pembentukan karakter pada mata pelajaran PAI pada peserta

didik harus dilakukan sejak dini mereka adalah calon generasi bangsa yang

nantinya akan melanjutkan estafet yang akan merubah dan membuat

peradaban baru bagi bangsa iindonesia. Pembelajaran PAI ( pendidikan

agama Islam ) di sekolah sebagai salah satu upaya pembentukan karakter

peserta didik. Dalam pembentukan karakter siswa akan lebih baik jika

muncul dari kesadaran keberagaman bukan hanya karena sekedar

berdasarkan perilaku yang membudaya dalam kehidupan bermasyarakat

2. Dalam mencapai keberhasilan suatau pembelajaran perlu ada indikator

keberhasilan khususnya dalam pendidikan karakter sekalipun dari hasil

penelitian diatas menggambarkan bahwa ada beberapa indikator

diantaranya : jika seseorang telah mengetahui sesuatu yang hal baik

( knowing the good ), mencintai hal yang baik ( loving the good ), dan

melakukan hal yang baik ( acting the good ). Tiga hal inilah yang peneliti

bisa simpulkan dalam proses pencapaian pendidikan karakter tersebut.

3. Pendidikan karakter tidak hanya bisa di dapatkan di sekolah atau dalam

bentuk formal namun dalam hal non formal perlu di jaga dan dimasifkan,

terlebih negara indonesia selalu menjunjung tinggi adab khususnya di

64
yogyakarta. Maka dukungan dan kontrol dari orang tua terhadap anak

harus sering dilakukan agar guru dan orang tua saling bahu membahu

menjadikan peserta didik yang berakhlakul karimah baik di sekolah

maupun di lingkungan sekitarnya. Aktualisasi pendidikan karakter dalam

mata pelajaran PAI sangat dinutuhkan guru yang profesional dalam arti

mempuni dalam keilmuannya, berakhlak dan mampu menjadi suri

tauladan bagi peserta didik. Jika peneliti simpulkan harus kerja kolektif

dan integratif dari beberapa elemen yang ada guna terwujudnya tujuan

pendidikan nasional dalam hal menciptakan peserta didik yang beriman

dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

B. Saran

1. Untuk pemerintah

Pemerintah harus mampu memberikan secara kaffah dana APBN

untuk pendidikan khususnya karena guru maupun sekolah selalu

membutuhkan supporting pemertintah untuk memajukan pendidikan.

2. Untuk guru

Menjadi pendidik bukanlah hal yang mudah perlu kesabaran dan

keistiqomahan dalam menjalankan amanah sebagai pendidik maka

teruslah berkembang sesuai kebutuhan zaman.

3. Untuk penelitian selanjutnya

65
Bagi peneliti selanjutnya jika ingin meneliti karakter siswa coba

integrasikan dan bandingkan pola pengejaran mata pelajaran semua

agama agar bisa disalurkan pada seluruh dunia pentingnya toleransi

beragama. Sehingga karakter yang ditanamkan di setiap agama bisa

dijadikan patokan untuk mengembangkan materi pendidikan karakter

khususnya.

66
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
-------------1996. Proses Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta

Alkrienchiie, Irwanto dan Anas Salahuddin. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung


: Pustaka Betia.

A. Doni Koesoema.2011. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di


Zaman Global. Jakarta: PT Gramedia.

Astuti, Ratnaning Eka. 2012. Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Agama.


Studi kasus Di MAN Kediri II Kota Kediri. Skripsi. UIN Malang.

Achmadi, 2010. Ideologi Pendidikan islam: paradigm humanisme teosentris.


Yogyakarta Pustaka Pelajar,

Bungin, Burhan.2007. PenelitianKualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Fajar Interpratama Offset, Jakarta:
-------------------.2001. Metode Penelitian Sosial, ( Surabaya: Airlangga University
press.
--------------------.2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif . Jakarta: Kencana.

Corbin, Juliet dan Anselm Straus. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hariyanto, dan Muchlas Samani. 2011. Pendidikan Karakter, konsep dan model,
Bandung : Remaja Rosdakarya.

Kamisa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Cahaya Agency

Khan, D. Yahya 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi diri. Yogyakarta :


Pelangi Publishing.

Lanny Octavia dkk. 2014. Pendidikan karakter berbasis tradisi pesantran.


Jakarta. Rumah kitab.

Luth, Thohir dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam. Malang: PPA Universitas
Brawijaya,

Muhaimin. 2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada.

67
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara.

Marzuki dkk. 2010. Panduan Guru Mata Pelajaran PAI : Pendidikan Karakter
Terinegrasi dalam Pembelajaran di SMP. Solo : Sahidjaya.
Moleong, Lexy J. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitaif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Nata, Abuddin. 2003. Menejemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan


Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Prasetyo, Angga Teguh dan Asmaun Sahlan. 2012. Desain Pembelajaran


Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Suhadi dkk. 2014. Politik Pendidikan Agama, Kurikulum 2013 Dan Ruang Public
Sekolah. Yogyakarta: center for relegius and cross-cultural studies
(CRCS).

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Kualitatif, Kuantitatif, R & D.


Bandung: Alfabeta.
-------------.2011. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,
-------------.2014. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Siswanto, Viktorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT.
Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Zainuddin dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: BIna
Aksara.

Khanafi, Mohammad Yusuf. 2011.“Konsep Pendidikan Karakter Islami (Telaah


Kritis Atas Pemikiran Najib Sulhan). Skripsi. Semarang : Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo Semarang.

Mufrohah, Etik. 2011. Pendidikan Karakter Dalam pendidikan agama islam pada
kelas V ( studi kasus pad asd alam unggaran. skripsi. semarang : fakultas
tarbiyah dan keguruan IAIN Walisongo semarang.

Muhammad Eka Mahmud. 2001. Mengoptimalkan Pendidikan Agama Islam di


Sekolah Umum. Jurnal Ilmiah tarbiyah: Tulungagung,

68
Purwaningsih, Rianawati dan Kartin. 2018. Internalisasi Nilai-Nilai karakter
pada pembelajaran PAI ( pendidikan Agama Islam )di SMP N 4 Sungai
Raya. JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education
Vol. 1, No. 1,

Mawardi, Imam. 2005 Implementasi filosofis pendidikan islam dalam pembinaan


etika social. jurnal cakrawala, vol.I, No. 2.

69
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

A. Wawancara dengan guru PAI di SMP N 2 Ngaglik

1. Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang pendidikan karakter ?

2. Nilai karakter apa yang dapat di tanamkan dalam pembelajaran pai di

sekolah ?

Penenaman nilai interaksi atau komunikasi baik sesama maupun sama

guru

3. Metode apa yang sering bapak sampaikan dalam mengajar pai di

sekolah

4. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran pai di kelas

Semuanya merespon dengan baik

5. Hambatan apa aja yang bapak hadapi dalam mebina karakter siswa ?

6. Apa saja bentuk materi pendidikan karakter yang bapak berikan untuk

siswa kelas IX

7. Indokator apa saja yang bisa di capai dalam proses pendidikan karakter

8. Bagaimana penilian hasil belajar dalam pendidikan karakter di

sekolah ?

70
9. Upaya-upaya yang dilakukan bapak dalam membina karakter siswa ?

10. Pesan untuk menanamkan karakter sejak dini untuk masa depan anak

bangsa seperti apa ?

B. Wawancara dengan guru BK/ wakil kurukulum sekaligus mewakili kepala

sekolah di SMP N 2 Ngaglik

1. Bagaimana aktualisasi pendidikan karakter yang di terapkan di

sekolah selama ini ?

Ada senyum sapa salam setiap pagi bapak ibu guru melakukan

salaman

Siswa juga setiap ketemu bapk ibu selalu salaman

Di pembelajaran pagi ada radarus setiap pagi 10 menit sebelum belajar

2. Bagaimana pembinaan yang di lakukan kepala sekolah kepada guru

dalam hal karakter untuk mengaktulisasikan ke siswa?

3. Apa visi misi sekolah secara umum yang sekolah buat ?

4. Bagaimana langkah yang dilakukan sekolah dalam merealisasikan visi

sekolah ?

5. Kurikulum yang di gunakan

6. Bagaimana kontroling guru bk maupun kepala sekolah dalam hal

membina karakter siswa ?

7. Masalah apa yang sering di hadapi guru dalam membina karakter

anak ?

8. Pembinaan seperti apa yang di berikan guru kesiswa dalam hal

pendidikan karakter ?

71
9. Apakah ada indikator khusus dalam mengetahui ketercapain karakter

siswa ?

10. Angket yang diberikan guru kesiswa seperti apa ?

11. Selama mengajar 2005 Perkembangan sekolah yang ibu alami dalam

hal karakter seperi apa ?

12. Pesan apa yang harus peserta didik lakukan untuk membina karakter

siswa ?

C. Wawancara siswa taufik hikmawan siswa kelas IX B

1. Apalasan kamu untuk masuk kesekolah SMP N 2 Ngaglik ?

2. Hal apa yang selalu sekolah tanamkan kepada diri kamu sebagai

siswa ?

3. Pendidikan karakter seperti apa yang di berikan guru kepada siswa?

4. Nilai keislaman apa yang di berikan selain pendidikan karakter ?

5. Guru yang favorit yang menjadi suri tauladan ?

6. Apakah kamu terbebani ketika menjalankan perintah guru dalam hal

pendidikan karakter ?

7. Pembinaan seperti apa yang di berikan guru dalam hal pendidikan

karakter ?

8. Seberapa intens pembinaan yang diberikan guru kepada siswa ?

9. Pendidikan karakter didalam kelas khususnya mata pelajaran PAI

seperti apa ?

10. Seberapa pentingkah mata pelajaran PAI di sekolah ?

72
11. Dari sekian banyak jumlah siswa di sekolah ini ada berapa orang yang

memiliki karakter yang kurang baik ?

12. Kendala apa yang biasanya membuat siswa terpaksa melakukan hal

tersebut ?

13. Upaya apa yang seperi apa untuk mengatasi permasalahan dalam

pendidikan karakter di sekolah khsusnya mata pelajaran PAI ?

14. Pesan untuk semua anak yang belum sadar pentingnya pendidikan

karakter ?

73

Anda mungkin juga menyukai