Anda di halaman 1dari 14

GENDER DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Aulia Ramadhona, S.Sos, MM.

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Sri Mulyani

Vito

Wahyuni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-AZHAR

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, Penulis memanjatkan puji


syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan Rahmat-nya yang telah
melimpahkan taufiq dan hidayah-nya serta segala kemudahan yang telah diberikan
sehingga penyusunan makalah tentang “Gender dan Pendidikan Di Indonesia” ini
dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada sang pembawa


risalah kebenaran yang semakin tgeruji kebenarannya yakni baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat serta para pengikutnya. Dan
semoga syafa’atnya diberikan diakhirat kelak dan selalu menyertai kehidupan ini.
Makalah ini berisi tentang Gender dan Pendidikan Di Indonesia.

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Aulia Ramadhona, S.Sos, MM.selaku Dosen mata kuliah Sosiologi


Pendidikan Islam yang telah membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan ini
2. Semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukunga yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta
bisa menjadi wacana yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan penyusunan
ini. Untuk itu, penulis mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 15 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Gender dan pencapaian pendidikan ............................................................. 3

B. Persoalan Pendidikan dan gender di Indonesia ............................................ 6

C. Konsep Gender dalam Pendidikan Islam ..................................................... 7

D. Lembaga Pendidikan Islam yang berbasis Gender ...................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ................................................................................................ 10

B. Saran ........................................................................................................... 10

C. Daftar Pustaka ............................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pendidikan di Indonesia saat ini, nampaknya masih didominasi
oleh ketimpangan gender. Pada umumnya masyarakat Indonesia, masih
menganut paham perempuan merupakan kelompok kelas dua, dan posisinya
terdapat di bawah laki-laki. Padahal dalam dunia pendidikan semua manusia,
laki-laki dan perempuan memiliki hak sama untuk memperolehnya.
Pendidikan yang merupakan ranah belajar bagi laki-laki dan perempuan,
justru keberadaannya lebih digandrungi oleh laki-laki daripada perempuan.

Kondisi ini dilatarbelakangi oleh pandangan patriarki, yaitu pendapat


yang berpandangan bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukan dan derajatnya
daripada perempuan. Tidak jarang pula pendapat tersebut dijadikan
pembenaran melalui doktrin agama. Dalam Islam salah satu doktrin agama
yang terkenal perihal tersebut adalah QS. Annisa [4]: 34. Pembenaran dengan
menggunakan argumentasi teologis tersebut, akhirnya berdampak pada
pemahaman secara sosial, yakni pandangan masyarakat yang meyakini bahwa
laki-laki memiliki posisi yang lebih unggul dari perempuan.

Akhirnya kiprah perempuan menjadi terbatasi, termasuk ketika


mereka memiliki keinginan berikiprah dalam dunia pendidikan. Agar tidak
terjadi ketimpangan dalam dunia pendidikan, maka kesetaraan gender dalam
kehidupan sosial perlu dilestarikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gender dan pencapaian pendidikan?

2. Bagaimana persoalan pendidikan dan gender di indonesia?

3. Bagaimana konsep gender dalam pendidikan islam ?

4. Bagaimana lembaga pendidikan islam yang berbasis gender ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami gender dan pencapaian pendidikan

2. Memahami persoalan pendidikan dan gender di Indonesia

3. Memahami konsep gender dalam pendidikan islam

4. Memahami lembaga pendidikan islam yang berbasis gender

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gender dan pencapaian pendidikan


Salah satu tuntutan terhadap dunia pendidikan saat ini adalah masalah
keadilan dan kesetaraan gender. Pendidikan yang sejatinya ranah belajar bagi
lakilaki dan perempuan, justru lebih digandrungi oleh laki-laki daripada
perempuan. Kondisi ini bukan tanpa alasan, tetapi dilatarbelakangi oleh
pandangan patriarki pada masyarakat, yaitu pendapat yang berpandangan
bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukan dan derajatnya daripada perempuan.

Dalam proses pendidikan di Indonesia ketimpangan gender masih


kerap terjadi. Pada umumnya masyarakat masih menganut paham perempuan
merupakan kelompok kelas dua, dan posisinya terdapat di bawah laki-laki.

Dampak dari pemahaman ini adalah pendidikan lebih diutamakan


untuk diberikan kepada laki-laki daripada perempuan. Pandangan seperti ini
pun tidak lepas dari pandangan agama masyarakat yang melekat selama ini.
Sebab doktrin agama, dalam konteks ini Islam, yang berkembang di
Indonesia sangat memandang kedudukan perempuan di bawah laki-laki. Dalil
umum yang sering dipakai untuk membenarkan pandangan ini adalah QS. an-
Nisâ [4]: 34:

‫ض َّوِِبَآ اَنْ َف ُق ْوا ِم ْن اَْم َوالِِ ْم‬


ٍ ‫ض ُه ْم َع هلى بَ ْع‬ ِ ‫ال قَ َّوامو َن علَى النِّس ۤا ِء‬
ّ‫َّل ه‬
َ ‫اّللُ بَ ْع‬ َ ‫ض‬‫ف‬
َ ‫ا‬َ‫ِب‬ َ َ ْ ُ ُ ‫اَ ِّلر َج‬

Artinya :”Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri),


karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang
lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah
dari hartanya”.

Dari sini dapat dikatakan pula bahwa ketimpangan gender merupakan


masalah sosial dan harus diselesaikan secara integratif holistik dengan
melakukan analisis dengan berbagai faktor yang ikut melestarikannya,
termasuk faktor pendidikan yang terkadang mendapatkan pembenaran

3
berbagai tafsiran ajaran agama. Dengan demikian agar tidak terjadi
ketimpangan dalam dunia pendidikan, maka kesetaraan gender dalam
kehidupan sosial perlu dilestarikan.

Gender dapat mempengaruhi pencapaian pendidikan dalam berbagai


cara. Namun, penting untuk diingat bahwa pengaruh gender pada pencapaian
pendidikan dapat bervariasi di berbagai negara dan budaya. Berikut adalah
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:

1. Akses ke pendidikan: Di beberapa daerah, perempuan masih menghadapi


hambatan akses ke pendidikan yang memadai. Keterbatasan fisik,
kebijakan diskriminatif, dan norma sosial yang membatasi partisipasi
perempuan dalam pendidikan
2. Kesetaraan pendidikan: Kesenjangan gender dalam pencapaian
pendidikan juga dapat terlihat dalam tingkat partisipasi dan keberhasilan.
3. Stereotip gender: Stereotip gender dapat mempengaruhi pilihan
pendidikan dan aspirasi karir seseorang.
4. Peran sosial dan tanggung jawab keluarga: Harapan sosial yang berbeda
terhadap laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dapat
mempengaruhi pilihan pendidikan dan fokus studi mereka.
5. Dukungan dan akses ke sumber daya
6. Stereotip peran gender: Stereotip peran gender yang ada dalam
masyarakat juga dapat mempengaruhi pencapaian pendidikan. Misalnya,
perempuan mungkin diharapkan untuk fokus pada peran domestik dan
mengasuh anak.
7. Kekerasan dan pelecehan: Kekerasan dan pelecehan seksual dapat
mempengaruhi partisipasi perempuan dalam pendidikan.
8. Kesenjangan dalam pendapatan: Kesenjangan pendapatan antara laki-laki
dan perempuan di masyarakat juga dapat berdampak pada pencapaian
pendidikan.
9. Perubahan sosial dan budaya: Perubahan sosial dan budaya yang terjadi
seiring waktu juga dapat mempengaruhi hubungan antara gender dan
pencapaian pendidikan.

4
10. Peran lembaga pendidikan: Lembaga pendidikan juga memiliki peran
penting dalam mempromosikan kesetaraan gender dan memfasilitasi
pencapaian pendidikan yang adil.

Perubahan positif dalam kesetaraan gender dan pencapaian pendidikan


membutuhkan upaya kolaboratif dari pemerintah, lembaga pendidikan,
keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan mengatasi hambatan
dan merangkul inklusi, kita dapat menciptakan lingkungan di mana setiap
individu memiliki kesempatan yang setara untuk mencapai pencapaian
pendidikan yang tinggi

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara telah melakukan upaya


untuk mengurangi kesenjangan gender dalam pencapaian pendidikan melalui
kebijakan dan program yang mempromosikan inklusi dan kesetaraan gender.
Meskipun tantangan masih ada, kesadaran akan pentingnya inklusi dan
kesetaraan gender dalam pendidikan terus berkembang.

Beberapa langkah lanjutan yang dapat diambil untuk mempromosikan


kesetaraan gender dalam pencapaian pendidikan:

1. Akses pendidikan yang setara: Penting untuk memastikan bahwa semua


individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki akses yang setara ke
pendidikan yang berkualitas.
2. Mengatasi stereotip gender: Perlu ada upaya untuk mengatasi stereotip
gender dalam pendidikan dan mendorong aspirasi yang setara untuk semua
individu.
3. Kebijakan dan regulasi yang inklusif: Pemerintah dan lembaga pendidikan
harus menerapkan kebijakan dan regulasi yang mendukung inklusi gender
dalam pendidikan.
4. Pelatihan dan pendidikan bagi tenaga pendidik: Penting bagi tenaga
pendidik untuk menerima pelatihan yang memadai dalam hal kesetaraan
gender dan inklusi.
5. Peran model yang kuat dan mentor: Penting untuk menyediakan peran
model yang kuat dan mentor yang mendorong dan menginspirasi individu,

5
terutama perempuan, untuk mengejar pendidikan tinggi dan aspirasi karir
yang tinggi.
6. Riset dan pemantauan: Penting untuk terus melakukan riset dan
pemantauan terhadap kesenjangan gender dalam pencapaian pendidikan,
serta efektivitas kebijakan dan program yang telah diimplementasikan.

Dengan mengadopsi langkah-langkah ini dan memprioritaskan inklusi


gender dalam pendidikan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil,
berdaya saing, dan berkelanjutan di masa depan.

B. Persoalan Pendidikan dan gender di Indonesia


Di Indonesia, terdapat sejumlah persoalan yang berkaitan dengan
pendidikan dan gender. Meskipun telah ada kemajuan dalam mencapai
kesetaraan gender dalam pendidikan, tantangan dan kesenjangan masih ada.
Berikut adalah beberapa persoalan yang relevan.

1. Akses pendidikan: Meskipun ada peningkatan akses pendidikan bagi


perempuan di Indonesia, masih terdapat daerah-daerah di mana akses ke
pendidikan yang setara masih terbatas. Faktor seperti kemiskinan, jarak
geografis, serta norma sosial dan budaya yang mengutamakan peran
tradisional perempuan di rumah tangga dapat menjadi hambatan dalam
mencapai pendidikan yang setara.
2. Partisipasi dan keberhasilan: Terdapat kesenjangan antara partisipasi laki-
laki dan perempuan dalam pendidikan di Indonesia. Beberapa studi
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan
menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, seperti di perguruan
tinggi. Selain itu, ada pula kesenjangan dalam tingkat kelulusan dan
prestasi akademik antara laki-laki dan perempuan.
3. Pemenuhan kebutuhan khusus: Perempuan dengan kebutuhan khusus
sering menghadapi kesulitan dalam memperoleh pendidikan yang inklusif
dan bermutu. Keterbatasan akses fisik, kurangnya fasilitas yang ramah
disabilitas, serta stigma dan diskriminasi dapat menjadi hambatan serius
bagi pendidikan mereka.

6
4. Pernikahan anak: Pernikahan anak adalah persoalan serius yang
berdampak pada pendidikan perempuan di Indonesia.
5. Kesenjangan pendapatan dan status sosial: Kesetaraan gender dalam
pendidikan juga terkait erat dengan kesenjangan pendapatan dan status
sosial antara laki-laki dan perempuan.
6. Kurangnya perwakilan perempuan di bidang STEM: Bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM) masih
didominasi oleh laki-laki di Indonesia
7. Kurangnya dukungan sosial: Dukungan sosial yang kuat dalam keluarga
dan masyarakat dapat berperan penting dalam mempromosikan kesetaraan
gender dalam pendidikan..

Pemerintah Indonesia, LSM, dan kelompok advokasi telah bekerja


keras untuk mengatasi persoalan pendidikan dan gender. Upaya meliputi
penguatan kebijakan inklusi gender, peningkatan akses pendidikan,
penghapusan diskriminasi, dan kampanye kesadaran masyarakat. Dengan
kerjasama lintas sektor dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat mengatasi
tantangan ini dan mencapai kesetaraan gender yang

Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah Indonesia telah melakukan


berbagai upaya. Beberapa langkah yang diambil termasuk
pengimplementasian kebijakan inklusi, peningkatan akses pendidikan,
pembentukan lembaga pendidikan khusus untuk perempuan, dan program-
program kesetaraan gender dalam pendidikan. Namun, masih ada pekerjaan
yang perlu dilakukan untuk mencapai kesetaraan gender yang lebih besar dan
memastikan bahwa semua individu, tanpa memandang jenis kelamin,
memiliki akses dan kesempatan yang setara dalam pendidikan.

C. Konsep Gender dalam Pendidikan Islam


Konsep gender merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang dilihat dari
kultur sosial budaya dalam masyarakat. Yang dalam praktiknya masih banyak
perlu diterapkan dalam masyarakat luas khususnya dalam pendidikan. Karena
pendidikan merupakan instrumen yang sangat penting bagi terlaksananya

7
pengetahuan berbasis gender yang sangat dibutuhkan saat ini. Selain itu
agama khususnya Islam juga mengajarkan keadilan baik laki-laki maupun
perempuan. Untuk mengetahui nilai-nilai keadilan yang telah tersedia
khususnya pada agama Islam. Al-Qur‟an tidak mengajarkan diskriminasi
antara laki-laki dengan perempuan sebagai manusia. Dihadapan Allah SWT
lelaki dan perempuan mempunyai derajat dan kedudukan yang sama. Oleh
karena itu pandangan yang menyudutkan posisi perempuan sudah selayaknya
diubah diharapkan mampu memberikan pengarahan pada masa yang akan
datang mengenai keadilan gender dalam pendidikan Islam.

Interpretasi dan penerapan konsep gender dalam pendidikan Islam


dapat bervariasi di antara komunitas dan negara-negara Muslim. Beberapa
masyarakat mungkin mengutamakan tradisi dan norma budaya yang dapat
mempengaruhi pemahaman dan praktik seputar gender dalam pendidikan.
Oleh karena itu, interpretasi dan implementasi yang tepat dari konsep gender
dalam pendidikan Islam perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial
spesifik di mana pendidikan dilakukan.

D. Lembaga Pendidikan Islam yang berbasis Gender


Lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender adalah lembaga
pendidikan yang menyadari pentingnya memperhatikan perbedaan gender dan
menerapkan pendekatan yang responsif terhadap gender dalam
penyelenggaaan pendidikan. Pendekatan ini memastikan bahwa pendidikan
disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi laki-laki dan perempuan, serta
menghormati martabat dan hak-hak mereka.

Berikut ini adalah beberapa ciri dan praktik yang umum ditemukan
dalam lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender:

1. Kurikulum yang inklusif: Lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender


memperhatikan keberagaman gender dalam merancang kurikulum mereka.
2. Pembagian kelas berdasarkan jenis kelamin: Beberapa lembaga
pendidikan Islam yang berbasis gender memilih untuk membagi kelas

8
berdasarkan jenis kelamin, khususnya pada tingkat sekolah menengah dan
lebih tinggi.
3. Pengajaran yang sensitif terhadap gender: Lembaga pendidikan Islam yang
berbasis gender menyediakan pengajaran yang responsif terhadap
perbedaan gender..
4. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi: Lembaga pendidikan Islam yang
berbasis gender juga memperhatikan pendidikan tentang kesehatan
reproduksi.
5. Lingkungan yang inklusif: Lembaga pendidikan Islam yang berbasis
gender menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan aman bagi
laki-laki dan perempuan.
6. Peran model dan mentor: Lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender
mengakui pentingnya peran model dan mentor yang dapat menginspirasi
dan membimbing siswa dan siswi.
7. Pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan: Lembaga pendidikan Islam
yang berbasis gender melibatkan pemantauan dan evaluasi yang
berkelanjutan terhadap implementasi pendekatan gender dalam
pendidikan.
8. Keterlibatan keluarga dan komunitas: Lembaga pendidikan Islam yang
berbasis gender juga melibatkan keluarga dan komunitas dalam upaya
pendidikan.

Dalam keseluruhan, lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender


bertujuan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, adil, dan
merangsang bagi laki-laki dan perempuan. Mereka mengakui pentingnya
memperhatikan perbedaan gender dalam pendidikan dan menerapkan
pendekatan yang responsif untuk memastikan kesetaraan hak, kesempatan,
dan kesejahteraan bagi semua individu dalam konteks agama Islam.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa konsep gender dalam pendidikan Islam dan
lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender. Konsep gender dalam
pendidikan Islam mencakup pemahaman tentang peran dan hubungan antara
laki-laki dan perempuan dalam konteks agama Islam, dengan penekanan pada
kesetaraan hak, pendidikan sebagai hak dan kewajiban, nilai-nilai kesopanan,
kerendahan hati, peran dan tanggung jawab yang komplementer, serta
pendidikan moral dan akhlak.

Lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender adalah lembaga


pendidikan yang mengadopsi pendekatan yang responsif terhadap gender
dalam penyelenggaraan pendidikan. mIsalnaya Pondok pesantren. Mereka
memperhatikan perbedaan gender, menerapkan kurikulum inklusif, membagi
kelas berdasarkan jenis kelamin (jika diperlukan), memberikan pengajaran
yang sensitif terhadap gender, menciptakan lingkungan inklusif dan aman,
melibatkan peran model dan mentor yang beragam gender, memberikan
pelatihan pada tenaga pendidik, mendorong pemberdayaan siswa dan siswi,
melakukan pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan, serta melibatkan
keluarga dan komunitas.

Tujuan utama dari konsep gender dalam pendidikan Islam dan


lembaga pendidikan Islam yang berbasis gender adalah untuk menciptakan
lingkungan pendidikan yang inklusif, adil, dan merangsang bagi laki-laki dan
perempuan, serta mempromosikan kesetaraan hak, kesempatan, dan
kesejahteraan bagi semua individu dalam konteks agama Islam.

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat. Menyadari bahwa tugas makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran
yang konstruktif selalu diharapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

10
membantu dalam penggarapan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan berbagai pihak yang membutuhkan.

C. Daftar Pustaka
Amasari, Laporan Penelitian Pendidikan Berwawasan Gender (Banjarmasin: IAIN

Antasari, 2005).

Fakih, Mansur 1996, Analisis Gender dan Transformasi Sosial.Cet. I; Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Savitri, Niken, “Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan”, dalam Buletin

Sancaya, Vol. 3, No, 2, Maret-April, 2015.

Umar, Nasaruddin 1999, Argumen Kesetaraan Gender perspektif al-Qur’an.Cet. I;

Jakarta: Paramadina.

11

Anda mungkin juga menyukai