Tugas Makalah
Dibuat dengan tujuan memenuhi tugas individu mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam Klasik dan Modern
Program Studi Pendidikan Agama Islam berbasis
Dakwah dan Komunikasi pada Pascasarjana
Institut Agama Islam As’adiyah
Disusun Oleh:
Irma Suryani
NIM: 09220400409
DOSEN PENGAMPU:
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, petunjuk, dan
kemudahan-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw., Nabi yang telah menjadi
panutan bagi umat manusia.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan
Islam,Filsafat,Prinsip dan Perkembangannya ,Gurutta Prof. Dr. H. Ahmad
Sewang, MA dan Prof.Dr.H.Abd.Rahim Yunus, MA yang telah memberikan
tugas makalah ini sehingga penulis terdorong untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai “ Sejarah Dikotomi Pendidikan.”
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami pribadi dan teman
mahasiswa untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Kami menyadari makalah ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Penulis
Irma suryani
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
D. Pengertian Dikotomi Pendidikan..................................................................4
E. Sejarah Dikotomi Pendidikan.......................................................................6
F. Islam Penyabab Dikotomi Pendidikan..........................................................8
G. Solusi untuk Menangani Dikotomi Pendidikan Islam................................11
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
keilmuan dan skill terdapat dikotomi antara sekolah menangah umum (SMU)
dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Keenam, dari segi pengelola dan
sumber pendanaan, terdapat dikotomi antara sekolah negeri dan sekolah
swasta, dan antara PT Negeri dan PT Swasta.
1
A Basyit, “Dikotomi Dan Dualisme Pendidikan Di Indonesia,” Jurnal Tahdzibi: Manajemen
Pendidikan Islam 4, no. 1 (2019): 15–27, https://doi.org/10.24853/tahdzibi.4.1.15-28.
2
kepada perbandingan antara pendidikan umum dan agama. Konsekuensi
dikotomi pendidikan sebagaiamana yang disebutkan bahwa akan berimplikasi
pada keterasingan ilmu-ilmu agama terhadap kemodernan sehingga ilmu
pegetahuan dan nilai-nilai agama akan menjauh.
Berdasarkan dari hal tersebut diatas, maka dalam tulisan ini akan dibahas
tentang pengertian dikotomi pendidikan,sejarah dikotomi pendidikan faktor-
faktor penyebab terjadinya dikotomi pendidikan Islam dan solusi dalam
menangani dikotomi pendidikan Islam.2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
Muhammad Yusuf, Muslihah Said, and Mawaddah Hajir, “Dikotomi Pendidikan Islam : Penyebab
Dan Solusinya,” Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (2021): 13–19.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
diniyyah dan al-ulum al-aqliyyah. Ada pendapat yang membagi ilmu menjadi
dua bagian. Pertama, ilmu-ilmu tanziliyah, yaitu ilmu yang dikembangkan
akal manusia terkait dengan nilai yang diturunkan Allah baik dalam Al-Quran
maupun dalam Hadis; kedua, ilmu- ilmu kauniyyah, yaitu ilmu-ilmu yang
dikembangkan akal manusia karena interaksinya dengan alam. Istilah lain
yang diungkapkan oleh Harun Nasution dalam buku Islam Rasional, bahwa
sikap yang memisahkan terhadap ilmu disebut dualisme ilmu.
Pemisahan ilmu dalam dunia pendidikan menjadi ilmu umum dan ilmu
agama telah mengantar dunia pendidikan di Indonesia menjadi suatu
pendidikan yang menghasilkkan ilmuwan-ilmuwan yang tidak
bertanggungjawab tehadap kehidupan kemasyarakatan dan lingkungan. Dan
pendidikan agama yang terlalu memisah dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora
telah melahirkan ahli-ahli agama yang tidak peka terhadap kehidupan sosial
4
Jurnal Pemikiran and Pendidikan Penelitian Ke-islaman, “AHSANA MEDIA,” 2020.
5
dan cenderung buta di zaman modern. Pola pikir yang serba bipolar-
dikotomis ini menjadikan manusia terasing dari dirinya sendiri, terasing dari
keluarga dan masyarakat sekelilingnya, terasing dari lingkungan alam dan
ragam hayati yang menopang kehidupannya, serta terasing dari denyut nadi
lingkungan sosil-budaya sekitarnya. Yang akhirnya terjadi proses
dehumanisasi secara massif baik pada tataran kehidupan keilmuan maupun
keagamaan.
6
kejayaan Islam semua disiplin ilmu pengetahuan dikuasai oleh umat Islam,
mulai dari ilmu fiqih sampai dengan ilmu fisika serta ilmu-ilmu yang lain.
Bahkan pada masa kejayaan mereka membuat karangan buku yang dipelajari
dan dikembangkan di Eropa pada periode pencerahan yang kita dapat lihat
sekarang.
Kondisi dikotomi ilmu ini bertambah parah ketika umat Islam dijajah
oleh bangsa Barat termasuk Indonesia sendiri yang lebih dari 300 tahun
dalam penjajahan kolonial Belanda. Penetrasi Belanda ke bumi Nusantara ini
mengambil bagian yang signifikan dalam mempertegas dikotomisasi
Pendidikan Agama Islam. Sebab para ulama sangat membenci terhadap
semua yang dibawa penjajah termasuk ilmu pengetahuan yang kemudian
dikonotasikan dengan ilmu umum, sehingga semakin tegas mereka
membedakan antara imu agama dan ilmu umum.
Dikotomi ilmu agama dan ilmu umum ini masih kita rasakan sampai
sekarang, sehingga dalam urusan pendidikan di Indonesia pun ilmu umum
menginduk pada Departemen Pendidikan Nasional yang mengurusi
pendidikan umum juga Departemen Agama yang hanya mengurusi
pendidikan agama. Pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum
iniberimplikasi terhadap pengembangan Pendidikan Agama Islam dipesantren
yang hanya terfokus pada orientasi keakhiratan, sedangkan masalah dunia
dianggap tidak penting. Adapun permasalahan dalam pemisahan ilmu yaitu,
7
sekolah agama telah terkotak dalam kubu sendiri, maksudnya ialah sekolah
agama memiliki induk yang berbeda dengan sekolah umum. Sumber masukan
sekolah agama dan perguruan tinggi Agama Islam rata-rata dipandang belum
mampu, maka mutu tamatannya digolongkann menjadi kelas dua karena ilmu
yang dipelajari adalah ilmu agama yang hanya berorientasi pada akhirat saja
tanpa ilmu umum yang berorientasi pada dunia. Hal ini dikarenakan mereka
salah dalam memahami hadis :
“Dunia adalah penjara bagi mukmin, dan surga bagi kafir” (HR Tirmidzi).
Sehingga mereka sangat apatis terhadap urusan dunia dan ilmu-ilmu yang
terkait dengan keduniaan. Dalam hadis di atas sebenarnya bermaksud tentang
kenikmatan dunia yang hanya sangat terbatas seperti halnya kesengsaraan
dalam penjara jika dibandingkan dengan kenikmatan akhirat yang tak
terbatas. Pengaruh-pengaruh negatif dari adanya dikotomi Pendidikan Agama
Islam ini sehingga perlu ada upaya untuk memulihkannya sebagaimana yang
terjadi pada Periode Klasik, di mana Pendidikan Agama Islam mencakup
keseluruhan bidang keilmuan tanpa adanya pemisahan yang berbeda antara
ilmu agama dan ilmu umum.5
Terjadinya pemisahan ilmu agama dan ilmu umum yaitu sekitar abad
pertengahan, dimana umat tidak mempedulikan sains, ilmu pengetahuan dan
tekhnologi sehingga umat Islam mulai terpuruk. Waktu itu, yang berpengaruh
hanyalah ulama-ulama fiqih sehingga umat islam mengalami ketebelakangan
dalam hal IPTEK. Contoh yang terjadi pada abad ke 11 M, di salah satu
madrasah yaitu Madrasah Nizamiyah yang mengalami perubahan kurikulum
yang hanya menekankan ilmu-ilmu agama khususnya ilmu-ilmu fiqih saja.
Sehingga ilmu yang dipelajari hanya berkisar pemahaman tentang hukum
islam saja yang menjadi prorioritas dalam pembelajaran.Stagnasi yang
melanda kesarjanaan muslim terjadi sejak abad XVI hingga abad XVII M.
5
Puspita, Siraturrahmah, and Rijal, “Problematika Dan Solusi Dikotomi Ilmu.”
8
Kondisi tersebut secara umum merupakan imbas dari kelesuan bidang
politik dan budaya masyarakat Islam saat itu cenderung melihat ke atas,
melihat gemerlapnya kejayaan abad pertengahan, sehingga lupa kenyataan
yang tengah terjadi di lapangan. Maka ilmuan-ilmuan Barat berkata bahwa
keunggulan dan kebanggaan tradisi masa lalu telalh membuat ilmuan- ilmuan
Muslim tidak menanggapi sehingga terlempar atau terdegradasi oleh ilmuan
Barat. Padahal jika tantangan tersebut dapat diolah secara baik, maka dunia
Muslim dapat mengislmisasikan ilmu pengetahuan tersebut kearah yang
Islami.
terhadap dunia Islam, khususnya di era globalisasi sekarang ini. Bahkan dapat
dikatakan bahwa ilmu-ilmu Baratlah yang mendominasi kurikulum yang ada
di sekolah-sekolah dalam dunia Muslim Pertama, Penjajahan Barat atas
Dunia Islam; Penjajahan orang-orang Barat terhadap dunia Muslim telah
dicatat oleh sejarawan yang berlangsung sejak abad VIII hingga abad XIX M.
Pada saat itu dunia Muslim benar-benar tidak berdaya di bawah kekuasaan
imperialisme Barat. Dalam situasi seperti ini, maka tidaklah mudah bagi
Muslim mengkanter perilaku yang dilakukan oleh orang-orang Barat.
Kedua, Modernasasi atas dunia Islam; Faktor lain yang dianggap telah
menyebabkan munculnya dikotomi system pendidikan di dunia Muslim
9
adalah modernisasi. Yang harus disadari bahwa modernisasi itu muncul
sebagai suatu perpaduan antara dua ideologi Barat, teknikisme dan
nasionalisme. Perpaduan kedua paham modernisme inilah, menurut
Zianuddin, yang sangat membahayakan dibandingkan dengan tradisionalisme
yang sempit. Selain itu, penyebab dikotomi system pendidikan adalah
diterimanya budaya Barat secara total bersama adopsi ilmu pengetahuan dan
teknologinya. Sementara itu, Amrullah Ahmad menilai bahwa penyebab
utama terjadinya dikotomi adalah peradaban umat Islam yang tidak dapat
menyajikan Islam secara kaffah. Sebagai akibat dari dikotomi itu, lahirnya
pendidikan umat Islam yang sekularistik, rasionalistik, dan materialistik.
10
dirasakan, waktu itu yang mendominasiahli agama atau ulama fiqh dalam
pendidikan Islam, sampai terkesan bahwa mempelajari ilmu agama tergolong
sebuah keharusan atau wajib bagi semua ummat Islam, sehingga terjadi
kristalisasi keilmuan, sedangkan mempelajari ilmu umum merupakan
kewajiban kolektifatau fardlu kifayah, Akibatnya Negara Indonesia yang
mayoritas berpenduduk muslim kalah bersaing dalam bidang iptek atau ilmu
pengetahuan dan teknolgi bila dibandingkan dengan Negara lain. Ketiga,
faktor permasalahan internal bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan
budaya yang dihadapi penduduk masyarakat Indonesia mayoritas beragama
Islam. tidak mampu melakukan upaya pembenahan dan pembaruan di
kelembagaan bidang pendidikan Islam yang akibatnya, terjadi dikotomi ilmu
agama dan ilmu umum. pola pemikiran dikotomisasi masih terdapat dalam
kelembagaan pendidikan Islam yaitu antara urusan ukhrawi dengan duniawi,
ilmu dan iman, Akal dan Wahyu,Ilmu agama dengan Umum sehingga
masyarakat mempunyai paradigma berfikir yang terkotakkan seperti itu
seperti doktrinasi sebuah jarak pemisah.
11
Ulama dahulu begitu menguasai dan menghargai keutamaan berbagai
disiplin ilmu dilihat dari otoritas keilmuan yang mereka miliki dan
kuasai.Sampai saat ini, dapat dikatakan bahwa system pendidikan yang ada
saat ini tidak mengalami perpaduan yang erat. Kenyataan ini diperburuk oleh
ketidakpastian hubungan antara pendidikan umum dan pendidikan
agama.Dualisme dan dikotomi pendidikan merupakan system pendidikan
warisan zaman kolonial yang memisahkan antara pendidikan umum dan
pendidikan agama, adalah penyebab utama dari kerancuan dan kesenjangan
pendidikan khususnya di Indonesia dengan segala akibat yang
ditimbulkannya.
12
Kedua, perlu ada suatu kerangka teoritis ilmu dan teknologi yang
menggambarkan beberapa gaya dan metode aktivitas ilmiah serta teknologi
yang sesuai tinjauan dunia yang mencerminkan nilai dan norma budaya
Muslim.
Ilmu agama dan ilmu umum harus dimiliki secara integral atau kedua-
duanya agar fungsi manusia senagai seorang hamba dan khalifah fil ard’ bisa
13
terlaksana sesuai yang digariskan dalam al-Qur’an dan Sunnah. Untuk
menciptakan suatu system pendidikan terpadu, yang dapat mengakomodir
seluruh potensi peserta didik dengan utuh, maka perlu menghasilan manusia
yang insan kamil yakni manusia yang sempurnah. Maka perlu adanya
keterpaduan yang harmonis dalam semua aspek pendidikan. Adapun aspek-
aspek yang perlu dipadukan dalam mengelolah sistem pendidikan,
diantaranya adalah:
Kedua, ilmu ini dapat diibaratkan dengan dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Ilmu agama dan ilmu umum dipandang sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang harus diketahui oleh setiap
muslim untuk meningkatkan daya saing. Perpaduan atau perimbangan antara
ilmu agama dan ilmu umum akan dapat menghadapi tantangan di era
globalisasi sekarang ini. Kedua, kurikulum; Ilmu agama dan ilmu umum
dapat dipadukan dalam satu materi kurikulum. Integrasi ilmu agama dan
umum dapat dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Artinya,
secara kuatitatif porsi pendidikan agama dan pendidikan umum diberikan
materi secara seimbang. Sedangkan secara kualitatif, dimana menjadikan
pendidikan umum dapat diperkaya dengan nilai-nilai keagamaan, begitu juga
sebaliknya pendidikan agama dapat dimasuki pendidikan umum sehingga
kedua ilmu ini mejatuh menjadi satu kesatuan dalam bingkai kurikulum.
Islamisasi Ilmu
14
Islamisasai ilmu merupakan suatu upaya dalam membangkitkan kembali
gairah umat Muslim dalam ilmu pengetahuan melalui nalar intelektualnya dan
pengembangan-pengembangan ilmu yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan
sunah Rasulullah saw. Begitu juga, islamisasi ilmu pengetahuan adalah
mengislamkan sains produk Barat yang selama ini dijadikan sebagai panduan
dalam system pendidikan Islam. Dengan menjadikan al-Qur’an dan Hadis
sebagai panduan termasuk dalam mengislamkan produk Barat, maka nilai-
nilai keislam akan tertanam dengan mantap dalam diri peserta didik. Para
peserta didik dapat memiliki keterampilan umum dan juga memiliki
pengetahuan agama.
BAB III
6
Yusuf, Said, and Hajir, “Dikotomi Pendidikan Islam : Penyebab Dan Solusinya.”
15
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedua, Modernasasi atas dunia Islam; Faktor lain yang dianggap telah
menyebabkan munculnya dikotomi system pendidikan di dunia Muslim
16
adalah modernisasi. Yang harus disadari bahwa modernisasi itu muncul
sebagai suatu perpaduan antara dua ideologi Barat, teknikisme dan
nasionalisme.
Salah satu solusi untuk mengatasi soal dualisme sistem pendidikan Islam,
adalah perlu dirumuskannya sistem pendidikan terpadu, perlu diciptakan dan
dikembangkan kerangka- kerangka pengetahuan masa kini yang bisa
diaktualisasikan sesuai dengan ajaran Islam.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
17
Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 1 (2019): 15–27.
https://doi.org/10.24853/tahdzibi.4.1.15-28.
Puspita, Anggun Wira, Rina Muda Siraturrahmah, and Muhammad Khairul Rijal.
“Problematika Dan Solusi Dikotomi Ilmu.” Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal
Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran 5, no. 2 (2020): 1–5.
https://doi.org/10.21093/twt.v5i2.2213.
18