Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STUDI FIQIH DENGAN PENDEKATAN GENDER

Disusun guna memenuhi tugas mata Metodologi Studi Fiqih

Dosen Pengampu : Khifni Nasif, M.E

Disusun Oleh :

Kelompok 8 A2PSR

1. Paryono (2250410011)
2. Dwi Faris Firmansyah (2250410028)
3. Choirun Nissa (2250410032)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Kami memanjatkan doa pujian dan syukur atas kehadirat Allah SWT
senantiasa menganugrahkan kepada kami rahmat dan taufiknya, karena itu kita
masih bisa eksis di dalam memajukan dan mengembangkan dunia pendidikan di
negeri tercinta ini. Dan kami merasa sangat bersyukur karena dapat menyusun dan
menuntaskan tugas makalah mata kuliah Metodologi Studi Fiqih yang berjudul
“Studi Fiqih Dengan Pendekatan Gender” secara tepat waktu.

Mengenai makalah yang berjudul " Studi Fiqih Dengan Pendekatan Gender "
telah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Fiqih yang
diampu oleh Bapak Khifni Nasif, M.E. Selain itu, kami berharap makalah kami
akan memungkinkan pembaca dalam memberikan kesempatan belajar bagi semua
orang di kalangan mahasiswa/i semuanya.

Dengan penyusunan makalah ini, kami berharap pada semua pembaca dapat
menjadikan wadah untuk mengembangkan wawasan berpikir yang dinamis,
imajinatif dan kreatif serta mengembangkan motivasi budaya membaca.

Demikian, kami ucapkan terimakasih.


Wassalamuallaikum Wr. Wb.

Kudus, 18 Mei 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Pendahuluan ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
1.1 Pengertian Gender ......................................................................................... 3
2.2 Konsep Gender .............................................................................................. 4
3.3 Gender dalam Pandangan Islam .................................................................... 6
4.4 Masalah ketidakadilan Gender ...................................................................... 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Gender merupakan istilah yang baru dalam islam, karena sesungguhnya
gender sendiri merupakan suatu istilah yang muncul di barat pada sekitar tahun
1980. Digunakan pertama kali pada sekelompok ilmuan wanita yang juga
membahas tentang peran wanita saat itu. Islam mendudukkan laki-laki dan
perempuan dalam posisi yang sama dan kemuliaan yang sama. Islam tidak
membedakan laki-laki dan wanita dalam hal tingkatan takwa, dan surga juga
tidak dikhususkan untuk laki-laki saja, tetapi untuk laki-laki dan perempuan
yang bertakwa dan beramal sholih, Islam mendudukkan wanita dan laki-laki
pada tempatnya.1

Anggapan orientalis dan musuh Islam bahwa Islam menempatkan wanita


pada derajat yang rendah. Dalam Islam, sesungguhnya wanita dimuliakan.
Banyak sekali ayat Al-qur'an ataupun hadis nabi yang memuliakan dan
mengangkat derajat wanita. Baik sebagai ibu, anak, istri, ataupun sebagai
anggota masyarakat sendiri.2

Tak ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dalam Islam, akan
tetapi yang membedakan keduanya adalah fungsionalnya, karena kodrat dari
masing-masing. Namun kenyataan yang terjadi disekitar kita adalah bahwa
masih banyak kesalahpahaman tentang pemahaman konsep gender dalam Islam
khususnya fiqih, yang mengakibatkan munculnya isu-isu baru yang melahirkan
perkembangan diskusi baru dalam fiqih islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian dari Gender?
2. Bagaimana Konsep dari Gender?
3. Bagaimana Gender dalam Pandangan Islam?
4. Bagaimana Masalah Ketidakadilan tentang Gender?

1
Kesetaraan Gender Dalam Al-Qur'an ( YPP Minhajul Thullab Lampung Timur).
2
Fuad M. Fahimul, JURNAL ISTINBATH Vol 8, No 2 (2011): Vol. VIII, Nomor 2, Nopember 2011.

1
C. Tujuan Masalah
1. Pengertian Gender
2. Mendiskripsikan Konsep Gender
3. Mendiskripsikan Gender dalam Pandangan Islam
4. Mendiskripsikan Ketidakadilan Gender

2
BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Gender


Kata Gender berasal dari Bahasa Inggris gender yang berarti jenis
kelamin. Menurut Nasaruddin Umar, pengertian ini kurang tepat, sebab dengan
pengertian tersebut Gender disamakan dengan sex yang berarti jenis kelamin
pula. Persoalan ini muncul barangkali adalah karena kata Gender termasuk
kosa kata baru, sehingga pengertiannya belum ditemukan dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia.3

Meskipun kata Gender belum masuk dalam perbendaharaan kamus besar


Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim dipergunakan, khususnya, di
Kantor Menteri Urusan Peranan Wanita dengan ejaan 'Gender'. Gender
diartikan sebagai penafsiran yang bersifat mental (interpretasi mental) dan
budaya (cultural) terhadap perbedaan kelamin, laki-laki dan perempuan.
Gender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang
tepat bagi laki-laki dan perempuan.4

Gender sebagai alat analisis umumnya digunakan oleh penganut aliran


ilmu sosial konflik yang memusatkan perhatian pada ketidakadilan struktural
dan sistem. Gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat
Tuhan. Perbedaan biologis dan perbedaan jenis kelamin adalah kodrat Tuhan
sehingga secara permanen berbeda. Sementara gender adalah behavioral
differences antara laki-laki dan perempuan yang socially-constructed, yaitu
perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ciptaan Tuhan, melainkan diciptakan
oleh kaum laki-laki dan perempuan melalui proses panjang dalam kehidupan
sosial dan budaya.

Istilah gender digunakan berbeda dengan sex. Gender digunakan untuk


mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial- budaya.
Sementara sex digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki- laki dan

3
Supiana, "Metodologi Studi Islam", (Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Islam,2012) hlm. 329
4
Ibid. hlm. 330

3
perempuan dari segi anatomi biologi. Istilah sex lebih banyak berkonsentrasi
pada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan komposisi kimia dan hormon
dalam tubuh, anatomi fisik, reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya.
Sementara itu, gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial,
budaya, psikologis, dan aspek-aspek non-biologis lainnya.5

2.2 Konsep Gender


Kata gender dalam istilah Indonesia sebenarnya diambil dari bahasa Inggris
yaitu “gender” yang mana artinya tidak dapat dibedakan secara jelas mengenai seks
dan gender. Banyak masyarakat yang mengidentikan gender dengan seks. Untuk
memahami konsep gender, harus dapat dibedakan terlebih dahulu mengenai arti
kata seks dan gender itu sendiri. Pengertian dari kata seks sendiri adalah suatu
pembagian jenis kelamin ke dalam dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan, di mana
setiap jenis kelamin tersebut memiliki ciri-ciri fisik yang melekat pada setiap
individu, di mana masing-masing ciri tersebut tidak dapat digantikan atau
dipertukarkan satu sama lain. Ketentuan- ketentuan tersebut sudah merupakan
kodrat atau ketentuan dari Tuhan.6

Konsep gender juga termasuk karakteristik atau ciri-ciri laki-laki dan


perempuan yang diciptakan oleh keluarga dan atau masyarakat, yang dipengaruhi
oleh budaya dan interpretasi agama . Misalnya, secara umum, pekerjaan memasak,
mengurus anak, mencuci selalu disebutkan hanya sebagai pekerjaan perempuan.
Pandangan seperti ini merupakan ciptaan masyarakat dari budaya tertentu, padahal
pekerjaan tersebut dapat juga dipertukarkan dengan laki-laki atau dapat dikerjakan
oleh laki-laki. Namun pandangan ini bisa saja berbeda dari satu budaya dengan
budaya yang lain. Karakteristik atau ciri-ciri ini menciptakan pembedaan antara
laki-laki dan perempuan yang disebut pembedaan gender. Ini sering mengakibatkan
peran sosial yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Peran ini dipelajari dan
berubah-ubah dari waktu ke waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Peran

5
Gusnarib wahab, "Gender dalam Perspektif Islam" Jurnal Hunafa Vol. 5, No. 2, Agustus
2008, hlm.228
6
Mansour Faqih. 2010. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar hal.7

4
sosial atau yang sering disebut peran gender ini berpengaruh terhadap pola relasi
kuasa antara perempuan dan laki-laki yang sering disebut sebagai relasi gender.

Konsep gender ini sering disamakan dengan seks atau jenis kelamin. Gender
dan seks dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Artinya jika berbicara mengenai gender tidak terlepas dari jenis kelamin. Namun
kedua konsep ini sangat berbeda makna dan pengertiannya. Konsep jenis kelamin
adalah kenyataan secara biologis yang membedakan antara manusia dimana lebih
diidentikkan dengan perbedaan tubuh laki-laki dan perempuan.7

 Untuk lebih jelas perbedaan gender dan jenis kelamin bisa ditarik dalam
beberapa pion penting sebagai berikut :

A. Gender

1. Menyangkut pembedaan peran, fungsi, dan tanggungjawab laki-laki


dan perempuan sebagai hasil kesepakatan atau hasil bentukan
masyarakat
2. Peran sosial dapat berubah: Peran istri sebagai ibu rumah tangga dapat
berubah menjadi pencari nafkah, disamping menjadi istri juga
3. Peran sosial dapat dipertukarkan:Untuk saat-saat tertentu, bisa saja
suami tidak memiliki pekerjaan sehingga tinggal di rumah mengurus
rumah tangga, sementara istri bertukar peran untuk bekerja mencari
nafkah bahkan sampai ke luar negeri.
4. Peran sosial bergantung pada masa dan keadaan.
5. Peran sosial bergantung pada budaya masyarakat tertentu.
6. Peran sosial berbeda antara satu kelas/strata sosial dengan strata
lainnya.
7. Peran sosial bukan kodrat Tuhan tetapi buatan manusia.

7
Dr. Muhammad Rizka Muqtada, M.Hum. Pendekatan gender dalam studi fiqih

5
B. Jenis kelamin

1. Menyangkut perbedaan organ biologis laki-laki dan perempuan,


khususnya pada bagian-bagian alat reproduksi.
2. Peran reproduksi tidak dapat berubah:Sekali menjadi perempuan dan
mempunyai rahim, maka selamanya akan menjadi perempuan dan
sebaliknya.
3. Peran reproduksi tidak dapat dipertukarkan: tidak mungkin laki-laki
melahirkan dan perempuan membuahi.
4. Peran reproduksi bergantung pada kesehatan dan berlaku sepanjang
masa
5. Peran reproduksi kesehatan berlaku di mana saja.
6. Peran reproduksi kesehatan berlaku bagi semua kelas/strata sosial.
7. Peran reproduksi berasal dari Tuhan atau kodrat.

3.3 Gender dalam Pandangan Islam


Berbicara tentang Gender, sama artinya dengan berbicara sekitar
hubungan wanita dan pria. Berbicara hubungan wanita dan pria dalam Islam
pada prinsipnya dapat disebut sama artinya dengan berbicara sekitar
kemitrasejajaran pria dan wanita. Sebab dalam Islam secara prinsip hubungan
kedua jenis kelamin ini adalah sejajar di hadapan Allah SWT (khaliq).

Posisi Islam dalam hal ini telah menjadi sorotan Dunia Barat, dengan
tingkat objektivitas yang sangat kurang, ada sebagian dari mereka yang
menganggap bahwa ajaran Islam tidak memberikan penghargaan terhadap
perempuan. Menurut mereka Agama Islam justru men-diskritkan kaum
perempuan, dengan membatasi ruang geraknya, sehingga menimbulkan
beberapa efek negatif terhadap kaum perempuan, seperti adanya diskriminasi
terhadap perempuan.8

Al qur'an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan


perempuan, tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan (discrimination)

8
ROUDHOTUL JANNAH , APRESIASI AL-QUR’AN TERHADAP PEREMPUAN DALAM SURAT AL-NISA’.

6
yang menguntungan satu pihak dan merugikan pihak lainya. Perbedaan
tersebut dimaksudkan untuk mendukung misi pokok al qur'an, yaitu terciptanya
hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang (mawaddah wa rahmah)
dilingkungan keluarga. Hal tersebut merupakan cikal bakal terwujudnya
komunitas ideal dalam suatu negeri yang damai penuh ampunan Tuhan
(baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur). Ini semua bisa terwujud manakala
ada pola keseimbangan dan keserasian antara keduanya (laki-laki dan
perempuan).

Islam menempatkan perempuan pada posisi yang sama dengan laki- laki.
Kesamaan tersebut dapat dilihat dari tiga hal.

Pertama, dari hakikat kemanusiaanya. Islam memberikan sejumlah hak


kepada perempuan dalam rangka peningkatan kualitas kemanusiaanya. Hak
tersebut antara lain:

a. waris (QS.AnNisa/4: 11),


b. persaksian (QS.Al- Baaqarah/2: 282), a
c. qiqah (QS.AT-Taubah/9 :21), dan lain lain.
Kedua, Islam mengajarkan bahwa baik perempuan maupun laki laki mendapat
pahala yang sama atas amal shaleh yang dibuatnya. Sebaliknya, laki-laki dan
perempuan memperoleh azab yang sama atas pelanggaran yang diperbuatnya.

Ketiga, Islam tidak mentolelir adanya perbedaan dan perlakuan tidak adil antar
umat manusia.

Secara lebih jelasnya, hubungan antar jenis kelamin atau prinsip gender
dalam islam di tegaskan dalam (QS.Al-Azhab/33 : 35)

7
Artinya: "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki- laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar."

Ayat diatas secara bersama-sama dan melihatnya secara tepat sesuai


dengan dimensi waktu, jelaslah bahwa Allah tidak membeda-bedakan jenis
kelamin atau kodrat yang dibawa sejak lahir. Lalu, bagaimana dengan
kemunculan beberapa hadist yang terkesan memojokkan perempuan, sehingga
membentuk rasa benci terhadap perempuan? dalam hubungan antara laki-laki
dan perempuan (hubungan Gender) ada sebuah hadist yang sangat populer dan
terkesan memojokkan perempuan, yaitu: "Tidak akan beruntung suatu kaum
yang menyerahkan kepemimpinanya kepada perempuan.

Hadist tersebut memberikan kesan bahwa perempuan merupakan


ciptaan kedua, sementara laki-laki adalah ciptaan pertama dan utama. Tentu
saja yang dimaksud laki-laki disini adalah Adam dan yang perempuan adalah
Hawa.

Ketika hadist ini diuji dan diperbandingkan dengan ayat-ayat Al-


Qur'an ada 30-an ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia tak satupun

8
ayat yang dapat ditafsirkan sebagai penegasan atau merujuk pada keyakinan
bahwa laki-laki diciptakan terlebih dahulu ketimbang perempuan atau bahwa
perempuan diciptakan dari laki-laki. Beberapa ayat dapat ditafsirkan bahwa
penciptaan pertama (nafsin wahidah) justru bersifat perempuan, bukan laki-
laki.

4.4 Masalah ketidakadilan Gender


Ketidakadilan dan diskriminasi gender merupakan kondisi kesenjangan dan
ketimpangan atau tidak adil akibat dari sistem struktur sosial dimana baik
perempuan dan laki-laki menjadi korban dari sistem tersebut. Ketidakadilan gender
terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang
peradapan manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menimpa perempuan
saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Meskipun secara keseluruhan ketidakadilan
gender dalam berbagai kehidupan lebih banyak dialami oleh kaum perempuan,
namun ketidakadilan gender itu berdampak pula terhadap laki-laki. Bentuk-bentuk
manifestasi ketidakadilan gender akibat diskriminasi gender itu mencakup9:

a) Marjinalisasi atau Peminggiran

Proses marjinalisasi atau pemiskinan yang merupakan proses, sikap.


perilaku masyarakat maupun kebijakan negara yang berakibat pada
penyisihan/ pemiskinan bagi perempuan atau laki-laki. Contoh-contoh
marjinalisasi:

1. Banyak pekerja perempuan kurang dipromosikan menjadi kepala


cabang atau kepala bagian dalam posisi birokrat. Begitu pula politisi
perempuan kurang mendapat porsi dan pengkuan yang sama
dibandingkan dengan politisi laki-laki.
2. Peluang untuk menjadi pimpinan dilingkungan TNI (jenderal) lebih
banyak diberikan kepada laki-laki daripada perempuan.

9
Riant Nugroho. 2011. Gender dan Strategi Pengaruh-Utamanya Di Indonesia. Yogyakarta: Hlm.
9-16.

9
3. Sebaaliknya banyak lapangan pekerjaan yang menutup pintu bagi laki-
laki seperti industri garmen dan industri rokok karena anggapan bahwa
mereka kurang teliti melakukan pekerjaan yang memerlukan
kecermatan dan kesabaran.
b) Sub-ordinasi

Proses sub-ordinasi adalah suatu keyakinan bahwa satu jenis kelamin


dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin
lainnya, sehingga ada jenis kelamin yang merasa dinomorduakan atau
kurang didengarkan suaranya, bahkan cenderung dieksploitasi tenaganya.
Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan dan
peran permepuan lebih rendah daripada laki-laki. Banyak kasus dalam
tradisi, tafsir keagamaan maupun dalam aturan birokrasi yang meletakkan
kaum perempuan pada tatanan sub-ordinat. Contoh-contoh sub-ordinasi:

1. Banyak pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan perempuan


seperti "guru taman kanak-kanak. sekretaris, atau perawat, yang
dinilai lebih rendah dibanding dengan pekerjaan laki-laki seperti
direktur, dosen diperguruan tinggi, dokter, dan tentara. Hal tersebut
berpengaruh pada pembedaan gaji yang diterima oleh perempuan.
2. Perempuan dipinggirkan dari beberapa jenis kegiatan baik dibanding
pertanian dan industri serta bidang tenaga kerja yang lebih banyak
dimiliki oleh laki-laki.
3. Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang
semula dikerjakan secara manual oleh perempuan diambil alih oleh
mesin yang pada umumnya dikerjakan oleh tenaga laki-laki.
4. Apabila seorang istri yang hendak mengikuti tugas belajar atau
hendak bepergian keluar negeri, ia harus mendapat izin dari suami.
Tetapi apabila suami yang akan pergi ia bisa mengambil keputusan
sendiri tanpa harus mendapat izin dari istri. Kondisi semacam itu telah
menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting sehingga
jika karena kemampuannya ia bisa menempati posisi penting sebagai

10
pimpinan, bawahannya yang berjenis laki-laki seringkali merasa
tertekan.
5. Sebagai seorang laki-laki menjadi bawahan seorang perempuan, maka
pola pikir seorang laki-laki masih memandang bos perempuan tadi
sebagai mahluk lemah dan lebih rendah. Sehingga laki bawahan
merasa "kurang laki-laki". Inilah bentuk ketidakadilan gender yang
dialami oleh perempuan namun yang dampaknya mengenai laki-laki.
c) Pandangan atau Stereotipe

Stereotipe adalah suatu pelabelan yang sering kali bersifat negatif


secara umum terhadap salah satu jenis kelamin tertentu. Stereotipe selalu
melahirkan ketidakadilan dan diskriminasi yang bersumber dari pandangan
gender. Contoh-contoh Stereotipe:10

1. Tugas dan fungsi serta peran perempuan hanya melaksanakan


pekerjaan yang berkaitan dengan kerumahtanggaan atau tugas
domestik.
2. Label kaum perempuan sebagai" ibu rumah tangga" sangat
merugikan mereka jika hendak aktif dalam kegiatan laki-laki seperti
kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi.
3. Sementara label laki-laki sebagai pencari nafkah utama (a main
breadwinner) mengakibatkan apa saja yang dihasilkan oleh
perempuan dianggap sambilan saja (a secondary
breadwinner)sehingga kurang dihargai.u kegiatan di masyarakat
bahkan ditingkat pemerintahan dan negara hanyalah merupakan
"perpanjangan" dari peran domestiknya. Misalnya karena
perempuan dianggap pandai merayu maka ia dianggap lebih pas
bekerja dibagian penjualan.

10
Hamzah Junaid, “Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Hadis,” An - Nisa` 5, no. 1 (2012),
http://e-jurnal.stainwatampone.ac.id/index.php/an-nisa/article/view/77%0Ahttp://e-
jurnal.stainwatampone.ac.id/index.php/an-nisa/article/download/77/94.

11
4. Apabila laki-laki marah, maka dianggap tegas tetapi apabila
perempuan marah atau tersinggung dianggap emosional dan tidak
dapat menahan diri. Standar penilaian terhadap perempuan dan laki-
laki berbeda namun standar nilai tersebut lebih banyak merugikan
perempuan.
d) Kekerasan

Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas


mental psikologi seseorang. Oleh kaena itu kekerasan tidak hanya
menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan, dan
penyiksaan, tetepi juga yang bersifat non fisik seperti pelecehan seksual,
ancaman dan paksaan sehingga secara emosional perempuan atau laki-laki
yang mengalaminya akan merasa terusik batinnya.11

Pelaku kekerasaan yang bersumber karena gender ini bermacam-


macam. Ada yang bersifat individual seperti di dalam rumah tangga sendiri
maupun ditempat umum dan juga di dalam masyarakat dan negara. Berbagai
kekerasan terjadi sebagai akibat dari perbedaan peran gender yang tidak
seimbang. Contoh-contoh kekerasan(fisik maupun mental psikologis):

1. Istri menghina/mencela kemampuan seksual atau kegagalan karier


suami.
2. Perempuan dan anak-anak dijadikan sandera dalam suatu konflik
sosial /ethnis atau antar negara.
3. Istri tidak boleh bekerja oleh suami setelah menikah.
4. Istri tidak boleh mengikuti segala macam pelatihan dan kesempatan -
kesempatan meningkatkan SDMnya.
5. Istri tidak boleh mengikuti kegiatan sosial diluar rumah.
6. Suami membatasi uang belanja dan memonitor keuangan secara ketat.
7. Orang tua memukul dan menghajar anaknya.
e) Beban Ganda

11
Sri Sundari Sasongko, Konsep dan Teori Genderhal.9-11

12
Beban ganda adalah peran dan tanggung jawab seseorang dalam
melakukan berbagai jenis kegiatan sehari-hari. Beban kerja ganda yang
sangat memberatkan seseorang adalah suatu bentu diskriminasi dan
ketidakadilan gender. Dalam suatu rumah tangga pada umumnya, beberapa
jenis kegiatan dilakukan oleh laki-laki, dan beberapa yang lain dilakukan
oleh perempuan.12

Beban ganda ini seringkali dipandang dari sudut budaya sebagai


bentuk pengabdian dan pengorbanan yang mulia yang nanti di akherat
mendapatkan balasan yang setimpal. Namun demikian harus ada suatu batas
dari pengorbanan ini, karena pengorbanan yang tanpa batas berarti menjurus
kepada ketidakadilan. Contoh-contoh beban kerja:13

1. Berbagai observasi menunjukkan perempuan mengerjakan hampir


90% dari pekerjaan dalam rumah tangga, sehingga bagi mereka yang
bekerja dilura rumah, selain bekerja diwilayah publik mereka juga
masih harus mengerjakan pekerjaan domestik. Dengan demikian
perempuan melakukan beban ganda yang memberatkan (double
burden).
2. Seorang ibu dan anak perempuannya mempunyai tugas untuk
menyiapkan makanan dan menyediakannya diatas meja, kemudian
merapikan kembali sampai mencuci piring-piring yang kotor.

Seorang bapak dan anak laki-laki setelah selesai makan, mereka akan
meninggalkan meja makan tanpa merasa berkewajiban untuk mengangkat
piring kotor yang mereka pakai. Apabila yang mencuci isteri, walaupun ia
bekerja mencari nafkah keluarga ia tetap menjalankan tugas pelayanan yang
dianggap sebagai kewajibannya.

12
Endang Sriani, “Fiqih Mawaris Kontemporer: Pembagian Waris Berkeadilan Gender,”
TAWAZUN : Journal of Sharia Economic Law 1, no. 2 (2018): 133,
https://doi.org/10.21043/tawazun.v1i2.4986.
13
Asna Andriani, “Pendekatan Gender Dalam Studi Qur’an,” Al-Tsiqoh : Islamic Economy and
Da’wa 2, no. 3 (2017): 31–47, file:///C:/Users/HP/Downloads/167-Article Text-572-1-10-
20190119 (1).pdf.

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Gender diartikan sebagai penafsiran yang bersifat mental dan budaya
terhadap perbedaan kelamin, laki-laki dan perempuan. Gender biasanya
dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang tepat bagi laki-laki dan
perempuan. Gender digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan
perempuan dari segi sosial-budaya.

Konsep gender juga termasuk karakteristik atau ciri-ciri laki-laki dan


perempuan yang diciptakan oleh keluarga dan atau masyarakat. Peran sosial yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan berpengaruh terhadap pola relasi kuasa
antara perempuan dan laki-laki yang sering disebut sebagai relasi gender. Konsep
jenis kelamin adalah kenyataan secara biologis yang membedakan antara manusia
dimana lebih diidentikkan dengan perbedaan tubuh laki-laki dan perempuan.

Al qur'an mengakui perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan,


tetapi perbedaan tersebut bukanlah pembedaan (discrimination) yang
menguntungan satu pihak. Ketidakadilan dan diskriminasi gender adalah kondisi
kesenjangan dan ketimpangan dari sistem struktur sosial, namun itu berdampak
pula terhadap laki-laki.

B. Saran
Dalam materi ini kita harus lebih memahami apa itu Gender supaya kita
tidak salah dalam menyampaikannya. Karena Gender diartikan sebagai penafsiran
yang bersifat mental dan budaya terhadap perbedaan kelamin, laki-laki dan
perempuan. Hal inilah yang sangat sulit membedakannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Asna. “Pendekatan Gender Dalam Studi Qur’an.” Al-Tsiqoh : Islamic


Economy and Da’wa 2, no. 3 (2017): 31–47.
Junaid, Hamzah. “Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Hadis.” An - Nisa` 5, no.
1 (2012).
Sriani, Endang. “Fiqih Mawaris Kontemporer: Pembagian Waris Berkeadilan
Gender.” TAWAZUN : Journal of Sharia Economic Law 1, no. 2 (2018): 133.
Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad. 2010. Pengantar Fiqih Muamalah.
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Ash-Shawi, Shalah dan Al-Mushlih, Abdullah.2011. Fikih EkonomiKeuangan
Islam. Jakarta: Darul Haq.
Dzuhayatin, Siti Ruhaini,(1996), “Fiqh dan Permasalahan Perempuan
Kontemporer”, Al-Mawardi Edisi V, Agustus-November.
Mahfudz, Sahal, “Islam dan Hak Reproduksi Perempuan: Perspektif Fiqh” dalam
Syafiq Hasyim (Edit.),(1999), Menakar “Harga” Perempuan, Cet.I, Bandung:
Mizan.

15

Anda mungkin juga menyukai