Dosen Pengampu:
Sita Isna Malyuna,M.Pd
Disusun Oleh:
1. Retno Nova Ariyanti ( 1119230086 )
2. Rifqi Fua Adi ( 1119230088 )
3. Siti Alia Via ( 1119230099 )
4. Siti Qoni’ah ( 1119230106 )
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang
mana pada pekan ini kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan kepada kami selaku Mahasiswa UNIROW Tuban dalam pembelajaran
PAI. Dan tugas ini merupakan tugas untuk pembuatan Makalah Mata Kuliah PAI.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah PAI yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami
juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
1.4.BAB ll
PEMBAHASAN ........................................................................................3 A.
GENDER DALAM ISLAM
1.28. Untuk itu kami berharap ada orang-orang (mungkin kami sendiri,
teman-teman kami, atau yang lain) yang mendalami prinsip-prinsip gender dan
mengembangkannya untuk kemaslahatan umat.
1.31. Secara terperici yang menjadi pokok permasalahan diatas dijadikan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1
1.32. 1.3. TUJUAN
1.33. 1. Untuk mengetahui konsep-konsep gender secara umum.
1.34. 2. Mengetahui tentang gender dalam islam.
1.35.
1.36.
1.37.
1.38.
1.39.
1.40.
1.41.
1.42.
1.43.
1.44.
1.45.
1.46.
1.47.
1.48.
1.49.
1.50.
1.51.
1.52.
1.53.
1.54.
1.55.
1.56.
1.57.
1.58.
1.59.
1.60.
1.61.
1.62.
1.63.
1.64.
1.65.
1.66.
1.67.
1.68.
1.69.
1.70.
1.71.
1.72.
1.73.
1.74.
1.75.
1.76.
2
1.77.
1.78. BAB II
1.79. PEMBAHASAN
1.80.
1.86. Artinya, kata “gender” tidak hanya mencakup masalah jenis kelamin. tapi
lebih dari itu, analisis gender lebih menekankan pada lingkungan yang
membentuk pribadi seseorang. Berikut ini pendapat dari para ahli tentang
definisi gender:
c. Menurut Ivan Illich, gender merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar jenis
kelamin. Gender mencakup segala hal tentang pebedaan laki-laki dan perempuan
yang bersumber pada tempat, waktu, lingkungan, serta kebudayaan.
3
dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu
pada dimensi social budaya seorang laki-laki dan perempuan.
1.89.
1.90.
4
1.91.
1.92.
1.93. KONSEP GENDER DALAM ISLAM
1.94. A.GENDER DALAM ISLAM
1.95. Agama islam sendiri tidak pernah mendiskriminasi keberadaan
perempuan. Justru agama islamlah yang membebaskan perempuan dari
kebudayaan jahiliyah dimasa lampau. Seperti yang kita tahu tentang kondisi
perempuan pada masa jahiliyah. Apabila suatu masyarakat melahirkan seorang
perempuan maka itu merupakan suatu aib sehingga perempuan terkadang harus
dibunuh hidup-hidup oleh orang tuanya sendiri. Berlanjut dengan eksistensi
Nabi SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Posisi perempuan
menjadi terselamatkan dan dijunjung harkat dan martabatnya. Ini lah yang patut
menjadi refleksi bagi kita sebagai muslimin muslimat untuk menjaga ajaran
yang dilakukan oleh utusan Tuhan kita yaitu Nabi SAW yang tidak pernah
melakukan diskriminasi ataupun dikotomi negatif terhadap perempuan.
1.99.
5
1.100. “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal yang dilakukan oleh kamu
sekalian, kaum laki-laki dan perempuan.”(Q.S.Ali Imran:195)
1.101.
1.102. Seharusnya dapat dipahami bahwa Allah SWT tidak
mendiskriminasi hamba-Nya. Siapapun yang beriman dan beramal saleh akan
mendapat ganjaran yang sama atas amalnya.Dalam konteks ini laki-laki tidak
boleh melecehkan wanita atau bahkan menindasnya.
1.103. Pada dasarnya wanita memiliki kesamaan dalam berbagai hak
dengan lakilaki,namun wanita memang diciptakan Allah dengan suatu keterbasan
dibanding laki-laki. Maka dari itu tugas kenabian dan kerasulan tidak dibebankan
kepada wanita karena perasaan sensitif yang dimiliki wanita. Dalam suatu ayat
dijelaskan
1.104.
1.105. “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita).”(Q.S.
Al-
1.106. Nisa’:34)
1.107.
1.108. Secara teologis, Allah menciptakan wanita dari “unsur” pria (wa
khalaqa minha zaujaha)(Hasbi Indra,2004:5).Sehingga pada dasarnya laki-laki
memililiki kelebihan daripada wanita. Kelebihan ini selanjutnya menjadi tanggung
jawab lakilaki untuk membela dan melindungi wanita. Namun segala kekurangan
yang ada dalam wanita tidak menjadi alasan wanita kehilangan derajatnya dalam
kesetaraan Gender.
1.111. Al-qur’an menyoroti perempuan sebagai individu. Dalam hal ini terdapat
perbedaan antara perempuan dalam kedudukannya sebagai individu dengan
perempuan sebagai anggota masyarakat. Al-qur’an memperlakukan baik individu
perempuan dan laki-laki adalah sama, karena hal ini berhubungan antara Allah
6
dan individu perempuan dan laki-laki tersebut, sehingga terminologi kelamin(sex)
tidak diungkapkan dalam masalah ini. Pernyataan-pernyataan al-Qur’an tentang
posisi dan kedudukan perempuan dapat dilihat dalam beberapa ayat sebagaimana
berikut: 1) Perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang mempunyai kewajiban
samauntuk beribadat kepadaNya sebagaimana termuat dalam Q.S. Adz-Dzariyat
ayat 56.
7
memiliki hak-hak ekonomi, yakni untuk memiliki harta kekayaannya sendiri,
sehingga dan tidak suami ataupun bapaknya dapat mencampuri hartanya. Hal
tersebut secara tegas disebutkan dalam An-Nisa’ayat 32 yang artinya: “Dan
janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkanAllah kepada
sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki adabagian dari
apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dariapa yang
mereka usahakan. Mohonlah kepada
1.117. Bahkan Islam memberi jaminan semua hak kepada kaum wanita
dengan semangat kemanusiaan yang murni, bukan disertai dengan tekanan
8
ekonomis atau materialis. Islam justru memerangi pemikiran yang mengatakan
bahwa kaum wanita hanyalah sekedar alat yang tidak perlu diberi hak-hak. Islam
memerangi kebiasan penguburan hidup anak-anak perempuan, dan mengatasinya
dengan semangat kemanusiaan yang murni, sehingga ia mengharamkan
pembunuhan seperti itu.
1.121.
1.122. B.MEMPERKUAT KESETARAAN GENDER
1.123. Meskipun Al-Qur’an tidak menjelaskan secara khusus tata cara
beribadah, tapi itu dapat ditemukan dalam riwayat nabi Muhammad SAW. Perihal
perempuan dalam ibadah tertentu misalnya menjadi imam salat, khatib, dan posisi
shaf salat yang bercampur dengan laki-laki, dapat mengacu pada riwayat nabi.
1.124.
9
1.127. Melalui Fatwa Nomor 9/MUNAS VII/MUI/13/2005, MUI menetapkan
dua hal. Pertama, perempuan menjadi imam shalat berjama’ah yang di antara
makmumnya terdapat orang laki-laki hukumnya haram dan tidak sah. Kedua,
perempuan menjadi imam shalat berjama’ah yang makmumnya perempuan,
hukumnya mubah.
1.128.
1.129. Shaf Perempuan Bercampur dengan Laki-laki
1.130. Terkait shaf salat, Hadiyan selanjutnya menjelaskan bahwa hal tersebut
mengacu pada hadis nabi yang diriwayatkan oleh Muslim.
1.131.
1.132. َاهر خ آ اَهُّر َش َو اَه لَّوَ أ ل اَج ِّر ال، اَه لَّوَ أ اَه ُّر َش َو اَه ر خ آ ء اَس ِّ ن ال ف و فص ر ْي َخ َو
ف و فص ر ْيَخ
1.133.
1.134. “Shaf yang paling baik bagi laki-laki adalah shaf yang paling awal,
sedangkan shaf yang paling buruk bagi mereka adalah shaf yang paling akhir.
Shaf yang paling baik bagi wanita adalah shaf yang paling akhir, sedangkan
shaf yang paling buruk bagi mereka adalah shaf yang paling awal.” (HR.
Muslim). Hadiyan mengatakan boleh jadi alasan shaf paling baik bagi laki-laki
adalah yang paling awal, karena akan menjauhkan pandangannya dari
perempuan yang posisi shafnya berada di belakang laki-laki. “Rasululah
memberikan semacam kesempatan untuk jadi barisan terbaik bagi laki-laki di
depan. Boleh jadi orang punya tingkat kekhusyukan yang berbeda. Bisa jadi
tidak khusyuk karena ada lawan jenis. Sementara, barisan paling baik bagi
perempuan adalah paling belakang,” ungkap Hadiyan.
1.135.
1.136. Perempuan Jadi Khotib Salat Jumat
1.137. Selanjutnya Hadiyan menjelaskan tentang khotib salat Jumat. Dengan
tegas ia menjelaskan bahwa tidak ada riwayat nabi yang memberikan
kesempatan bagi perempuan menjadi khatib baik pada salat Jumat, salat Idul
Fitri maupun Idul Adha.
1.138. “Dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara eksplisit. Bahkan dalam riwayat
nabi yang menjadi pedoman setelah Al-Qur’an , tidak pernah ada perempuan
10
menjadi khotib. Maka dalam hukum Islam berlaku rumus tauqif wal ittiba’ yang
berarti diam dan mengikuti. Dengarkan Rasul, diam tidak boleh bermain-main
dengan logika. Setelah itu kemudian ikuti,” tegas Hadiyan.
1.139.
1.140.
1.141. C.PERKEMBANGAN GENDER DALAM ISLAM
1.142.
1.143. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ajaran bahwa laki-laki dan
perempuan itu adaalah setara.Namun ajaran ini sering diabaikan dan diabaikan.‟
oleh adanya teks lain yang menyatakan sebaliknya, baik dari al-Qur‟an seperti
arrijalu qowwamuna (QS. An-Nisa‟ [1] 11) dan waqorna fi buyutikunna (QS.
AlAhzab [33]: 33) dan Hadis seperti „tidak akan sukses bangsa atau masyarakat
yang menyerahkan urusannya kepada perempuan‟. Tak pelak pemahaman yang
hegemonik terhadap tiga contoh teks terakhir tersebut telah melahirkan berbagai
perilaku diskriminatif terhadap perempuan.
1.144. Oleh karena itu, Islam hadir sebagai ajaran yang dapat mencerahkan
perbedaan pendapat akan sesuatu yang terkait dengan kehidupan manusia.
Termasuk perbedaaan pemahaman terhadap beberapa teks-teks yang saling
membantah yang telah dijadikan sebagai contoh dalam uraian di atas. Islam
dengan ajaran yang dituangkan dalam pedoman ajaran yaitu, al-Qur,an dan
Hadis akan menjadi acuan bagi manusia dalam menjalani kehidupan, termasuk
dalam hal memahami kesetaraan antara kaum laki-laki dan kaum perempuan.
1.145. Islam hadir sebagai agama yang didasarkan pada teks atau nash. Teks
tersebut adalah al-Qur‟an dan Hadis atau Sunnah Nabi. Al-Qur‟an dan Hadis
merupakan dua hal pokok dalam seluruh bangunan dan sumber keilmuan Islam.
Sebagai sesuatu yang sentral dalam
1.146. „jantung‟ umat Islam, adalah wajar dan logis bila perhatian dan apresiasi
terhadapnya melebihi perhatian dan apresiasi terhadap bidang lainnya. Al-
Qur‟an dan Hadis merupakan sumber inspirasi dan ajaran bagi umat Islam. Al-
Qur‟an dan Hadis hadir di tengah-tengah masyarakat yang berbudaya.
Kehadirannya sebagai bentuk rahmat Tuhan untuk membimbing dan
mengarahkan manusia agar dapat menjalani hidup dengan baik tanpa kekerasan,
penindasan, monopoli, pengrusakan, diskriminasi dan lain-lain. Baik al-Qur‟an
11
maupun Hadis memiliki visi etis yang sama yang bersifat universal, meskipun
terkadang keduanya merespon peristiwa yang bersifat temporal dan partikular.
Visi etis inilah yang merupakan hal penting dalam kehadiran al-Qur‟an dan
Hadis Nabi. Termasuk dalam lingkup tersebut adalah dalam aturan
1.147. atau tuntunan relasi laki-laki dan perempuan.
1.148. Sebagaimana yang digambarkan seorang tokoh pembaharu dalam
Islam, Qasim Amin dalam beberapa tulisannya yang memotivasi kaum
perempuan menyadari eksistensi dan potensinya untuk berkiprah pada peluang
dan kesempatan dengan kemampuan yang dimilikinya. Qasim Amin adalah
salah seorang pemikir pembaharuan dalam Islam dilahirkan di sebuah desa
bernama Tarah, daerah pinggiran kota Mesir pada bulan Desember 1865. Idenya
yang paling menonjol adalah berusaha mengangkat derajat wanita atau
emansipasi wanita khususnya dalam bidang pendidikan. Lebih lanjut ia
mengatakan tertinggalnya di bidang pendidikan berarti tertinggalnya bangsa
dari kemajuan, ini dikarenakan penduduk suatu negeri 50 % adalah wanita
bagaimana mungkin wanita bodoh bisa mendidik anak-anaknya. Realitas yang
diselami Qasim Amin pada saat itu adalah kemunduran dunia Islam,
menurutnya kemunduran umat Islam disebabkan karena kaum wanita yang
merupakan setengah dari jumlah penduduk kota Mesir tidak pernah memperoleh
pendidikan sekolah. Bagi wanita, pendidikan tidak hanya diperlukan untuk
mengaturrumah tangga dengan baik, tetapi juga untuk dapat memberikan
didikan dasar bagi anak.
1.149. Hal ini senada dengan ungkapan Qasim Amin dalam bukunya Tahrir
al-
1.150. Mar’ah. Yang berarti:“Sesungguhnya kaum wanita tidak akan mampu
mengatur rumah tangganya kecuali dia telah memperoleh ilmu pengetahuan,
etika, dan adab. Maka mereka wajib belajar seperti halnya yang dipelajari oleh
kaum laki-laki sekurang-kurangnya dari pendidikan dasar sehingga mereka
memiliki penjelasan pada bagian-bagian keilmuan, supaya mereka dapat
memilih sesuatu yang sesuai dengan keinginannya, dan mampu mengerjakan
sesuatu dengan teliti.” Ide pembaharuan yang diangkat oleh Qasim Amin
mangarah pada emansipasi wanita dengan latar belakang pemikiran yang
bertujuan untuk memperbaiki derajat kaum wanita yang dipandang sangat
12
rendah. Baik dalam status dan peranan sosial maupun dalam hak dan kewajiban
pada berbagai bidang. Sebagaimana yang diungkapkan dalam bukunya bahwa
wanita adalah manusia yang sama seperti laki-laki, tidak ada yang membedakan
antara keduanya dalam hal anggota tubuh, sifat-sifatnya, pikirannya, kecuali
dalam hal yang sifatnya kodrati dan berhubungan dengan atribut biologisnya.
1.152.
1.153.
1.155. Sehubungan dengan perspektif Islam tentang kesetaraan gender, al- Qur'an
menegaskan bahwa (1) laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba, (2) laki-laki
dan perempuan sama-sama sebagai khalifah, (3) laki-laki dan perempuan menerima
perjanjian primordial, dan (4) laki-laki dan perempuan berpotensi meraih prestasi.
1.156. Konsep gender dalam Islam telah mengalami perubahan seiring waktu,
terutama dalam hal interpretasi terhadap teks-teks suci dan pemahaman terhadap
ajaran agama. Beberapa ulama dan cendekiawan Muslim modern telah
memperjuangkan pemahaman yang lebih inklusif terhadap gender dalam Islam.
Perubahan sosial dan budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peran
gender dalam masyarakat Muslim. Globalisasi, modernisasi, dan perubahan
struktur sosial telah membawa perubahan dalam pandangan dan praktik terkait
dengan gender di berbagai komunitas Muslim.
13
mempromosikan kesetaraan gender dalam konteks Islam, dapat dilakukan
melalui pendidikan agama yang inklusif, advokasi untuk perubahan hukum
yang diskriminatif, pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dan pelatihan,
serta kampanye kesadaran gender dalam masyarakat Muslim.Peran agama
dalam membentuk persepsi terhadap gender dalam masyarakat Muslim sangat
besar, karena ajaran agama sering kali menjadi landasan moral dan etika dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, interpretasi yang inklusif terhadap ajaran
agama dapat berdampak positif terhadap pandangan gender.
1.159.
1.160.
1.161.
1.162.
14
1.163.
1.164.
1.165.
1.166.
1.167.
1.168.
1.170. KESIMPULAN
1.171.
1.172. A. KESIMPULAN
1.173.
1.174. Gender adalah suatu konsep yang mengkaji tentang perbedaan antara
laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari pembentukan kepribadian yang
berasal dari masyarakat (kondisi sosial, adat-istiadat dan kebudayaan yang
berlaku). Gender dalam islam di tegaskan bahwa Islam sejak awal sudah
memberikan hakhak pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia termasuk di dalamnya secara implicit kesetaraan laki-laki dan
perempuan sebagai hak dasar manusia yang di anugrahkan Allah SWT padanya,
yang disini dapat di simpulkan menjadi tiga prinsip utama, persamaan manusia,
martabat manusia dan kebebasan manusia.
15
1.177. DAFTAR PUSTAKA
1.178.
1.179.
1.180. DAFTAR PUSTAKA
1.181.
1.182. Hak-Hak Perempuan, Relasi Jender menurut Tafsir Al-Sya’rawi,
1.183. Jakarta:Teraju
1.184. Sukri, Sri Suhandjati, 2002, Bias Jender dalam Pemahaman Islam,
1.185. Yogyakarta:Gama Media
1.186. Subhan, Zaitunah, 1999, Tafsir Kebencian:Studi Bias Gender dalam
1.187. Qur’an, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta
1.188. Najwah, Nurun, 2005, Dilema Perempuan, Dalam Lintas Agama dan
Budaya, Yogyakarta:
1.189. IISEP-CIDA
1.190. M. Athiyah al-Abrasyi, , Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terjemah
oleh Prof. H. Bustami A Gani dan Bohar Bahry L.I.S., (Jakarta : Bulan Bintang,
1974), hal. 122 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Gender Perspektif al-
Qur’an.
1.191. (Jakarta:
1.192. Dian Rakyat, 2010), hal. 265
1.193.
1.194.
16