NAWAWI
PROPOSAL
OLEH :
LIANA ALISUDIN
NIMKO : 85520118008
JURUSAN TARBIYAH
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
semesta alam yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan serta nikmat
shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW
sebagai pembawa risalah dan Revolusioner dunia juga pada para sahabat dan
banyak dukungan dan saran dari berbagai pihak, sehingga dengan segala
kerendahan hati ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus dan
sebesar-besarnya kepada:
Labuha
proposal ini penulis buat agar bermanfaat bagi semua pihak dan
khususnya penulis sendiri. Proposal ini penulis buat, tentunya masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita
semua Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 5
C. Batasan Masalah............................................................................... 5
D. Rumusan Masalah............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian............................................................................ 6
1. Pengertian adab........................................................................... 20
2. Pengertian Guru.......................................................................... 23
B. Sumber Data...................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, atau
tidak dapat bersikap seperti yang diharapkan menjadi bersikap seperti yang
Pendidikan formal adalah salah satu jalur pendidikan yang perlu mendapat
dengan tepat dan benar. Perhatian Agama Islam dalam bidang pendidikan
selain harus dipenuhi dengan tepat dan benar, Allah juga memberikan
1
Indra Fajar Nurdin, Perbandingan Konsep Adab Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalany
dengan Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam. No. 1, 2015
2
Herdiyanto Djafar, Studi Komparasi Pendidikan dalam Keluarga menurut Zakiyah
Darajat dan Ki Hajar Dewantara. Jurnal Ilmiah Al-Jauhari. No 2. 2017 h. 114
Maka dari itu pendidikan merupakan hal yang wajib dipenuhi dengan tepat
dan benar ilmunya, tidak secara asal mendapatkannya. Jika seseorang telah
adab yang mulia merupakan hal yang mahal dan sulit dicari. Minimnya
adab pada anak merupakan hal yang paling penting, karena di mulai dari
kecillah anak bisa dibentuk dan diajarkan dengan baik dan benar, sesuai
dengan ajaran agama Islam. Bila anak sudah dewasa maka tidak dapat atau
anak.
pendidikan yang saling terkait. Salah satu aspek yang sangat terkait antara
guru dan murid ialah adab. Adab merupakan bagian pendidikan yang
sangat penting dan berkenaan dengan sikap serta tingkah laku. Pendidikan
adab di kalangan murid . Banyak murid yang pandai dan berprestasi tapi
tidak layak memimpin umat, tetapi juga tidak memiliki akhlak yang luhur
dan kapasitas intelektual dan spiritual yang memadai. Ini semua akibat
pendidikan yang salah dan tidak tepat sasaran. Jelas ini merupakan krisis
yang buruk dengan cara yang halus, masih banyak guru yang mencegah
atau memperingati murid dengan cara yang membuat hati murid malah
rahasia.
caci maki. Karena dengan kehalusan akan lebih mudah meluluhkan hati,
3
Ali Noer, Konsep Adab Murid dalam Pembelajaran menurut Az-Zarnuji dalam
Ilmplikasinya terhadap Pendidikan Karakter Indonesia. Jurnal Al-Hikmah. No. 2. 2016
sedangkan dengan kekerasan justru akan menjadikan anak menentang dan
membangkang.4
sebagai bahan yang wajib dipelajari, karena diduga akan keluar dalam
pendidikan. Dalam hal ini Islam telah menawarkan konsep yang pasti agar
pendidikan adab.5
haru selalu berbuat dan bergaul dengan baik orang tuanya walaupun tanpa
4
Tri Indriyanti, “Etika Intraksi Guru dan Murid Menurut Perspektif Imam Al- Ghazali “.
Jurnal Studi Al-Qur’an, No.2, 2015, h. 135
5
Toha Machcun, Pendidikan Adab, Kunci Sukses Pendidikan. Jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Islam, No. 2, 2016, h. 224
dilengserkan kecuali ketika memerintahkan terhadap kekafiran, tetapi
B. Identifikasi Masalah
sehari-hari.
C. Batasan Masalah
An-Nawawi”
6
Ibid, h. 225
7
Ibid, h. 227
D. Rumusan Masalah
Nawawi?
E. Tujuan Penelitian
Nawawi.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
kualitas pendidikan.
2. Secara Praktis
KAJIAN TEORI
bin Muriy bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Juam’ah bin
Desa Nawa. Nawa adalah salah satu desa bagian selatan yang
menjadi ibu kota Negara Suriah. Jika pada umumnya seseorang agar
8
Syamsyuddin Muhammad bin Abdur Rahman as-Sakhawi,Al-Manhal al-‘Adzbar
ar-Rawiyi fi Qathbi al-Awliya’ an-Anawawi (Beirut: Dar al-Ilmiyah, 2005), h. 10.
Salah satu bukti kerendahhatian sang Imam terhadap gelar
terkenal, “La aj’alu fi hillin man laqabani muhyi ad-din” (Aku tidak
kepadaku).
bahwa agama itu akan tetap hidup dan abadi. Agama tidak
madzhab Ahlusunah wal jamaah. Hal itu dapat dilacak dari salah
9
Imam Nawawi, Adap al-Alim wa Adab al-Muta’alim wa Adab al-Mufti wa al-Mustafi
(Thanta: Maktab ash-Shahabah,1987), h. 81.
banyak memuat paham Ahlusunah Wal Jamaah al-Asy’ariyah.
seorang Asy’arian.10
sosok yang sederhana yang hidup di Desa Nawa. Salah satu bukti
bahwa Syaraf bin Muriy, ayah Iamam Nawawi, adalah sosok yang
10
Abdul Ghani ad-Daqar, Al-Imam an-Nawawiy Syaik al-Islam wa al-Muslimin wa
‘Umdat al-Fuqada’ wa al-Muhadditsin (Damaskus: Dar al-Qalam, 1994) h. 64.
11
‘Alauddin bin Al-‘Athar, Tufsat..,h. 40.
12
Thaha ‘Affan Alhamdaniy, Manhaj wa Mawarid al-Imam an-Nawawi fi Kitabihi
Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat, h. 32. Syamsyuddin Muhammad bin Abdur Rahman
As-Sakhawiy, al-Manhal..,h. 11.
inilah, sejatinya, ia telah menyiapkan masa depan untuk anaknya
secara gratis. Ini adalah bukti cinta sang ayah terhap Imam,
Layaknya para pencari ilmu pada zaman itu, sang Imam pun
melakukan hal yang sama. Jejak langkah sang Imam dalam mencari
Imam, kita bisa mengerti bahwa belajar tidak boleh terhambat oleh
a. Damaskus
diampu oleh para ulama pada waktu itu. Salah satu di antaranya
yang sangat singkat, yakni hanya sekitar empat bulan setengah. Dan,
ibadah dalam kitab Al-Muhadzdzab yang juga buah karya Abu Ishak
asy-Syirazi.15
b. Makkah Mukarramah
13
‘Alauddin bin Al-‘Athar,Tuhfat.., h, 45.
14
Thaha ‘Affan Alhamdaniy,Manhaj.., h, 34.
15
‘Alauddin bin Al-‘Athar,Tuhfat,,.h. 46. Farid bin Muhammad, “Manhaj al- Imam an-
Nawawiy fi kitabi at-Tabiyan”, Tesis Magister , Amman: Jamiah al-Ulum al-Islamiyah al-
Alamiyah, 2013, h. 9-10
Pada tahun 651, sang Imam pergi ke Makkah untuk
c. Baitul Makdis
Imam.17
bi’ilmin aw ‘ibadatin.”
16
Abdul Ghaniy ad-Daqar Al-Imam.., h. 28. ‘Alauddin bin Al-‘Athar,Tuhfat,,.h. 47.
Syamsyuddin Muhammad bin Abdur Rahman As-Sakhawiy,Al-Manhal…,h. 13.
17
Thaha ‘Affan Alhamdaniy,Manhaj.., h. 37
18
Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihaya, juz 13 (Hindia: Maktabah Utsmaniyah, 1954),
h. 284.
Aktivitas peribadatan yang juga dilakukan oleh sang Imam
beribadah dan shalat, kita menjadi semakin yakin bahwa Allah SWT
Qur’an.
berikut:
yang berilmu tinggi, dan ahli ibadah. Nikah dalam bahasa Arab
19
Abua al-Fath Musa al-Yuniniy, Dzail Mir’ati Zaman, 30 juz (Hindia: Maktabah
Utsmaniyah, 1954), h. 284
pertama adalah al-wath’u. dan makna kedua adalah at-tazwiju20.
(ikatan perkawinan).
seseorang itu sendiri. Nikah menjadi wajib bagi orang yang jika
pihak wanita yang akan dinikahi. Sebab itu adalah perbuatan zhalim
yang akan dinikahinya. Nikah juga bisa menjadi makruh bagi orang
20
Ibnu Fariz, Maqayis al-Lughah, juz 5 (Tanpa Nama Kota: Tanpa Penerbit Tanpa
Tahun) h. 475.
21
Al-Azhari,Tahzib al-Lughah, juz 4 (Tanpa Nama Kota: Tanpa Penerbit Tanp
Tahun),h. 103.
tidak mampu untuk menjaga pola komunikasi yang baik dengan
lebih baik daripada kalian yang menikah.” Tidak pernah ada riwayat
bin As’ad bin Hasan. Wafat pada tahun 663 H. kitab yang
22
Mahmud as-Sarthawi, Fiqh al-Ahwal asy- syakhshiyah (Tanpa Nama Kota: Tanpa
Penerbit Tanpa Tahun) h. 50.
23
Jalaluddin as-Syuthi,Al-Minhaj as-Sawiy fi Tarjamah al-Imam an-Nawawi (Berikut:
Dar as-Salafiyah, 1996), h. 10
dipelajari sang Imam adalah al-Kamal fi Asma ar-Rijal karya
d. Ibnu al-Burhan Abu Ishak Ibrahim bin Abi Hafs Umar bin
Shahihain.
tahun 672 H.
24
Ibnu Katsir Al-Bidayah…,juz 13 h. 302
Guru sang Imam dalam ilmu Fiqh
Imam.25
madzhab.26
a. Al-Qadhi Abu al-Fath Umar bin Bindar bin Umar bin Ali bin
25
Imam Al-Asnawi, Thabaqat asy-Syafi’iyyah, Juz 1(Tanpa Nama Kota: Tanpa Penerbit,
Tanpa Tahun), h. 74
26
Abu al-Fath al-Yunini Dzail…,Juz 2, h. 479
27
Imam Al-Asnawi, Thabaqat …,juz 1, h. 152
b. Syekh Abul Abbas Ahmad bin Salim al-Mashri an-Nahwi.
b. Al-Usul wa adh-Dhawabith.
b. Bustan al-‘arifin.
28
Tajuddin As-Subki, Thabaqat….,Juz 8, h. 67
8. Wafatnya Sang Imam
Sang Imam adalah sosok ulama yang sangat luar biasa. Tidak
hanya ahli ibadah, namun juga ahli ilmu. Ia tidak hanya ahli dalam
agama bisa ia kuasai. Sang Imam yang lahir pada tahun 631 H,
tahun 676 H.29 itu berarti sang Imam wafat pada usia 45 tahun.
habis untuk terus dipelajari dan senantiasa perlu untuk dikaji. Dari
sang Imam, kita mengerti bahwa belajar tidak pandang usia, tak
B. Adab Guru
1. Pengertian Adab
kehalusan, dan kebaikan budi pekerti, akhlak. Menurut Nasrul adab yaitu
Sedangkan menurut istilah adab adalah suatu kebiasaan dan aturan tingkah
laku praktis yang memiliki muatan nilai baik. Menurut syed Muhammad
29
Abdul Ghani ad-Daqar, Al-Imam…, h. 197.
30
Mustopa, “Adab dan Kompetensi Dai dalam Berdakwah”, Jurnal Dakwah dan
Komunikasi, 2017, h. 101
sedangkan mencari pengetahuan dalam Islam ialah menanamkan kebaikan
ini adab yang mulia merupakan hal yang mahal dan sulit dicari.
yang halus sehingga dapat menjadikan anak yang memiliki budi pekerti
yang sangat baik. Jika telah tertanam prilaku yang baik semenjak dini
maka itu akan menjadi kebiasaan yang akan terus melekat di jiwa dan raga
anak. Tidak bias dipungkiri bahwa adab merupakan suatu kebutuhan yang
31
Ali Noer, dkk. “Konsep Adab Murid dalam Pembelajaran menurut Az-Zarnuji dan
Implikasinya terhadap Pendidikan karakter di Indonesia”, Jurnal Al-Hikmah, 2017, h. 184
Allah Swt berfirman dalam QS al-Bayyinah ( 98 ): 5 sebagai
berikut:
diperintahkan oleh Allah di muka bumi ini hanya untuk menyembah Allah
SWT. dengan hati yang ikhlas, maksudnya adalah beribadah kepada Allah
salah satu amalan ibadah yang akan membuahkan kebaikan bagi dirinya
إَّن أ َث َقَل َم ُو ِض َع ِفي ِمزي اِن ا لموِم ِن يوم القيا مِة ُخ ُلُق حَس ٌن وإَّن
2. Pengertian Guru
32
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya,
(Semarang: PT. Karya Toha Semarang), h. 480
Dalam bahasa Inggris ditemukan beberapa kata untuk sebutan
guru, yaitu teacher, tutor, educator, dan instructor. Semua kata ini
yang lain.
pendidikan.33
memelihara.
33
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 1
Dilihat dari pengertian ini maka guru adalah orang
sekitarnya. Muaddib yang berarti moral, etika, dan adab. Artinya adalah
Islam. Posisi seorang guru dalam ajaran agama Islam sangat tinggi dan
harus bias mendidik murid untuk dapat menjadi anak yang memiliki
pengetahuan yang luas dan adab yang baik dalam kehidupan seharihari.
34
Ibid, h. 2
35
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 54
Guru merupakan sosok yang mulia. Sudah sekian banyak anak
didiknya menjadi orang sukses tetapi dia tetap menjadi guru. Guru yang
menjadi orang sukses. Sang guru merasakan bahwa ilmu dan bimbingan
mengarahkan manusia untuk mengetahui yang benar dan yang salah, yang
baik dan yang buruk sehingga mereka dapat meraih kebahagiaan dunia dan
watak murid. Guru harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat
suka meniru.
Terjemahnya :
Allah jadikan sebagai pendidik bagi umat manusia dan telah diberikan
36
Idris Apandi, Guru Kalbu, (Bandung : CV. Smile’s Indonesia Institute, 2015) h. 16
37
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahnya,
(Semarang: PT. Karya Toha Semarang), h. 336
tugas untuk menjadi suri tauladan. Rasulullah saw tidak hanya
baik kepada murid. Jika guru hanya menjadikan proses pengajaran untuk
yang baik maka murid pun akan mencontoh prilaku guru tersebut, karena
pada anak dan ini hanya mungkin terjadi jika guru itu berakhlak baik pula.
ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam,
masyarakat.38
merupakan langkah awal dalam setiap pekerjaan, dan niat untuk mencintai
pekerjaan sebagai seorang guru merupakan salah satu sifat yang harus
dimiliki oleh setiap guru. Cinta akan membuat matang setiap rohani orang.
Jadi jika seseorang memiliki rasa cinta rohaninya akan berproses lebih
matang.39 Tidak semua orang menjadi guru karena panggilan jiwa atau
38
Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) h. 42
39
Kuswaidi Syafi’ie, Nada Dasar Cinta, (Yogyakarta: DIVA Press, 2017) h. 16
keinginan utama di antara mereka ada yang menjadi guru karena terpaksa,
misalnya karena kebutuhan ekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan
pekerjaannya.
yang merasakannya. Cinta yang terpuji adalah cinta yang bermanfaat bagi
paling baik adalah seseorang menjadi guru karena panggilan dari jiwanya
guru, lebih-ebih yang masih muda usianya, kerap kali bersikap pilih kasih,
guru laki-laki lebih memperhatikan perempuan yang cantik atau anak yang
pandai dari pada yang lain. Hal itu jelsa tidak baik . oleh karena itu guru
Sikap yang ketiga yaitu sabar dan tenang. Secara etimologi sabar
berasal dari bahasa Arab shabr merupakan bentuk masdar dari kata
kerap kali merasakan kekecewaan karena murid kurang mengerti apa yang
masalahnya dengan tenang, hal ini dapat diartikan seorang guru yang sabar
juga kesalahan terletak pada dirinya yang kurang simpatik atau cara
terkuasai olehnya. Hikmah dari berbuat sabar ketika mendidik anak dapat
dirasakan oleh semua guru. Salah satunya adalah Allah akan memberikan
kepada orang yang sabar berupa ketenangan dalam hatinya. Guru akan
lebih tenang dan dapat mendidik murid dengan baik dan ikhlas sehingga
kekerasan. Guru yang semacam ini merupakan guru yang tidak memiliki
sifat humor, suka tertawa, dan suka memberi kesempatan tertawa kepada
Sebab jika pelajaran diiringi dengan senyum dan humor niscaya jam
pelajaran hanya akan terasa pendek. Guru yang gembira biasanya tidak
memahaminya.
tak lepas dari kekurangan dan cacat. Ia bukan manusia yang sempurna.
emberikan hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak insaf
akan kesalahannya.
Sifat yang ketujuh yaitu bekerja sama antara guru dan masyarakat.
Pertalian silaturrahmi dan kerja sama yang erat antara guru-guru lebih
berharga dari pada gedung yang tinggi dan indah. Guru harus mempunyai
manusia dan secara aktif berperan dalam masyarakat supaya sekolah tidak
apabila guru suka bergaul, sering mengunjungi orang tua murid, turut serta
diperlukan sekolah.
murid, bahkan bagi orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus
sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi
diri
sesuatu yang tidak mungkin, padahal bukan hal yang istimewa untuk
dimiliki dan dilakukan seorang guru, asal memiliki niat dan keinginan
untuk mencari keungtungan materi, sebab akan sia-sia saja seorang guru
yang memiliki niat untuk mencari kekayaan dunia. Niatkan menjadi guru
sebgai ibadah, sehingga dalam menghadapi permasalahan yang
Guru harus berakhlak mulia, dan jadi panutan bagi murid dalam
mengutamakan doa dari panda demo. Biarlah yang berlalu, marilah kita
membuka lembaran baru dengan guru dan calon guru profesional yang
kemaslahatan umat. Jangan mudah tergoda oleh rayuan rupiah yang tidak
seberapa berniainya. Carilah imbalan yang hakiki, yang hanya datang dari
Allah.
akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya begitu saja, tetapi
keras, tanpa mengenal lelah, dengan niat ibadah tentunya. Dalam hal ini
berakhlak mulia.42
Ilmunya.44
BAB III
METODE PENELITIAN
44
Ahmad Asrori, (Akhlak Guru menurut Al-Ghazali) UIN Syarif Hidayatullah.
Perpustakaan
UIN Jakarta, 2014
sekaligus memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
B. Sumber Data
penelitian yang valid pula. Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian
ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber
data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti,
primer.45 buku-buku dan literatur yang relevan dengan tema penelitian ini.
Imam Az-Zarnuji.
untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam hal ini akan selalu ada
45
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014).
ingin dipecahkan. Pengumpulan data tidak lain adalah suatu proses
kebijakan.
dengan dalil-dalil umum yang sudah dianggap benar. ini disebut analisis
secara induktif. Sebaiknya orang bisa mulai dari dalil-dalil umum, pustulat
Disamping itu, orang juga bisa menggunakan dua cara tersebut secara
bergantian, antara induksi dan deduksi. Cara ini oleh John Dewey
pengetahuan peneliti.46
DAFTAR PUSTAKA
46
Moh Kasiram, Motodologi Penelitian, (Malang: Malang Press, 2008), h. 136
_____,Tuhfat. Farid bin Muhammad, “Manhaj al- Imam an-Nawawiy fi
kitabi at-Tabiyan”, Tesis Magister , Amman: Jamiah al-Ulum
Islamiyah Alamiyah, 2013.
Al-‘Athar bin ‘Alauddin,Tuhfat.
Al-Jauziyyah Ibnu Qayyim, Setiap Penyakit Ada Obatnya, (Jakarta: PT.
DARUL FALAH)cet. III.
Apandi Idris, Guru Kalbu, (Bandung : CV. Smile’s Indonesia Institute,
2015).
As-Syuthi Jalaluddin,Al-Minhaj as-Sawiy fi Tarjamah al-Imam Nawawi
(Berikut: Dar as-Salafiyah, 1996).
Darajat Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012).
Djafar Herdiyanto, Studi Komparasi Pendidikan dalam Keluarga menurut
Zakiyah Darajat dan Ki Hajar Dewantara. Jurnal Ilmiah Jauhari.
Vol. 2 No 2. 2017 .
Ghani ad-Daqar Abdul, Al-Imam an-Nawawiy Syaik al-Islam wa Muslimin
wa ‘Umdat al-Fuqada’ wa al-Muhadditsin (Damaskus: Dar Qalam,
1994).
Ghaniy ad-Daqar AbdulAl -Imam. ‘Alauddin bin Al-‘Athar,Tuhfat.
Syamsyuddin Muhammad bin Abdur Rahman As-Sakhawiy,
Manhal.
Indriyanti Tri, “Etika Intraksi Guru dan Murid Menurut Perspektif Imam
Al- Ghazali“.Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol. 11, No.2, 2015.
J. Moleong Lexy, metode penelitian kualitatif (Cet. XII: Bandung;
Remaja Rosada karya, 2003).
Kasiram Moh, Motodologi Penelitian, (Malang: Malang Press, 2008).
Katsir Ibnu, Al-Bidayah wa an-Nihaya, juz 13 (Hindia: Maktabah
Utsmaniyah, 1954).
Kunandar, Guru Profesional, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007).
Machcun Toha, Pendidikan Adab, Kunci Sukses Pendidikan. Jurnal
Pemikiran dan Pendidikan Islam, Vol. 6. No. 2, 2016.
Muhammad Syamsyuddin bin Abdur Rahman as-Sakhawi,Al-Manhal
al-‘Adzbar ar-Rawiyi fi Qathbi al-Awliya’ an-Anawawi (Beirut:
Dar al-Ilmiyah, 2005).
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2019).
Musa al-Yuniniy Abua al-Fath, Dzail Mir’ati Zaman, 30 juz (Hindia:
Maktabah Utsmaniyah, 1954).
Mustopa, “Adab dan Kompetensi Dai dalam Berdakwah”, Jurnal Dakwah
dan Komunikasi, Vol. 8, 2017.
Nawawi Imam , Adap al-Alim wa Adab al-Muta’alim wa Adab al-Mufti
wa al-Mustafi (Thanta: Maktab ash-Shahabah,1987).
Noer Ali, dkk. “Konsep Adab Murid dalam Pembelajaran menurut Zarnuji
dan Implikasinya terhadap Pendidikan karakter di Indonesia”,
Jurnal Al-Hikmah, Vol. 14, 2017.
Noer Ali, Konsep Adab Murid dalam Pembelajaran menurut Az-Zarnuji
dalam Ilmplikasinya terhadap Pendidikan Karakter Indonesia.
Jurnal Al-Hikmah. Vol. 14. No. 2. 2016
Nurdin Fajar Indra, Perbandingan Konsep Adab Menurut Ibnu Hajar
Alasqalany dengan Konsep Pendidikan Karakter di Indonesia.
Jurnal Pendidikan Islam. Vol. IV. No. 1, 2015.
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013).
Ridjaluddin, Sabar Dalam Pandangan Imam Ghazali, (Ciputat: Lembaga
kajian Islam Nugraha, 2009).
Sujarweni Wiratna, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2014).
Syafi’ie Kuswaidi, Nada Dasar Cinta, (Yogyakarta: DIVA Press, 2017).