Anda di halaman 1dari 4

Perempuan Sebagai Pendidik Dan Penggerak Kemajuan

Bangsa
Kemajuan suatu bangsa pada dasarnya adalah tanggung jawab sosial dari seluruh
elemen bangsa, tidak mengenal laki-laki maupun perempuan. Selama ini mungkin dalam
pandangan umum bahwa tugas untuk membangun bangsa adalah dibebankan kepada para elit
intelektual, dan umumnya adalah dibebankan kepada laki-laki karena dianggap lebih
memiliki power. Laki-laki lebih mendominasi peran-peran strategis dalam ranah publik dari
pada perempuan.

Indonesia adalah negara yang mayoritas muslim, dan secara fakta normatif maupun
historis, baik laki-laki dan perempuan dalam islam tidak ada perbedaan, kecuali
ketakwaannya kepada allah swt. Laki-laki dan perempuan berbeda secara fitrahnya, namun
tetap mulia dengan masing-masing tugasnya (Maulana abdullah 2013). Laki-laki dan
perempuan pada dasarnya makhluk ciptaan allah yang diikuti dengan hak dan kewajian
masing-masing. Sebagai makhluk potensil dalam proses kehidupannya laki-laki dan
perempuan memiliki kemampuan untuk menempatkan dirinya pada posisi tertentu yang
secara sosial religius keberadaannya diakui oleh yang lain. Akan tetapi dinamika sosial tidak
selalu memiliki cara pandang yang sama dalam memahami hak terutama hak-hak pada
perempuan. Bias cara pandang sosial budaya banyak mempengaruhi cara pandang dalam
memahami agama termasuk dalam memahami al qur’an sehingga sering menimbulkan
dampak yang terkesan merendahkan atau bahkan membatasi peran perempuan (Nurhayati,
2017)
Islam telah mendudukkan perempuan di tempat yang mulia dan setara dengan laki-
laki. Pengakuan kedudukan perempuan mulia dalam islam dibuktikan dengan penghapusan
tradisi-tradisi yang bersifat diskriminatif terhadap mereka. Islam juga telah mengatur peran
dan tugas perempuan. Dalam keluarga, seorang perempuan memiliki peran sebagai ibu rumah
tangga yang bertugas merawat anak dan melayani suami (Waristo 2013).
Perempuan merupakan embrio utama dalam mewujudkan generasi penerus atau
pelopor keberhasilan bangsa, ia juga merupakan pondasi yang kokoh untuk membentuk
keluarga terdidik, islami, bahagia, sejahtera dan penuh kasih sayang. Dengan sebuah
kelembutan, ketulusan, keterampilan, kepribadian yang baik, dan beberapa kompetensi
lainnya sebagai bekal para perempuan menjadi pendidik (madrasatul ula) dan sebagai
perancang kemajuan bangsa melalui generasi-generasi emas yang dihasilkannya. Tidak heran
jika terdapat suatu ungkapan yang menyatakan: “jika perempuan baik, maka akan baik
keluarganya, jika keluarga baik, maka akan baiklah bangsanya” (Zulfikar, eko 2019).

Menjadi masyarakat yang berperadaban maju, pendidikan adalah pilar yang


menentukan, tanpa pendidikan suatu masyarakat akan tetap dalam kebodohan dan akan
senantiasa berada dalam lingkungan keterbelakang, karena pendidikan dipercaya mampu
membawa perubahan serta pergerakan untuk bangsa (Efendi, aprijon 2013).
keberhasilan pendidikan anak-anak merupakan tanggung jawab seorang ibu
walaupun tentunya keikutsertaan bapak tidak dapat diabaikan. Ibu memainkan peran yang
penting dalam mendidik anak-anaknya, terutama pada masa balita. Pendidikan di sini tidak
hanya dalam pengertian yang sempit. Pendidikan dalam keluarga dapat berarti luas berupa
pendidikan iman, moral, fisik/jasmani, intelektual, psikologis, sosial, dan pendidikan seksual
(Bahri andi, 2015).

Perempuan tidak hanya memiliki tanggung jawab bagi pemenuhan kebutuhan hidup
keluarga, tetapi juga memiliki tanggung jawab yang lainnya berupa pemenuhan kebutuhan
anak-anaknya, baik kebutuhan jasmani dan rohani serta yang paling penting adalah
pemenuhan keutuhan pendidikan mereka. Pemenuhan kebutuhan ini tidak hanya berhenti
pada menyekolahkan di sekolah saja, tetapi juga pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan
awal dalam keluarga oleh perempuan inilah yang menjadi pondasi awal bagi pembentukan
kepribadian dan intelektualitas anak (Zuhriyah lailatuzz, 2018)

Ibu adalah rumah bagi anak sebelum anak itu dilahirkan. Ibu adalah seorang pengajar
yang memberi nasehat tentang petunjuk kehidupan ketika seorang anak membutuhkan
petunjuk bimbingannya. Ibu adalah manusia ciptaan allah yang memberikan sesuatu tanpa
batas dan tidak mengharapkan imbalan apa-apa atas semua pemberiannya.

Sejatinya, seorang ibu harus mampu mendidik anaknya dengan nilai ke-islaman,
begitu juga, dengan pendidikan anak yang merupakan salah satu topik amat penting serta
mendapat perhatian dari islam. Dengan pendidikan, anak akan mempunyai banyak
ketrampilan dan kepribadian. Ketrampilan dan kepribadian merupakan sekian banyak dari
proses yang dialami anak untuk menjadi makhluk yang berkualitas baik fisik maupun mental.
Pribadi berkualitas dan berakhlak mulia tidak datang dengan sendirinya, tetapi ada semacam
latihan-latihan kebiasaan yang baik akan berakibat baik dan menjadi bagian dari
kepribadiannya sehari-hari, sebaliknya kepribadian dan kebiasaan sehari-hari yang buruk juga
akan berakibat buruk terhadap kepribadian dan perbuatan dirinya sendiri. Tidak ada yang
meragukan betapa pentingnya peran perempuan sebagai pendidik anak seperti kasih sayang
dan perhatian dari seorang ibu.
Sebagaimana dalam bukunya muhammad ali hasyimi dengan judul kepribadian
wanita muslimah menurut al-qur’an dan as-sunnah bahwa:
Seorang penyair ternama hafiz ibrahim mengungkapkan sebagai berikut:

” ibu adalah madrasah (sekolah), bila engkau menyiapkan berarti engkau menyiapkan bangsa
yang baik pokok pangkalnya” (Hasyimi ali, 1997)
Wanita memiliki tugas penting melahirkan generasi masa depan sekaligus sekolah
pertama bagi anak, lingkungan keluarga memberikan peran yang sangat berarti dalam proses
pembentukan kepribadian sejak dini. Ibu memberikan pendidikan untuk pertama kali sejak
dalam kandungan. Ia pula yang memiliki tanggung jawab besar untuk meletakkan fondasi
kepribadian anak. Karena proses pendidikan yang diberikan ibu terhadap anak lebih efektif
daripada pendidikan di sekolah. Setiap pengaruh yang diberikan orang tua kepada anak akan
membekas sampai dewasa. Dalam psikologi disebut sebagai masa peka yakni saat anak
mudah mempelajari sesuatu. Oleh karena itu, masa ini harus digunakan sebaik-baiknya.

Menurut said agil tujuan pendidikan adalah membentuk manusia beriman, bertaqwa,
berakhlak mulia, maju, mandiri sehingga memiliki ketahanan rohani yang tinggi sertamampu
beradaptasi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Para pakar pendidikan muslim
sepakat bahwa tujuan pendidikan dan pengajaran tidak sebatas memenuhi otak anak didik
dengan berbagai macam ilmu pengetahuan, namun juga mendidik akhlak dan jiwa anak didik,
kehidupan mempersiapkan mereka sebagi generasi penerus dan pergerak kemajuan bangsa
(Rohmah khoirida, 2019).

Allah tiupka ruh kepada janin seorang ibu, dilahirkan lalu didiknya manusia tersebut
sebagai penerus bangsa untuk generasi masa depan dunia,
Daftar pustaka
Abdullah Muslich Rizal Maulana, Feminisme Sebagai Diskursus Pandangan Hidup, Jurnal
Kalimah, 2013.
Aprijon Efendi, Eksistensi Wanita Dalam Perspektif Islam, Muwâzâh, Volume 5, Nomor 2,
Desember 2013
Andi bahri, Perempuan Dalam Islam (Mensinerjikan antara Peran Sosial dan Peran Rumah
Tangga), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, Jurnal Al-Maiyyah,
Volume 8 No. 2 Juli-Desember 2015.

Eko Zulfikar, Peran Perempuan Dalam Rumah Tangga Perspektif Islam, Institut Agama
Islam Negeri (Iain) Tulungagung, 2019.

Khoirida Rohmah, Peran Ibu Sebagai Madrasah Pertama Dalam Pendidikan Akhlak Di
Keluarga (Studi Kasus Wanita Karier Di Desa Mindaka, Kecamatan Tarub,
Kabupaten Tegal), Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang. , 2019.
Lailatuzz Zuhriyah, Perempuan, Pendidikan Dan Arsitek Peradaban Bangsa, IAIN
Tulungagung, Martabat: Jurnal Perempuan Dan Anak, 2018.

Muhammad Ali Hasyimi, Kepribadian Wanita Muslimah Menurut Al-Qur’an dan As-
Sunnah, (Jakarta: Akademika Pressindo, 1997), hlm.195.
Nurhayati B, Hak-Hak Perempuan Menurut Perspektif Al-Quran, Marwah: Jurnal
Perempuan, Agama Dan Jender (P-Issn: 1412-6095|E-Issn: 2407-1587) Vol. 16, No.
2, 2017, Hal. 186 – 200
Waristo, Perempuan Dalam Keluarga Menurut Konsep Islam Dan Barat, Jurnal Studi Islam,
Vol. 14, No. 2, Desember 2013: 148 – 163, 2013.

Anda mungkin juga menyukai