Anda di halaman 1dari 11

PERAN PENDIDIKAN REMAJA ISLAM DALAM MENGHADAPI

TANTANGAN DI MASA MENDATANG KAJIAN QS. AT-


AT TAUBAH
AYAT 122

FESTIVAL ILMIAH AL - QUR'AN 2021

LOMBA KARYA TULIS ESAI TINGKAT NASIONAL

Disusun oleh :

Eva Laily Salsabila / 210301110001

UNIVERSITAS
NIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

Pendidikan remaja merupakan aspek penting dalam kemajuan bangsa


dan Negara Indonesia, dengan pendidikan maka remaja memiliki bekal untuk
menghadapi keadaan bangsa Indonesia yang terus berubah seiring dengan
perkembangan zaman, sebagaimana ungkapan arab Syubbanul yaum Rijalul
ghad yang artinya pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan. Menurut
Erickson (2010) masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri (6). Identitas diri yang baik akan terwujud bila remaja
mampu menempatkan dirinya pada jalan yang positif. Begitu juga sebaliknya,
kerancuan identitas bisa pula muncul akibat remaja yang kurang mampu dalam
menempatkan peran baru tersebut dan tidak berada pada jalan yang positif,
sehingga berdampak pada kenakalan (2) seperti tawuran, geng motor, membolos
hingga pergaulan bebas. Pergaulan bebas terjadi akibat kegagalan menangani
hubungan menjadikan remaja dan individu awal dewasa, yang pada akhirnya
terjebak dalam gejala sosial seperti perzinahan, kehamilan luar nikah, kelahiran
anak luar nikah, pengguguran bayi dan sebagainya. Gagasan Erickson ini
dikuatkan oleh Marcia (1993) yang menyatakan bahwa ada empat status
identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/confussion, moratorium,
foreclosure, dan identity achieved (1,2,7,8). Pendidikan remaja sangat di
butuhkan dalam pencarian jati diri mereka sebagai tuntunan dalam menghadapi
kondisi di masa sekarang maupun di masa mendatang dengan berbagai macam
tantangan yang harus dihadapinya.

Al-Qur’an adalah kunci sebagai landasan pendidikan moral para remaja


dan merupakan modal utama mereka dalam menjalani kehidupan sehari- hari
yang memiliki karakter baik dan berbudi pekerti luhur, untuk mewujudkan
pendidikan karakter maka kita harus mejadikan Al- Qur’an sebagai pedoman
dan budaya yang baik. Tertuang pada surat At- Taubah ayat 122 yang
menjelaskan tentang betapa pentingnya pendidikan karakter bangsa Indonesia
yaitu pendidikan moral para remaja. Surat tersebut juga menjelaskan bahwa
menuntut ilmu sama pentingnya dengan berperang di jaman dulu.

1
Implementasinya di zaman sekarang adalah menuntut ilmu wajib di lakukan
oleh para remaja baik itu formal maupun non formal, dengan menuntut ilmu
maka para remaja memiliki pengetahuan lebih dalam dan bisa menjadi
peringatan dan penjagaan diri mereka, sehingga mampu untuk menjaga bangsa
dan menghadapi berbagai tantangan dalam mupun luar negeri. Islam
menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia, karena
tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini
bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat manusia semakin
terlunta-lunta kelak dihari akhirat. Dari latar belakang diatas, penulis tertarik
untuk mengkaji Peran Pendidikan Remaja Islam Dalam Menghadapi Tantangan
di masa Mendatang Kajian QS. At- Taubah ayat 122 untuk melihat peran remaja
sebagai agent of change dan juga sebagai generasi penerus bangsa yang
berkualitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kandungan Al- Qur’an Tentang Peran Pendidikan Remaja Islam


Sebagai Agent Of Change.
Kandungan dalam Al Qur’an Surat At- Taubah ayat 122 tentang peran
pendidikan remaja islam sebagai agent of change adalah sebagaimana firman
Allah:

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi


(kemedan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar
mereka dapat menjaga dirinya”.
Konsep ini bermakna bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang
senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan
sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas pendidikan Islam adalah
membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
dari tahap ketahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal.
Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan
tugas pendidikan berjalan dengan lancar. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam
dituntut untuk dapat menjalakan fungsinya, baik secara struktural maupun
institusional.

2. Peran Pendidikan Remaja Islam Dalam Menghadapi Tantangan Di masa


Mendatang.
Peran pendidikan remaja islam dalam menghadapi tantangan dimasa
mendatang perlu mematangkan pemahaman pendidikan ketauhidan, keyakinan

3
atau keimanan kepada Allah SWT yang dalam istilah lain disebut juga dengan
akidah. Kemudian diikuti oleh pendidikan yang berkenaan dengan masalah
ibadah, akhlak, dan syariah, selanjutnya adalah pendididkan yang berkaitan
dengan pengembangan potensi dan keintelektualan para remaja itu sendiri.
Agama Islam juga sangat memperhatikan kehidupan sosial, karena memberi
dampak positif dalam perilaku dan perasaan batin yang berdampak pada agama,
akhlak, kebiasaan dan emosional.

Menurut Mustafa Abd. Al Wahid, dasar-dasar pembentukan


masyarakat Islam adalah 1). Persaudaraan, dimana masyarakat Islam bersifat
universal dan tidak terikat oleh perbedaan bangsa atau bahasa, atau pun warna
kulit. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang menegaskan bahwa,
“semua ummat yang beriman itu bersaudara, dan oleh karena itu harus saling
berbuat kebaikan antara sesamanya” (QS. Al Hujarat: 10). 2). Kasih Sayang,
dimana, masyarakat Islam dibina atas dasar kasih sayang antara satu sama lain.
3). Persamaan, masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Adapun yang membedakannya hanyalah fungsinya masing-masing dalam
masyarakat. Tak ada perbedaan dihadapan Allah kecuali dengan taqwanya; 4).
Kebebasan, masyarakat Islam dibina untuk mempunyai kebebasan atau
kemerdekaan. Hal ini merupakan hak asasi manusia. Dalam agama Islam tak ada
paksaan dalam beragama (laa ikraha fii al-Din). 5. Keadilan Sosial, masyarakat
Islam dibina atas dasar keadilan sosial, yaitu keadilan yang merata bagi seluruh
umat. Islam sangat menekankan keadilan, yaitu meletakkan sesuatu pada
proporsi yang semestinya sesuai dengan aturan Ilahi. Dengan dasar di atas,
Rasullullah SAW mampu membina ummatnya secara bijaksana. Bahkan, beliau
memberi contoh keteladanan dalam semua aspek kehidupannya. Menurut al-
Syaibany, masyarakat Islam mempunyai tonggak dasar pada keimanan.
Keimanan akan membuahkan rasa aman dan damai di hati setiap anggota
masyarakat, sejak komunitas yang terkecil sampai komunitas kolektif yang lebih
luas. Nilai manusia adalah akhlaknya, sehingga dapat dipahami bahwa
pendidikan terhadap para remaja dalam masyarakat harus dilakukan dengan
sistem yang penuh dengan rasa persaudaraan, kasih sayang, persamaan,
kebebasan dan keadilan serta mananamkan rasa keimanan dan akhlak yang

4
mulia dengan memberikan keteladanan yang baik oleh guru, ulama dan
pemimpin-pemimpin masyarakat lainnya dalam berbagai kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh para remaja dalam masyarakat baik itu kegiatan yang
berkaitan dengan pengamalan ibadah keagamaan maupun aktivitas yang
berkaitan dengan ibadah sosial kemasyarakatan.

Peningkatan dan pembinaan pendidikan agama melalui pendidikan


akhlak di keluarga harus diselaraskan dengan nilai-nilai kepribadian remaja.
Menurut Abdul Rahman Saleh dibukunya “Didaktik Pendidikan Agama Islam“.
Memberikan batasan tentang pendidikan agama Islam yaitu sebagai usaha
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak dapat
memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dan menjadikan Way
Of Life (Mahfud Salahuddin, 1990). Berpijak dari beberapa pengertian tentang
pendidikan di atas, maka status dan fungsi Pendidikan Agama Islam tergambar
dalam tujuan Pendidikan Islam, yaitu untuk mendidik budi pekerti dan akhlak
(Athiyah Al Abrasyi, 1980).

Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat At– Tahmrin ayat 6.


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-
Tahrim: 6). Pembiasaan-pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai- nilai
ajaran agama Islam (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang
harmonis dalam keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan
nasehat merupakan hal yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar
perilaku remaja yang menyimpang dapat dikendalikan. Pendidikan akhlak
adalah suatu proses bimbingan secara sadar agar terbiasa berbuat baik dengan
berlandaskan tuntunan Al- Qur’an, sebagai sifat yang tumbuh dan menyatu
dalam diri seseorang, yang kesemuanya itu didasari oleh aqidah yang benar.
Pendidikan akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan
membiasakan dan melatih pada hal – hal yang baik, menghormati orang tua,
bertingkah laku yang sopan dalam berperilaku keseharian maupun dalam
bertutur kata. Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar
perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari

5
kedua orang tua, bahkan pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak
persiapan pembentukan keluarga. (Mansur, 2004).

Pendidikan Ibadah, pendidikan yang didapat manusia melalui ibadah


akan menghasilkan keimanan bagi seseorang. Oleh karena pendidikan ibadah
dalam hal yang akan melahirkan keimanan harus dilakukan secara mendalam
serta dihayati dalam pengerjaannya karena ibadah berkaitan erat dengan
keyakinan. Penerapan ibadah kepada anak didalam keluarga sangat diperlukan
sampai-sampai Lukman mewasiatkan khusus kepada anaknya untuk senantiasa
mengerjakan shalat, seperti firman Allah dalam surat Luqman ayat:17. Artinya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
diutamakan.

Nasehat Luqman di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan


amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal- amal kebajikan yang
tercermin dalam amar makruf dan nahi mungkar, juga nasehat berupa perisai
yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Dalam hadis
dikatakan bahwa Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari masbahah r.a ia
berkata, Rasullulah SAW bersabda yang artinya: “Ajarilah anak tentang shalat
ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia setelah berumur sepuluh tahun bila
enggan melaksanakannya“ (Abdullah Nashih Ulwan, 1999). Dengan demikian
diharapkan para remaja mampu menjalin hubungan yang baik dengan Allah
SWT dan mampu menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, yang
disebut dengan hablumminallah wa hablum minan naas.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapatdisimpulkan sebagai berikut:

1. Peran pendidikan remaja islam dalam menghadapi tantangan dimasa


mendatang perlu mematangkan pemahaman pendidikan ketauhidan,
keyakinan atau keimanan kepada Allah SWT dan para remaja mampu
menjalin hubungan yang baik dengan Allah SWT dan mampu menjalin
hubungan baik dengan sesama manusia, yang disebut dengan hablum
minallah wa hablum minannas.
2. Al- Qur’an menerangkan dalam surat At-Taubah ayat 122 yang artinya
“ Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak
pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka
dapat menjaga dirinya.
B. Saran
Dalam penulisan ini terdapat beberapa hal pokok yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan. Oleh karena itu penulis memberikan saran kepada para pendidik,
orang tua, guru dan pendidik yang ada dalam lingkungan masyarakat, agar
selalu menjalin hubungan yang harmonis dengan remaja. Selalu memperhatikan
dan mengarahkan berbagai macam bentuk kegiatan remaja, memberikan
gambaran positif pada setiap aktivitas remaja serta memberikan teladan yang
baik.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Erikson, E. H. (2010). ChildhoodandSociety(H. H. Setiajid, Ed.)


Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2. Santrock, J. W. (2010). Remaja (Edisi Kesebelas). Jakarta: Penerbit
Erlangga
3. Papalia, Diane. E, Olds, &Feldman, R. D. (2009) Human Development
Perkembangan manusia. Jakarta: SalembaHumanika.
4. Marcia, J.E. &Archer, S.L. (1993). Identity Status in LateAdolescents:
ScoringCriteria. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity:
A Hand book for Psychosocial Research (hlm. 205-240). New York:
SpringerVerlag.
5. RamaYulis dan Samsul Nizar. (2009), FilsafatPendidikanIslam.Jakarta:
Kalam Mulia.

6. HamzahYa’kub. (1985), etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah,


Sesuatu Pengantar, Bandung: Diponegoro. Cet.Ke6, hal, 12
7. Departemen Agama. (2000) Al-qur’an dan Terjemahan. Semarang: Toha
Putra.

8. Abdul Rosyad Saleh. (1971), Manajemen Dakwah Islamiyah, Jakarta:


Bulan Bintang.
9. Mahfudh Salahuddin. (1990), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Al- ikhlas, hal.8
10. Muhammad Athiyah Al- Abrasyi. (2005), Dasar - dasar Pokok Pendidikan
Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
11. Mansur. (2004), Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Yogyakarta:
Mitra Pustaka Utama. hal. 129.
12. Abdullah Nashih Ulwan. (2004) Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta:
Pustaka Amani. Hal. 281.

13. Ahmad d. marimba. (1980), Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,


Bandung: PT. Al-Ma’rif. hal.45-46
BIODATA PENELITI

Nama : Eva Laily Salsabila

Tempat/Tgl lahir : Gresik, 14 Juli 2002

Alamat email : evasalsabilaa@gmail.com

No. Hp : 081358067892

Pengalaman Organisasi :

1. Ketua koordinator bidang pendidikan OSIM MTS (2015-2016).

2. Ketua Pendidikan OSIM MA (2018-2019).

3. Pembina Ekstra Kulikuler Bidang MFQ (2020-2021).

4. Bendahara Organisasi Ponpes Al-Munawaroh Jombang (2020-2021).

Anda mungkin juga menyukai