Anda di halaman 1dari 28

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN

ISLAMIC SCIENCE AND TECHNOLOGY


FAIR 2021

PERAN PENDIDIKAN REMAJA ISLAM BERLANDASKAN AL-QUR’AN


DAN HADITS UNTUK MENGHADAPI BERBAGAI MACAM
TANTANGAN DI MASA MENDATANG

DIUSULKAN OLEH:

EVA LAILY SALSABILA /210301110001


SALMAN HASAN ANSORI /200204110040

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM


MALANG
2021

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan judul “Peran pendidikan remaja islam
berlandaskan Al-Qur’an dan hadist untuk menghadapi berbagai macam
tantangan di masa mendatang”.
Shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah menuntun umat manusia dari
jalan kegelapan menuju jalan terang benerang yakni Addinul Islam. Kami
sampaikan terimakasih kepada dosen pendamping, yang telah membimbing
dalam proses pengerjaan karya tulis ilmiah. Juga kepada kakak tingkat
kami yang telah memberi arahan dan saran dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini. Juga kepada kedua orang tua kami, yang selalu mensupport
dan mendo’akan kami. Tak lupa kepada teman-teman yang telah
berkontribusi baik secara langsung maupun tidak dalam pembuatan karya
tulis ilmiah ini.
Penulis menyadaari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan di dalamnya.
Untuk itu kami membutuhkan kritik serta saran pada karya tulis ilmiah ini.
Penulis berharap karya tulis ilmiah ini mampu memberi kontribusi dalam
pembangunan Indonesia untuk mewujudkan generasi penerus bangsa yang
kuat dan mampu menghadapi tantangan di masa mendatang yang
berlandaskan nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadits, serta dapat memberikan
manfaat bagi penulis khususnya para pembaca.

Malang, 9 September 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS LKTI ....................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

C. Tujuan ................................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Peran Remaja ..................................................................................... 5

2.2. Remaja dan Tantangan Masa Depan ................................................. 6

2.3. Kandungan Al- Qur’an Surat At- Taubah ayat 122 dan Hadits

tentang peran pendidikan Remaja Islam sebagai agent of change ............ 7

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kandungan Al- Qur’an dan Hadits tentang Pendidikan Remaja

Islam sebagai Agent of Change. .......................................................... 11

2. Peran Pendidikan Remaja Islam dalam menghadapi berbagai

macam tantangan di masa Mendatang ............................................... 13

v
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 18

B. Saran ................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

LAMPIRAN ......................................................................................................... 21

vi
ABSTRAK

PERAN PENDIDIKAN REMAJA ISLAM BERLANDASKAN AL-QUR’ANDAN


HADITS UNTUK MENGHADAPI BERBAGAI MACAM TANTANGAN
DIMASA MENDATANG

Eva laily salsabila, Salman Hasan Anshori.


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG.
email: evasalsabilaa@gmail.com

Menurut ajaran agama islam, peran remaja sangatlah penting dalam perkembangan
bangsa indonesia untuk menghadapi berbagai macam tantangan dimasa sekarang
dan di masa mendatang, dengan perpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits,
menjadikannya sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalani kehidupan sehari
hari. Al-Qur’an menekankan betapa petingnya menjadi manusia yang berpendidikan
khususnya kepada para remaja sebagai generasi penerus bangsa yang terbaik. Hal
ini di jelaskan di dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 122 yang artinya: “Dan
tidak sepatutnya orang orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”.
Berdasarkan Al-Qur’an di atas menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting,
dengan cara mendalami ilmu pengetahuan agar memiliki pengetahuan yang luas.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran pendidikan remaja dalam menghadapi
berbagai macam tantangan dimasa mendatang dan mengetahui kandungan Al-
Qur’an dan hadits tentang peran pendidikan remaja sebagai agent of change.

Kata kunci: Pendidikan remaja, Al-Qur’an dan Hadist, Tantangan.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masa remaja merupakan masa perkembangan dari masa kanak- kanak ke
masa dewasa yang mengalami perubahan besar pada fisik, kognitif, dan psikososial
(1). Masa remaja merupakan masa dimana seseorang sedang mencari identitas.
Individu dihadapkan pada begitu banyak peran, tugas, dan status baru sebagai
manusia dewasa (2). Identitas diri yang baik akan terwujud bila remaja mampu
menempatkan dirinya pada jalan yang positif. Begitu juga sebaliknya, kerancuan
identitas bisa pula muncul akibat remaja yang kurang mampu dalam menempatkan
peran baru tersebut dan tidak berada pada jalan yang positif, sehingga berdampak
pada kenakalan (2) seperti tawuran, geng motor, membolos hingga pergaulan bebas.
Pergaulan bebas terjadi akibat kegagalan menangani hubungan menjadikan remaja
dan individu awal dewasa, yang pada akhirnya terjebak dalam gejala sosial seperti
perzinahan, kehamilan luar nikah, kelahiran anak luar nikah, pengguguran bayi, dan
sebagainya.
Pakar seks juga spesialis Obstetri dan Ginekologi Boyke Dian Nugraha di
Jakarta mengungkapkan dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan
seks bebas semakin meningkat. Dari sekitas5% pada tahun1980-an,menjadi 20% pada
tahun 2000 kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian
di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu, Banjarmasin,
bahkan di Palu Sulawesi Tengah, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah
melakukan hubungan seks bebas mencapai 29,9 %, sementara penelitian yang
dilakukan oleh Boyke sendiri tahun (1999) lalu terhadap pasien yang datang di klinik
pasutri, tercatat sekitar 18% remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah,
kelompok remaja yang masuk pada penelitian trsebut rata- rata berusia 17- 21 tahun,
umumnya masih bersekolah di tingkat sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) atau
Mahasiswa (3). Namun beberapa kasus juga terjadi pada anak- anak yang duduk
ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) (4). Pada sebuah penelitian nasional

1
(Survey nasional mengenai tingkah laku beresiko pada remaja/ National Youth Risk
Behavior Survey), sebanyak 54% remaja yang duduk di kelas 3 SMP sampai 3 SMU
mengatakan bahwa mereka telah melakukan hubungan seksual. Penelitian ini
menunjukkan bahwa remaja laki- laki lebih cenderung mengatakan telah melakukan
hubungan seks dan aktif secara seksual dari pada remaja perempuan(5).Permasalahan
pergaulan bebas ini sudah merajalela baik di kalangan pelajar dengan alasan mulai
dibilang gaul dan demi mencari kesenangan semata, sebuah catatan dari BKKBN
dikatakan bahwa hampir 2,4 juta wanita usia remaja setiap tahun melakukan aborsi,
ini barangkali merupakan fenomena pergaulan bebas yang sudah tidak dilandasi
dengan ajaran Islam yang benar. Mau jadi apa negeri ini jika para generasi muda
Islam tidak dapat menghindari hal tersebut. Ini menjadi tantangan berat generasi
remaja islam sebagai agent of change untuk melakukan inovasi agar generasi islam
dapat terselamatkan. para remaja penerus bangsa harus memiliki modal untuk
menghadapi berbagai macam tantangan yang ada. Adapun dampak perilaku pergaulan
bebas adalah menurunnya prestasi sekolah putus sekolah dan hamil di luar nikah.
Pendidikan remaja merupakan aspek penting dalam kemajuan bangsa dan
Negara Indonesia, dengan pendidikan maka remaja memiliki bekal untuk menghadapi
keadaan bangsa Indonesia yang terus berubah seiring dengan perkembangan zaman,
sebagaimana ungkapan arab Syubbanul yaum Rijalul ghad yang artinya pemuda hari
ini adalah pemimpin di masa depan. Menurut Erickson (2010) masa remaja adalah
masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri (6). Gagasan Erickson ini
dikuatkan oleh Marcia (1993) yang menyatakan bahwa ada empat status identitas diri
pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion,moratorium, foreclosure, dan identity
achieved (1,2,7,8). Pendidikan remaja sangat di butuhkan dalam pencarian jati diri
mereka sebagai tuntunan dalam menghadapi kondisi di masa sekarang maupun di
masa mendatang dengan berbagaimacam tantangan yang harus dihadapinya.
Lingkungan kita adalah masyarakat yang heterogen dengan berbagai jenis kelamin,
umur, strata, latar belakang, agama serta keyakinannya.
Al-Qur’an dan Hadits adalah kunci sebagai landasan pendidikan moral para
remaja dan merupakan modal utama mereka dalam menjalani kehidupan sehari- hari

2
yang memiki karakter baik dan berbudi pekerti luhur, untuk mewujudkan pendidikan
karakter maka kita harus mejadikan Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman. Tertuang
pada surat At Taubah ayat 122 yang menjelaskan tentang betapa pentingnya
pendidikan karakter bangsa Indonesia yaitu pendidikan moral para remaja. Surat
tersebut juga menjelaskan bahwa menuntut ilmu sama pentingnya dengan berperang
di jaman dulu. Implementasinya di zaman sekarang adalah menuntut ilmu wajib di
lakukan oleh para remaja baik itu formal maupun non formal, dengan menuntut ilmu
maka para remaja memiliki pengetahuan lebih dalam dan bisa menjadi peringatan dan
penjagaan diri mereka, sehingga mampu untuk menjaga bangsa dan menghadapi
berbagai tantangan dalam mupun luar negeri. Dalam sebuah sabda Nabi SAW
menjelaskan:

“Bersumber dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Mencari
ilmu adalah kewajiban setiap muslim” (HR. Ibnu Majah).
Hadits diatas menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh
pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu kewajiban bagi mereka untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Islam menekankan akanpentingnya pengetahuan dalam
kehidupan manusia, karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan
mengarungi kehidupan ini bagaikan orang tersesat, yang implikasinya akan membuat
manusia semakin terlunta-lunta kelak dihari akhirat. Imam Syafi’i pernah
menyatakan: “Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu. Barang
siapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa
menginginkan keduanya, maka harus dengan ilmu”.
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengkaji peran pendidikan
remaja islam berlandaskan Al Qur’an dan Hadits untuk menghadapi berbagai macam
tantangan di masa sekarang maupun masa mendatang. Kajian ini juga akan
dipadukan dengan tafsir dan kandungan surat At- Taubah ayat 122 untuk melihat
peran remaja sebagai agent of change dan juga sebagai generasi penerus bangsa.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tafsir dan kandungan Al Qur’an dan Hadits tentang peran
pendidikan remaja islam sebagai agent of change?
2. Bagaimana peran pendidikan remaja islam dalam menghadapi berbagai
macam tantangan dimasa mendatang?
C. Tujuan
1. Mengetahui Tafsir, kandungan Al Qur’an dan Hadits tentang peran
pendidikan remaja islam sebagai generasi of change.
2. Mengetahui peran pendidikan remaja islam dalam menghadapi berbagai
macam tantangan dimasa mendatang.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sarana untuk meningkatkan karakter moral remaja melalui
Pendidikan islam.
2. Memberikan pengertian kepada para remaja islam betapa pentingnya
pendidikan yang berlandaskan Al- Qur’an surat At -Taubah ayat 122 dan
Hadits Nabi SAW dalam pendidikan karakter para remaja islam untuk
kemajuan bangsa
3. Sarana dakwah untuk berlomba- lomba dalam kebaikan sebagaimana
yangdijelaskan dalam Al Qur’an fastabiqul khairat artinya berlomba-
lombalah kalian dalam hal kebaikan.
4. Mengimplementasikan makna yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits
Nabi SAW tentang peran remaja islam untuk menghadapi tantangan dimasa
mendatang.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 . Peran Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to
grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang
remaja, seperti Papalia dan Olds masa remaja adalah masa transisi perkembangan
antara masa kanak- kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia
12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.

Menurut Adams & Gullota masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20
tahun. Sedangkan Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13
hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18
tahun). Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan
masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah
dicapai bagian dari masa kanak- kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis
misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa
antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan
kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (4).

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan goncangan jiwa, masa berada
dalam peralihan atau atas jembatan yang menghubungkan masa kanak-kanak yang
penuh kebergantungan, dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.
Terjadinya masalah pada diri remaja disebabkan oleh adanya masa peralihan dari
masa anak-anak menjadi masa dewasa, karena Pubertas merupakan periode transisi,
sebab pubertas berada pada masa transisi peralihan masa anak-anak tidak tepat,
sementara ia belum dapat dikatakan dewasa.

Remaja-remaja yang mendapatkan didikan agama dengan cara yang tidak


memberi kesempatan untuk berpikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang

5
tidak masuk akal, disertai pula oleh lingkungan dan orang tua, yang juga menganut
agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang. Remaja-
remaja akan merasa gelisah dan kurang aman apabila agama atau keyakinannya
berlainan dari agama atau keyakinan orang tuanya. Dalam membicarakan masalah
pembinaan kehidupan agama bagi remaja, pendidikan hendaknya dapat mewarnai
kepribadian anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya
yang akan menjadi pengandali dalam hidupnya dikemudian hari. Sejalan dengan
masalah kehidupan remaja, masa remaja merupakan masa transisi yang penuh
dengan kegoncangan jiwa serta berbagai masalah yang belum pernah dialami sejak
ia anak-anak. Sejak itu diantara sumber kegelisahan remaja yang penting adalah
dengan tampak adanya perbedaan nilai-nilai moral dan kelakukan orang-orang
dalam kenyataan hidupnya.

2.2 . Remaja dan Tantangan Masa Depan

Remaja disebut dengan masa pancaroba karena sedang mengalami


perkembangan fisiologis dan psikologis yang akan menimbulkan kecemasan.
Kecemasan akan menimbulkan banyak masalah dan masalah akan mempengaruhi
kebahagiaan. Oleh karena itu orang dewasa berperan dalam membantu menciptakan
kebahagiaan remaja. Keadaan remaja yang berbahagia dan keadaan remaja yang
bermasalah adalah dua titik ekstrem yang terjadi selama proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam masa remaja. Hal tersebut di dukung pendapat Freud bahwa
anak sampai umur kira-kira 5 tahun melewati fase-fase yang terdiferensiasikan
secara dinamis, kemudian sampai umur 12/13 tahun mengalami fase laten, yaitu
suatu fase di mana dinamika menjadi lebih stabil. Dengan datangnya masa remaja
(pubertas) dinamika meletus lagi, dan selanjutnya makin tenang kalau orang makin
dewasa. Bagi Sigmund Freud, masa sampai umur 20 tahun menentukan bagi
pembentukan kepribadian seseorang. Artinya seseorang yang dapat melewati masa
remaja dengan bahagia akan menjadi dewasa yang berkepribadian dan sebaliknya.

Kesalahan yang dilakukan remaja sering menimbulkan kekhawatiran serta


menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan keluarga,

6
namun menyenangkan teman sebayanya. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan
kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.
Sehingga salah satu tantangan sosial zaman sekarang ialah kenakalan remaja.
Dilihat dari kasus-kasus yang dibawa ke pengadilan, kenakalan-kenakalan remaja
itu jumlahnya berlipat tiga sejak 1940. Beberapa ahli berpendapat bahwa yang
bertanggung jawab atas masalah itu sepenuhnya ialah keluarga (dalam Pusat
Bmbingan, 1991). Namun ada yang berpendapat bahwa masalah remaja adalah
tanggung jawab remaja itu sendiri. Karena Banyak para ahli yang mencoba
mendefinisikan arti remaja, termasuk para psikolog yang sulit mendefinisikan
secara pasti arti dari remaja. Maka tidak heran jika dalam perundang-undangan
dunia termasuk di Indonesia tidak di temukan istilah remaja. Bahkan di negara-
negara maju telah lama tidak menggunakan istilah remaja dalam
perundangundangannya. Dalam perundang-undangan Indonesia hanya dikenal
stilah anak-anak dan dewasa.

2.3 . Kandungan Al- Qur’an Surat At- Taubah ayat 122 dan Hadits
tentang peran pendidikan remaja sebagai agent of change
Surat At-Taubah adalah Surat ke 9 dalam Al-Qur’an, yakni setelah surat al-
Anfal. Surat ini terdiridari 129 ayat yang menjelelaskan tentang keimanan, hukum-
hukum, kisah-kisah dan lain sebagainya. yang mana semua kandungan mempunyai
hikmah dan pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan remaja islam, Surat At-
Taubah termasuk golongan surat Madaniyah, dinamai surat At-Taubah berarti
pengampunan, karena kata At-Taubah berulang kali disebut dalam surah ini.
1. Ayat, Terjemah dan Tafsir Surat At -Taubahayat 122

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi


(kemedan perang). Mengapa Sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak

7
pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”.
2. Kandungan Surat At -Taubah Ayat 122
Dalam ayat ini terdapat beberapa pembahasan, yaitu:
Pertama: Firman Allah SWT sepatutnya bagi “orang-orang
mukmin itu” maksudnya adalah perintah jihad bukanlah fardhu ‘ain, melainkan
fardhu kifayah, sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan terdahulu karena
jika setiap orang pergi berjihad maka tidak akan ada lagi generasi muda oleh karena
itu, sebaiknya ada satu kelompok pergi berjihad dan kelompok lain menetap untuk
mendalami ilmu agama serta menjaga kaum wanita. Dengan demikian, apabila
kelompok yang pergi berjihad kembali dari medan perang, maka kelompok penuntut
ilmu mengajarkan kepada mereka hukum-hukumsyariat (Al Qurtubi: 2007).
Kedua: Ayat ini adalah asal perintah untuk menuntutut ilmu pengetahuan, karena
makna ayat tersebut adalah, tidaklah patut semua mukmin keluar untuk berjihad,
sedangkan Nabi SAW berada di Madinah tidak ikut berperang maksudnya
adalah tidak dituntut semuanya berjihad sedangkan sisa dari setiap kelompok tersebut
tinggal bersama Nabi dan mendalami ilmu agama. Kemudian apabila kelompok yang
berjihad kembali dari medan perang, maka kabarilah mereka apa yang telah dipelajari
dan ajarilah pula mereka. Ayat ini mengandung kewajiban untuk mendalami al
Qur’an dan Sunnah, dan kewajiban ini hanya sebatas fadhu kifayah (bukan fardhu
ain) dalilnya adalah firman Allah:

“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.”
(Qs. Al- Anbiya' {l2}:7)
Ketiga: Firman Allah SWT “untuk memper dalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya,”
mengisyaratkan sekelompok orang yang berarti banyak. Untuk memperdalam ilmu
agama dan pengetahuan mereka.
Diriwayatkan Oleh Abdul Quddus bin Hahib: Abu Sa'id Al Wahadzi dari
hamad bin abu sulaiman, dari Ibrahim An-Nakha'i, beliau berkata:

8
Aku mendengar Anas bin Malik berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim.


At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu ad-darda’, beliau berkata, aku mendengar
Rasulullah bersabda: yang artinya, “Siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu, maka
Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan
sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu Karena ridha dengan apa yang mereka
lakukan. Orang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk
yang ada di langit maupun di bumi sampaikan ikan di air. Keutamaan orang alim atas
ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Para ulama itu pewaris para
nabi dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham. Yang
mereka wariskan hanyalah ilmu. Siapa yang mengambil ilmu itu, maka telah
mendapatkan bagian yang paling banyak."

9
BAB III

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis metode penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang bersifat deskriptif dan analisis. Dalam penelitian kualitatif data yang disajikan
berupa kata- kata dan gambaran, bukan angka- angka (Pujiati, tt: 34). Penelitian
kualitatif dalam hal ini bertujuan untuk menemukan peran pendidikan remaja islam
berlandaskan Al- Qur’an dan hadits untuk menghadapi berbagai macam tantangan di
masa ini dan di masa mendatang. Sumber data yang digunakan yaitu buku-buku,
Tafsir Al- Qur’an, artikel, jurnal, skripsi, dan sumber bacaan lainnya yang terkait
dengan penelitian. Adapun langkah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan obyek penelitian 2. Menetapkan rumusan masalah 3. Melakukan kajian
pustaka 4. Melakukan analisa 5. Menuliskan hasil penelitian 6. Menuliskan
kesimpulan dan saran.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kandungan Al- Qur’an dan Hadits tentang Peran Pendidikan Remaja
Islam sebagai Agent of Change.
Kandungan dalam Al Qur’an Surat At- Taubah ayat 122 tentang peran
pendidikan remaja islam sebagai agent of change adalah sebagaimana firman
Allah:

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi


(kemedan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat
menjaga dirinya”.
Ayat ini adalah asal perintah untuk menuntutut ilmu, karena makna ayat
tersebut adalah, tidaklah patut semua mukmin keluar untuk berjihad, sedangkan
Nabi SAW berada di Madinah tidak ikut berperang maksudnya adalah
tidak dituntut semuanya berjihad sedangkan sisa dari setiap kelompok tersebut
tinggal bersama.
Konsep ini bermakna bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim,
tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa
tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir
hayatnya.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ketahap
kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya
adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan

11
berjalan dengan lancar. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam dituntut untuk
dapat menjalakan fungsinya, baik secara struktural maupun institusional. Berikut
pembahasan surat At- Taubah ayat 122:
Pertama: Firman Allah SWT sepatutnya bagi “orang-
orang mukmin itu” maksudnya adalah perintah jihad bukanlah fardhu ‘ain,
melainkan fardhu kifayah, sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan
terdahulu karena jika setiap orang pergi berjihad maka tidak akan ada lagi
generasi muda oleh karena itu, sebaiknya ada satu kelompok pergi berjihad dan
kelompok lain menetap untuk mendalami ilmu agama serta menjaga kaum
wanita. Dengan demikian, apabila kelompok yang pergi berjihad kembali dari
medan perang, maka kelompok penuntut ilmu mengajarkan kepada mereka
hukum-hukum syariat (Al Qurtubi: 2007)
Kedua: Ayat ini adalah asal perintah untuk menuntutut ilmu pengetahuan,
karena makna ayat tersebut adalah, tidaklah patut semua mukmin keluar untuk
berjihad, sedangkan Nabi SAW berada di Madinah tidak ikut berperang
maksudnya adalah tidak dituntut semuanya berjihad sedangkan sisa dari setiap
kelompok tersebut tinggal bersama Nabi dan mendalami ilmu agama. Kemudian
apabila kelompok yang berjihad kembali dari medan perang, maka kabarilah
mereka apa yang telah dipelajari dan ajarilah pula mereka. Ayat ini mengandung
kewajiban untuk mendalami al Qur’an dan Sunnah, dan kewajiban ini hanya
sebatas fadhu kifayah (bukan fardhu ‘ain) dalilnya adalah firman Allah,

“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak


mengetahui.” (Qs. Al-Anbiya' {l2}: 7)
Ketiga: Firman Allah SWT “untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan kepada
kaumnya,”mengisyaratkan sekelompok orang yang berarti banyak. Untuk
memperdalam ilmu agama dan pengetahuan mereka.

12
Diriwayatkan Oleh Abdul Quddus bin Hahib: Abu Sa'id Al Wahadzi dari
hamad bin abu sulaiman, dari Ibrahim An-Nakha'i, beliau berkata: aku
mendengar Anas bin Malik berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :

Artinya: Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim. At-
Tirmidzi meriwayatkan dari Abu ad-darda’, beliau berkata, Aku mendengar
Rasulullah bersabda: yang artinya, “Siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu,
maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya Malaikat akan
meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu Karena ridha dengan apa
yang mereka lakukan. Orang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan
ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi sampaikan ikan di air.
Keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh
bintang. Para ulama itu pewaris para nabi dan sesungguhnya para nabi tidak
mewariskan dinar tidak juga dirham. Yang mereka wariskan hanyalah ilmu.
Siapa yang mengambil ilmu itu, maka telah mendapatkan bagian yang paling
banyak."
2. Peran Pendidikan Remaja Islam dalam Menghadapi Berbagai Macam
Tantangan dimasa Mendatang.
Peran pendidikan remaja islam dalam menghadapi berbagai macam
tantangan dimasa mendatang perlu mematangkan pemahaman pendidikan
ketauhidan, keyakinan atau keimanan kepada Allah SWT yang dalam istilah lain
disebut juga dengan akidah. Kemudian diikuti oleh pendidikan yang berkenaan
dengan masalah ibadah, akhlak, dan syariah, selanjutnya adalah pendididkan
yang berkaitan dengan pengembangan potensi dan keintelektualan para remaja
itu sendiri. Agama Islam juga sangat memperhatikan kehidupan sosial, karena
memberi dampak positif dalam perilaku dan perasaan batin yang berdampak
pada agama, akhlak, kebiasaan dan emosional.
Menurut Mustafa Abd. Al Wahid, dasar-dasar pembentukan masyarakat
Islam adalah 1). Persaudaraan, dimana masyarakat Islam bersifat universal dan

13
tidak terikat oleh perbedaan bangsa atau bahasa, atau pun warna kulit. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT yang menegaskan bahwa, “semua ummat yang
beriman itu bersaudara, dan oleh karena itu harus saling berbuat kebaikan antara
sesamanya” (QS. Al Hujarat: 10). Persaudaraan dalam Islam memiliki makna
yang luas, yaitu persaudaraan yang tidak terbatas pada seketurunan, tapi meliputi
seluruh manusia yang sama akidahnya; 2). Kasih Sayang, dimana, masyarakat
Islam dibina atas dasar kasih sayang antara satu sama lain. Hal ini sesuai dengan
sabda Rasullullah SAW yang artinya, “tak sempurna iman seorang muslim
sebelum mencintai saudaranya separti dirinya sendiri”; 3). Persamaan,
masyarakat Islam mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Adapun yang
membedakannya hanyalah fungsinya masing-masing dalam masyarakat. Tak ada
perbedaan dihadapan Allah antara orang Arab dan orang ‘ajam, kecuali dengan
taqwanya; 4). Kebebasan, masyarakat Islam dibina untuk mempunyai kebebasan
atau kemerdekaan. Hal ini merupakan hak asasi manusia. Dalam agama Islam tak
ada paksaan dalam beragama (la ikraha fi al-Din). Umat Islam dituntut agar
melaksanakan ajaran agamanya dengan baik dan benar; 5. Keadilan Sosial,
masyarakat Islam dibina atas dasar keadilan sosial, yaitu keadilan yang merata
bagi seluruh ummat. Islam sangat menekankan keadilan, yaitu meletakkan
sesuatu pada proporsi yang semestinya sesuai dengan aturan Ilahi. Dengan dasar
di atas, Rasullulah SAW mampu membina ummat-nya secara bijaksana. Bahkan,
beliau memberi contoh keteladanan dalam semua aspek kehidupannya. Menurut
al- Syaibany, masyarakat Islam mempunyai tonggak dasar pada keimanan.
Keimanan akan membuahkan rasa aman dan damai di hati setiap anggota
masyarakat, sejak komunitas yang terkecil sampai komunitas kolektif yang lebih
luas. Nilai manusia adalah akhlaknya, sehingga dapat dipahami bahwa
pendidikan terhadap para remaja dalam masyarkat harus dilakukan dengan sistem
yang penuh dengan rasa persaudaraan, kasih sayang, persamaan, kebebasan dan
keadilan serta mananamkan rasa keimanan dan akhlak yang mulia dengan
memberikan keteladanan yang baik oleh guru, ulama dan pemimpin-pemimpin
masyarakat lainnya dalam berbagai kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh

14
para remaja dalam masyarakat baik itu kegiatan yang berkaitan dengan
pengamalan ibadah keagamaan maupun aktivitas yang berkaitan dengan ibadah
sosial kemasyarakatan.
Peningkatan dan pembinaan pendidikan agama melalui pendidikan akhlak
di keluarga harus diselaraskan dengan nilai-nilai kepribadian remaja. Menurut
Abdul Rahman Saleh dibukunya “Didaktik Pendidikan Agama Islam“.
Memberikan batasan tentang pendidikan agama Islam yaitu sebagai usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak dapat memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dan menjadikan Way Of Life (Mahfud
Salahuddin, 1990). Berpijak dari beberapa pengertian tentang pendidikan di atas,
maka status dan fungsi Pendidikan Agama Islam tergambar dalam tujuan
Pendidikan Islam, yaitu untuk mendidik budi pekerti dan akhlak (Athiyah Al-
Abrasyi, 1980).
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat At– Tahmrin ayat 6.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At- Tahrim: 6)
Berkata Ali Bin Abi Thalib K.W dalam menafsirkan ayat di atas,
“Ajarilah mereka (anak- anakmu) Ilmu Pengetahuan dan Akhlak “.
Dalam Al- Qur’an manusia disebut dengan berbagai nama antara lain al-
basyar, al-insan, al-nas, bani Adam, al-ins, abd Allah dan khalifah Allah. Nama
sebutan ini mengacu kepada gambaran tugas dan seharusnya diperankan oleh
manusia. Sehubungan dengan hal itu maka untuk memahami peran manusia,
perlu dipahami konsep yang mengacu kepada sebutan dimaksud. Pemahaman
tentang peran manusia erat kaitannya dengan sebutan yang disandang.
Pembiasaan-pembiasaan perilaku seperti melaksanakan nilai- nilai ajaran agama
Islam (beribadah), membina hubungan atau interaksi yang harmonis dalam
keluarga, memberikan bimbingan, arahan, pengawasan dan nasehat merupakan
hal yang senantiasa harus dilakukan oleh orang tua agar perilaku remaja yang
menyimpang dapat dikendallikan. Pendidikan akhlak adalah suatu proses
bimbingan secara sadar agar terbiasa berbuat baik dengan berlandaskan tuntunan

15
Al- Qur’an dan hadist Rasusullah SAW, sebagai sifat yang tumbuh dan menyatu
dalam diri seseorang, yang kesemuanya itu didasari oleh aqidah yang benar.
Pendidikan akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan
membiasakan dan melatih pada hal – hal yang baik, menghormati kepada orang
tua, bertingkah laku sopan yang baik dalam berperilaku keseharian maupun
dalam bertutur kata. Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak
dasar perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari
kedua orang tua, bahkan pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak
persiapan pembentukan keluarga. (Mansur, 2004).
Pendidikan Ibadah, pendidikan yang didapat manusia melalui ibadah akan
menghasilkan keimanan bagi seseorang. Oleh karena pendidikan ibadah dalam
hal yang akan melahirkan keimanan harus dilakukan secara mendalam serta
dihayati dalam pengerjaannya karena ibadah kerkaitan erat dengan keyakinan.
Penerapan ibadah kepada anak didalam keluarga sangat diperlukan sampai-
sampai Lukman mewasiatkan khusus kepada anaknya untuk senantiasa
mengerjkan shalat, seperti firman Allah dalam surat Luqman ayat:17.
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal diutamakan.
Nasehat Luqman di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-
amal saleh yang puncaknya adalah ashalat, serta amal- amal kebajikan yang
tercermin dalam amr makruf dan naahi mungkar, juga nasehat berupa perisai
yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Dalam hadis
dikatakan bahwa Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari masbahah r.a ia
berkata, Rasullulah SAW bersabda yang artinya: “Ajarilah anak tentang salat
ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia setelah berumur sepuluh tahun bila
enggan melaksanakannya“ (Abdullah Nashih Ulwan, 1999).

16
Dengan demikian diharapkan para remaja mampu menjalin hubungan
yang baik dengan Allah SWT dan mampu menjalin hubungan baik dengan
sesama manusia, yang disebut dengan hablumminallah wa hablumminannas.

17
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka dapatdisimpulkan sebagai berikut:


1. Peran pendidikan remaja islam dalam menghadapi berbagai macam
tantangan dimasa mendatang perlu mematangkan pemahaman pendidikan
ketauhidan, keyakinan atau keimanan kepada Allah SWT dan para remaja
mampu menjalin hubungan yang baik dengan Allah SWT dan mampu
menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, yang disebut dengan
hablumminallah wa hablumminannas.
2. Al- Qur’an menerangkan dalam surat At-Taubah ayat 122 yang artinya “
Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medanperang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya.
B. Saran
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal pokok yang harus diperhatikan
dan dilaksanakan. Oleh karena itu penulis memberikan saran kepada para
pendidik, orang tua, guru dan pendidik yang ada dalam lingkungan
masyarakat, agar selalu menjalin hubungan yang harmonis denganremaja.
selalumemperhatikan dan mengarahkan berbagai macambentuk kegiatan
remaja, memberikan gambaran positif pada setiap aktivitas remaja serta
memberikan teladan yang baik.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Erikson, E. H. (2010). Childhood and Society (H. H. Setiajid, Ed.)
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2. Santrock, J. W. (2010). Remaja (Edisi Kesebelas). Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Papalia, Diane. E, Olds, & Feldman, R. D. (2009) Human Development
Perkembangan manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
4. Marcia, J.E. & Archer, S.L. (1993). Identity Status in Late Adolescents:
Scoring Criteria. Dalam Marcia, J.E., dkk. (Penyunting), Ego Identity: A
Handbook for Psychosocial Research (hlm. 205-240). New York: Springer-
Verlag.
5. RamaYulis dan Samsul Nizar. (2009), FilsafatPendidikanIslam.Jakarta:
Kalam Mulia.
6. HamzahYa’kub. (1985), etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah,
Sesuatu Pengantar, Bandung: Diponegoro. Cet.Ke6, hal, 12
7. Departemen Agama. (2000) Al-qur’an dan Terjemahan. Semarang: Toha
Putra.
8. Abdul Rosyad Saleh. (1971), Manajemen Dakwah Islamiyah, Jakarta: Bulan
Bintang.
9. Mahfudh Salahuddin. (1990), Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Al- ikhlas, hal.8
10. Muhammad Athiyah Al- Abrasyi. (2005), Dasar - dasar Pokok Pendidikan
Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
11. Mansur. (2004), Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, Yogyakarta: Mitra
Pustaka Utama. hal. 129.
12. Abdullah Nashih Ulwan. (2004) Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta:
Pustaka Amani. Hal. 281.
13. Ahmad d. marimba. (1980), Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: PT. Al-Ma’rif. hal.45-46

19
14. Fathiyah Hasan sulaiman. (1986), Sistem Pendidikan Islam versi Al-Ghazali,
ahli Bahasa Drs.Fathurrahman May dan Drs.Syamsuddin asyarafi, Bandung:
PT. Al- Ma’rif.hal. 25-26.
15. LexyJ.Moleong. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
16. Kartini Kartono. (1984), Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta:
Rajawali, hal. 28
17. Zakiah Drajat. (1996), Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, hal. 108
18. Jalaludin Rahmad. (1993), Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
19. Abdullah Nashih Ulwan. (2002), Pendidikan Anak dalam Islam 1.
Jakarta: Pustaka Amami. Hal. 165
20. Ahmad Tafsir. (1991), Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam,
Bandung: Remaja Rosda Karya, hal. 158.

20
LAMPIRAN

BIODATA PENELITI
Biodata Ketua Kelompok
Nama : Eva Laily Salsabila
Tempat dan Tanggal Lahir : Gresik, 14 Juli 2002
Alamat email : evasalsabilaa@gmail.com
No. HP : 081358067892
Pengalaman Organisasi : Ketua koordinator bidang pendidikan OSIM
MTS (2015-2016) Ketua Pendidikan OSIM
MA (2018-2019) Pembina Ekstra Kulikuler
Bidang MFQ (2020-2021).
Bendahara Organisasi Ponpes Al Munawaroh
Jombang (2020-2021).

Biodata Anggota Kelompok 1

Nama : Salman Hasan Anshori


Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 17 November 2001
Alamat email : salmanhasan17112001@gmail.com
No. HP : 087781657476
Pengalaman Organisasi : Wakil ketua OSIM MA Al Munawaroh
Jombang (2018-2019)

Biodata Dosen Pembimbing

Nama dan Gelar : M. Anwar Mas’adi, MA.


Tempat dan Tanggal Lahir :
Alamat email :
No. HP : 085755962190
Pekerjaan : Dosen BSA UIN MALIKI Malang

21

Anda mungkin juga menyukai