Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

POTENSI EKSKLUSIVITAS BERAGAMA PADA GENERASI MUDA

Dosen Pengampu:

M. Rohiq, S.S, M.A

Disusun Oleh:

Peni Syahrani (C1A023085)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatulahi wabarokatuh

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat

rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini, saya mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga

makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat untuk

pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Wassalaikumsalam warohmatulahi wabarokatuh

Jambi , 05 Desember 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................4
BAB III......................................................................................................................6
A. Kesimpulan......................................................................................................7
B. Penutup.............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Generasi muda atau remaja merupakan generasi penerus yang akan

melanjutkan perjuangan bangsa. Oleh karena itu, masa depan suatu bangsa

berada ditangan generasi muda. Dengan kata lain, apabila generasi mudanya

baik, maka suatu negara akan maju dan berkembang dan sebaliknya jika

generasi mudanya buruk, maka negara pun akan mundur dan

hancur.Generasi muda adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju

dewasa, dimana dalam dunia mereka sedang dirundung oleh rasa ego yang

sangat tinggi yang sangat membutuhkan arahan dan bimbingan. Generasi

muda atau remaja yang memiliki rasa ingin tahu tidak cukup hanya

diberikan siraman rohani yang isinya sejumlah doktrin agama yang harus

ditelan mentah-mentah, melainkan doktrin agama ini harus ditelaah lebih

dalam sehingga generasi muda benar-benar telah mengetahui mengapa

mereka harus memilih Islam sebagai pedoman hidupnya.

Revolusi industri 4.0 ini banyak remaja yang sikap keberagamaanya

sangat memprihatinkan, terutama dalam masalah karakter islami. Banyak

remaja yang masih bersekolah terlibat dalam tindakan kriminal, seperti

1
tawuran, minuman keras, perokok, narkoba, pakaian seksi atau kenakalan

lainnya. Melihat fenomena kenakalan remaja tersebut maka remaja harus

memiliki ilmu agama, khususnya tentang karakter islami dan budi pekerti,

sehingga dengan pengetahuan agama tersebut remaja dapat memiliki

karakter yang baik sesuai dengan norma yang berlaku dan memiliki karakter

islami yaitu tindakan moral atau perbuatan, akhlak, tingkah laku yang

berdasarkan dengan aturan agama Islam, sehingga penanaman karakter

keislaman dapat terbentuk dari suatu tindakan atau perbuatan yang sesuai

dengan nilai-nilai Islam.

Karakter berasal dari bahasa latin “kharaker”, “kharassein”, “kharax”,

dalam bahasa inggris: character dan Indonesia “karakter”, Yunani Character,

dari Charrasein yang berarti membuat tajam.Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia,4 karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan,

akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Sementara dalam Kamus Sosiologi,5 karakter diartikan dari ciri khusus dari

struktur dasar kepribadian seseorang (karakter; watak). Griek, seperti yang

dikutip Zubaedi mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai

panduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi

tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.

B. Rumusan Masalah
2
1. Bagaimana potensi eksklusivitas beragama pada generasi muda?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami potensi eksklusivitas beragama pada

generasi muda

3
BAB II

PEMBAHASAN

Mayoritas generasi muda Indonesia memiliki sikap positif yang kuat

terhadap toleransi, nasionalisme, dan keberagaman, bahkan tentang kepemimpinan

perempuan. Masa depan Indonesia yang bineka pun dinilai menjanjikan. Namun,

di tengah kabar gembira ini terselip tantangan untuk membantu generasi muda

yang dapat menerima kebebasan beragama. Survei INFID dan Lembaga

Demografi Universitas Indonesia (UI) tentang Sikap dan Pandangan Generasi Z

dan Milenial di Indonesia terhadap Toleransi, Kebinekaan, dan Kebebasan

menemukan, meski generasi muda saat ini memiliki sikap positif pada toleransi,

masih ada indikasi intoleransi dan kecenderungan sikap negatif terhadap kebebasan

beragama.

”Dalam ranah beragama yang lebih khusus, ada indikasi eksklusivitas dalam

beragama dan berinteraksi dengan orang-orang yang beragama lain,”

melibatkan masyarakat kelompok umur 18-24 tahun (generasi Z) dan 25-40 tahun

(generasi milenial). Mereka mewakili 218 juta penduduk atau 81 persen dari

populasi berdasarkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik Tahun 2020.

Meski demikian, generasi tersebut tetap punya kecenderungan eksklusivitas

agama, termasuk ketika berinteraksi dengan orang-orang lain agama. Setengah dari
4
responden, misalnya, masih menolak pernikahan berbeda agama. Mereka juga

masih mendukung peraturan berpakaian di sekolah yang sejalan dengan agama

mayoritas di daerah itu, juga pembangunan rumah ibadah kelompok minoritas

dilakukan dengan persetujuan kelompok mayoritas.

Belum banyak yang tertarik untuk mencari informasi tentang agama selain

agama yang dianutSementara itu, Abdul Waidl dari INFID mengatakan, dari

temuan ini pihaknya meminta agar sumber daya pendidikan untuk pemimpin dan

aktor agama serta pemuda harus dipetakan untuk diberdayakan dan dimanfaatkan

untuk promosi toleransi, kebebasan beragama, dan menghargai perbedaan. Selain

itu, pengetahuan tentang orang dan kelompok lain harus dipromosikan di dalam

lembaga-lembaga keagamaan untuk meningkatkan pemahaman, toleransi, dan rasa

hormat terhadap agama dan kepercayaan lain, serta memastikan identitas agama

tidak menjadi sumber perpecahan dan ketegangan dan kekerasan agama di

Indonesia.

Cara Gaul

Feminis Muslimah dan Peneliti Jaringan Gusdurian Kalis Mardiasih mengatakan,

di satu sisi ada kabar baik tentang generasi muda Indonesia yang memiliki sikap

positif toleran dan nasionalisme. Namun, ketika menanggapi isu dan berita sensitif

terkait agama tertentu, jawaban anak-anak muda ini terkadang tidak terduga.

5
”Intoleransi dan ekstremisme itu invisible atau tidak kelihatan. Apalagi sekarang

kelompok yang meyakini ekstremisme itu mulai menyebarkan konten dengan cara

yang ’gaul’. Menyasar anak SMP dan SMA, lewat grup telegram atau Instagram,

semisal pesan berjihat untuk belajar menjadi teroris sambil ber-selfie,” kata Kalis.

Menurut Kalis, kini akun yang memproduksi pengetahuan ekstremisme mulai tidak

lagi memakai nama islami serta ilustrasinya juga yang sesuai anak muda. Sosok

yang ditampilkan tidak lagi berpakaian dengan simbol agama, tapi sudah berkaus

dan jins. Akan tetapi, dalam pesannya tetap menyampaikan ideologi agama yang

mendukung kekerasan.

Direktur Eksekutif AMAN Indonesia Dwi Rubiyanti Khofifah mengatakan,

perspektif generasi muda Indonesia yang sudah bagus ini harus dijaga agar tidak

mudah digoyahkan dengan intoleransi maupun ekstremisme. Untuk itu, mereka

butuh dikuatkan kemampuan berpikir kritis

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Generasi muda atau remaja merupakan generasi penerus yang akan

melanjutkan perjuangan bangsa. Oleh karena itu, masa depan suatu bangsa

berada ditangan generasi muda. Dengan kata lain, apabila generasi mudanya

baik, maka suatu negara akan maju dan berkembang dan sebaliknya jika

generasi mudanya buruk, maka negara pun akan mundur dan hancur.

Generasi muda adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa,

dimana dalam dunia mereka sedang dirundung oleh rasa ego yang sangat

tinggi yang sangat membutuhkan arahan dan bimbingan. Mayoritas generasi

muda Indonesia memiliki sikap positif yang kuat terhadap toleransi,

nasionalisme, dan keberagaman, bahkan tentang kepemimpinan perempuan.

Masa depan Indonesia yang bineka pun dinilai menjanjikan. Namun, di

tengah kabar gembira ini terselip tantangan untuk membantu generasi muda

yang dapat menerima kebebasan beragama.

B. Saran

7
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini masih

banyak kekurangannya, oleh karena itu saya mohon maaf. Dan kami sangat

berharap atas kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

penulisan makalah yang akan datang

8
DAFTAR PUSTAKA

Abror, M. (2020). Moderasi beragama dalam Bingkai Toleransi. RUSYDIAH:

Jurnal Pemikiran Islam, 1(2). https://doi.org/10.35961/rsd.v1i2.174

Banks, James A. (2008). Diversity, Group identity, and Citizenship education in a

Global Age. Educational Researcher, 37(3), 129–139.

Litiloly, A. (2020). Implementasi Kebijakan Penguatan Moderasi Beragama Di

Lingkungan Kementerian Agama Kota Ambon. Jurnal 12 Waiheru, 6(1).

Rifqi, M. (2021). Internalisasi Moderasi Beragama dalam Standar Kompetensi

Kemandirian Peserta Didik. Jurnal Ilimiah Al-Muttaqin, Vo.6(1).

Soedarso, S., Nurif, M., Sutikno, S., & Windiani, W. (2013). Dinamika

Multikultural Masyarakat Kota Surabaya. Jurnal Sosial Humaniora, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai