Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“KARAKTER RELIGIUS”

Disusun Oleh:
1. Ma Ikram Majid (C1F022006)
2. Shavina Trisnawati Putri (C1F022007)
3. Robiatul Jamila (C1F022008)
4. Fauziah Ramadani (C1F022009)
5. Febriani Asti Ananta (C1F022010)

Dosen Pengampu :
DR.H.RAFIQI, M.A.

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat
serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para
sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama
Islam berjudul “KARAKTER RELIGIUS” Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca untuk memperdalam ilmu
agama.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada.
DR. Rafiqi, M.A. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Serta semua pihak
yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa
mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai
pihak. Amiin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................5
1.3. Tujuan Makalah..........................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................6
2.1. Pengertian Tentang Karakter Religius........................................................................................6
2.2. Ciri-Ciri Karakter Religius baik dan buruk.................................................................................7
2.3. Menjadi Insan Berkarakter..........................................................................................................8
2.4. Karakter Religius dan Qurani...................................................................................................11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................15
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................15
3.2..Saran.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................16
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas, ketika moralitas di pinggirkan


dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah masyarakat. Akibatnya, di satu sisi
pendidikan yang telah di jalankan manusia kian terdidik intekektualitasnya.Namun di sisi lain
pendidikan yang di usung semakin menjadikan manusia kehilangan
kemanusiaannya.Maraknya aksi kekerasa, korupsi, pembalap liar, dan sederet gambaran
dekadensi molaritas Antara kehidupan dan pendidikan bagaikan sebuah skema listrik
paralel.Implikasinya, jika masyarakat menghendaki tersedianya kehidupan yang sejahtera, isi
dan peroses pendidikan harus di arahkan pada pemenuhan tersebut.Pendidikan karakter
merupakan program pendidikan yang harus diimplementasikan kedalam pendidikan nasional.
Dengan adanya penerapan pendidikan karakter ini dapat tercapainya tujuan pendidikan
nasional untuk menjadikan pesertadidik menjadi manusia yang, beriman , bertakwa, mulia,
kreatif cakap yang lainya. Universitas atau tempat belajar lainya merupakan pendidikan
setelah keluarga, karena secara teratur ataupun rencana dapat melaksanakan pendidikan
dengan baik, dari hal tersebut peserta didik akan mendapatkan pendidikan, baik ketika
peserta didik sudah lebih fokus terhadap pendidikan yang ada di pendidikan.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan
manusia.Pendidikan sebagai Salah satu kebutuhan fungsi sosial, pencerahan, bimbingan,
saran pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin
hidup.Sikap religus dapat di pahami sebagai suatu tiindakan yang disadari oleh dasar
kepercayaan terhadap nilai nilai kebenaran yan diyakninya.Sikap religus dalam diri manusia
dapat tercermin dari cara berfikir dan bertindak.sikap regilius merupakan bagian penting dari
kepribadian seorang yang dapat dijadikan sebagai orientasi moral, internalisasi nilai-nilai
keimanan, serta sebagai entos kerja dalam meningkatkan keterampilan sosial.Globalisasi
sesudah menebus semua penjuru dunia, bahkan sampai daerah terkecil sekalipun, masuk ke
rumah-rumah memborbardir pertahanan moral dan agama, sekuat apapun pertahanan televisi,
internet, koran, handphone, dll sebuah informasi dan komunikasi yang berjalan cepat
menggulung sekat-sekat tradisional yang selama ini di pegang kuat-kuat. Globalisasi
menyediakan seluruh fasilitas yang di butuhkan manusia, negatif maupun positif. Banyak
manusia terlena dengsn menuruti seluruh keinginannya apalagi memiliki rezeki melimah dan
lingkungan kondusif .Akhirnya karakter anak bangsa berubah menjadi rapuh , mudah di
terjang ombak, terjerumus dalam tren budaya yang melenakan dan dan tidak memikirkan
akibat yang di timbulkan keberagaman atau religiusitasi seorang di wujudkan dalam berbagai
sisi kehhidupannya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dari Karakter Religius?

2. Apa Saja Ciri-Ciri Karakter Yang Baik Dan Buruk?

3. Bagaimana Menjadi Insan Yang Berkarakter?

4. Bagaimana Karakter Religius Dan Qurani?

1.3. Tujuan Makalah

1. Mendeskripsikan Pengertian Dari Karakter Religius.

2. Memahami Nilai Karakter Religius.

3. Mampu Menerapkan Karakter Religius

4. Untuk Mengetahui Karakter Religius Dan Qurani.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tentang Karakter Religius

Karakter religius merupakan suatu sikap atau perilaku yang melekat pada diri
seseorang sesuai dengan agama yang dianutnya serta mampu bersikap toleran terhadap
penganut agama lain. Karakter ini sangat diperlukan untuk menumbuhkan sikap siswa yang
sesuai dengan ajaran agama. Karakter religius yang sudah tertanam dalam diri siswa dapat
dilihat dari cara berbicaranya dengan bahasa yang sopan, selalu mengucapkan salam apabila
bertemu dengan guru maupun teman sebaya, selalu mengerjakan salat tepat waktu dan lain-
lain.

Penanaman karakter religius sangat dibutuhkan oleh siswa untuk menghadapi


perubahan zaman. Rendahnya sikap religius siswa disekolah dikarenakan banyaknya budaya
asing yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan karakter religius siswa.
Perkembangan zaman pada akhir-akhir ini banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas.
Banyak hal yang tidak pantas dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan norma
agama. Siswa banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya siswa sering berbohong kepada guru, tidak mengerjakan
tugas, dan berkata yang tidak sopan. Perilaku keseharian siswa khususnya di sekolah
berkaitan erat dengan lingkungan. Hal itu tidak akan terwujud apabila siswa dituntut untuk
berperilaku terpuji, sementarakehidupan sekolah terdapat elemen yang tidak baik atau tercela.
Apabila ingin menciptakan siswa yang berkarakter kuat, maka sekolah atau lembaga harus
menjadi lembaga yang berkarakter. Lembaga yang mempunyai visi, misi, dan tujuan yang
jelas mengaplikasikannya merupakan lembaga yang mempunyai karakter yang kuat.

Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan seluruh potensi


yang dimiliki oleh peserta didik sehingga menjadi manusia yang utuh dan sempurna.
Lembaga pendidikan formal (sekolah) merupakan salah satu tempat yang berguna untuk
mendidik dan membimbing siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan serta dapat
membentuk karakter religius siswa. Salah satu upaya dalam penanaman karakter religius
siswa yakni dengan adanya kegiatan Rohani Islam (ROHIS). Rohani Islam adalah organisasi
yang bernuansakan nilai-nilai religius khusus untuk siswa yang beragama islam. Dengan
adanya program penanaman karakter religius seperti, salat dhuha, salat dhuhur berjamaah,
kegiatan literasi agama, salat jumat ataupun kegiatan setiap minggunya. Memungkinkan
untuk merubah karakter religius siswa agar berperilaku terpuji. Keberhasilan pendidikan
siswa tidak terlepas dari peran pendidik. Pendidik mempunyai peran penting dalam
membantu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa.4 Maka dari itu,
seorang pendidik harus mau belajar agar menjadi seorang model yang terbaik bagi siswanya.

Pendidik seharusnya menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik (membimbing,


mengarahkan, mendidik dengan kasih sayang, mengawasi atau menjaga). Timbulnya kasus-
kasus diatas disebabkan oleh pendidik yang kurang menjalankan tugas dan fungsinya secara
maksimal. Jika seorang pendidik memiliki kualitas baik, maka pendidikan pun akan baik
pula. Apabila tindakan para guru dari hari ke hari bertambah baik, maka akan sekaligus
memberikan contoh karakter kepada para siswanya, begitupun sebaliknya.

2.2. Ciri-Ciri Karakter Religius baik dan buruk

Menurut sahlan (2009),nilai –nilai religius yang nampak pada diri seseorang

dapat ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. kejujuran rahasia untuk meraih sukses menurut mereka adalah dengan selalu berkata
jujur.Mereka menyadai, justru ketidak jujuran kepada orang lain akhirnya
mengakibatkan diri merka sendiri kejebak dalam kesulitan yang berlarut-larut.
b. Keadilan,salah satu skill seseorang yang religius adalah mampu bersikap adil kepada
semua pihak,bahkan saat ia terdesak sekalipun .
c. Bermanfaat bagi orang lain ,hal ini merupakan salah satu bentuk sikap religius yang
tampak dari diri sesorang .Sebagai mana sabda Nabi SAW . Sebaik –baik nya
manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain .
d. Rendah hati ,sikap rendah hati merupakan sikap tidak sombong merupakan sikap
tidak sombong mau mendenarkan pendapat orang lain dan tidak melaksanakan
gagasan dan kehendaknya.
e. Bekerja efesian ,mereka mampu memusatkan semua perhatian mereka pada pekerjaan
saat itu,dan begitu juga saat mengerjakan pekerjaan selanjutnya Namun mampu
memutuskan perhatian mereka saat belajar dan bekerja.
f. Visi kedepan,mereka mampu mengajak orang kedalam angan-anganya.Kemudian
mejabarkan begitu terinci ,cara mereka untuk menuju kesana.
g. Disiplin tinggi ,mereka sangatlah disiplin .Kedisipinsn mereka tumbuh dari semangat
penuh gairah dan kesadaran ,bukab berangkat dari keharusan dan terpaksa.
h. Keseimbangan , seseorang yang memili sifat religius sangat menjaga keseimbangan
hidupnya ,khususnya empat aspek inti dalam kehidupanya.

Arti dari berkarakter itu sendiri adalah memiliki karakter atau kepribadian kepribadian itu
sendiri artinya sifat-sifat yang terkandung yang ada di dalam orang tersebut bersifat sifat baik
atau buruk orang tersebut setiap manusia memilikinya.sifat-sifat baik itu sendiri .Namun apa
arti karakter buruk?tentu saja kebalikan dari karakter baik .Karakter buruk yaitu sifat –sifat
yang merugi bagi manusia atau orang lain atau merugikan diri sendiri atau orang lain .Tujuan
lebih baik kalau anda punya semua atau minimal punya beberapa di antaranya.Saya juga
berharap seperti itu karena dengan menjadi manusia berkarakter kita menjadi manusia yang
lebih baik. Artinya juga kita menjadi manusia yang paling di cari sebagai sumber daya
manusia yang siap di kembangkan.

2.3. Menjadi Insan Berkarakter

Karakter sangat dibutuhkan bagi semua orang karena sangat diperlukan dalam
menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan. Karakter sangat berguna untuk
menghadapi segala macam rintangan dalam mengarungi kehidupan. Karakter sangat
menentukan tingkat kemudahan setiap orang dalam menghadapi segala problem kehidupan.
Semakin kuat karakter seseorang akan lebih mudah baginya dalam mencari solusi atas semua
problem yang dialami.

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pengertian karakter adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”.
Sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Untuk memiliki pribadi yang berkarakter ada beberapa sifat yang perlu ditumbuh
kembangkan yaitu: mencintai Tuhan dan semua ciptaannya; bertanggung jawab; berdisiplin;
kemandirian; baik; rendah hati; percaya diri; kreatif dan bekerja keras; kepemimpinan dan
keadilan; toleransi; kedamaian; kesatuan; kejujuran; kearifan; hormat; santun; dermawan;
suka menolong; gotong royong; kerjasama; dan sejenisnya. Sikap seperti peduli, berempati,
kelemahlembutan, rendah hati, optimis adalah merupakan hal untuk menumbuhkembangkan
kepribadian yang bukan hanya dapat mempengaruhi kesehatan jasmani dan ruhani setiap
orang, tetapi juga akan memunculkan kenyamanan, kesenangan dan ketentraman bagi orang
lain dan lingkungan sekitarnya.
Manusia dalam kehidupan sehari-hari, tidak bisa terlepaskan dengan sesama manusia. Hal
tersebut sangat jelas seperti apa yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa manusia itu adalah
zoon politicon, maksudnya manusia adalah makhluk sosial. Sehingga dengan demikian
manusia tidak bisa melepaskan diri dari hubungan interpersonal antara sesamanya, termasuk
lingkungannya. Oleh karenanya Islam pun mengajarkan bahwa, “Khairukum anfa’uhum
linnaas,” sebaik-baik orang adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya. Bermanfaat
dalam arti mereka mampu berkarakter, memiliki sopan-santun kepada siapa saja dan bisa
memberi bantuan bilamana dibutuhkan. Bukankah penguat karakter yang utama adalah
seberapa besar tingkat kemampuan setiap orang dalam menjalankan amanah, dan
kesanggupan berkomitmen untuk selalu berperilaku jujur demi kemuliaan. Jadi kata kuncinya
adalah “berkarakter” pastikan bisa menjadi individu yang berkarakter unggul atau baik.
Jadilah orang yang selalu berusaha melakukan hal terbaik demi Tuhan Yang Maha Esa, dan
terhadap diri sendiri, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia dengan
memaksimalkan dan mengoptimalkan seluruh potensi terbaik yang dimiliki. (La Odi
Mandong).

Tujuan membangun insan kuat adalah menciptakan generasi yang kuat, yang mecintai
budayanya sendiri tidak mengikuti budaya asing serta dapat membangun bangsa dari
kepurukan yang diciptakan oleh para generasi sebelumnya. Inilah 13 nilai- nilai yang harus di
kembangkan dalam penanaman insan kuat dan cara menanamkan nilai tersebut pada anak
usia dini :

1. Nilai religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain. Cara menanamkannya yaitu guru bisa membiasakan
anak untuk berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan. Membiasakan anak
untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya.
2. Nilai jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Cara
menanamkannya yaitu dengan melalui kegiatan kesehariannya dan sebagai suatu
kebiasaan dengan menghargai milik orang lain dan dapat membedakan milik pribadi
dan orang lain. Misalnya membiasakannya meminta izin ketika meminjam mainan
temannya kemudian mengembalikannya dan selalu mengucapkan terimakasih dan
bisa juga dengan memberikan cerita pada anak kemudian berdiskusi terkait nilai-nilai
yang terkandung dalam cerita tersebut.
3. Nilai toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Cara
menanamkannnya yaitu melalui kegiatan permainan kooperatif, permainan kooperatif
atau bermain berkelompok dapat melatih kerjasama pada anak dan dapat melatih
kepemimpinan pada anak.
4. Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Cara menanamkannya yaitu bisa melalui pembiasaan pada
anak untuk membereskan dan mengembalikan mainannya ditempat semula. Dengan
begitu anak dibiasakan hidup tertib dan teratur serta bertanggung jawab dengan
kegiatan yang telah dilakukannya. Nilai kerja yaitu keras perilaku yang menunjukkan
upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Cara menanamkannya yaitu dengan
guru mengajak anak jalan-jalan disekitar sekolah dengan jarak yang tidak terlalu
dekat dan tidak terlalu jauh. Kemampuan untuk menempuh jarak tersebut dapat
mengembangkan semangat anak untuk mencapai suatu tujuan. Guru pun juga harus
memberikan dukungan dan pujian pada anak agar semangat anak tetap terjaga.
5. Nilai mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas. Cara menanamkannya yaitu dengan membiasakan
anak untuk tidak ditunggui orangtua atau pengasuhnya ketika disekolah.
6. Nilai demokratis yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
7. Cara menanamkannya bisa dengan menghargai perbedaan yang terjadi dan pelan-
pelan diarahkan pada pertanggungjawaban yang benar dan sesuai dengan nalar. Guru
membiarkan kreativitas dan imajinasi anak berkembang kemudian guru memberikan
pujian serta anak diminta untuk menjelaskan apa yang sedang dilakukannya sehingga
guru dapat memahami cara berpikir anak.
8. Nilai rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Cara menanamkan sifat kritis pada anak dengan cara mengajak anak meneliti sesuatu
yang ada disekitarnya kemudian berdiskusi sederhana tentang apa yang sudah diteliti.
9. Nilai semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya. Cara menanamkannya pada anak bisa melalui karnaval dengan anak
memakai kostum adat dari berbagai daerah di Indonesia.
10. Nilai cinta tanah air yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
11. Nilai peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang terjadi.

2.4. Karakter Religius dan Qurani

Al-Qur’an dijadikan sebagai alat bedah untuk membedah segala macam permasalahan
yang terjadi kala itu baik di masyarakat maupun permasalahan kepemerintahan. Bahkan Abu
Bakar pernah berkata: “Kalau seandainya aku mencari tali kudaku, niscaya akan kutemukan
dengan Al-Qur’an”. Begitulah, kuatnya pemahaman para sahabat terhadap al-Qur’an
sehingga hidupnya menjadi lebih tertata dengan pedoman al-Qur’an. Namun saat ini, justru
ada sebagian dari umat islam Indonesia yang berpikiran sekuler dan liberal, ia tidak
menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan utama. Pisau bedah yang mereka gunakan adalah
karya-karya ilmuan barat, lalu yang dibedahnya adalah al-Qur’an. Sehingga mereka
memahami isi al-Qur’an berdasarkan pemahaman ilmuwan barat. Sehingga pemahaman ini
menjadi mengakar dan membudaya dalam lembaga-lembaga pendidikan lalu tentunya
memberikan dampak terhadap bangsa dan negara di masa akan datang. Oleh karenanya,
perlu dibangun karakter pendidikan yang berbasis Qur’ani sehingga dapat memberikan
dampak Qurani pula pada karakter anak bangsa di masa akan datang. Karakter pendidikan
yang berbasis agama akan memberikan warna terhadap karakter bangsa yang Qur’ani di masa
akan datang. Rasulullah SAW dan para sahabat kala itu menjadikan al-Qur’an sebagai
pedoman utama dalam menjalani kehidupan. Bahkan ketika Aisyah r.a. ditanya mengenai
akhlak Rasulullah, ia menjawab:“Akhlaq beliau adalah Al Qur’an.” [Hadits diriwayatkan
oleh An Nasai]

Jika kita amati amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dalam Bab 1, pasal 1
ayat 1 disebutkan beberapa kata kunci yang sebenarnya mengarah kepada nilai-nilai agama
seperti ‘spiritual keagamaan’, ‘pengendalian diri’, ‘kepribadian’, ‘kecerdasan’, ‘akhlak
mulia’, ‘masyarakat (sosial)’, yang mana seluruh point ini diajarkan di dalam al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Oleh karena itu, bahwa negara harus memberikan ruang gerak yang luas
kepada pendidikan Agama Islam masuk dalam kurikulum disekolah-sekolah maupun
perguruan tinggi umum. Karena jumlah anak bangsa yang masuk disekolah umum jauh lebih
besar dari pada pesantren dan atau madrasah.

Karakter bangsa yang qur’ani dilahirkan dari pendidikan yang berkarakter qur’ani
pula. Oleh sebab itu, negara harus memberikan ruang gerak pendidikan agama lebih luas
dalam undang-undang dan kurikulum nasional. Sebab, memang sudah menjadi sebuah fakta
bahwa anak didik di Indonesia lebih banyak menempa pendidikan di pendidikan umum
dibandingkan dengan pendidikan agama seperti pesantren atau madrasah.

Pendidikan karakter telah lama menjadi bagian inti dari sejarah pendidikan itu sendiri.
Pendekatan idealis dalam masyarakat modern memuncak dalam ide tentang kesadaran.
Lahirnya pendidikan karakter bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan
kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang gelombang positivisme oleh
filsuf Prancis Auguste Comte. Foerster menolak gagasan yang merendahkan pengalaman
manusia pada bentuk murni hidup alamiah. Dalam sejarah perkembangannya memang
manusia tunduk pada hukum-hukum alami, namun kebebasan yang dimiliki manusia
memungkinkan manusia untuk menghayati kebebasan dan pertumbuhannya mengatasi
tuntutan fisik dan psikis semata. Manusia tidak semata-mata taat pada aturan yang sifatnya
mengatasi individu, dalam tata aturan nilai-nilai moral. Pedoman nilai merupakan kriteria
yang menentukan kualitas tindakan manusia di dunia. Dinamika pemahaman pendidikan
karakter berproses melalui tiga momen, yaitu historis, reflektif, dan praktis. Momen historis
yaitu usaha merefleksikan pengalaman umat manusia yang bergulat dalam menghidupi
konsep dan praksis pendidikan khususnya dalam jatuh bangun mengembangkan pendidikan
karakter bagi anak didik sesuai dengan konteks zamannya. Momen reflektif, yaitu sebuah
momen yang melalui pemahaman intelektualnya, mencoba melihat persoalan metodologis,
filosofis, dan prinsipil yang berlaku bagi pendidikan karakter. Dan yang terakhir momen
praktis, yaitu dengan bekal pemahaman teoritis-konseptual itu, manusia mencoba
menemukan secara efektif agar proyek pendidikan karakter dapat efektif terlaksana di
lapangan.

Sementara jika dilihat dari paradigma Islam maka pendidikan karakter sebenarnya
adalah bagian dari pendidikan akhlaq akan tetapi ia begitu booming seolah mengalahkan
ketenaran pendidikan akhlaq itu sendiri saat ini. Kita melihat bahwa pendidikan karakter
adalah pendidikan untuk meninggikan marwah bangsa diantara bangsa-bangsa lainnya, akan
tetapi marwah bangsa yang mulia adalah bangsa yang mana masyarakatnya memiliki
keseimbangan kehidupan antara ruhani dan jasmani, dunia dan akhirat tanpa ada
ketimpangan. Pendidikan Barat yang hanya menumpukan pada aspek keterampilan saja saat
ini mulai mengikuti arus spiritual karena produk pendidikan sebelumnya menghilangkan arah
kehidupan yang sebenarnya mereka idam-idamkan. Banyak para orang kaya yang akhirnya
stress berat, para pengusaha kelas atas yang merasa jenuh dengan kehidupannya karena tidak
menemukan kebahagian yang sesungguhnya. Oleh sebab itu Islam menawarkan solusi untuk
keseimbangan kehidupan itu melalui sumber utama yang sempurna yaitu al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah saw, sebab Islam telah membuktikan akan kecermerlangan ‘Madinah al-
Munawwarah’ dengan al-Qur’an dan Sunnah sebagai parameter negara. Oleh sebab itu
pendidikan karakter mesti harus berlandas pada sumber tersebut sehingga bermunculanlah
‘Manusia-manusia Qur’ani’ yang mampu beradaptasi dan berdialog dengan zaman tanpa
menanggalkan identitas ketauhidannya.

Pendidikan diambil dari kata ‘didik’ yang dibubuhi dengan awalan ‘pe’ dan akhiran
‘an’ yang berarti ‘memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran’, sementara pendidikan yaitu ‘proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Disisi lain kontrol masyarakat
terhadap anak didik (anak remaja) sangat lemah. Masyarakat seolah tidak perduli dengan
perilaku-perilaku anak didik yang sangat bertentangan dengan aturan agama, adat dan budaya
yang syar’i. Sementara masyarakat adalah mesin ketiga dalam membentuk jiwa seorang anak
manusia. Oleh karena itu mesin-mesin pembentuk karakter anak manusia ini mesti harus
sehat, tidak rusak dan bersih sebab ia akan dipertanggungjawabkan kepada Allah kelak.
Memang kita menyadari bahwa instalan utama seorang anak adalah di rumah tangga (Ayah
dan Ibu) akan tetapi pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi (Guru dan dosen)
sebagai mesin kedua dan masyarakat sebagai mesin ketiga dalam membentuk jiwa seorang
anak manusia juga sangat menentukan. Disinilah letak fungsi dari pendidikan karakter
Qur’ani dimana mengantarkan orangtua, guru atau dosen dan masyarakat untuk berkarakter
Qur’ani dan sadar tanggung jawabnya terhadap perkembangan karakter anak berkenaan
dengan keterampilan (olah otak) dan qalbu (spiritual). Sebagaimana dalam firman Allah QS.
At-Tahrim:6.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan

Tujuan pendidikan karakter Qur’ani adalah untuk menghasilkan anak didik yang
berkarakter Qur’ani. Untuk menjadikan manusia yang berkarakter maka anak didik mau tidak
mau harus diarahkan sejak dini untuk memahami al-Qur’an dengan mentadabburinya;
membaca, mengkaji, mengamalkan dan mengajarkannya; hal ini juga berlaku sama pada
hadits. Sehingga dengan mentadabburi al-Qur’an dan Sunnah maka diharapkan anak didik
menjadi anak yang berkepribadian sebagaimana pribadi Rasulullah yaitu pribadi Qur’ani.
Pribadi yang menjadi penyelesai permasalahan bukan penambah masalah. Pribadi yang hidup
dan menghidupkan dalam setiap perjalanan zaman. Pribadi yang mulia semulia al-Qur’an.

Tujuan pendidikan dalam kaitannya dengan Karakter Qur’ani adalah usaha untuk
menjadikan anak didik sebagai manusia yang berkarakter Qur’ani dengan hasil yang ingin
dicapai adalah anak didik yang beradab yang mampu beradaptasi dan berdialog dengan
zaman tanpa harus melepaskan identitas ketauhidannya. Sebagaimana Sabda Rasul:
“Mendidik mereka menjadi beradab” (HR. Abu Dawud).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Berdasarankan semua data yang diperoleh bawahannya karakter religius ini sangat
dubutuhkan oleh anak dalam menghadapi perubahan jaman zaman dan degrasi moral,dalam
hal ini kita di harapkan mampu memili dan ketetapan agama.Pembentukan karakter religius
peserta didik mulai metode pembiasaan dianataranya adanya dukungan penuh dari orang tua
peserta didik,dalam mewujudkan budaya reluigius di universita ,fasilitas atau sarana dan
prasarana yang menunjang dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan .Adapun faktor
penghambat dalam pembentuk karakter religius peseta didik diantara nya latar belakang
peserta didik yang beda-beda dari segi pemahaman keagamaan ,serta lingkungan atau
pergaulan peserta didik yang cenderung tidak relevan dengan peroses pembentukan karakter
religius peserta didik.

3.2..Saran

Demikian makalah yang kami buat,semoga dapat bermanfaat bagi


pembacaan .Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan ,silahkan sampaikan
kepada kami .Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memanfaatkan dan
memakluminya ,karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah dan khilaf.
DAFTAR PUSTAKA

Majid, Abdul dan Andayani, Dian “Pendidikan Karakter Prespektif Islam”, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya,2011) hal.11

Megawangi, Ratna. “Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat Untuk Meembangun Bangsa”.
(Jakarta:BP.Migas, 2004).

Jamarudin, Ade. “Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Menurut Al-Quran”.Pekanbaru,


Riau.

Lestari, Meldalia. “Strategi Membentuk Generasi Insan Berkarakter Kuat”. Wordpress.com.


2016.

Resha Hendri Artoguna Dharma. Blogspot.com. “Menjadi Insan yang Berkarakter”. Diakses
pada tanggal 20 September 2020.

Anda mungkin juga menyukai