Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ALIRAN AKHLAK ISLAMI DALAM

KAITANNYA DENGAN STATUS PRIBADI


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Miftakhul Munir, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. Nadiyatul Hanik (23186230027)

2. Noufal Ramadhan S. (23186230028)

3. Wardatul Zahro`ul Mukaromah (23186230030)

4. Moch. Nuris Shobah (23186230042)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PGRI WIRANEGARA

SEPTEMBER, 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Matkul Pengantar Pendidikan ini tepat
pada waktu.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada Dosen pembimbing Bapak


Miftakhul Munir, M.Pd. I yang selalu memberikan dukungan dan
bimbingannya. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi
nilai tugas mata kuliah “Aliran Akhlak Islami Dalam Kaitannya Dengan
Status Pribadi”. Tak hanya itu, kami juga berharap makalah ini bisa
bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.Kami berharap semoga
makalah Matkul Tassawuf ini bisa memberikan informasi dan ilmu yang
bermanfaat bagi kita semua. Kami juga mengucapkan terima kami kepada
para pembaca yang telah membaca makalah ini hingga akhir.

Pasuruan, 25 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ....................................................... ii
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4
2.1 Sumber dan ciri ciri akhlak islami ....................................................... 4
2.2 Akhlak islami sesuai pribadi sebagai hamba allah ............................... 6
2.3 Akhlak islami sesuai pribadi sebagai anak........................................... 7
2.4 Akhlak dalam berprilaku terhadap ayah ibu ........................................ 7
2.5 Akhlak islami yang berhubungan dengan anggota kemasyarakatan/jamaah
.............................................................................................................. 11
2.6 Akhlak seorang Dai/Mubaligh kepada para jamaah nya...................... 15
2.7 Peranan pemimpin dalam menjalankan kewajibannya dengan akhlak
islami .................................................................................................... 16
2.8 Perbedaan antara akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah .............. 17
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19
3.1 Simpulan .............................................................................................. 19
3.2 Saran ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan
proses berfikir dan merenung. Perilaku baik dan terpuji yang berasal dari
sumber jiwa di sebut al-akhlaq al-fadhilah (akhlak baik) dan berbagai perilaku
buruk disebut akhlak al–radhilah (akhlak buruk). Dalam kehidupan sehari –
hari manusia senantiasa melakukan berbagai aktivitas dan perbuatan yang
merupakan perwujudan dari pola pikir manusia itu sendiri. Tindakan manusia
tersebut ada yang bersifat positif dan negatif. Sifat positif tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk akhlakul karimah (sifat – sifat terpuji) dan sifat
negatif berupa akhlakul mazmumah (sifat – sifat tercela).

Melalui perjalanan panjang kisah hidup manusia sudah banyak terbukti


bahwa seorang anak hidup bahagia karena orang tuanya senang dan ridha
kepadanya. Begitu juga sudah banyak terbukti seorang anak hidupnya celaka
dan sengsara karena orang tuanya murka serta melaknatnya.Dalam era
globalisasi ini, banyak dari generasi muda yang kurang memahami tentang
pentingnya memiliki rasa hormat dan patuh. Terutama terhadap kedua orang
tua dan bapak ibu guru di sekolah. Karena selain untuk memberikan
penghargaan kepada orang yang lebih tua, sikap hormat dan patuh perlu
ditanamkan kepada anak sedini mungkin. Agar hal itu menjadi kebiasaan yang
selalu dilakukan ketika mereka sudah beranjak dewasa.

Orang tua adalah figur yang sangat berjasa dalam kehidupan setiap
manusia, yang merawat dari mulai masih di dalam kandungan sampai seorang
anak beranjak dewasa. Karena proses belajar yang pertama dikenal oleh
seorang anak adalah di dalam keluarga. Orang tua juga memberikan kasih
sayang yang luar biasa terhadap anaknya. Jadi sudah selayaknya bila seorang
anak harus memiliki sikap hormat dan patuh terhadap kedua orang tuanya.
Selain sosok kedua orang tua. Figur guru juga sangat berperan dalam

1
membentuk karakter generasi muda. Guru memberikan bekal pendidikan
formal yang tidak diajarkan di dalam lingkungan keluarga. Apalagi untuk
anak yang kedua orang tuanya sama-sama sibuk bekerja.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dari
penulisan ini adalah :
1) Apa saja sumber dan ciri ciri akhlak islami?
2) Bagaimana membentuk akhlak islami sesuai pribadi sebagai hamba
allah?
3) Bagaimana membentuk akhlak islami sesuai pribadi sebagai anak?
4) Kenapa harus memiliki akhlak dalam berprilaku terhadap ayah ibu
5) Siapa yg harus memiliki akhlak islami yang berhubungan dengan
anggota kemasyarakatan/jamaah
6) Akhlak seperti apa yang harus di tunjukkan seorang Dai/Mubaligh
kepada para jamaah nya
7) Bagaimana peranan pemimpin dalam menjalankan kewajibannya
dengan akhlak islami
8) Apa perbedaan antara akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1) Memahami sumber dan ciri ciri akhlak islami
2) Memahami cara membentuk akhlak islami sesuai pribadi sebagai
hamba allah
3) Memahami cara membentuk akhlak islami sesuai pribadi sebagai anak
4) Memahami sebab kenapa harus memiliki akhlak dalam berprilaku
terhadap ayah ibu
5) Memahami siapa yg harus memiliki akhlak islami yang berhubungan
dengan anggota kemasyarakatan/jamaah
6) Memahami Akhlak seperti apa yang harus di tunjukkan seorang
Dai/Mubaligh kepada para jamaah nya

2
7) Memahami bagaimana peranan pemimpin dalam menjalankan
kewajibannya dengan akhlak islami
8) Memahami apa perbedaan antara akhlak mahmudah dan akhlak
mazmumah

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islami


Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat
pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan
dalam tindakan sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan
buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat
dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui,
apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah. Kita telah
mengetahui bahwa akhlak islam adalah merupakan system moral/akhlak yang
berdasarkan islam, yakni bertitik tolak dari akidah yang diwahyukan Allah
pada Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.
Sebagaimana disebutkan terdahulu bahwa secara umum
akhlak/moral terbagi atas moral yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan
dan kehidupan akhirat dan kedua moral yang sama sekali tidak berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, moral ini timbul dari sumber-sumber sekuler.
Akhlak islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan
kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada
agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar/sumber pokok dari pada akhlak
islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits yang merupakan sumber utama dari
agama islam itu sendiri. Dinyatakan dalam sebuah hadits Nabi yang artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata bahwa Rasulullah Bersabda: Telah
kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang
kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah
Rasul-Nya”. Sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi
setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Ciri-Ciri Akhlak Islam


Akhlak Islam merupakan yang bersifat mengarahkan, membimbing,
mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit
sosial dari jiwa dan mental dan adapun tujuan berakhlak yang baik itu untuk

4
mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat. Akhlak Islam mempunyai ciri-
ciri khusus yang membedakannya dengan yang lain. Adapun ciri khusus
akhlak Islamiyah ada 6, yaitu :1
1.) Kebijakan yang mutlak
Islam menjamin kebijakan yang mutlak karena islam menjamin
kebaikan yang murni dan luhur untuk perorang ataupun baik untuk
masyarakat pada setiap keadaan, waktu bagaimanapun. Namun juga bisa
sebaliknya akhlak (etika) yang diciptakan manusia, tidak bisa menjamin
kebijakan dan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri.
2.) Kebaikan yang menyeluruh
Akhlak Islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia.
Baik segala jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan
tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia
diluar kemampuannya. Islam menciptakan akhlak mulia, sehingga dapat
dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat.
3.) Kemantapan
Akhlak Islamiyah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada
setiap diri manusia yang bersifat tetap, sebab yang menciptakan Tuhan yang
bijaksana. Akan tetapi akhlak/etika ciptaan manusia bersifatnya berubah-
ubah dan tidak selalu sama susai kepentingan masyarakat dalam suatu
bangsa.
4.) Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak yang bersumber dari agama islam wajib ditaati manusia.
Sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir dan batin
keadaan suka dan duka, sebagai perilaku untuk berbuat kebaikan yang
diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut akan
siksaan Allah SWT.
5.) Pengawasan yang menyeluruh
Agama Islam adalah pengawasan hati nurani dan akal yang sehat,
islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam
menetapkan beberapa usaha. Akhlak Islam maka mengarah kepada status

1
Drs, Muhamad Zain Yusuf,Akhlak Tasawuf,Semarang : Al Husna, hlm. 49-52

5
pribadi yang berada pada kelompok sosial yang beraneka ragam. Adapun
akhlak islam yang mengatur dan membatasi kedudukan (status) pribadi
yaitu:2 Hamba Allah, Anak, Ayah/Ibu, Anggota Masyarakat, Jama’ah,
Da’i/Muballigh dan Pemimpin.

2.2 Akhlak Islami Dalam Kaitannya Dengan Status Pribadi


Dalam Akhlak Islam mengarahkan manusia itu kepada status pribadi
yang beraneka ragam. Fungsi, peran dan bagaimana mestinya berperilaku
pada posisinya (kedudukan) dalam kelompok sosial tersebut, dengan adanya
akhlak islamiyah. Oleh karena itu yang menjadi batasan kedudukan (status)
pribadi dalam akhlak islami adalah :
• Pribadi Sebagai Hamba Allah SWT
Manusia sebagai bagian terkecil dari ciptaan-Nya yang diberi
kelebihan berupa akal pikiran dibandingkan dengan makhluk yang
lainnya. Semua kenikmatan yang diberikan bukan berarti Sang Pencipta
mempunyai maksud kepada manusia supaya membalas dengan sesuatu
itu tidak, tetapi Allah SWT. Memerintahkan manusia agar senantiasa
beribadah kepada-Nya. Hubungan manusia dengan Allah SWT adalah
hubungan makhluk dengan Khaliknya. Dalam sesuatu hal manusia
memiliki ketergantungan, karena hidup manusia selalu mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan yang menjadi tumpuan serta
pokok ketergantungan yaitu ketergantungan kepada yang Maha Kuasa,
Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Yang Maha Sempurna ialah
Allah SWT, Allah SWT yang Maha Kuasa.”. Secara moral manusiawi,
manusia mempunyai kewajiban manusia kepada Allah sebagai
Khaliknya, yang telah memberikan kenikmatan yang tak terhitung
jumlahnya. Pada garis besarnya kewajiban manusia kapada Allah
menurut hadist Nabi, yang diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal
bahwa Nabi SAW yaitu ada dua yakni :3

2
Drs. H. A. Mustofa,Akhlak Tasawuf, Bandung : CV PUSTAKA SETIA, hlm. 153.
3
Drs. H. A. Mustofa,Akhlak Tasawuf, Bandung : CV PUSTAKA SETIA, hlm. 168

6
1. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatu
apapun.
2. Beribadah kepada-Nya.

Dalam Al-Quranul Karim kewajiban manusia ini diformulasikan


dengan yaitu: 1. Iman yakni dijelaskan pada surat Q.S Al-Bayyinah: 7-8.
Yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi
Tuhan mereka ialah surga ´Adn yang mengalir di bawahnya sungai sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang
yang takut kepada Tuhannya.” 10 2. Amal Saleh yakni dijelaskan pada surat
Q.S Ali Imron: 102, dan Q.S AlBaqarah: 177. Quraish Shihab “ Pintu neraka
akan terbuka bagi kalian, jika kalian tidak memiliki kesadaran akan kehadiran
Tuhan. Oleh karena itu, wahai orang-orang yang beriman, takutilah Allah
dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tetaplah dalam keislaman sampai kalian menghadap Allah kelak”

2.3 Akhlak islami pribadi Sebagai Anak


Ketika nabi Ibrahim masih kecil, berdialog kepada ayahnya tentang
Tuhan.Dan kesimpulannya bahwa Tuhan telah member petunjuk kepada
manusia bahwa memperTuhan benda adalah sangat keliru.
Dalam dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam
mendidik akhlak anak, bisa jadi dunia anak akan tidak mengenal akhlak
yang lebih lanjut anak dapat melakukan perbuatan yang abnormal
kriminalitas dan lain sebagainya. Maka model mendidik akhlak anak, tidak
langsung berkata itu baik atau itu buruk, apabila seorang anak baru saja
belajar membaca, menurut kita itu jelek/buruk namun kita tidak langsung
berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi
kita beri semangat dan dorongan yang dapat memacu dan bergiatnya si anak.

2.4 Akhlak Pada Ayah Dan Ibu

7
Ibu dan Ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya
kepada anaknya, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu
dengan ayah dari mulai mengandung sampai dewasa, dan sebagaimana
perasaan ibu dan ayah terhadap putranya maka secara perbandingan
sangat benar lebih besar berat tugas ibu dari pada ayah. Walaupun tidak
berarti ayah tidak dimuliakan melainkan hendaknya mendahulukan ibu
daripada ayah dalam memuliakan orang tua. Betapa besar tanggung jawab
seorang ibu waktu malam kurang tidur waktu siang kurang istirahat
karena melayani anaknya.
Betapa berat tanggungan seorang ibu dikala mengandung dan
demikian pula kalau sudah dating waktunya melahirkan.Dengan
mengerahkan seluruh perhatian, jiwa raga dan tenaga si ibu melahirkan
jabang bayinya dengan harap-harap cemas.Berharap agar si bayi yang
dilahirkannya sehat dan sempurna keadaannya sebagai manusia sempurna
anggota badannya, seperti susunan jasmaninya dan tumbuh dalam keadaan
yang wajar baik jasmani maupun rohaninya. Cemas kalau-kalau jabang
bayinya tidak normal baik jasmani dan rohaninya atau ada gangguan-
ganguan yang tidak diinginkannya. Di samping itu derita jasmani si ibu
menahan dikala melahirkan jabang bayinya tersebut.
Setelah jabang bayinya lahir, betapa kasih saying si ibu kepada
anaknya, seakan-akan segala yang ada pada si ibu adalah untuk
anaknya.Jiwa, raga perhatian, kasih sayang semuanya ditumpahkan untuk
si jabang bayi itu, agar si bayi selamat sentosa dalam pertumbuhannya
menjadi manusia yang baik. Kata sanjung dan manjaan, kata timang yang
mengandung doa dan harapan meluncur dicurahkan untuk si bayi, semoga
kelak menjadi manusia yang ideal.
Mengapa demikian besar kasih sayang ibu kepada
anaknya.Padahal sewaktu belum mengandung seakan belum mau
mempunyai anak.Atau karena anaknya sudah dua tiga ingin tidak ada yang
keempat. Tetapi karena dikarunia Tuhan anak yang selanjutnya kasih
saying ibu tidak ada bedanya antar kepada yang pertama yang kedua dan
seterusnya

8
Dari mana datangnya cinta kasih sayang kepada putranya, padahal
tiada pamrih. Lain dengan cinta seorang kekasih kepada pacarnya, yang
kalau kasihnya tiada terbalas bias berbalik menjadi benci. Tetapi kasih ibu
bagaimanapun tiada akan berubah dan hilang, walaupun si anak tiada
membalas kasih dan cinta ibu. Memang itu karena Hidayah, anugerah dari
pada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Hidayah itu tersebut
insting atau naluri, dalam ilmu agama disebut Hidayah-ghariziyyah.
Beberapa perkara yang harus di perhatikan dan dilaksanakan oleh
seorang anak kepada Orang tua yakni:
a. Berbuat Baik kepada Ibu dan Ayah, Walaupun keduanya zalim
Seorang anak menurut ajaran islam diwajibkan berbuat baik
kepada ibu dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya
jangan sampai seorang anak sampai menyinggung perasaan orang
tuanya, walaupun seandainya orang tuanya berbuat zalim kepada
anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan
sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas atau
mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya. Allah tidak
meridhoinya sehingga orang tua itu meridhoinya.
b. Berkata Halus dan mulia kepada Ibu dan Ayah
Kewajiban anak kepada orang tuanya berbicara menurut
ajaran islam harus berbicara sopan, lemah lembut dan
mempergunakan kata-kata mulia hal ini dituturkan dalam Firman
Allah surah Al-Isra: 23-24 yang Artinya: “Dan Tuhan telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-Nya
dan hendaknya kamu berbuat baik kepada ibu bapak kamu dengan
seabaik-baiknya. Jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya
samapi berumur lanjut dalam pemeliharaan kamu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan
janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
dengan penuh kesayangan dan ucapakan doa:Wahai Tuhanku,
kasihanilah mereka kedua, sebagaimana mereka berdua telah

9
mendidik aku di waktu kecil.” (QS.Al-Isra: 23-24)

Dari ayat-ayat tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa


sewajarnya seorang anak untuk berbuat baik kepada orang tua baik
berbicara dan yang lain- lain. Dengan cara tidak menyinggung
perasaan orang tua dan tidak berkata kasar kepada mereka.
c. Berbuat baik kepada Ibu dan atau Ayah yang sudah meninggal dunia
Apabila ibu dan ayah masih hidup, si anak berkewajiban
berbuat baik, dan itu mudah dilakukan dengan berbagai macam cara,
baik yang bersifat moaral, maupun yang bersifat material.

Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ayah dan atau ibunya
yang sudah tiada. Hal ini agama islam mengajarkan supaya seorang anak:
a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan memintakan ampun
kepada Allah dari segala dosa orang tua kita. Doa yang sering di amalkan
َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربَّ َيانِى‬
yakni: ‫ص ِغي ًْرا‬ ْ ‫ى َو‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغف ِْر‬
َّ َ‫لى َول َِوا ِلد‬
b. Menepati janji kedua ibu bapak, Kalau sewaktu hidup orang tua
mempunyai janji kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha
menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau akan naik haji,
yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya untuk
menunaikan haji untuk orang tuanya tersebut. Dan hal ini diperbolehkan
menurut hadits riwayat Al-Bukhari dari Ibnu Abbas:
‫ت ا َِّن ت َ َح َّج فَلَ ْم‬ ْ َ‫سلَّ ِم فَقَال‬
ْ ‫ ا َِّن ا ُ ِ ِّمى نَذَ ْر‬: ‫ت‬ َ ‫علَي ِه َو‬ َ ِ‫صلَى هللا‬َ ‫ت اِلَى النَّبِى‬ ْ ‫امرأَة ً مِ ْن ُج َه ْينَةَ َجا َء‬
َ ‫ا َ َّن‬
‫ت قَا‬ ِ ‫علَى ا ُ ِ ِّمكَ دَي ٌْن ا َ َك ْن‬َ َ‫ت لَو َكان‬ ِ ‫ع ْن َها أ َ َرأ َ ْي‬ َ ‫َت أَفَأ َ ُح َّج‬
َ ‫ ُح ِجِّى‬, ‫ نَعَ ْم‬: ‫ع ْن َها؟ قَا َل‬ ْ ‫ى َما ت‬َّ ‫ت َ َح َّج َحت‬
}‫ضيَهُ ؟ ا ُ ْقضُوا هللاَ فاهللُ ا َ َح َّق بِ ْال َو َفاءِ {رواه البخارى‬
ِ
Artinya: “Bahwa seorang perempuan dari Juhainah dating kepada Nabi
Saw, ia bertanya kepada Rasullah: Bahwasannya ibu saya telah bernazar
untuk berhaji, tapi ia tidak haji sampai meninggal dunia. Apakah boleh
saya menghajikannya? Jawab Rasullah: ya, hajikanlah! Apakah kau tahu,
kalau seandainya ibu mempunyai hutang, apakah engkau
membayarkannya?Bayarkan (tepatilah) kepada Allah, sesungguhnya

10
Allah lebih berhak untuk ditepati!
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Di waktu hidupnya ibu dan
ayah, beliau-beliau mempunyai teman-teman akrab, yang segulung-
segalang orang tua kita dengan temannya.
d. Bersilaturrahmi kepada orang-orang yang mempunyai hubungan
dengan keduaorang tua.

2.5 Akhlak kepada Anggota Masyarakat/ Jamaah


Pokok utama kerasulan nabi Muhammad Saw adalah
menyempurnakan akhlak yang mulia. Mencakup semua bentuk sikap dan
perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang (masyarakat) yang
bertaqwa. Di samping terpuji berdasarkan norma-norma yang ditetapkan
Allah SWT.
Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung di
atas jalur Al-Quran dan perbuatan nabi Muhammad Saw.Dalam sikap dan
perbuatan.Seperti di dalam Al-Quran surat l-Qalam ayat 4.Dan
sesungguhnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang mulia.
Dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk memlihara
norma-norma (agama) di masyarakat terutama di dalam pergaulan sehari-
hari baik keluarga rumah tangga, kerabat, tetangga dan lingkungan
kemasyarakatan. Tolong-menolong untuk kebaikan dan takwa kepada Allah
adalah perintah Allah, yang dapat ditarik hokum wajib kepada setiap kaum
muslimin dengan cara yang sesuai dengan keadaan objek orang
bersangkutan, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah, ayat 2:
ِ ‫علَى ِاَلثْ ِم َوالعُد َْو‬
}2:‫ان {المائدة‬ َ َّ ‫علَى البِ ِ ِّرى َوالت‬
َ ‫قوى َو ََلتَعَ َاونُ ْوا‬ َ ‫َوتَعَ َاونُوا‬
Artinya:
… dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan
dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran/permusuhan.
Dalam pergaulan yang sesuai dengan norma-norma agama, ada
beberapa yang harus di perhatikan yakni bagaimana cara berbahasa, cara
salam, cara makan dan minum, cara di majles pertemuan, cara minta ijin

11
masuk, cara member ucapan selamat, cara berkelakar atau becanda, cara
menjenguk orang sakit, dan cara taziah. Dan kesemnilan tata cara diatas
akan diterangkan secara terperinci di bawah ini:
a. Tata cara berbahasa
Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintah untuk selalu
berbahasa dengan bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang mudah
dimengerti oleh lawan bicara, sesuai tingkat usia, masyarakat dan tingkat
kedudukannya. Di dalam islam ada peribahasa yang menyatakan bahwa
bahasa menunjukkan taqwa.
b. Tata cara salam
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara member
salam, sebagaimana juga dengan islam. Salam telah menempati kedudukan
sendiri dalam Islam.Lebih istimewa disbanding dengan agama di luar Islam.
Sebagaimana landasan salamdi dalam firman Allah surat An-Nur ayat 27:
yang artinya Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang buka rumahmu sebelum meminta ijin dan member salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar
kamu(selalu) ingat. (QS.An-Nur: 27)
c. Tata cara makan dan minum
Cara memegang sesuatu makanan dan minuman dengan tangan
kanan. Dimulai membasuh sebelum makan, membaca basmallah dan
diakhiri mengucapkan Alhamdulillah.Sikap yang dimiliki oleh orang yang
sedang makan dan minum adalah dengan duduk yang baik.Tanpa bersuara,
tanpa bersandar sambil makan dan minum.Apabila sifatnya undangan bagi
yang mengundang mempersilahkan dengan bahasa yang sopan.Dan bagi
yang diundang dengan menyambut yang baik, mendoakan si pengundang,
mendahulukan orang yang lebih tua, jangan mencaci hidangan yang ada di
depannya, walaupun tak berselera.
Dalam adab minum, tidak boleh menggunakan peralatan dari emas
dan perak, jangan menarik nafas dan menghembuskan kembali ke dalam
cangkir.Apabila menggunakan kendi (dan sejenisnya) tidak boleh melekat
pada mulut di bibir kendi.

12
d. Tata cara di majelis pertemuan
Bagaimana adab kita berada di majles pertemuan? Jawabannya
adalah pertama kali baru masuk member salam, kemudian baru dapat duduk
yang telah disediakan, menyalami teman yang mendahului duduk, jangan
sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang lain. Di samping itu juga
jangan menggunakan bahasa yang dapat menyinggung perasaan teman
duduk. Ketika ingin meninggalkan tempat minta ijin, juga bila ke luar
membaca doa kifaratul majelis.
e. Tata cara minta ijin masuk
Di dalam masyarakat dan Negara ada aturan-atauran tertentu baik
ijin masuknya, waktu maupun prosedurnya bagi setiap orang yang ingin
memasuki kamar, rumah orang lain atau Negara.
Aturan Islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain,
maka paling awal yang dilakukan adalah member salam. Apabila tidak baik
kembali. Di dalam mengetuk pintu dilakukan secara wajar, menyatakan
nama diri. Tidak boleh berdiri tepat di tengah-tengah pintu ketika
dibukakan.Apabila ditolak tidak boleh sedih hati namun harus dikendalikan
dengan hati yang bersih.
f. Tata cara member ucapan selamat
Tujuh (7) rangkaian (munasabah) yang ada dalam islam ketika
mengucapkan salam ucapan salam. Ketujuh rangkaian tersebut antara lain:
a. Dalam rangka acara pernikahan
b. Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
c. Kembalinya seorang musafir (yang berpergaian)
d. Pulangnya seorang dari jihad
e. Sekembalinya dari haji
f. Pada hari raya idul fitri dan idul adha
g. Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti kenaikan
pangkat, mendapat hadiah apa saja yang membuat seseorang merasakan
kebahagiaan.

13
g. Tata cara bercanda
Di dalam ajaran Islam, berkelar atau becanda diperbolehkan.
Namun hal itu bukan berarti bebas, sesuka hati, sehingga tak ingat
norma social. Ada tiga syarat diperbolehkan bercanda yaitu:
a. Tidak boleh berlebih-lebihan sehingga menjadikan lupa
kepada Allah
b. Tidak boleh berkelar sehingga menyakiti baik yang bersifat
jasmaniah dan rohaniah seperti ucapan hinaan.
c. Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor.
d. Tata cara menjenguk orang sakit

Seseorang yang hidup di masyarakat, mau mengunjungi orang sakit


tetangganya (jamaah) adalah suatu tindakan terpuji. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan, dalam kunjungan orang sakit yaitu:
a. Segera mungkin setelah ada orang sakit
b. Mengungkapkan dengan kata-kata yang meringankan beban batinnya
orang yang sakit.
c. Ajarkan doa peringan perih pada bagian tubuh
d. Mendoakan secara khusus bagi si sakit ketika masuk
e. Duduk agak dekat dengan kepala si sakit
f. Mintalah ia mendoakan kita
g. Bila sudah gawat ajari si sakit dengan kalimat tauhid dan bacaan surat
yasin.

h. Tata cara taziah


Taziah dilakukan jamaah (masyarakat) dalam rangka meringankan
beban lahir batin bagi keluarga yang ditimpa musibah.Mka sikap dan
tindakan tersebut bermaksud untuk menentramkan hati mereka. Menurut
ajaran islam, tata cara taziah atara lain:
a. Mengucapkan perkataan yang pernah diucapkan oleh nabi Saw. Dan
para sahabatnya.
b. Member makan keluarga yang terkena musibah

14
c. Menunjukkan rasa belasungkawa
d. Member nasehat yang baik.

2.6 Akhlak DaI / Mubaligh


Telah jelas ujian bagi penyebar agama islam yang paling hebat
adalah para nabi. Kemudian orang-orang saleh, para Dai/ mubaligh yang
menyeri atau mengangguk manusia untuk mentauhidkan Allah dan ikhlas
dalam beribadah.
Dalam mempersiapkan diri yang telah mengikrarkan untuk berjalan
mengikuti manhaj para nabi dalam dakwah, maka para nabi harus
membekali diri dengan akhlakul karimah.Sebab Dai/mubaligh di
masyarakat menjadi suri tauladan secara langsung.Baik perilaku, sikap
perbuatan maupun perkataannya.
Jalan yang harus ditempuh selanjutnya, daI harus berusaha terus
membersihkan jiwa. Segala apa yang mengganjal, menutup dan
tersembunyi di hati nurani, DaI harus berusaha juga menerangi segala
rahasia dirinya. Dan senantiasa mohon petunujuk dan pertolongan dari
Allah.Dengan demikian dirinya menjadi baik atas kuasa Allah SWT.
Para Dai memiliki ilham yang man merupakan martabat yang tinggi
dalam dirinya yang selalu menghubungkan dengan Allah.Di dalam hati DaI
ada bisikan-bisikan yang benar yang berada pada lisannya karena tergisik
dari hati yang bersih.
Menurut Jamludin Kafie, sebagai DaI, pelaksana dakwah harus
memperhatikan prinsip-prinsip kemimpinan yang baik yaitu:
a. Sifat terbuka
b. Berani berkorban
c. Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat
d. Sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajika
e. Mengembangkan sifat-sifat kooperatif, kemusiaan dan sikap-sikap
toleransi, kebijaksanaan dan keadilan social
f. Tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat

15
g. Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
h. Optimis dan tidak putus asa

2.7 Karakter/Akhlak Seorang Pemimpin


Kepemimpinan umat adalah amanah yang tidak dapat dilepaskan dari
prinsip-prinsip akhlak. Padanya terdapat hak dan kewajiban moral yang
timbal balik antara rakyat (umat) dengan pemimpin (penguasa). Faktor moral
atau etika umat menentukan pembinaan kepemimpinan umat. Tugas seorang
pemimpin tidaklah ringan. Tanggung jawab yang ia pikul senantiasa
bernafaskan amanat. Baik amanat dari masyarakat/warga atau negara, bahkan
agama. Agama Islam sangat memperhatikan masalah kepemimpinan.
Menurut Islam semua pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya.
Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas kebahagiaan, kesejahteraan
keluarganya, pemimpin negara/bangsa akan dimintai
pertanggungjawabannya oleh masyarakat dan lain-lain.4
Mengingat besarnya tanggung jawab pemimpin maka perlu
mempunyai kepribadian, sikap, dan karakter yang sesuai dengan
kepemimpinannya. Dia harus memegang teguh kedisiplinan, mempunyai
kewibawaan, penuh sabar dan tawakal dalam menghadapi permasalahan,
lapang dada, mau menerima kritik, berwawasan luas, bijaksana, selalu
mementingkan terhadap kepentingan umum, berorientasi kemasyarakatan,
bertanggung jawab, memiliki akhlakul karimah dan lain-lain.
Seorang pemimpin merupakan panutan dari yang dipimpinnya. Maju
mundurnya suatu kelompok masyarakat banyak ketergantungannya kepada
akhlak pemimpinnya. Seorang pemimpin harus ber-akhlakul karimah seperti
akhlaknya Rasulullah dengan ciri-ciri yaitu: Shiddiq (jujur); Amanah
(terpercaya); Tabligh (menyampaikan); Fathanah (cerdas).

4
Siti Fatimah Siregar, Yudistira Fuady, Muhammad Fadli, Afif Al-Bukhori, Putri Nurhayati
Lubis, Saidatun Nisa Nasution, Riki Wahyudi, Suryadi Matanari, Muhammad Junaidi & Ira
Suryani, Karakter dan Akhlak Pemimpin dalam Perspektif Islam,
https://www.researchgate.net/publication/332271503_Karakter_dan_Akhlak_Pemimpin_dalam_Pe
rspektif_Islam, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 110-116.

16
Contoh lain dapat kita jumpai dari kepemimpinan setelah Rasulullah
SAW yaitu para sahabat sebagai pengganti beliau dengan sebutan “Khulafaur
Rasyidin”, keempat sahabat tersebut telah menjalankan sebuah
kepemimpinan di atas jalan yang rasul tempuh dan mengamalkan wasiat-
wasiat beliau.
Abu Bakar sebagai orang yang berwibawa dan tenang. Orangnya
penuh ramah tamah, cinta sesama dan selalu membenarkan dan menepati
pada rasul yang agung. Umar bin Khatab sebagai pemimpin yang mempunyai
pendapat yang berbobot. Dia adalah orang yang terpercaya terhadap rahasia-
rahasinya. Utsman sebagai pengumpul firman kitab Allah. Dia adalah
seorang pemimpin yang meluruskan akidahnya. Sedangkan Ali bin Abi
Thalib sebagai pemimpin yang pandai menyusun pasukan perang untuk
mengalahkan orang-orang jahat. Ali adalah seorang pemimpin yang mampu
sebagai pewaris ilmunya dan pemelihara janjinya. Demikian itulah sifat-sifat
pribadi sahabat Rasulullah sebagai pemimpin Islam yang besar. Mereka
adalah pemegang amanat yang teguh dan kuat. Mereka benar-benar memiliki
kepribadian yang utuh dan akhlakul karimah yang tinggi.

2.8 Akhlak Mahmudah dan Mazmumah


Ada 2 (dua) penggolongan akhlak secara garis besar yaitu: akhlak
mahmudah (fadilah) dan akhlak mazmumah (qabihah). Di samping istilah
tersebut Imam Al-Ghazali menggunakan juga istilah “munjiyat” untuk akhlak
mahmudah dan “muhlihat” untuk yang mazmumah. Di kalangan ahli tasawuf,
kita mengenal system pembinaan mental, dengan istilah: Takhalli, tahalli dan
tajalli.
Takhalli adalah mengosongkan atau membersihkan jiwa dari sifat-
sifat tercela, karena sifat-sifat tercela itulah yang dapat mengotori jiwa
manusia. Dan tahalli adalah mengisi jiwa ( yang telah kosong dari sifat-sifat
tercela) dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah).
Jadi dalam rangka pembinaan mental, pensucian jiwa hingga dapat
berada dekat dengan Tuhan, maka pertama kali yang dilakukan adalah
pengosongan atau pembersihan jiwa dari sifat-sifat tercela, hingga akhirnya

17
sampailah pada tingkat berikutnya dengan apa yang disebut “tajalli”, yakni
tersikapnya tabir sehingga diperoleh pancaran Nur Ilahi.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah segala
macam sikap dan tingkah laku yang baik (yang terpuji). Sebaliknya segala
macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut dengan akhlak
mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat-sifat
mahmudah yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak
mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah. Oleh karena itu
sebagaimana telah disebutkan terdahulu bahwa sikap dan tingkah laku yang
lahir adalah merupakan cermin/gambaran daripada sifat/kelakuan batin.
Beberapa akhlak mahmudah seperti bersikap setia, jujur, adil, pemaaf,
disenangi, menepati janji, memelihara diri, malu, berani, kuat, sabar, kasih
sayang, murah hati, tolong menolong, damai, persaudaraan, menyambung tali
persaudaraan, menghoranati tamu, merendahkan diri, berbuat baik,
menundukkan diri, berbudi tinggi, memlihara kebersihan badan, cenderung
kepada kebaikan, merasa cukup dengan apa yang ada, tenang, lemah lembut,
bermuka manis, kebaikan, menahan diri dari berlaku maksiat, merendahkan
diri kepada Allah, berjiwa kuat dan lain sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam akhlak mazmumah, antara lain;
egoistis, lacur, kikir, dusta, peminum khamr, khianat, aniaya, pengecut,
aniaya, dosa besar, pemarah, curang, culas, mengumpat, adu domba, menipu,
memperdaya, dengki, sombong, mengingkari nikmat, homosex, ingin dipuji,
ingin didengar kelebihannya, makan riba, berolok-olok, mencuri, mengikuti
hawa nafsu, boros, tergopoh-gopoh, membunuh, penipuan, dusta, berlebih-
lebihan, berbuat kerusakan, dendam, merasa tidak perlu pada yang lain dan
lain sebagainya yang menunjukkan sifat-sifat yang tercela

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan
suatu perbuatan secara spontan tanpa pertimbangan dan proses berfikir
terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. ilmu akhlak adalah suatu ilmu
pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan petunjuk-
petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan
menghindarkan keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika,
moral, kesusilaan dan kesopanan.

Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang


perbuatan-perbuatan manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya..
ilmu akhlak bukanlah tingkah laku manusia melainkan perbuatan yang
dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri yang selalu dilakukannya dan
kemudian mendarah daging dalam diri manusia itu sendiri.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah penulis
kemukakan, hasil penelitian dan kesimpulan yang maka ada beberapa hal
yang ingin penulis sampaikan sebagai bahan masukan dan saran dalam
upaya meningkatkan pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Sebagai
seorang pendidik harus menyadari bahwa dirinya diciptakan hanya untuk
beribadah kepada Allah, termasuk dalam mendidik semata- mata karena
Allah. Dalam mendidik perlu menanamkan niat yang baik bersifat sabar,
syukur, tawakal, muraqabah dan muhasabah serta harus senantiasa tafakur
tentang segala sesuatu yang akan diberikan kepada peserta didik dalam
memperhatikan perkembangan akhlak murid.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ali Murtopo Bahrun, dan Dian Efi Susanti, Akhlak Islam Memiliki Peranan
Penting Dengan Status Pribadi,
https://www.academia.edu/35970918/AKHLAK_ISLAM_MEMILIKI_PER
ANAN_PENTING_DENGAN_STATUS_PRIBADI, Juli - Desember 2017
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung.: CV Pustaka Setia. .2010
Fatimah Siregar Siti, Yudistira Fuady, Muhammad Fadli, Afif Al-Bukhori, Putri
Nurhayati Lubis, Saidatun Nisa Nasution, Riki Wahyudi, Suryadi Matanari,
Muhammad Junaidi & Ira Suryani, Karakter dan Akhlak Pemimpin dalam
Perspektif Islam,
https://www.researchgate.net/publication/332271503_Karakter_dan_Akhlak
_Pemimpin_dalam_Perspektif_Islam, Desember 2018
Muhammad Zain Yusuf, Drs,..Akhlak Tasawuf.Semarang:Al Husna. 1993
Mustofa Drs. H. A..Akhlak Tasawf.Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2010
Nata, Abuddin..Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011
Sahilun A. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini,Bandung: . PT. Al-
Ma’arif. 1980

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai