Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ISLAM DAN BUDAYA MELAYU JAMBI


“Kepribadian Pemimpin Adat Melayu Jambi dan Perspektif
Syara'”

Dosen Pengampu:
Sopriyanto, S.Sy. M.H

DISUSUN OLEH
Kelompok 7:
Nindia Mirwanti :PI.01.222.50087
Sindi Wulan Ndari :PI.01.222.50088
Ratna Puspita :PI.01.222.50037
Robi :PI.01.222.50041

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa
Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat
dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul "Kepribadian Pemimpin Adat
Melayu Jambi dan Perspektif Syara'" terselesaikan dan terimakasih penulis
sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Islam dan Budaya Melayu Jambi,
bapak Sopriyanto, S.Sy. M.H, yang telah mengarahkan dan membimbing
pembuatan makalah yang baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini
dengan senang hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.

Muara Bungo, 10 Desember 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
A. Etika dan Etika Kepemimpinan ................................................................... 3
B. Kepemimpinan Dalam Adat Melayu Jambi ................................................ 6
C. Karakter Pemimpin Berdasarkan Seloko Adat Melayu Jambi .................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
A. Kesimpulan ................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Yang dimaksud dengan kepribadian Melayu, ialah watak orang Melayu yang
nampak pada umumnya (modal personality), terbentuk watak umum itu tidak
terlepas dari tuntutan norma-norma adat istiadat yang terdapat dalam masyarakat
orang Melayu. Tentu saja watak umum dari kepribadian orang Melayu yang
dilukiskan disini adalah watak kepribadian orang Melayu yang ideal dan dianggap
baik dengan tuntutan adat istiadat yang berlaku. Penonjolan adat istiadat bukan
berarti terlalu etnosentris atau bersifat sempit, namun melihat juga watak-watak
yang lemah atau buruk yang terdapat mengerikan, yang sama saja buruknya dengan
watak-watak buruk pada manusia mana pun yang berada dalam kebudayaan mana
pun. Segala yang buruk dan lemah itu tidak perlu dibeberkan di sini, karena hal
yang serupa itu merupakan suatu penyimpangan dan penyakit masyarakat yang
senantiasa ada dan dibenci oleh setiap masyarakat.1
Adat istiadat Melayu yang dimaksud, adalah semua komplek konsep-konsep
serta aturan-aturan yang mantap dan terintegrasi kuat yang terdapat dalam sistem
budaya Orang Melayu yang menata tindakan-tindakan anggota masyarakat dalam
kehidupan sosial dan kebudayaan tersebut. Kepribadian ini tidak terlepas dari cara
orang Melayu melihat dunia sekelilingnya dan melihat dirinya sendiri, serta
kesadaran dihadapan agamanya, kesadaran terhadap kebutuhan hidup sehari-hari,
kesadaran berada di tengah-tengah orang lain dan orang asing, dan sebagainya yang
kesemuanya mencetuskan sikap dan tingkah laku orang Melayu dalam hal
menghormati orang lain yang hidup di tengah-tengah masyarakatnya, yang sesuai
dengan tuntutan adat istiadatnya.
Hal ini perlu diketengahkan karena banyak orang terutama orang yang bukan
orang Melayu yang keliru menilai kepribadian orang Melayu. Kadang-kadang
timbul semacam salah pengertian atau kesengajaan dalam menilai kepribadian
masing-masing. Masalah seperti inilah yang perlu dijelaskan sehingga orang

1
Thamrin, Husni. Antropologi Melayu. (Riau: Kalimedia, 2018). Hal. 127.

1
2

Melayu dinilai secara sinis seperti: Melayu yang berarti lari, sebab orang Melayu
suka mengalah, orang Melayu perajuk, sebab orang Melayu suka menjauhkan diri
apabila tersinggung, Melayu kopi daun, dan sebagainya. Kata-kata ini selalu
dilontarkan orang Belanda (pada jaman penjajahan) untuk menghina orang Melayu.
Demikian halnya dengan sifat yang kurang menyenangkan itu selalu dikenakan
terhadap orang Melayu.2
B. Rumusan masalah.
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ketahui bahwa rumusan masalah
yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu etika dan etika kepemimpinan?
2. Apa itu kepemimpinan dalam adat Melayu Jambi?
3. Apa saja karakter pemimpin berdasarkan seloko adat Melayu
Jambi?
C. Tujuan.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar kita dapat mengetahui tentang etika dan etika kepemimpinan.
2. Agar kita dapat mengetahui apa itu kepemimpinan dalam adat
Melayu Jambi.
3. Agar kita dapat mengetahui karakter pemimpin berdasarkan seloko
adat Melayu Jambi.

2
Ibid, hal 128.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika dan Etika Kepemimpinan.
Istilah etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti “adat istiadat”
atau “kebiasaan". Dalam pengertian ini, etika berkaitan erat dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri
seseorang atau masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Etika juga dimengerti sebagai
refleksi kritis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak dalam
situasi konkret tertentu. Etika adalah filsafat moral, atau ilmu yang
membahas dan mengkaji secara kritis persoalan benar dan salah secara
moral, tentang bagaimana harus bertindak dalam situasi konkret. 3
Etika merupakan dasar yang terpenting dalam suatu pergaulan dan juga
menjadi landasan yang penting bagi sebuah peradaban serta akan menjadi
kesan yang mendalam dan terpatri di dalam diri seseorang. Etika tidak
hanya berlaku di lingkungan keluarga maupun masyarakat, tetapi etika
berlaku juga dalam lingkungan organisasi. Dalam lingkungan organisasi
maupun tempat kerja pun juga seharusnya memiliki Menurut BKN, Konsep
etika berarti ilmu pengetahuan tentang akhlak dan moral. Etika adalah ilmu
tentang tingkah laku manusia, prinsip – prinsip tindakan moral yang benar.
Etika sebagai ilmu yang mencari orientasi sangat yang dipengaruhi oleh
lingkungan, seperti adat istiadat, tradisi, lingkungan sosial, ideologi, agama
negara, yang paling utama dari pengaruh lingkungan keluarga, dan lain
sebagainya. Etika merupakan nilai – nilai hidup dan norma – norma serta
hukum yang mengatur tingkah laku manusia bagaimana dan seperti apa.
Etika suatu refleksi kritis atau studi mengenai perilaku manusia yang
mendasari perilaku faktual, dengan berbagai situasi kondisi dan juga
terhadap suasana, filsafat yang mengenai moralitas dan merupakan ilmu
pengetahuan yang sifatnya normatif dan praktis. Tindakan yang

3
Al Munir. Etika Kepemimpinan Dalam Seloko Adat Melayu Jambi. (Jakarta: Jurnal
Kontekstualita, Vol. 28, No. 2, 2013). Hal. 128.

3
4

memberlakukan aturan etika disebut ‘etik’ dan sifat pelaksanaan tindakan


tersebut ‘etis’. Tata aturan dalam etika disebut norma atau kaidah yang
bersifat baik dan buruknya perbuatan sesuai dengan ukuran dan tingkat
kemajuan kebudayaan dan peradaban masyarakat yang menganut dan
mematuhi norma atau kaidah tertentu. 4
Secara sederhana “pemimpin” bisa didefinisikan sebagai seorang yang
terus menerus membuktikan bahwa ia mampu mempengaruhi sikap dan
tingkah laku orang lain lebih dari kemampuan mereka (orang lain itu)
mempengaruhi dirinya. Kepemimpinan adalah sebuah konsep yang
merangkum berbagai konsep yang merangkum berbagai segi dalam
interakai pengaruh antar pemimpin dengan pengikut dalam mencapau tujuan
bersama. Istilah pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin berasal dari kata
dasar yang sama yaitu “pimpin”. Akan tetapi, masing-masing kata tersebut
digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adlah orang yang sedang
kecakapan dan keterampilan yang dimilikinya yang mampu mempengaruhi
orang lain guna melakukan suatu kegiatan. Kepemimpinan merupakan
kecakapan atau kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar
melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang dicapai. Memimpin adalah
peran seseorang untuk mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Courtois dalam Sutarto mengatakan “Kelompok tanpa seorang pemimpin
seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau, anarki, dan
lain-lain. Sebagian besar umat manusia memerlukan pemimpin bahkan
mereka tidak menghendaki yang lain daripada itu. 5
Di sisi yang lain, etika pemimpin dalam mengelola kekuasaan adalah
satu tuntutan yang mendesak. Kekuasaan seorang pemimpin sangat
tergantung pada keluhuran budinya. Pemimpin harus sepi ing pamrih, yakni
tidak boleh terikat dengan hawa nafsu dan kepentingan -kepentingan
duniawi. Pemimpin harus bersih dari angkara murka agar dapat menjadi

4
Putri, Indah Arista. Hubungan Antara Sikap Kepemimpinan Dengan Etika Organisasi Suatu
Tinjauan. (Riau: Jurnal Stisipol, Vol. 2, No. 1, 2020). Hal. 334.
5
Ibid, hal 335.
5

heneng, hening, hawas, dan héling (diam, jernih, awas dan ingat). Budi
luhur pemimpin kelihatan dalam cara pemimpin dimaksud dalam
menjalankan kepemimpinannya. Sifat hakiki kepemimpinan, cara harus
halus. Kehalusan kepemimpinan merupakan materi keaslian ke pemimpinan
seorang pemimpin. Pemimpin diharapkan dapat mencapai keadaan
sejahtera, adil, dan tentram dalam masyarakat tanpa perlu mempergunakan
caracara kasar. Tanda keselarasan dan keseimbangan yang sempurna adalah
bahwa keadaan dapat dipertahankan tanpa masukan-masukan korektif kasar.
Cita-cita itu terungkap dalam semboyan terkenal sugih tanpa banda, digdaya
tanpa aji, unggul tanpa bala, menang tanpa ngasorake (kaya tanpa benda,
tidak terkalahkan tanpa senjata, unggul tanpa tentara, menang tanpa
merendahkan). Ciri-ciri ini dimiliki pemimpin bila pemimpin dimaksud,
yakni adil tanpa pilih kasih (adil), berbudi/luber budi (murah hati), dan
wicaksana (bijaksana).
Kepemimpinan merupakan kekuatan asprirasional, kekuasaan
semangat, dan kekuatan moral yang kreatif, yang mampu mengubah sikap
bagi anggotanya, sehingga mereka bisa menjadi sekelompok dari orang -
orang yang penting dan menjadi keinginan dari seorang pemimpin . Tingkah
laku dari dari kelompok maupun organisasi yang mampu menjadi searah
dengan kemauan dan aspirasi dari pemimpin yang dipengaruhi oleh
interpersonal terhadap anak buahnya atau anggotanya. Dalam kondisi yang
seperti itu, biasanya terdapat kesukarelaan atau induksi pemenuhan-
kerelaan (compliance induction) bawahan terhadap pemimpin, khususnya
dalam usaha mencapai tujuan bersama, dan pada proses pemecahan masalah
yang harus dihadapi secara bersama. jadi, tidak perlu adanya pemaksaan,
pendesakan, penekanan, intimidasi, ancaman maupun paksaan (coersive
power) tertentu Yang mana dimaksud sebagai bentuk rasa mengikuti apa
yang diinginkan oleh pemimpin dan menjadikan dirinya sebagai
sukarelawan dalam hal melaksanakan pekerjaan. 6

6 Ibid, hal 335.


6

Fungsi kepemimpinan, yaitu fungsi yang dilaksanakan oleh pemimpin


di lingkungan kelompoknya agar secara operasional dapat berhasil dalam
perannya. Seorang pemimpin mempunyai dua faktor yaitu: faktor yang
berkaitan dengan tugasnya seperti pemberian perintah, pemberian saran,
pemecahan masalah dan menawarkan informasi dan pendapat. Sedangkan
fungsi pemeliharaan kelompok/fungsi sosial/menjaga hubungan yang ada
dalam sebuah kelompok (teamwork) yang meliputi semua hal yang
membentuk kelompok dalam melaksanakan tugas operasinya guna
mencapai tujuan dan sasaran. Misal, dalam kelompok terjadi permaslaah,
konflik, ketidakseimngan, maupun ketidakstabilan dan sebagainya, seorang
pemimpin dapat menjalankan tugasnya yaitu seperti memperbaiki atau
menjadi penengah bagi permasalahan yang dihadapi. Jika pemimpin dapat
melakukan dan melaksanakan kedua fungsi tersebut dengan baik maka
pemimpin tersebut adalah pemimpin yang berhasil. 7
Gaya kepemimpinan, yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dalam menghadapi bawahannya. Ada dua macam gaya
kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas dan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada karyawannya.
B. Kepemimpinan Dalam Adat Melayu Jambi.
Kepemimpinan dalam masyarakat adat Melayu Jambi dicerminkan
dalam seloko “berjenjang naik, bertangga turun”. Seorang pemimpin diikuti
dan dipatuhi oleh masyarakat. Pimpinan yang dimaksudkan dalam seloko
ini bersifat umum, yang mengatur cara penghidupan dan kehidupan, baik
dalam lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan bermasyarakat dalam
bentuk organisasi apapun. Untuk mendapatkan pimpinan yang diinginkan,
diadakan pemilihan yang diatur dengan syarat-syarat tertentu. 8
Sekadar sebagai penjelasan tentang sebutan pimpinan dalam
masyarakat hukum adat Melayu Jambi, dapat diuraikan sebagai berikut:

7
Ibid, hal 338.
8
Al Munir. Etika Kepemimpinan Dalam Seloko Adat Melayu Jambi. (Jakarta: Jurnal
Kontekstualita, Vol. 28, No. 2, 2013). Hal. 130.
7

1. Tengganai adalah sebutan bagi saudara laki-laki dari suami atau


isteri.
2. Tuo tengganai adalah para orang tua dari sekumpulan tengganai-
tengganai dari keluarga-keluarga di sebuah kampung, dusun, desa,
atau kelurahan.
3. Nenek mamak merupakan gabungan dari para tuo tengganai dalam
suatu wilayah. Dengan kata lain bahwa nenek mamak adalah
gabungan para tuo tengganai yang terdapat dalam suatu kampung,
dusun, desa, atau kelurahan. Khusus di daerah pesisir Jambi, para
tuo tengganai ini dikenali dengan sebutan “datuk”.
Seloko adat memaparkan beberapa catatan tentang hak dan kewajiban
pemimpin dan orang yang dipimpin sebagai berikut:
1. Anak sekato bapak (anak dipimpin oleh bapaknya).
2. Penakan sekato mamak (keponakan dipimpin oleh mamaknya)
3. Isteri sekato suami (isteri dipimpin oleh suaminya)
4. Rumah sekato tengganai (rumah dipimpin oleh tengganai)
5. Luak sekato penghulu (luak dipimpin oleh penghulu)
6. Kampung sekato tuo (kampung dipimpin oleh tuo tengganai)
7. Negeri sekato batin (negeri atau wilayah dipimpin oleh kepala
batin/pasirah)
8. Rantau sekato jenang (rantau/kabupaten dipimpin oleh
jenang/bupati)
9. Alam sekato rajo (dipimpin oleh raja/sultan)
Kepemimpinan dalam masyarakat memiliki hubungan dengan jenjang/
susunan pemerintahan Kerajaan Jambi (berjenjang naik, bertangga turun).
Jenjang dimaksud adalah sebagai berikut: 9
1. Alam nan barajo
2. Pemerintah bermenteri
3. Rantau nan berjenang

9
Ibid, hal 131.
8

4. Negeri/marga nan berbatin


5. Kampung nan bertuo
6. Luak/dusun nan berpenghulu
7. Rumah nan bertengganai
Sifat-sifat, perangai, atau perilaku yang tidak boleh dimiliki oleh
seorang pemimpin dalam kebudayaan Melayu Jambi adalah sebagai berikut:
1. Burung kecik, ciling mato (orang yang kerjanya hanya mencari
kesalahan orang lain dan menceritakannya kemana-mana).
2. Burung gedang, duo suara (pimpinan atau orang yang dituakan,
nenek mamak atau tengganai lainnya. Di suatu tempat ia
mengatakan tentang ini, namun di tempat lain mengatakan tentang
itu, padahal masalahnya sama, atau lain kata lain perbuatan atau
bermuka dua).
3. Titian galing dalam negeri (orang yang tidak memiliki pendirian,
sering ingkar janji, bila terpojok mengatakan lupa atau khilaf).
4. Cincin tembago bersuaso, terletak di jari kiri, yang biaso hendak
binaso, garis di pinggang ngamuk diri (orang yang dipercaya
membuka rahasia).
5. Pagar makan tanaman (orang yang dipercaya, yang sebenarnya
harus menjaga dan memelihara malahan sebaliknya merusak).
6. Piawang mecah timbo (orang yang seharusnya memelihara malahan
merusak).
7. Teluk pengusuk rantau (nenek mamak di desa membiarkan
persoalan kecil menjadi besar).
8. Orang tua berlaku budak (orang tua tetapi perangainya seperti anak -
anak tidak memiliki rasa malu).
9. Malin tidak sekitab (kaum ulama tidak memiliki pendapat yang
sama).
9

10. Cerdik tidak seandiko (cendikiawan tidak sepaham, akibatnya


merusak). 10
C. Karakter Pemimpin Berdasarkan Seloko Adat Melayu Jambi.
Seorang pemimpin haruslah memiliki moralitas yang baik (berbudi
luhur). Moralitas yang baik ini, menurut Magnis Suseno, 7 di antaranya
ditandai dengan beberapa sifat berikut: ikhlas (sepi ing pamrih), tidak boleh
terikat oleh hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan duniawi; lemah
lembut (halus), adil (adil tanpa pilih kasih), murah hati (luber budi), dan
bijaksana (wicaksana). 11
1. Ikhlas.
Seorang pemimipin harus memiliki keikhlasan dalam
kepemimpinannya. Pemimpin tidak boleh terikat oleh hawa nafsu dan
kepentingan-kepentingan duniawi. Dalam kebudayaan Melayu Jambi,
keikhlasan merupakan suatu sesuatu yang diutamakan. Contohnya,
manakala terjadi peristiwa pembunuhan atau kecelakaan lainnya, maka
keluarga korban diminta keikhlasannya untuk bisa menerima dan
memaafkan, daripada membalas dendam.
a. "Ilang nyawo, beganti nyawo kerbo, pecah mato, beganti mato
kerbo”.
Artinya: Hilang nyawa, diganti dengan kerbau, pecah mata, diganti
dengan mata kerbau.
2. Lemah Lembut.
Sesuai dengan sifat hakiki kepemimpinan sendiri, maka cara
pemakaiannya harus lemah lembut. Seorang pemimpin diharapkan dapat
memimpin tanpa perlu mempergunakan cara-cara kasar, seakan-akan
kepemimpinan semuanya berjalan dengan sendirinya. Tanda keselarasa n
dan keseimbangan yang sempurna adalah bahwa keadaan dapat
dipertahankan tanpa masukan-masukan korektif kasar. Bukan orang yang
suka marah-marah, bicara dengan suara keras dan memukul meja yang

10
Ibid, hal 131.
11
Ibid, hal 131.
10

sebenarnya kuat, melainkan orang yang tenang, beradab dan tidak gelisah
dan bingung.
a. "Tudung manudung bak daun sirih, jahit menjahit bak daun pete,
taub menaub bak benak ketam”.
Artinya: Tutup menutup seperti daun sirih, jahit menjahit seperti
dauh petai, kait mengait seperti ketam.
b. "Bak kuku dengan daging, bak emas dengan suaso, bak tali bapintal
tigo, bak aur sayang ke tebing, tebing sayang ke aur, tebing runtuh
aur tabao, bak parang catuk di tunggul, tunggul lapuk parang
takucil”.
Artinya: Seperti kuku dengan daging, seperti emas dengan suasa,
seperti tapi berpilin tiga, seperti bambu sayang pada tebing, tebing
sayang pada bambu, seperti parang melekat di pokok pohon,
pokoknya lapuk parangnya lepas.
c. "Yang kecik disayangi, yang besak dihormati”.
Artinya: Yang kecil disayangi, yang besar dihormati.
3. Adil.
Selain sifat lemah lembut, seorang pemimpin juga harus memiki sifat
adil, yakni bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya.
a. “Rajo adil, rajo disembah, rajo zalim, rajo disanggah ”.
Artinya: Raja adil, raja disembah, raja zalim, raja disanggah.
b. “Kalo bulat dapat digulingkan, pipih dapat dilayangkan, putih
bekeadaan, merah dapat ditengok, panjang dapat diukur, berat
dapat ditimbang”.
Artinya: Bulat dapat digulingkan, pipih dapat diterbangkan, putih
murni, merah dapat dilihat, panjang dapat diukur, berat dapat
ditimbang.
c. ”Ke darat samo kering, ke air samo basah”.
Artinya: Ke darat sama-sama kering, ke air sama-sama kering.
d. ”Hati gajah samo dilapah, hati tungau samo dicecah, ado samo
dimakan, idak samo dicari”.
11

Artinya: Hati gajah sama-sama dipotong, hati tungau sama-sama


dicincang, ada sama-sama dimakan, tidak ada sama-sama dicari.
e. "Ringan samo dijinjing, berat samo dipikul, ke bukit samo mendaki,
ke lurah samo menurun, malang samo merugi, belabo samo
mendapat”.
Artinya: Ringan sama-sama dijinjing, berat sama-sama dipikul, ke
bukit sama-sama mendaki, ke lurah sama-sama menurun, malang
sama-sama merugi, untung sama-sama didapat.
f. “Anak dipangku, penakan dibimbing”.
Artinya: Anak dipangku, keponakan ditintin.
g. "Duduk seorang besempit-sempit, duduk basamo balapang-
lapang”.
Artinya: Duduk sendirian bersempit-sempit, duduk bersama
berlapang-lapang.
4. Murah Hati.
Murah hati merupakan sifat mutlak dari seorang pemimpin dalam
kebudayaan Melayu Jambi.
a. “betungkuh cakah, berperiuk gedang”.
Artinya: Bertungku lebar , berperiuk besar.
b. “tigo macam wajib disegero, satu memberi makan tamu datang ke
rumah kito, duo mbyar utang kalu duit ado, tigo ngawin anak kalo
kalo jodoh ado”
Artinya: Tiga perkara yang harus disegerakan, pertama memberi
makan tamu yang datang ke rumah, kedua membayar hutang, ketiga
menikahkan anak.
5. Bijaksana.
Seorang pemimpin juga wajib memiliki kebiasanaan dalam tata
pemerintahannya.
a. “Negeri aman padi menjadi, aek bening ikannya jinak, rumput mudo
kerbonyo gemuk, idak adao silang yang dapat dipatut, idak ado
12

kusut yang dak dapat diselesaikan, idak ado keruh nang dak dapat
dijernihkan”.
Artinya: Negara aman padi berhasil, air bening ikannya jinak,
rumput muda, kerbaunya gemuk, tidak ada seling sengketa yang
dibolehkan, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, tidak
ada keruh yang tidak dapat dijernihkan.
b. “Tudung manudung bak daun sirih, jahit menjahit bak daun pete,
taub menaub bak benak ketam, hati gajah samo dilapah, hati tungau
samo dicecah, tigo ringgit tengah delapan, sebulan tigo puluh hari,
dikit samo dimakan, idak samo dicari”.
Artinya: Tutup menutup seperti daun sirih, jahit menjahit seperti
dauh petai, kait mengait seperti ketam, hati gajah sama-sama
dipotong, hati tungau sama-sama dicincang, tiga ringgit tengah
delapan, sebulan tiga puluh hari, sedikit sama-sama dimakan, tidak
ada sama-sama dicari.
c. “Salah berutang, dosa betaubat, tangan mencincang, bahu
memikul”.
Artinya: Salah berhutang, dosa bertaubat, tangan mencincang, bahu
memikul.
d. “Nang buto pengembus lesung, nang pekak pelepas bedil, nang
lumpuh penunggu rumah, nang patah penghalau ayam, nang pandai
tempat baguru, nang tau tempat batanyo, nang elok pelawan dune,
nang kayo pelepas utang, nang gedang pagar kampung ”.
Artinya: Yang lumpuh menunggu rumah, yang patah mengusir
ayam, yang pandai tempat berguru, yang tahu tempat bertanya, yang
elok yang ditampilkan, yang kaya pembayar hutang, yang besar
penjaga kampung.
e. “Bejenjang naik betanggo turun, turun dari takak nan di atas, naik
dari takak nan di bawah”
Artinya: Berjenjang naik, bertangga turun, turun dari pijakan yang
di atas, naik dari pijakan yang dibawah.
13

f. “Bulat aek dek pembuluh, bulat kato dek mufakat, kato sorang
bapecah, kato besamo kato mufakat, duduk sorang besempit-sempit,
duduk besamo belapang-lapang”.
Artinya: Bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat,
kata-kata seorang berpecah, kata-kata bersama kata mufakat, duduk
sendirian bersempit-sempit, duduk bersama berlapang-lapang.
g. “Pemimpin itu hendaknya ibarat sebatang pohon, batangnyo besak
tempat besandar, daunnya rimbun tempat belindung ketiko hujan,
tempat beteduh ketiko panas, akarnya besak tempat besilo, pegi
tempat betanyo, balik tempat babarito”.
Artinya: Pemimpin itu hendaknya seperti sebatang pohon,
batangnya besar tempat bersandar, daunnya rimbun tempat
berlindung ketika hujan, tempat berteduh ketika panas, akarnya
besar tempat bersila, pergi tempat bertanya, pulang tempat
berpesan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan adalah Pemimpin adat Melayu Jambi
biasanya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang khas. Mereka umumnya sangat
menghormati tradisi dan adat istiadat Melayu, menjaga keharmonisan dalam
masyarakat, serta menunjukkan sikap bijaksana dan kebijaksanaan dalam
mengambil keputusan. Selain itu, pemimpin adat Melayu Jambi juga dikenal
sebagai sosok yang penuh dengan kearifan lokal, memiliki rasa toleransi yang
tinggi, serta memiliki kemampuan dalam menjaga kerukunan antar etnis dan agama
yang berbeda. Mereka juga sering kali bertindak sebagai penjaga dan pelindung
kearifan lokal serta warisan budaya Melayu di Jambi. Dengan demikian,
kepribadian pemimpin adat Melayu Jambi mencerminkan kesetiaan pada nilai-nilai
tradisional, kearifan lokal, serta kemampuan untuk membawa kedamaian dan
persatuan dalam masyarakat.
B. Saran.
Saran yang dapat pemakalah sampaikan adalah dengan membaca makalah ini
diharapkan kita semua dapat memahami dengan baik mengenai materi makalah kali
ini.
Demikianlah makalah ini dibuat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan di dalam penulisan maupun pengambilan referensi, oleh sebab itu selaku
penyusun makalah ini menerima kritik dan saran agar untuk pembuatan makalah
kami ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

14
DAFTAR PUSTAKA
Al Munir. Etika Kepemimpinan Dalam Seloko Adat Melayu Jambi. Jakarta: Jurnal
Kontekstualita, Vol. 28, No. 2, 2013.
Putri, Indah Arista. Hubungan Antara Sikap Kepemimpinan Dengan Etika
Organisasi Suatu Tinjauan. Riau: Jurnal Stisipol, Vol. 2, No.
1, 2020.
Thamrin, Husni. Antropologi Melayu. Riau: Kalimedia, 2018.

15

Anda mungkin juga menyukai