Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

AKHLAK TASAWUF
Dosen pengampu : Robiyah Nur, M.Pd.I

Disusun oleh:

M. Hafid Ziya Ulhaq 2311080178

Nabila Ersalina N.P 2311080082

Ziba Humaira 2311080137

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkah dan limpahan rahmatnya kami dapat
menyusun makalah ini dengan judul “AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI”, tak lupa
shalawat serta salam selalu kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah “AKHLAK DAN
TASAWUF”.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar bisa menjadi yang
lebih baik lagi dimasa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 18 Maret 2024

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
I.A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 1
I.B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 2
I.C. TUJUAN ...................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri ..................................................................................... 3
B. Macam Macam Akhlak Terhadap Diri Sendiri.............................................................................. 4
1. Shidiq (Jujur) ........................................................................................................................... 4
2. Amanah ................................................................................................................................... 6
3. Istiqamah ................................................................................................................................. 8
4. Iffah ......................................................................................................................................... 9
5. Tawadhu .................................................................................................................................. 9
6. Malu ...................................................................................................................................... 10
7. Sabar...................................................................................................................................... 11
8. Mujahadhah ........................................................................................................................... 12
C. Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Seseorang ........................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................................... 15
PENUTUP .............................................................................................................................................. 15
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 15
B. SARAN ..................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, perubahan akan zaman yang tengah terjadi pada abad ini sangat meresahkan.
Terutama yang telah dialami oleh ugtum remaja akhir akhir ini. Tumbuh dan berkembangnya
teknologi informasi bertolak belakang dengan ilmu agama atau dengan kata lain yakni tanpa
didasari oleh adanya ilmu agama. Snristiwa yagf turladi kurang menguasainya (persiaan yang
kurang) sehingga menyebabkan krisis akhlak dan moral bagi suatu bangsa. Terdapat banyak
sekali berita atau media yang mengatakan bahwasanya remaja merupkan subjek atau pelaku
dalam penyimpangan tersebut. Seperti halnya, melakukan turimatak kriminal, misalnya tawuran
antar pelajar (perkelahian sesama peserta didik), mencuri atau merampok (begal), melakukan
seks BEBA, mengonsumsibarang barang haram atau narkoba dan lain sebagainya. Hayor
tersebut telah membuktikan bahwasanya kemerosotan akhlak yang dialami oleh para remaja.

Dengan adanya fenomena tersebut diatas, dunia pendidikan dituntut mampu untuk lebih
mengoptimalkan atau memperbaiki akhlak peser ta didik. Sehingga orang tua maupun seluruh
aspek dalam sekolah bekerjasama dalam rangka pembentukan akhlak bagi peserta didik itu
senddiri.

Akhlak berkedudukan sangat penting dalam kehidupan manusia itu senddiri. Baik sebagai
seorang individu (diri senddiri), masyarakat maupun suatu bangsa. Akhlak yang menentukan
jatuh bangunnya suatu masyarakat. Jadi, tergantung akhlak suatu masyarakat itu senddiri yang
akan menentukan apakah mereka baik ataupun sebaliknya. Apabila akhlak mereka baik, maka
sejahteralah lahir maupun bathinnya.Begitupun sebaliknya, jikalau akhlak mereka yang rusak,
maka secara otomatis rusaklah lahir maupun bathinnya tersebut.

Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan menitikberatkan
pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga bahwasanya pendidikan
akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri seorang
anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama kali ditanamkan nilai-nilai
akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita sendiri, setelah diri kita
benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar dalam aspek-aspek
kehidupan yang lain.

1
I.B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri ?


2. Apa saja macam macam akhlak terhadap diri sendiri?
3. Apa saja faktor yang berpengaruh terhadap akhlak seseorang?

I.C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk Mengetahui dan Memahami yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri.
2. Untuk Mengetahui dan Memahami macam macam akhlak terhadap diri sendiri.
3. Untuk Mengetahui dan Memahami faktor yang berpengaruh terhadap akhlak seseorang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ‫اخالق‬bentuk jamak dari mufradnya
khuluq ‫خلق‬yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata “budi pekerti”, budi
adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran,
ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong
oleh perasaan hati yang disebut behaviour.Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio
dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.1

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun
bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan
kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang
sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan
kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk
keselamatannya. Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan
untuk memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri
atau menzalimi dirinya sendiri.

Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan rohani (jiwa). Selain
itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk Allah yang
lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya mempunyai
kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing masing. Jadi, yang dimaksud
dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita , dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.
Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis.

Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu
banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan
paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat
membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik
terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis.
Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa
kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.

Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali
menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati
juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran. Untuk menghindari hal tersebut di

1
Abudin Nata,Tafsir Ayat-ayat pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), h. 114

3
atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati
kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan
kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan
munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut Dengki.

Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat
buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak
membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw. Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan
kebajikan, seperti api yang melahapminyak.”(H.R.Abu Dawud).

Munafiq, Orang yang mereka ucapkan munafiq adalah orang yang berpurapura atau ingkar.
Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang
munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:

‫ إذا حدث كذب وإذا وعد‬,‫ “ أيات المنافقين ثالث‬.‫ قال رسول هللا صلعم‬:‫عن أبى هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ وإذا اؤتمن خان‬,‫أخلف‬

Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia
berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” (H.R.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i). 2

B. Macam Macam Akhlak Terhadap Diri Sendiri


Macam akhlak pribadi pada dasarnya adalah akhlak pribadi seorang muslim yang baik dan
akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini adalah macam-macam akhlak pribadi yang baik:

1. Shidiq (Jujur)
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada dalam keadaan
yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar perbuatan.
Benar hati yaitu apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah dan selelu bersih dari penyakit
hati. Benar perkataan adalah semua yang telah diucapkan dari mulut merupakan suatu kebenaran
bukan kebathilan. saw telah memerintahkan setiap muslim untuk selalu jujur, karena sikap sidiq
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Ada lima bentuk shidiq
yaitu:

1) Benar perkataan (shidiq al hadist)

Orang yang selalu berkata benar akan dikasihioleh Allah dan akan dipercaya oleh masyarakat,
dan sebaliknya orang yang berdusa oleh masyarakat akan dikucilkan dan selamnya tidak akan
dipercaya seperti peribahasa "Sekali lancung keujian seumur hidup orang tidak akan dipercaya"

2
Muhammad bin Abdullah,Syarah Al-Zurdani,(Mesir: Al-Azhar),h.104

4
2) Benar pergaulan (shidiq al mu'amalah)

Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat, dan tidak
memalsu sekalipun kepadakaum non muslim. Dia akan selalu bersikap melalui pergaulan dengan
benar tanpa memendang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.

3) Benar kemauan (shidiq al-azam)

Seorang mukmin sebelum dia memutuskan sesuatu tentu ia harus mempertimbangkan dan
menilai terlebih dahulu apakah terhdapa apa yang dilakukan apakah akan mendatangkan
mudhorot atau manfaat kepada orang lain. Tetapi bukan berarti dia menutup diri terhadap
masuka atau kritik dari orang lain.

4) Benar Janji (shidq al-wa'da)

Janji merupakan sebuah hutang yang harus dilaksanaka. Apabilaseorang muslim berjanimaka
ia akan selalu menepatinya seklipun dengan musuh ataupun anak kecil. Karena mungkir janji
merupakan salah satu sifat munafik yang telah disebutkan dalam hadist (HR. Amad). Karena
sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang menepati janji dalam firmannya:

ِ ‫وٱذْكُ ْر فِى ٱ ْل ِك َٰت‬


ً ُ‫ب إِس َْٰم ِعيل ۚ إِنَّهۥُ كان صادِق ٱ ْلو ْع ِد وكان رس‬
‫ول نَّبِيًّا‬
Artinya: "Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah ismail (yang tersebut)
didalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang benar janjinya, dan dia adalah
seorang Rosul dan Nabi." (Qs.maryam 19:54)

5) Benar kenyataan (sidq al-bal)

Seorang muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan
menipu kenyataan, tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula mengada
ada. Lawan dari shidiq adalah kebohongan. Kebohongan yaitu mengatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataanya, entah itu di kurangi atau di tambahi sehingga tidaksesuai dengan
kebenarannya. Sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela.seorang muslim harus menjauhi
segala macam bentuk kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian,
palsu, fitnah, gunjing, ataupun bentuk bentuk lainnya. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari
sifat kebohongan:

a) Khianat

Sifat khianat merupakan sifat sejelek-jeleknya yang dimiliki orang karena sifat khianat dapat
membawa mudhorot kepada orang lain secara langsung. Kalau sifat ini telah berkembang
kedalam masyarakat maka lama-kelamaan masyarakat itu akan hancur. Allah tidak menyukai
orang yang memiliki sifat khianat berdasarkan firmannya:

5
‫ول ت ُ َٰجد ِْل ع ِن ٱلَّذِين ي ْختانُون أنفُس ُه ْم ۚ إِ َّن ٱ َّّلل ل ي ُِحب من كان خ َّوانًا أثِي ًما‬
Artinya: "Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang menghianati
dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa"
(Q.S An-Nisa:107)

b) Mungkir janji

Mungkir janiji atau ingkar janji merupakan sebagai salah satu sifat orang-orang munafik
karena sifat mungkir janji menunjukkan sikap jiwa manusia yang lemah, mungkir janji
menyebabkan waktuterbuang sia-sia dan melahirkan angan- angan kosong.

c) Kesaksian palsu

Kesaksian palsu termasuk dalam dosa-dosa besar karena akan mendatangkan kemudhorotan
yang besar terhadap masyarakat, orang yang tidak bersalah akan menanggung akibat baiknyawa,
harta benda dan lain sebagainya.

d) Fitnah

Pada dasarnya tujuan dari memfitnah orang lain adalah untuk menjatuhkan nama atau
menggagalkanusahanya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang yang beriman
sebelum mempercayai suatu berita di adakan suatu penyelidikan terlebih dahulu. Hal ini terdapat
dalam surat Al-Hujarat 49: 6

‫صبِ ُح ْوا ع َٰلى ما فع ْلت ُ ْم َٰند ِِميْن‬ ِ ُ ‫َٰيٰٓايها الَّ ِذيْن َٰامنُ ْٰٓوا ا ِْن ج ۤاءكُ ْم فا ِسق بِنبا فتبيَّنُ ْٰٓوا ا ْن ت‬
ْ ُ ‫ص ْيب ُْوا ق ْو ًما بِجهالة فت‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa
suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”(Q.S Al-Hujurat : 6)

e) Gunjing

Sifat mengunjinag adalah sifat sikap seseorang yang meiliki jiwa sakit, tidak ada keinginan
dalam hidupnya yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang bermusuhan dan
bertengkar. Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik sifat gunjing seperti
memakan bamgkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata meawan gunjing adalah
dengan tidak mendengarkannya.3

2. Amanah
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada
pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu
menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas- tugas yang

3
A.Mustafa, Akhlak TaSawuf, (Bandung: CV.Pustaka Setia,2000), Cet.1. h.25

6
diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik. Bentuk- bentuk amanah daoat dikemukakan
sebagai berikut:

1) Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula.

Sekalipun dalam penitipan tidak ada bukti atau transaksai tertulis dalam penitipan tersebut
maka seorang muslim akan apa adanya. Hal ini terlihat contoh pada barang berharga yang
dititpkan karena akan bebergian jauh, maka pada saatnya akan dikembalikan seperti semula

2) Menjaga rahasia

Seorang muslim akan dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi, keluarga, organisaisi,
dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain. Misalnya: dalam sebuah keluarga seorang
suami isri harus dapat manjaga rahasia keluarga apalagi rahasia dalam ranjang kecuali karena
alasan medi ataupun hukum.

3) Tidak menyalahgunakan jabatan

Jabatan adalah suatu amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib. Penyalahgunaan jabatan
untuk kepentingan person, baik keluarga, pribadi ataupun kelompok yang termasuk perbuatan
tercela yang melanggar amanah hukumnya haram. Misalnya seorang baigian storage di sebuah
perusahan membeli barang dan mendapatkan potongan harga kepada penjual, dari sisa potongan
harga tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi tidak diserahkan oleh perusahaan maka
hukum komisi tersebut adalahharam.

4) Menunaikan kewajiban dengan baik

Semua tugas yang diberikan kepada Allah ataupun manusia, maka manusia wajib
menjalankannya karrena itu semua sebuah pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt.

5) Memelihara nikmat yang telah diberikan oleh Allah

Semua nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu amanah yang
harus dijaga dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki, nikmat, harta benda dan
lain sebaginya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah harus digunakan untuk mencari
ridho Allah, selalu bersyukur dan membiasakan bersedekah.

Lawan dari sifat Amanah adalah khianat. Khianat adalah sifat munafik yang dibenci oleh
Allah apalagi jika yang dikhianati adlah Allah atau Rosulnya. Dalam firman Allah:

‫الرسُ ْول وت ُخ ْونُ ْٰٓوا امَٰ َٰنتِكُ ْم وا ْنت ُ ْم ت ْعل ُم ْون‬ ٰ ‫َٰيٰٓايها الَّ ِذيْن َٰامنُ ْوا ل ت ُخ ْونُوا‬
َّ ‫ّللا و‬
Artinya: "Hai orang, orang yang beriman janganlah kamu menghianati Allah, dan rosul dan
juga janganlah kamu menghianatiamanh-amanahyang dipercayakan kepada kamu, sedangkan
kamu mengetahuinya." (Q.S. Al Anfal (8): 27)

7
3. Istiqamah
Secara etimologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam
terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan
keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan. 4 Perintah dalam
beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :

‫ف ِل َٰذ ِلك فٱدْعُ ۖ وٱسْت ِق ْم كما ٰٓ أ ُ ِم ْرت ۖ ول تتَّبِ ْع أ ْهوآٰءهُ ْم‬


"Maka karna itu serulah (mereka kepada agama itu) dan istiqomahlah sebagaimana
diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.." (QS.. Asy Sura
(42):15)

Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal
perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut. Ibarat
berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus yang cepat alam
menghntarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar untuk
mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian
dari Allah, dalam firmannya:

‫ت أن ي ْسبِقُونا ۚ سآٰء ما يحْ كُ ُمون‬ َّ ‫أ ْم حسِب ٱلَّذِين ي ْعملُون ٱل‬


ِ ‫سيِـَٔا‬
Artinya:"ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan
luput (dari azab) kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Q.S.AI Ankabut (29): 4)

Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termasuk
kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan akan tetap teguh dalam mengahdapi
kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran, hambatan
dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan. Itulah
yang di pesankan oleh Rosulullah Saw kepada Sufyan untuk selalu beristiqomah. Dalam Qs.
Funshshilat 41 : 30-32 dijelaskan beberapa buah yang akan dipetik oleh orang yang beristiqomah
baik didunia maupun di akhirat Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah dari istiqomah adalah:

1) orang yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang
negatif. Misalnya takut mnghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran namun
orang yang beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalm kehidupannya
didunia karena akan dilindungi oleh Allah.
2) Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendaptkan kesuksesan
dalam kehidupan perjuangan di dunia.

Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Karena tanpa
sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah terombang

4
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter; Kontroktivisme dan VCT sebagai inovasi pendekatan
pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajwali Pers, 2012), h. 56

8
ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling- baling di atas
bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus. 5

4. Iffah
Secara etimologi, 'iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya'iffu 'iffah yang berarti menjauhkan
diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucisn tubuh. Secara terminologi 'iffah
adalah memelihara. kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan
menjauhkannyaBentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh dari 'iffah
diantara lain;

1) Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual, seorang
muslim dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan, dan
pakaiannya.tidak mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya, dan tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada perzinaan. Dalam
firman allah.
ْ ‫ّللاُ ِم ْن ف‬
‫ضلِه‬ ِ ‫و ْليسْت ْع ِف‬
ٰ ‫ف الَّ ِذيْن ل ي ِجد ُْون نِكا ًحا حتٰى يُ ْغنِي ُه ُم‬

Artinya"dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaknya menjaga kesucian


dirinya, sehingga allah memampukan mereka dengan karunia-Nya,,," (QS.An-Nur 23:33)
2) Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta, islam
mengajarkan, terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta
minta. Al-Qur'an menganjurkan kepada orang-orang berpunya untuk membantu orang-
orang miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap mereka. Meminta minta
adalah perbuatan yang merendahkan kehormatan diri. Dari pada meminta-minta
seseorang lebih baik mengerjakan apa apa saja untuk mendapatkan penghasilan asal
halal.
3) Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain
kepada dirinya, seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk
ketidakjujuran.sekali-kali jangan dia berkata bohong, mungkir janji, khianat, dan laian
sebagainya. 6

5. Tawadhu
Merendahkan diri (tawadhu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di
hadapan seluruh makhluk-Nya. Orang yang tawadlu adalah orang menyadari bahwa semua
kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah swt Maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan
potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. la tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat
segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya

5
Chabib Thoha, DKK, Kapita Salekta Pendidikan Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996) h. 61
6
Fariq bin Gasim Anuz, Bengkel Akhlak, (Jakarta: Darul Falah, 2002), h. 16

9
karena Allah. Lawan dari tawadhu' adalah takabbur atau sombong yaitu suka meremehkan orang
lain.

6. Malu
Malu (al-haya') adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu
yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang
tidak patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya
orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa ada rasa gugup
sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi keistimewaan ajaran Islam. Sifat malu
dapat dibagi menjadi tiga jenis:

a. Malu kepada Allah; seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak mengerjakan
perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya serta tidak mengikuti petunjuknya.
b. Malu kepada diri sendiri; orang yang malu terhadap Allah, dengan sendirinya malu
terhadap dirinya sendiri. la malu mengerjakan pernuatan salah sekalipun tidak ada orang
lain yang melihat atau mendengarnya. Penolakan datang dari dalam dirinya sendiri.
c. Malu kepada orang lain; setelah malu pada diri sendiri, dia akan malu melakukan sesuatu
yang merugikan orang lain. Malu adalah salah satu refleksi iman. Semakin kuat iman
seseorang, semakin teballah rasa malunya, demikian pula sebaliknya.

Rasulullah Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang pemalu, saking pemalunya maka
diandaikan bahwa beliau lebih pemalu ketimbang gadis pingitan. Sifat malu ini dimiliki
Rasulullah SAW semenjak kanak kanak, saat anak-anak sebaya beliau kala itu saling berebut
makanan maka beliau malu melakukannya, jika pakaiannya tersingkap dan menampakkan
auratnya maka beliau akan segera bersembunyi karena malu. Jika hendak membuang air maka
diriwayatkan beliau menjauh atau pergi hingga tak seorangpun melihatnya.

Karena sifat pemalu ini beliau apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya maka terlihatlah
dari roman mukanya, dan beliau senantiasa menjauhkan pandangan matanya dari apa apa yang
kurang baik. Bahkan dalam hubungan suami istri pemalu Rasulullah SAW tetap dominan, dalam
hadits yang diriwayatkan At Turmudzy dalam Asj Sjamaa il dari Siti Aisyah RA, ummul
mukminin, berkata " Aku sekali kali belum pernah melihat kemaluan Rasulullah SAW" (dalam
riwayat lain ada ditambahkan "Dan beliau pun tidak pernah melihat dari padaku") sedangkan
yang diriwayatkan oleh Ibnul Djauzy dari Ummu Salamah RA Adalah Rasulullah SAW itu
apabila mendatangi seseorang dari istrinya beliau memejamkan kedua matanya dan menutupi
kepalanya ". Dua hadits ini sangat menguatkan sifat pemalu beliau, kendati seorang istri
sebenarnya halal hukumnya meski terlihat auratnya oleh suaminya dan sebaliknya.

Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh agama. Tanpa kontrol rasa malu, seseorang akan bebas melakukan
apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Dia akan menjadi manusia lepas kendali yang
merasa bebas melakukan apa saja, tanpa mempertimbangkan halal haram, baik buruk dan

10
manfaat mudharat perbuatannya tersebut. Dia akan melakukan apa saja untuk memuaskan hawa
nafsunya. Segala macam cara dia halalkan untuk mencapai tujuannya.

Malu, amanah, rahmah dan Islam adalah empat hal yang saling berkait. Konsekuensi logis
dari hilangnya malu adalah hilangnya amanah. Bila amanah hilang, akan hilanglah rahmah, dan
bila rahmah hilang, hilanglah Islam. Pada akhirnya orang yang tidak punya rasa malu mengalami
kehancuran dan kebinasaan. Dan kalu sifat malu itu juga hilang dari masyarakat, maka
masyarakat itupun akan mengalami kehancuran dan kebinasaan. 7

7. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf).
Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal-hal
yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu. Menurut
Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya "Ash-Shabr fi Al- Qur'an", sabar dapat dibagi kepada enam
macam :

a. Sabar menerima cobaan hidup.


b. Sabar dari keinginan hawa nafsu.
c. Sabar dalam taat kepada Allah swt.
d. Sabar dalam berdakwah.
e. Sabar dalam perang.
f. Sabar dalam pergaulan

Sifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al- Qur'an mengaitkan sifat sabar
dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain dikaitkan dengan keyakinan (QS. As-
Sajdah 32:24), syukur (QS. Ibrahim 14:5), tawakkal (QS. An-Nahl 16:41-42), dan taqwa (QS.
Ali 'Imran 3:15-17). Orang-orang yang sabar akan menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar
memang sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.

Dalam sejarah Islam diceritakan bahwa nabi sering kali diludahi oleh orang kafir (non
muslim) ketika beliau melewati tempat si orang tersebut, namun nabi sendiri tidak pernah marah
karena beliau tahu bahwa orang yang sering meludahinya adalah orang yang belum tahu akan
islam dan belum mendapatkan hidayah, Namun alangkah takjubnya si kafir tadi yang sering
meludahi nabi muhamad saat ia jatuh sakit, orang yang pertamakali menjenguknya adalah nabi
muhammad yang sering ia ludahi. Alkisah orang kafir tadi menangis dan langsung memeluk
islam.

Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza'u yang berarti gelisah, sedih, keluh kesah, cemas dan
putus asa. Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela. Orang yang
dihinggapi sifat ini bila menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan akan mudah goyah,

7
Mustofa, Akhlak TaSawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 15

11
berputus asa dan mundur dari medan perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan keberhasilan
juga cepat lupa diri. 8

8. Mujahadhah
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala kemampuan. Mujahadah
adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala sesuatu yang
menghambat dalam melakukan pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan melawan
semua hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-sungguh,
usaha inilah yang disebut mujahadah. Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan
Allah swt., maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai tujuannya
tersebut. Dalam hal ini Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69:

‫ّللا لمع ْال ُمحْ ِسنِيْن‬ ُ ‫والَّ ِذيْن جاهد ُْوا فِيْنا لن ْهدِينَّ ُه ْم‬
ٰ ‫سبُلنا وا َِّن‬
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-'Ankabuut: 69)

Secara terperinci objek mujahadah ada 6:

a. Jiwa yang selalu mendorong seseorang untuk melakukan kedurhakaan. Karena pada
dasarnya manusiajuga diberi oleh Allah jiwa yang mendorong manusia untuk melakukan
kejahatan yang di dalam Alquran disebut dengan nafsu ammarah bissuui.
b. Hawa nafsu yang tidak terkendali sehingga seseorang melakukan apa saja untuk
memenuhi hawa nafsunya tanpa memperdulikan. larangan Allah swt. dan tanpa
memperdulikan dampak bagi dirinya dan orang lain.
c. Syaitan. Mereka selalu menggoda manusia untuk menuruti hawa nafsu sehingga mereka
lupa kepada Allah swt.
d. Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaannya kepada
Akhirat, padahal keberadaan manusia didunia hanya bersifat sementara, secara individual
sampai maut datang menjemput, dan secara umum sampai kiamat datang. Kehidupan
yang abadi adalah kehidupan di akhirat.
e. Orang-orang kafir dan munafik yang tidak pernah puas hati sebelum orang-orang yang
beriman kembali menjadi kufur.
f. Para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran, termasuk dari orang-orang yang mengaku
beriman sendiri, yang tidak hanya merugikan mereka sendiri, tapi juga merugikan
masyarakat.9

8
Ridhani, Transformasi Nilai-Nilai Karakter/Akhlak dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta: LkiS, 2013), h. 13.
9
Kamrani Buseri, Nilai-nilai Ilahiyah Remaja Pelajar ( Yogyakarta: Anggota Ikapi, 2004),h.18

12
C. Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Seseorang
Akhlak Pribadi seseorang tidaklah selalu baik. Karena pada dasarnya akhlak seseorang itu
ada dua macam yaitu akhlak baik dan aklak buruk. Ada juga akhlak pribadi seseorang yang baik
kemudian dapat berubah menjadi buruk karena iman seseorang yang kurang kuat dan
terpengaruh oleh beberapa faktor dari luar diantaranya:

1. Faktor Lingkungan

Jika kita hidup dalam lingkunga yang bukan kaum muslim, yang keseharianya masyarakatnya
berbuat maksiat, maka seseorang terkadang imannya akan goyah. Oleh karena itu iman yang
kuat dibutuhkan oleh kaum muslim. Dan sebaiknya berhati-hatilah dalam memilih lingkungan.

2. Faktor teman

Teman dapat mempengaruhi akhlak seseorang ibaratnnya" jika kita dekat dengan penjual
parfum maka kita akan harum, dan jika kita dekat dengan penjual tembakau maka kita akan bau
tembakau " jadi pada intinya teman dapat mempengaruhi akhlak seseorang. Oleh karena itu kita
harus pandai-pandai dalam bergaul agar akhlak kita tidak terpengaruh kepada orang lain.
Tentunya akhlak yang tidak baik.

3. Faktor intern

Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Adapan yang termasuk dalam
faktor intern adalah sebagai berikut: Gharizah atau naluri (instink) Menurut Prof. Dr. Ahmad
Amin gharizah adalah suatup embawaan yang menyebabkan seseorang itu dapat berbuat apa
yangdi kehendakinya tanpa lebih dahulu melakukan apa yang akandi perbuatnya untuk
mengerjakan perbuatan ini. Oleh karena ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang
terbentuk baik di antaranya sebagai berikut:10

a. Akidah (Keyakinan) Yang Benar


b. Berdo'a kepada Allah SWT
c. Mujahadah (Perjuangan)
d. Muhasabah (Intropeksi Diri)
e. Tafakkur (Merenung) Dampak positif dari Akhlak Mulia
f. Melihat dampak negatif dari akhlak tercela
g. Jangan Pernah Berputus asa
h. Bercita-cita yang Tinggi
i. Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil)
j. Terbuka dengan Kritikan dan Saran
k. Bersahabat dengan orang memiliki akhlak mulia
l. Membaca Buku-buku tentang akhlak

10
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2010), h. 87

13
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun
secara rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak pribadi yang baik dan
akhlak pribadi yang buruk. Aklak pribadi yang baik misalnya sidiq, iffah, amanah, mujahadah,
istiqomah, saj'ah, tawadhu, malu, dan lain sebagainya. Akhlak pribadi yang buruk misalnya suka
berbohong, pantang menyerah tidak tau mali dan lain sebagainya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak pribadi seseorang yaitu antara lain, faktor
intern yaitu faktor yang mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor dari luar
baik dari keluarga, kelpompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu agar sifat pribadi
seseorang muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang
terbentuk baik diantaranya sebagai berikut: Akidah (Keyakinan) Yang Benar, Berdo'a kepada
Allah SWT, Mujahadah (Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi Diri), Tafakkur (Merenung)
Dampak positif dari Akhlak Mulia, Melihat dampak negatif dari akhlak tercela, Jangan Pernah
Berputus asa, Bercita-cita yang Tinggi, Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil) dan lain
sebagainya. 11

11
Miftakbul Jannah. Suudi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday School Dengan Siswa
Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu Bakar Vogyakarta, Jurnal Al-Thariqah, Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2018,
Him. 25

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab ‫اخالق‬bentuk jamak dari mufradnya
khuluq ‫خلق‬yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata “budi pekerti”, budi
adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran,
ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong
oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio
dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.

Macam akhlak pribadi pada dasarnya adalah akhlak pribadi seorang muslim yang baik dan
akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini adalah macam-macam akhlak pribadi yang baik: Shidiq
(Jujur), Amanah, Istiqamah, Iffah, Tawadhu, Malu , Sabar, Mujahadhah. Faktor Yang
Mempengaruhi Akhlak Seseorang diantaranya: Faktor Lingkungan, Faktor teman, Faktor intern.

B. SARAN
Demikian makalah ini telah kami selesaikan dengan baik meskipun masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan sangat terbuka menerima saran maupun kritik dari
pembimbing maupun pembaca. Harapan kami, dengan adanya makalah ini kita semua dapat
mengetahui dan lebih memahami tentang “AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI” . Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, kembali lagi pada sifat manusia tempatnya
salah maka kami memohon maaf kepada pembimbing dan pembaca, serta kepada Allah swt,
kami mohon ampun. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu wawasan bagi kita semua,
Aamiin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata. (2002). Tafsir Ayat-ayat pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Adisusilo Sutarjo. (2012). Pembelajaran Nilai Karakter; Kontroktivisme dan VCT sebagai
inovasi pendekatan pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajwali Pers.

Buseri Kamrani. (2004). Nilai-nilai Ilahiyah Remaja Pelajar. Yogyakarta: Anggota Ikapi.

Fariq bin Gasim Anuz. (2002). Bengkel Akhlak. Jakarta: Darul Falah.

Jannah Miftakbul. Suudi Komparasi Akhlak Terhadap Sesama Manusia Antara Siswa Fullday
School Dengan Siswa Boarding School di Kelas XI SMA IT Abu Bakar
Vogyakarta, Jurnal Al-Thariqah, Vol. 3, No. 2, Juli-Desember 2018.

Kaelan. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Muhammad bin Abdullah.(2007). Syarah Al-Zurdani. Mesir: Al-Azhar

Mustofa. (1999). Akhlak TaSawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Mustafa A.(2000). Akhlak TaSawuf. Bandung: CV.Pustaka Setia. Cet.1.

Ridhani. (2013). Transformasi Nilai-Nilai Karakter/Akhlak dalam Proses Pembelajaran,


Yogyakarta: LkiS.

Thoha Chabib, DKK. (1996). Kapita Salekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

16

Anda mungkin juga menyukai