Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA ORGANISASI


KEAGAMAAN DAN PERANNYA DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA : JAMIATUL AL-
KHAIRIYAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


Dosen pengampu : Dr. H. Jamal Fakhri, MA

Disusun oleh:
Syifa Rihadhatul Aisyah 2311080123

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkah dan limpahan rahmatnya kami dapat
menyusun makalah ini dengan judul “SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PERANNYA DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM di INDONESIA: AL-KHAIRIYAH”, tak lupa shalawat serta salam
selalu kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan dari penyusunan makalah
ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah “SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM”.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menjadi acuan agar bisa menjadi yang
lebih baik lagi dimasa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 16 Maret 2024

Syifa Rihadhatul Aisyah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
I.A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 1
I.B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 2
I.C. TUJUAN ...................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Jamiat Al-Khairiyah ................................................................................................... 3
B. Sejarah Perkembangan Jamiatul Al-Khairiyah .............................................................................. 5
C. Tujuan jamiatul al-khairiyah ........................................................................................................ 6
D. Peran jamiatul al-khairiyah dalam Pendidikan islam ................................................................... 10
E. Sistem Pendidikan jamiatul al-khairiyah..................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................................................................. 16
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 16
B. SARAN ..................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. LATAR BELAKANG
Organisasi Islam muncul di Indonesia ketika pemerintah Hindia-Belanda menguasai wilayah
Indonesia. Organisasi Islam pada awalnya didirikan oleh keturunan Arab yang telah menetap di
Indonesia. Keturunan Arab yang menetap di Indonesia memiliki kedudukan yang cukup tinggi
pada masa pemerintahan Hindia- Belanda. Oleh karena itu mereka bisa mendapat izin untuk
mendirikan organisasi Islam di Indonesia.

Masyarakat keturunan Arab yang menetap di Indonesia semakin lama semakin berkembang.
Masyarakat keturunan Arah selain bergerak di bidang ekonomi mereka mulai mengembangkan
ke bidang pemerintahan dan pendidikan. Pemerintah Hindia-Belanda yang pada waktu itu
melaksankan politik etis, membuka sekolah-sekolah bagi kalangan pribumi, namun hanya
kalangan pribumi yang anggota keluarganya bekerja sebagai pegawai pemerintah Hindia-
Belanda yang diperbolehkan. Masyarakat keturunan Arab memiliki kesempatan untuk belajar di
sekolah-sekolah tersebut. Namun, mereka berkeinginan selain mendapatkan ilmu pengetahuan
umum juga mendapatkan ilmu pengetahuan agama Islam. Masyarakat keturunan Arab
mengambil langkah untuk mendirikan sekolah- sekolah sendiri, yaitu sekolah yang dapat
mengajarkan ilmu pengetahuan umum serta ilmu pengetahuan agama.

Pendidikan Islam sudah berlangsung di Indonesia sejak lama. Dalam definisi yang agak
longgar, pendidikan Islam bisa dikatakan sudah berlangsung sejak penetrasinya Islam ke
teritorial ini. Hanya saja kegiatan pendidikan Islam baru dianggap fenomenal dan mendapat
perhatian serius dari para historian pada fase jayanya kerajaan-kerajaan Islam Nusantara. Pada
masa kerajaan-kerajaan Islam eksistensi dan maju mundurnya aktivitas pendidikan Islam
sepenuhnya tergantung pada struktur dan perhatian yang diberikan kerajaan kepadanya. Namun
demikian, dalam kenyataan di lapangan sangat terlihat jelas bahwa pendidikan Islam
memperoleh support yang relatif baik dari para raja dan sultan muslim. Hal ini terbukti dengan
jumlah saintis muslim dan literatur yang mereka tinggalkan sebagai khazanah klasik Islam
Nusantara. Para saintis Nusantara bahkan diketahui telah membangun scientific network yang
berwatak kosmopolitan, melibatkan pusat-pusat kegiatan ilmiah terkemuka di dunia Islam (Azra,
1994; Bruinessen, 1996).

Pada abad ke-20-setelah melalui proses panjang pembusukan sistem kerajaan Islam Nusantara
dan jatuhnya teritori ini ke bawah kolonialisme bangsa-bangsa Barat watak pendidikan Islam
Indonesia mengalami perubahan yang sangat signifikan. Memudarnya kerajaan secara langsung
menjadikan sistem pendidikan tradisional terdisolvasikan; lalu keadaan ini diperburuk pula oleh
misi kolonialisme yang pada intinya tidak menghendaki majunya pendidikan Islam.
Terdisolvasinya sistem politik dan lemahnya social system umat Islam memaksa umat Islam

1
mengorganisasikan pendidikan dalam unit-unit dan bahkan sub- sub unit yang lebih kecil dari
masyarakat Islam.

Dengan kata lain, fragmentasi sosio-politik mengakibatkan fragmentasi sistem pendidikan.


Salah satu aspek menarik dari totalitas proses ini adalah lahirnya sejumlah organisasi sosial
keagamaan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS, Al-Jam'iyatul Washliyah, Al-Irsyad,
dan lain-lain yang menjadikan pendidikan sebagai bagian yang dari programnya. Peranan dari
organisasi-organisasi ini dalam menggagas, melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan
pendidikan Islam tidak saja telah berhasil memenuhi kebutuhan pendidikan umat Islam
Indonesia, tetapi lebih dari itu juga telah memainkan peran yang lebih luas berdasarkan kondisi
yang melingkupinya.

I.B. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan jamiatul al-khairiyah?


2. Bagaimana Sejarah Perkembangan jamiatul al-khairiyah?
3. Apa tujuan didirikannya jamiatul al-khairiyah?
4. Apa peran jamiatul al-khairiyah dalam Pendidikan islam?
5. Bagaimana sistem Pendidikan jamiatul al-khairiyah??

I.C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Apa itu Jamiatul al-khairiyah.


2. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan jamiatul al-khairiyah.
3. Untuk Mengetahui tujuan didirikannya jamiatul al-khairiyah.
4. Untuk Mengetahui peran jamiatul al-khairiyah dalam Pendidikan islam.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana sistem Pendidikan jamiatul al-khairiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jamiat Al-Khairiyah
Jamiat Kheir merupakan lembaga pertama yang membuka jalan sebagai peletak dasar
perubahan budaya baru dengan menerapkan sistem pendidikan eropa modern, meskipun masih
banyak pihak yang belum dapat menerima terjadinya perubahan dalam bidang pendidikan
tersebut. Pada tahun 1880, Van Den Berg menulis bahwa sebagian besar masyarakat Arab
kurang berminat terhadap pendidikan sistem Eropa dibandingkan dengan masyarakat Cina.

Sebagai lembaga baru yang memperkenalkan metode pendidikan baru di kalangan


masyarakat Arab pada abad 20, beberapa orang masih enggan menerima perkembangan itu
seperti duduk dibangku atau belajar dari buku dan menggunakan papan tulis sebagaimana pada
saat sebelumnya.

Simbol perkumpulan dengan gaya modern Eropa seperti seragam sekolah tidak diterima
komunitas itu. Mereka keberatan dengan model seragam yang memakai jaket, celana panjang,
kaos kaki dan sepatu seperti model tarbus. Meskipun demikian, masyarakat Arab secara
berangsur- angsur menjadi lebih terbuka menerima institusi dan gagasan Eropa. Rinkes,
penasehat Belanda untuk masyarakat pribumi dan Arab, mencatat perubahan tersebut sekitar
tahun 1912 pada saat dimulainya era pergerakan.

Jami'at Al-Khairiyah adalah Organisasi yang didirikan oleh orang-orang Arab di Jakarta pada
tanggal 17 Juli 1905. Organisasi ini terbuka bagi setiap orang- orang Islam tanpa diskriminasi
asal-usul.

Organisasi ini mengabdikan diri sepenuhnya pada dunia pendidikan Islam dengan mendirikan
sekolah dan mengirimkan anak-anak untuk menempuh pendidikan di Turki. Jamiyat Khair
menganut sistem pendidikan modern dengan mengajarkan mata pelajaran umum seperti sejarah,
bahasa Inggris, bahasa Belanda dan berhitung selain mata pelajaran agama.

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikannya, Jamiat Khair juga mengundang guru-
guru dari berbagai wilayah, baik dalam maupun luar negeri. Hingga kini Jamiat Khair masih
kokoh berdiri dan terus bersumbangsih dalam kancah pendidikan Islam, di Jakarta khususnya.

Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jam'iat khair ini didirikan di Jakarta pada tanggal
17 Juli 1905. Anggota organisasi ini mayoritas orang-orang Arab, tetapi tidak menutup
kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa diskriminasi asal usul. Umumnya
anggota dan pimpinannya terdiri dari orang-orang yang berada, yang memungkinkan

3
penggunaan waktu mereka untuk perkembangan organsasi tanpa mengorbankan usaha pencarian
nafkah. 1

Ada dua bidang kegiatan yang menjadi skala prioritas oleh organisasi ini, yaitu; pendirian dan
pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk
melanjutkan studi. Bidang kedua tersebut sering terhambat karena kekurangan biaya dan juga
karena tidak seorangpun dari mereka yang dikirim ke Timur Tengah memainkan peranan yang
penting setelah mereka kembali ke Indonesia.

Sekolah dasar Jam'iat Khair bukan semata-mata mempelajari pengetahuan. agama an sich
akan tetapi juga mempelajari pengetahuan umum hinnya, misalnya berhitung, sejarah (umumnya
sejarah Islam). ilmu bumi, dan sebagainya. Kurikulum sekolah dan jenjang kelas-kelas telah
disusun dan diorganisir. Bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia atau
Melayu. Di samping anak-anak keturunan Arab, anak-anak Indonesia asli juga terdaftar di
sekolah ini yang kebanyakan berasal dari Lampung. Bahasa Belanda tidak diajarkan, dan sebagai
gantinya bahasa Inggris merupakan pelajaran wajib.

Untuk memenuhi tenaga guru yang berkualitas Jam'iat Khair mendatangkan guru-guru dari
daera-daerah bahkan dari luar negeri untuk mengajar di sekolah tersebut. Pada tahun 1907 Haji
Muhammad Mansur seorang guru dari Padang diminta untuk mengajar di sekolah tersebut
karena pengetahuannya yang luas dalam bidang agama dan karena kemampuannya dalam bahasa
Melayu. Kemudian Al-Hasyimi didatangkan dari Tunis sekitar tahun 1911 yang di samping
mengajar juga mengintroduksi Gerakan kepanduan dan olah raga di lingkungan sekolah. Dia
terkenal sebagai orang yang pertama kali mendirikan gerakan kepanduan di kalangan orang-
orang Islam di Indonesia. Termasuk tiga orang guru yang didatangkan dari Arab, mereka adalah
Syekh Ahmad Surkati dari Sudan, Syekh Muhammad Taib dari Maroko, dan Syekh Muhammad
Abdul Hamid dari Mekah. 2

Satu hal yang penting bahwa Jam'iat Khair yang pertama memulai organisasi dengan bentuk
modern dalam masyarakat Islam (dengan AD/ART, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat
secara berkala), dan yang mendirikan suatu. lembaga pendidikan dengan sistem yang boleh
dikatakan telah modern (kurikulum, kelas.pemakaian bangku, papan tulis, buku pelajaran yang
bergambar).

Meskipun tujuan asalnya hanya mengenai pendidikan agama akan tetapi usaha Jam'iat Khair
kemudian meluas sampai pada mengurus penyiaran Islam, perpustakaan surat kabar (26 Januari
1913) dan mendirikan percetakan Arab Setia Usaha dan menerbitkan surat kabar harian Utusan
Hindia (pada 31 Maret 1913).

1
Zuhairini. (1992). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 135
2
Abudin Nata. (2004). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 288-291

4
Terlibatnya orang-orang Jam'iat Khair dalam politik, baik di dalam atau luar negeri, misalnya
dalam hubungan politik Jerman dalam perang dunia yang pertama 1914 dan hubungan antara S.
Muhammad Al-Hasyim dengan gerakan Islam di Turki. menyebabkan perkumpulan itu sangat
dicurigai oleh pemerintah penjajah Belanda. 3

B. Sejarah Perkembangan Jamiatul Al-Khairiyah


Awal abad ke-20 menandai corak baru dalam sistem kolonialisme di Indonesia. Ratu
Wilhelmina dalam pesan tahunannya di depan Parlemen mengemukakan persoalan "utang budi"
dan tanggung jawab etis terhadap rakyat Hindia Belanda. Sejak itu, pemerintah kolonial Belanda
kemudian memberlakukan Politik Etis. Wujudnya, antara lain, ialah pendidikan bagi (segelintir)
kaum Bumiputra. Lahirlah kelas baru dalam sistem sosial masyarakat pribumi di Tanah Air,
yakni elite terdidik Barat.

Muslimin di Indonesia saat itu memiliki respons beragam terhadap pendidikan Belanda.
Sebagian bersikap antipati karena menganggap, para guru di sekolah-sekolah Belanda
mengajarkan murid-muridnya agar meninggalkan agama Islam. Anggapan itu tidak sepenuhnya
keliru. Sebab, seperti dicatat Aqib Suminto dalam Politik Islam Hindia Belanda, pada faktanya
sekolah-sekolah negeri yang dibuat Belanda sering dimanfaatkan untuk kepentingan propaganda
suatu aliran gereja. Namun, ada pula yang menerima modernisme dengan catatan, gagasan
tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam.

Memasuki abad ke-20, pemikiran Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, dan Jamaluddin al-
Afghani sosok yang kerap diidentikkan Barat dengan gerakan Pan-Islamisme. kian
mempengaruhi komunitas Arab di Hindia. Di Pekojan, Batavia (Jakarta), sejumlah tokoh Arab
menggagas sebuah gerakan untuk merealisasikan kebangkitan Islam melalui pendidikan.
Namanya adalah Jamiat Kheir, yang secara harfiah berarti 'perkumpulan untuk kebaikan.
Pendirian Jamiat Kheir melalui proses yang cukup panjang. Para pendirinya terdiri atas Said bin
Achmad Basandiet, Moehamad al-Fachir bin Abdulrachman al- Mashoer. Ali bin Ahmad bin
Muhammad bin Shahab, Mohamad bin Abdullah bin Shahab, dan Aijdroes bin Achmad bin
Shahab. 4

Gagasan untuk membentuk sebuah organisasi kemajuan sudah didiskusikan tokoh-tokoh Arab
itu pada 1898. Barulah pada 1901, rencana tersebut mulai dilaksanakan. Perizinan yang diajukan
pada 15 Agustus 1903 ditandatangani Said bin Achmad Basandiet sebagai ketua, Bagaimanapun,
anggaran dasar Jamiat Kheir yang disetujui gubernur jenderal Hindia pada 1903 itu kemudian
diubah. Perubahan tersebut dilakukan beberapa kali. Akhirnya, pada 1905 ada penambahan
pasal-pasal dalam anggaran dasar tersebut, yakni organisasi bertujuan untuk "membangun
sekolah-sekolah hingga pelaksanaan pengajarannya".

3
Suwendi, sejarah dan pemikiran pendidikan islam (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2004), hlm. 87
4
Hasbullaah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, h.29

5
Pada 17 Juni 1905 Jamiat Kheir resmi berdiri. Hingga tahun 1910, Jamiat Kheir berkali-kali
mengalamii perubahan anggaran dasar. Pada 1909, Jamiat Kheir mulai mendirikan sekolah dasar
di Pekojan. Para orang tua murid tidak dipungut biaya. Sistem yang diterapkan di sana berbeda
dengan pendidikan tradisional semisal pesantren. Karena itu, organisasi ini dapat dianggap
sebagai salah satu perintis pendidikan Islam modern di Jawa.

Bahkan, kiprah Jamiat Kheir pada awal abad ke-20 tidak hanya dalam bidang pendidikan,
tetapi juga sosial dan ekonomi. Masyarakat sasarannya pun bukan cuma sesama komunitas Arab,
tetapi juga Muslimin pribumi. Dengan demikian, sejak awal spirit untuk persatuan dan
kebangsaan Indonesia sudah tertancap kuat dalam organisasi ini. Pada awal mula didirikan tahun
1901 M, Organisasi Jamiat Kheir lebih bersifat organisasi sosial kemasyarakatan, dimana tujuan
awalnya dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, membantu fakir miskin, baik dalam segi
material maupun spiritual. Kedua, mendidik dan mempersiapkan generasi muda Islam untuk
mampu berperan pada masa depan. Dan yang ketiga, menolong umat yang lemah dalam sektor
ekonomi.

Berdirinya madrasah Jamiat Kheir berdasarkan akta notaris J.W.Roeloffs Valks Notaris
Batavia, nomor 143 tertanggal 17 Oktober 1919 dalam akta STICHTINGSBRIEF der
STICHTING "SCHOOL DJAMEAT GEIR" dengan susunan pengurus pertamanya, sebagai
ketua Said Aboebakar bin Alie bin Shahab dan sebagai anggota-anggota pengurus lainnya
adalah: Said Abdulla bin Hoesin Alaijdroes, Said Aloei bin Abdulrachman Alhabsi, Said
Aboebakar bin Mohamad Alhabsi, Said Aboebakar bin Abdullah Alatas, Said Aijdroes bin
Achmad bin Shahab dan Sech Achmad bin Abdulla Basalama (semua dalam ejaan aslinya dalam
akta tersebut).5

C. Tujuan jamiatul al-khairiyah


Jami'at Khair melaksanakan Rapat Umum Anggota pertama pada 9 April 1906. Hasil dari
rapat tersebut adalah menambahkan tujuan Jami'at Khair yaitu membangun sekolah-sekolah
hingga pelaksanaan pengajarannya. Perubahan terjadi pada bagian keanggotaan, anggota Jami'at
Khair yang sebelumnya hanya untuk masyarakat keturunan Arab menjadi terbuka bagi semua
bangsa yang beragama Islam. Kedua hal tersebut semakin memperluas ruang gerak Jami'at
Khair.

Rapat anggota Jami'at Khair bulan April 1910 memutuskan untuk mengajukan surat untuk
merubah Anggaran Dasar Jami'at Khair, Anggaran Dasar Jami'at Khair mengalami tiga kali
perubahan, hal ini bertujuan untuk memperluas tujuan dan bidang yang akan dilakukan Jami'at
Khair. Pada tanggal 22 Juni 1910 surat permohonan diajukan perubahan Anggaran Dasar Jami'at
Khair oleh Muhammad bin Abdurrahman Syahab sebagai ketua dan Muhammad bin Syekh bin
Syahab sebagai sekretaris dan perubahan tersebut disetujui pada tanggal 3 Oktober 1910. 6

5
Zuharini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, PT.Bumi Aksara, Jakarta,1992, h. 148- 150
6
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT.Raja Grafindo, Jakarta, 1996. h.37-39

6
Dengan semakin berkembangnya Jami'at Khair menyebabkan semakin meluas pula tujuan
Jami'at Khair. Diantaranya adalah:

1) Mendirikan dan mengurus gedung- gedung sekolah serta bangunan lain di Batavia untuk
kepentingan umat Islam,
2) Mengupayakan sekolah-sekolah untuk memperoleh pengetahuan agama Islam,
3) Mendirikan perpustakaan yang mengupayakan buku-buku untuk menambah pengetahuan
dan kecerdasan.

Pada tanggal 3 Oktober 1910, dikembangkan lagi tujuan dari Jamiat Kheir pada saat itu
termasuk:

- Mendirikan dan merawat bangunan sekolah dan lainnya untuk kepentingan umat muslim
- Mengembangkan pengetahuan siswa terhadap ilmu keislaman
- Mendorong pembelajaran ilmu keislaman ke sekolah-sekolah lain
- Mendirikan perpustakaan dan mengumpulkan buku untuk dipelajari 7

Pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1918 memutuskan bahwa Jamiat Kheir yang
merupakan badan yang dikembangkan oleh kaum asing (non-pribumi) dilarang untuk beraktifitas
terhadap pribumi.

Jami'at Khair mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan (Al-Banaat) pada tahun 1919
M. Jami'at Khair mendatangkan para pengajarnya dari wilayah Arab. Muallim Tunus dan Syekh
Ahmad Surkati merupakan tenaga pengajar yang dipanggil untuk datang ke Indonesia. Jami'at
Khair memiliki peran yang penting bagi kelangsungan organisasi dan pendirian sekolah di
Indonesia. Sehingga hal ini menyebabkan Jami at Khair menjadi organisasi pertama di Indonesia
dengan bentuk modern dalam masyarakat Islam dan mendirikan suatu sekolah dengan tata cara
yang modern seperti kurikulum, kelas, dan sarana prasana penunjang.

Dilihat dari pelaksanaan program pendidikannya, Jamiat Kheir telah melakukan beberapa
langkah pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama, pembaharuan dalam bidang
organisasi dan kelembagaan. Hal ini tampak pada perlunya dan semacam organisasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Kelengkapan itu semakin jelas ketika terbentuknya yayasan
pendidikan Jamiat Kheir, yang sekaligus mengesahkan system pengajaran klasikal seperti
bangku, papan tulis dan tentunya ruang belajar, yang menyamai kelengkapan sarana sekolah
sekolah pemerintah ketika itu. 8

Kedua, pembaharuan dalam aspek kurikulum metode mengajar. Saat-saat institusi pendidikan
Islam masih menerapkan system pengajaran pesantren dan surau, Jamiat Kheir mulai melangkah
ke system pengajaran klasikal (sekolah). Kurikulum yang digunakan, merupakan perpaduan

7
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1995. h.14
8
Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Ciputat, Quantum Teaching, 2005, h. 292

7
antara kurikulum sekolah pemerintah (mata pelajaran umum) dan kurikulum agama (mata
pelajaran agama). Langkah-langkah pembaharuan pendidikan yang seperti itu pulalah pada
hakikatnya, yang dicetuskan oleh Muhammad Abduh di Mesir sebelumnya. 9

Tujuan Jamiat Kheir semakin meluas, Diantaranya:

a. Mendirikan dan mengurus gedung-gedung sekolah serta bangunan lain di Batavia tak
kepentingan umat Islam
b. Mengupayakan sekolah-sekolah unik memperoleh pengetahuan agama
c. Mendirikan perpustakaan yang mengupayakan buku-buku untuk menambah pengetahuan
dan kecerdasan.

Untuk memenuhi tenaga guu ymg berkualitas Jamiat Khair mendatangkan gum-guru dari
daerah-daerah lain bahkan dari fuir negeri untuk mengajar di sekolan tersebut. Pada tahun 1907
11. Muhammad Mamer seorang guru dari Padang dimint untuk mengejar disekolah tersebut
karena pengetahuannya yang luas dalam bidang agama dan karena kemampuannya di dalam
bahasa Melayu. Al-Hasyimi didatangkan dari Tams sekitar tahan 1911 yang disamping mengajar
juga memperkenalkan gerakan kepanduan dan olah taga di lingkungan seolah Jami'at Khair
Beliau yang pertama kali mendirikan gerakan kepanduan di kalangan orang- orang Islam di
Indonesia,

Pada bulan Oktober 1911 tiga orang gun dari negeri-negeri Arah hergabung ke Jam'iat Khair.
Mereka adalah Syaikh Ahmad Seati dan Sudan, Syekh Muhammad Taib dan Maroko, dan Syekh
Muhammad Abdul Hamid duri Makkah. Surkasi yang memainkan peranan yang sanga penting
dalam penyebaran pemikiran-pemikiran baru dalam lingkungan masyarakat Islam di Indonesia,
adalah yang terpenting dari ketiga pendatang haru ini.

Menyusul kemudian pada Oktober 1913 empat orang guru sahabat-sahabat dan salah seorang
diantaranya adalah saudara kandungnya sendiri, yaitu Muhammad Abdul Fadal Ansari (saudara
kandung Surkati), Muhammad Noor (Abdul Anwar) al-Ansari, Hasan Hamid al-Ansari, dan
seorang lagi yang kemudian diperuntukkan bagi Jam'iat Khair yang didirikan di Surabaya, yaitu
Ahmad al Awif.

Pada bulan Desember 1923 (Jumadil Awal 1342) didirikan gedung Jam'iat Khair di Tanah
Abang yang mempunyai 8 lokal. Kemudian ditambah 2 lokal, sehingga menjadi 10 lokal. Jam'iat
Khair terdiri beberapa tingkat yaitu:

a) Tingkat Tahdiriah Lamanya I tahun


b) Tingkat Ibtidaiyah Lamanya 6 tahun.
c) Tingkat Tsanawiyah Lamanya 3 tahun

9
Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Ciputat, Quantum Teaching, , 2005, h. 292

8
Mereka yang yang telah di anggap lulus dari Tsanawiyah dapat menyambung pelajarannya ke
Mesir atau ke Mekah. Dan untuk zaman sekarang tinggal di tambah dengan bagian P.G.A.
Pertama lamanya 4 tahun (Menurut rencana japenda), yang di terima masuk Tsanawiyah ialah
murid-murid tamatan Ibtidaiyah dan yang diterima P.G.A. ialah murid-murid tamatan S.R.10

Jamiatul Khair banyak mendatangkan surat kabar dan majalah dari Timur Tengah. Organisasi
ini juga melakukan korespondensi (surat- menyurat) dengan tokoh-tokoh pergerakan dan surat
kabar luar negeri. Dengan demikian kabar-kabar mengenai kekejaman penjajah Belanda di
Indonesia dapat sampai ke dunia luar, antara lain karena melalui Jamiatul Khair. Snouck
Hurgronje, seorang orientalis yang berperan besar dalam penaklukan Aceh, dengan terang-
terangan bahkan menuding Jamiatul Khair membahayakan pemerintah Belanda. Melalui siswa-
siswanya, Jamiatul Khair ikut berkontribusi dalam perjuangan membebaskan tanah air dari
cengkeraman para penjajah serta melakukan syiar islam ke seluruh nusantara.

Dalam rangka memperkuat basis gerakan sosial, ekonomi, budaya dan politik, Jamiat Kheir
tidak melibatkan diri secara organisasi, disebabkan perkumpulan ini mendapat pengawasan yang
sangat ketat dari pemerintahan Belanda. Jamiat Kheir membebaskan anggotanya untuk berperan
aktif di organisasi lain, seperti di Budi Utomo dan Sarikat Islam. Menurut H. Agus Salim banyak
anggota Budi Utomo dan Sarikat Islam sebelum itu adalah anggota Jamiat Kheir. Walaupun
demikian,

Jamiat Kheir pernah juga mendirikan organisasi pendidikan orang Islam muda yang
dinamakan Sumatra-Batavia al- Khairat pada tahun 1908. Jamiat Kheir juga mendukung usaha
bidang jurnalistik. Tiap orang Indonesia yang berusaha di bidang perdagangan atau ekonomi
diusahakan untuk bekerjasama dengan gerakan ini. Mungkin haji Samanhudi, pedagang batik di
Surakarta terpengaruh oleh gerakan ini atas inisiatifnya, pedagang Arab dan Indonesia
mendirikan suatu organisasi di Surakarta untuk melindungi diri terhadap pedagang Cina, di
bawah pimpinan Raden Mas Tirtoadisoejo.11

Jamiat Kheir, selain sebagai pelopor pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam, juga
menjunjung tinggi semangat nasionalisme dalam melawan penjajah Belanda. Hubungan Jamiat
Kheir dengan Negara-negara Islam di Timur Tengah seperti Mesir, Turki dan lain-lainnya
terjalin dengan baik. Bahkan Jamiat Kheir pernah mengirimkan surat ke Sultan Turki selaku
khilafat di Istambul. Kemungkinan hubungan tersebut banyak sedikitnya dapat menimbulkan
kecurigaan pemerintahan kolonial Belanda terhadap Jamiat Kheir sebagai sebuah organisasi
Islam. Jamiat Kheir dapat saja menganggap hubungan itu hanya sebagai keterikatan dengan
konsep khilafat.

Dan hubungan seperti itu merupakan kelanjutan tradisi dalam dunia Islam, yaitu hubungan
antara ulama dengan pemerintah. Tapi dari segi politis, keharusan akan adanya jalinan hubungan

10
Abdurrahman Mas’ud, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal. 24.
11
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1973. Hal. 37-39

9
ulama dengan khilafat adalah merupakan cirri dari kekhalifahan (pemerintahan) Islam sebagai
negara patrimonial. Aktivitas seperti itu, diduga menjadi salah satu penyebab kekahawatiran
pemerintah terhadap Jamiat Kheir, hingga timbul larangan bagi organisasi ini ketika itu untuk
membuka cabang-cabangnya di luar kota Batavia.12

D. Peran jamiatul al-khairiyah dalam Pendidikan islam


Berdiri sejak awal abad ke-20, Jamiat Kheir turut mencerdaskan kehidupan Muslimin di
Indonesia. Dengan gigih, organisasi yang dirintis kaum keturunan Arab ini melawan hegemoni
kolonial. Kini, perannya terus mengemuka di ranah pendidikan. Awal abad ke-20 menandai
corak baru dalam sistem kolonialisme di Indonesia.

Organisasi ini anggotanya mayoritas orang-orang Arab, yang didinkan pada tanggal 17 juli
1905. Program utamanya alah pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar, dan pengiriman
anak-anak muda ke Turk untuk melanjutkan pelajaran. Namun program tersebut agak terhambat
karena kekurangan dana dan kemunduran khilafah.

Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jami'at khair ini didrikan di jakarta tanggal 17 juli
1905. Anggota nya orang-orang arab dan tidak menutup kemungkinan untuk setiap muslim
menjadi anggotaanpa diskriminasi asal usul. Umumnya anggota dan pemimpinya terdiri dari
orang yang berada. Dua bidang yang sangat diperhatikan adalah

- pendirian dan pembinaan satu sekolah tingkat dasar


- pengiriman anak-anak muda ke turki

sekolah dasar jami'at khair bukan hanya mempelajari pengetahuan agama tetapi juga
mempelajari pengetahuan umum. Untuk memenuhi tenaga guru yang berkualitas jami'at khair
mendatangkan guru dari daerah lain bahkan luar negri. Pada bulan oktober 1911 tiga orang guru
dari negeri arab bergabung ke jami'ay khair. Mereka adalah Syeikh ahamad Surkati dari sudan
dan Syekh muhamad taib dari maroko dan syekh muhamad abdul hamid dari mekah

Menyusul kemudian pada oktober 1913 empat orang guru sahabat-sahabat surkati dan salah
seorang diantaranya adalah saudara kandungnya sendiri yaitu muhamad abdul fadal Ansari,
muhamad noor, hasan hamid al-antasari dan seorang lagi yang kemudian diperuntukan bagi
jama'ay khair yang didirikan dikota surabaya, yaiti ahmad al awif.

Disamping membawa pembaharuan dalam sistem pengajaran yang pertama memasukan


pengetahuan umum dan bangsa asing kedalam daftar pengajarannya dan mereka juga
memperjuangkan persamaan hak sesama muslim dan pemikiran kembal kepada Al-Qur'An dan
hadis. Hal ini yang menyebabkan mereka terasing dari kalangan Sayid dari jami'at khair. Suatu

12
HM. Amin Haedari, Masa Depan Pesantren: Dalam Tantangan Modernitas dan Kompleksitas Global,
(Jakarta:IRD Press, 2004), hal.234

10
hal penting yang dicatat adalah pernyataan penting bahwa jami'at khair yang pertama memulai
organisasinya dngan bentuk modern dalam masyarakat islam. 13

Jamiaat khair memiliki pengaruh sangat besar dalam segi Pendidikan dan sosial bagi
Organisasi Pembaharuan Islam ini berkantor di daerah Pekojan di Tanjung Priok (Jakarta). Oleh
karena perkembangannya dari waktu ke waktu semakin pesat, maka pusat organisasi ini
dipindahkan dari Pekojan ke Jl. Karet, Tanah Abang. Organisasi ini dikenal banyak melahirkan
tokoh-tokoh Islam, terdiri dari tokoh- tokoh gerakan pembaharuan agama Islam antara lain, Kyai
Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), HOS Tjokroaminoto (pendiri Syarikat Islam), H.
Samanhudi (tokoh Sarekat Dagang Islam), dan H. Agus Salim. Bahkan beberapa tokoh perintis
kemerdekaan juga merupakan anggota atau setidaknya mempunyai hubungan dekat dengan
Jamiatul Khair.

Awalnya memusatkan usahanya pada pendidikan, namun kemudian memperluasnya dengan


dakwah dan penerbitan surat kabar harian Utusan Hindia di bawah pimpinan Haji Umar Said
Cokroaminoto (Maret 1913). Kegiatan organisasi juga meluas dengan mendirikan Panti Asuhan
Piatu Daarul Aitam. Di Tanah Abang, Habib Abubakar bersama sejumlah Alawiyyin juga
mendirikan sekolah untuk putra (aulad) di Jl. Karet dan putri (banat) di Jl. Kebon Melati serta
cabang Jamiatul Khair di Tanah Tinggi Senen.

Disamping itu, aktivitas Jamiat Kheir kala itu lebih mengarah pada masalah sosial
kemasyarakatan, yang menitik-beratkan pada masalah penanggulangan kemiskinan dan
kebodohan yang diderita oleh umat Islam akibat penjajahan. Kegiatan santunan orang yang tidak
mampu, yatim, orang jompo sangat mendominasi program Jamiat Kheir dibuktikan kemudian
oleh pengurus dengan membuat panti asuhan Daarul Aitam, yang secara khusus merawat dan
mendidik anak-anak yatim yang hingga saat ini masih aktif.

Dan yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui adalah bahwa Jamiat Kheir ketika itu
memiliki reputasi internasional melalui hubungan dengan kaum muslimin di timur tengah.
Dengan dasar ukhuwah Islamiyah, Jamiat Kheir banyak membantu secara finansial untuk korban
perang di Tripoli (Libya), membantu pembangunan jalan kereta api di Hijaz yang
menghubungkan kota Madinah. Almunawwarah dengan daerah-dearah disekitar Syam
(Yordania, Palestina, Syria, Irak) dan lain-lain.

Untuk memenuhi tenaga guru ymg berkualitas Jamiat Khair mendatangkan gum-guru dari
daerah-daerah lain bahkan dari fuir negeri untuk mengajar di sekolan tersebut. Pada tahun 1907
11. Muhammad Mamer seorang guru dari Padang dimint untuk mengejar disekolah tersebut
karena pengetahuannya yang luas dalam bidang agama dan karena kemampuannya di dalam
bahasa Melayu. Al-Hasyimi didatangkan dari Tams sekitar tahan 1911 yang disamping mengajar
juga memperkenalkan gerakan kepanduan dan olah taga di lingkungan seolah Jami'at Khair

13
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992. Hal 153

11
Beliau yang pertama kali mendirikan gerakan kepanduan di kalangan orang- orang Islam di
Indonesia,

Pada bulan Oktober 1911 tiga orang gun dari negeri-negeri Arah hergabung ke Jam'iat Khair.
Mereka adalah Syaikh Ahmad Seati dan Sudan, Syekh Muhammad Taib dan Maroko, dan Syekh
Muhammad Abdul Hamid duri Makkah. Surkasi yang memainkan peranan yang sanga penting
dalam penyebaran pemikiran-pemikiran baru dalam lingkungan masyarakat Islam di Indonesia,
adalah yang terpenting dari ketiga pendatang haru ini.

Jamiat Kheir, selain sebagai pelopor pembaruan dalam bidang pendidikan. Islam, juga
menjunjung tinggi semangat nasionalisme dalam melawan Belanda. Organisasi ini membangun
hubungan diplomasi dengan Negara-negara Islam di Timur Tengah seperti Turki, Mesir, dan lain
sebagainya. Jamiat Kheir mengirim surat untuk Sultan Turki yang saat itu menduduki Khilafah
di Turki. Melalui pengurusnya, Jamiat Kheir menjalin hubungan dengan pemuka-pemuka Islam
di Timur Tengah Diantaranya Sayid Ali Yusuf, Ali Kamil, Abdul Hamid Zaki, Ahmad Hasan
Tabarah, dan masih banyak yang lainnya.

Jamiat Kheir melakukan pembaruan sistem pendidikan Islam dengan tujuan melawan
pengaruh pendidikan kolonial. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, Jamiat Kheir juga
melakukan perlawanan melalui media Jurnalistik berupa muatan narasi anti kolonial pada tiap
surat kabar sebagai bagian penggalangan suara dunia luar terhadap praktik kolonisasi. 14

E. Sistem Pendidikan jamiatul al-khairiyah


Jamiat melakukan pembaruan sistem pendidikan Islam dengan tujuan melawan pengaruh
pendidikan kolonial. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, Jamiat Kheir juga melakukan
perlawanan melalui media Jurnalistik berupa muatan narasi anti kolonial pada tiap surat kabar
sebagai bagian penggalangan suara dunia luar terhadap praktik kolonisasi.

Pada awalnya, wajah pendidikan Islam di Nusantara terwakili oleh sekolah kolonial yang
sekuler dan kental dengan rasisme dan pesantren sebagai model pendidikan Islam yang
konvensional. Namun, sejatinya sistem pendidikan kolonial ini dirancang untuk mengeksploitasi
sumber daya sedangkan pesantren menjadi institusi paling kolot dan hanya berorientasi pada
keagamaan tanpa mempertimbangkan urgensi ilmu pasti. Kesadaran berserikat menjadi langkah
pertama dalam merespon ancaman mengenai pemudaran Islam sebagai kepercayaan dan gaya
hidup. Langkah ini yang kelak melahirkan sikap patriotisme dan rasa nasionalisme masyarakat
Indonesia.

Berkat kontak langsung dengan pemikiran barat membawa perubahan paradigma umat untuk
belajar kepada bangsa barat sehingga ketertinggalan selama ini dirasakan mampu diminimalisir.

14
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, Hal. 295

12
Pendidikan Islam mulai mengadopsi pemikiran. yang disesuaikan dalam paham teologis dengan
ilmu pengetahuan yang rasional serta terbarukan. Langkah tersebut diharapkan mampu
melepaskan umat Islam dari romantismenya sehingga melupakan langkah inovatif sebagai
terobosan untuk selanjutnya dibawa pada kemajuan.

Jamiat Kheir, selain sebagai pelopor pembaruan dalam bidang pendidikan Islam, juga
menjunjung tinggi semangat nasionalisme dalam melawan Belanda. Organisasi ini membangun
hubungan diplomasi dengan Negara-negara Islam di Timur Tengah seperti Turki, Mesir, dan lain
sebagainya. Jamiat Kheir mengirim surat untuk Sultan Turki yang saat itu menduduki Khilafah
di Turki. Melalui pengurusnya, Jamiat Kheir menjalin hubungan dengan pemuka-pemuka Islam
di Timur Tengah Diantaranya Sayid Ali Yusuf, Ali Kamil, Abdul Hamid Zaki, Ahmad Hasan
Tabarah, dan masih banyak yang lainnya.

Sistem pendidikan di Jamiat Kheir memiliki kurikulum yang mengatur skema pendidikan
waktu, jam, dan target-targetnya. Beberapa aturan pengajaran di Jamiat Kheir adalah lama
belajar 6 tahun yang terdiri dari 1 tahun persiapan dan 5 tahun sekolah dasar, usia minimal
masuk sekolah 7 tahun; penerimaan murid. dilakukan setiap bulan Syawwal; pengajaran di kelas
persiapan dan kelas satu berlangsung selama 4 jam pelajaran (09.00-11.15); kemudian untuk
kelas lainnya berlangsung selama 6 jam pelajaran (09.00-13.00). Di setiap dua jam, terdapat
waktu istirahat selama 15 menit. pelajaran yang diajarkan di sana adalah: Al-Qur'an Ejaan
Bahasa Arab, Membaca dan Telaah, Ilmu Bumi, Tafsir, Sejarah Nabi Percakapan, Bahasa dan
Tulisan Melayu, Aqaid Sharaf Dikte Sejarah Tauhid, Nahwu, Hafalan, Ilmu Alam, Ibadah,
Tashrif, Berhitung, Keterampilan, Fikih, Tajwid, Karangan, Kesenian, Menulis Arab (Khat),
Ilmu Faraid, dan menulis latin.

Jamiat Khair memiliki kurikulum yang mengatur skema pendidikan baik waktu, jam, dan
target-target, Berikut beberapa aktivitas pengajaran dijamiatul khair:

a) Lama belajar 6 tahun. 1 tahun persiapan dan 5 tahun sekolah dasar,


b) Usia minimal masuk sekolah 7 tahun.
c) Penerimaan murid dilakukan setiap bulan Syawal
d) Pengajaran di kelas persapun don kalas satu berlangsung selama 4 jam pelajaran (09.00-
11.15), kemudian untuk kelas lainnya berlangsung selama 6 jam pelajaran (09:00-13.00.
Di setiap dua jam, terdapat waktu istirahat salam 15 menit.
e) Hari libur sekolah:
 Tanggal 1 Muharram.
 Tanggal 12 Rabi ul Awal (Kelahiran Nabi Muhammad).
 Tanggal 27 Rajab (Isra' Mi'raj).
 Tanggal 9, 10, dan 11 Dzulhijjah (Idul Adha).
 Tanggal 1 Januari (Tahun Baru Maschi).
 Tanggal 30 April (Kelahiran Ratu Wilhelmina, pada masa penjajahan).
 Tanggal 31 Agustus (Kelahiran Ratu Juliana, pada masa penjajahan).
13
 Libur tahunan 1 bulan 3 hari, awal Ramadhan hingga 4 Syawwal.
 Libur mingguan setiap hari Jumat.
 Libur khusus ketika ada pelepasan guru, perpindahan pimpinan sekolah, k. dan
acara sekolah lain.

Adapun Pelajaran yang diajarkan adalah:

Al- Quran Ejaan Bahasa Arab Membaca dan Ilmu Bumi


Telaah
Tafsir Sejarah Nabi Percakapan Bahasa dan Tulisan
Melayu
Aqa’id Sharaf Dikte Sejarah
Tauhid Nahwu Hafalan Ilmu Kalam
Ibadah Tashrif Berhitung Ketrampilan
Fiqih Tajwid Karangan Kesenian
Menulis Arab (khat) Ilmu Faraid Menulis Latin Ilmu Bumi

Yayasan Pendidikan Jamiat Khair sejak tahun 1901 hingga 1985 telah memiliki sekolah,
yaitu:

1. Rawdat Al-Athfal (Taman Kanak Kanak)


2. Ibtidaiyyah (Puteri)
3. Ibtidaiyyah (Putera)
4. Tsanawiyyah I (Pagi) (sejak tahun 1969)
5. Tsanawiyyah II (Sore)
6. Aliyah I (Pagi) (sejak tahun 1973)
7. Aliyah II (Sore)
8. SMP (Sore) (sejak tahun 1979)
9. Institut Agama Islam Jami'at Khair (IAI) (sejak tahun 1979)
10. Kursus Bahasa Arab

Dalam pendirian sebuah yayasan pendidikan, Jami'at Khair memiliki visi dan misi serta
tujuan yang terstruktur. Visi Yayasan Pendidikan Jami'at Khair, yaitu mencerdaskan umat
sejalan dengan tantangan kemajuan zaman berpegang teguh pada landasan ajaran Islam,
wawasan ke-Islaman secara utuh (kaffah) terpadu antara iman, ilmu dan amal, terintegrasi antara
IMTAQ dan IPTEK, dan wawasan keunggulan, ketekunan, kesungguhan dan keikhlasan dalam
rangka ibadah kepada Allah SWT.

Misi Yayasan Pendidikan Jami at Khair, yaitu

1) Menyiarkan agama Islam dan bahasa Arab,

14
2) Berkhidmat untuk umat sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad
SAW.
3) Menanamkan keyakinan yang kuat dan kebanggaan terhadap kebenaran Islam sebagai
petunjuk Allah SWT satu- satunya demi keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

Kemudian tujuan Yayasan Pendidikan Jami at Khair, yaitu:

1) Mempersiapkan generasi Islam yang cinta kepada Allah SWT dan taat kepada Rasulullah
SAW, sayang kepada sesama, berakhlak mulia, percaya diri, teguh pendirian, selalu
bertitik kepada kebenaran dan keadilan, bermanfaat bagi agama, umat dan masyarakat,
menerapkan ajaran agama Islam dalam meningkatkan martabat bangsa dan negara,
2) Membentuk kepribadian ulama yang berwawasan luas, ahli dalam bidangnya, mampu
berbahasa Arab dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat dan bangsa.
3) Menanamkan mahabbah kepada kaum mukminin, utamanya ahli bait (keluarga Nabi
Muhammad SAW) dan para sahabatnya.15

15
Amin Haedari, Masa Depan Pesantren (Jakarta: IRD Press, 2005). Hal 215

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jami'at Khair merupakan organisasi pembaharuan dalam bidang pendidikan di Indonesia.
Terdapat pasang surut dalam sejarah pendirian organisasi ini. Pada awal pendiriannya, Jami'at
Khair yang didirikan oleh keturunan Arah di Batavia hanya bergerak pada bidang sosial. Akan
tetapi, ketika melihat kondisi pendidikan pada masa kolonialisasi Belanda mereka mulai
menfokuskan pada bidang pendidikan. Keturunan Arab yang menetap di Indonesia memiliki
kedudukan yang cukup tinggi pada masa Pemerintahan Hindia-Belanda. Oleh karena itu mereka
bisa mendapat izin untuk mendirikan organisasi Islam di Indonesia.

Di bidang pendidikan mereka mendirikan dan mengurus gedung-gedung sekolah serta


bangunan lain di Batavia demi kepentingan umat Islam. Mereka mengupayakan sekolah-sekolah
untuk memperoleh pengetahuan agama Islam, serta mendirikan perpustakaan yang
mengupayakan buku-buku untuk menambah pengetahuan dan kecerdasan. Sehingga bisa
dikatakan Jami at Khair sebagai pelopor modern organisasi Islam dalam bidang pendidikan.

B. SARAN
Demikian makalah ini telah kami selesaikan dengan baik meskipun masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan sangat terbuka menerima saran maupun kritik dari
pembimbing maupun pembaca. Harapan kami, dengan adanya makalah ini kita semua dapat
mengetahui dan lebih memahami tentang “SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PERANNYA DALAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN ISLAM di INDONESIA: AL-KHAIRIYAH” . Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini, kembali lagi pada sifat manusia tempatnya salah maka kami memohon
maaf kepada pembimbing dan pembaca, serta kepada Allah swt, kami mohon ampun. Semoga
makalah ini dapat menambah ilmu wawasan bagi kita semua, Aamiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Haedari Amin. (2005). Masa Depan Pesantren. Jakarta: IRD Press.

Haedari M. Amin. (2004). Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan
Kompleksitas Global. Jakarta: IRD Press.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.

Mas'ud Abdurrahman. (2002). Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: IAIN Walisongo
dan Pustaka Pelajar.

Nata Abudin. (2004). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Nizar Dr. Syamsul. (2005). Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, (Potret Timur
Tengah Era Awal dan Indonesia). Jakarta: Quantum Teaching.

Noer Deliar. (1973). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.

Suwendi. (2004). Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yunus Prof. Dr. Mahmud. (1995). Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta Pusat :
Mutiara Sumber Widya.

Zuhairini. (1992). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

17

Anda mungkin juga menyukai