Anda di halaman 1dari 15

makalah akhlak terhadap diri sendiri

AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI

TUGAS MAKALAH AKHLAK

TASAWUF

Kelompok 12

Dosen Pembimbing:Junaidah,MA

Disusun Oleh:

Nama NPM

Iis santika 1411030092

Yuni Arsih 1411030137

Lista Aryani 1411030103

FAK/JUR/SMT/KLS :Tarbiyah Dan Keguruan/MPI/II/B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG TA.2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin

penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui lebi h detail tentang “Akhlak terhadap

diri sendiri”. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang

dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Junaidah,MA yang membantu

membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Dengan demikian penyusun mengucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Bandar Lampung, 09 April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan...................................................................................................1

A. Latar belakang Masalah.................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

Bab II Pembahasan...................................................................................................2

A. Pengertian akhlak terhadap diri sendiri................................................................2

B. Macam-macam akhlak seorang muslim...............................................................4

C. Cara memelihara akhlak terhadap diri sendiri....................................................10

D. Manfaat akhlak terhadap diri sendiri..................................................................12

Bab III Penutup..........................................................................................................13

A. Kesimpulan..................................................................................................................13

Daftar Pustaka.........................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini moral bangsa ini semakin hancur dan hilang hal ini terbukti dengan adanya

perilaku-perilaku amoral yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum muda. Sikap

amoral yang sekarang semakin merajalela di kehidupan masyarakat dan malah sudah dianggap biasa

dan wajar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari kesalahan orang tua dalam
mendidik anaknya yang membiarkan begitu saja tanpa dibekali adanya pengetahuan-

pengetahuan agama yang dijadikan pedoman hidup dalam mengarunggi kehidupanya didunia.

Salah satu kunci utama dalam membenahi akhlak bangsa ini yaitu dengan

menitikberatkan pada lingkungan keluarga dan perlu penyadaran terhadap setiap keluarga

bahwasanya pendidikan akhlak terutama pendidikan akhlak penting untuk diajarkan dan

ditanamkan dalam diri seorang anak. Dalam proses penanaman nilai akhlak ini haruslah pertama

kali ditanamkan nilai-nilai akhlak terhadap diri sendiri karena semua hal itu dimulai dari diri kita

sendiri, setelah diri kita benar-benar tertanam nilai akhlak maka secara otomatis dapat menjalar

dalam aspek-aspek kehidupan yang lain.

Pada makalah ini dibahas mengenai akhlak terhadap diri sendiri ,semoga dengan adanya

makalah ini dapat mempermudah kita dalam berakhlak kepada diri kita, dan dapat menjadikan

kita menjadi orang yang benar-benar berakhlak dan menjadi seorang muslim yang benar-benar

bertakwa kepada Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud akhlak terhadap diri sendiri?

2. Bagaimana akhlak terhadap diri sendiri?

3. Apa saja manfaat terhadap diri sendiri?

C. Tujuan

1. Supaya kita tahu apa itu akhlak terhadap diri sendiri.

2. Mengerti bagaimana akhlak yang harus dimiliki terhadap diri sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Pada Diri Sendiri

Menurut etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab bentuk jamak dari mufradnya

khuluq yang berarti “budi pekerti”. Sedangkan menurut terminologi, kata “budi pekerti”, budi
adalah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran,

ratio. Budi disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong

oleh perasaan hati yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio

dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia

Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun
bukan berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan
kewajiban yang
pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan keyakinan yang sesungguhnya bahwa

“Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah

sekaligus merupakan kewajiban manusia bagi dirinya untuk keselamatannya.

Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk

memenuhi haknya. Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau

menzalimi dirinya sendiri. Dalam diri manusia mempunyai dua unsur, yakni jasmani (jasad) dan

rohani (jiwa). Selain itu manusia juga dikaruniai akal pikiran yang membedakan manusia dengan

makhluk Allah yang lainnya. Tiap-tiap unsur memiliki hak di mana antara satu dan yang lainnya

mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya masing-masing. 1[1]

Jadi ,Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah2[2] sikap seseorang

terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam

memperlakukan diri kita , dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang

tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.

Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal

yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya

tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi

obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu

kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat

membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya.

Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus

kita hindari.

Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali

menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati

juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.

Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam

penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan

menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit

hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut
Dengki, Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat

buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan

kedengkian. Rasulullah bersabda: “Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw.

Bersabda, “hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti

api yang

melahapminyak.”(H.R.AbuDawud).

Munafiq, Orang yang mereka ucapkanmunafiq adalah orang yang berpura-pura atau

ingkar. Apa tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang
munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam
hadits, yaitu:

: .” , ,

Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: ” tanda -tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia

berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.” (H.R. Bukhari,

Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa’i)

B. Macam-Macam Akhlak Seorang Muslim Pada Diri Sendiri

1. Berakhlak terhadap jasmani

a. Senantiasa Menjaga Kebersihan3[3]

Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Seorang muslim harus bersih/ suci badan,

pakaian, dan tempat, terutama saat akan melaksanakan sholat dan beribadah kepada Allah, di

samping suci dari kotoran, juga suci dari hadas.


Allah SWT berfirman :

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan

janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka

campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al

Baqarah:222)

Artinya : Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid
yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di

dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan

sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At Taubah:108)


b. Menjaga Makan dan Minumnya4[4]

Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak makan dan

minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati.

Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak

berlebihan. Sebaiknya sepertiga dari perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga

untuk udara.
Allah SWT berfirman :

Artinya : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan

syukurilah ni'mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. An Nahl:114)

c. Menjaga Kesehatan5[5][4]

Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah

kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan anmanah dari-Nya. Riyadhah atau latihan jasmani

sangat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun riyadhah harus tetap dilakukan

menurut etika yang ditetapkan oleh Islam. Orang mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih dicintai

Allah SWT daripada mukmin yang lemah.

Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari

mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang

bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila

engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh

Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim)

d. Berbusana yang Islami6[6][5]


Manusia mempunya budi, akal dan kehormatan, sehingga bagian-bagian badannya ada

yang harus ditutupi (aurat) karena tidak pantas untuk dilihat orang lain. Dari segi kebutuhan

alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya,

seperti dingin, panas, dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan

Allah SWT menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuatb pakaian sebagai penutup badan.

Allah SWT berfirman :

Artinya : Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang

demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu

ingat. (QS. Al A’raf:26)

2. Berakhlak terhadap Akal7[7][6]

a. Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu merupakan salah satu kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai

bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni

berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya. Sebuah hadits Rasulullah SAW

menggambarkan :

( )

Artinya : “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Seorang mu’min, tidak hanya mencari ilmu dikarenakan sebagai satu kewajiban, yang jika telah

selesai kewajibannya maka setelah itu sudah dan berhenti. Namun seorang mu’min adalah yang

senantiasa menambah dan menambah ilmunya, kendatipun usia telah memakan dirinya.

Menuntut ilmu juga tidak terbatas hanya pada pendidikan formal akademis namun dapat

dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

b. Memiliki Spesialisasi Ilmu yang dikuasai

Setiap muslim perlu mempelajari hal-hal yang memang sangat urgen dalam kehidupannya.

Menurut Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (1993 : 48), hal-hal yang harus dikuasai setiap muslim adalah
: Al-Qur'an, baik dari segi bacaan, tajwid dan tafsirnya; kemudian ilmu hadits; sirah dan sejarah para
sahabat; fikih terutama yang terkait dengan permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya.

Setiap muslim juga harus memiliki bidang spesialisasi yang harus ditekuninya. Spesialisasi ini

tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, seperti ekonomi, tehnik,

politik dan lain sebagainya. Dalam sejarahnya, banyak diantara generasi awal kaum muslimin

yang memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu.

c. Mengajarkan Ilmu pada Orang Lain

Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa

yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.


Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu

tidak mengetahui” (An-Nahl:43)

d. Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan

Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya

dalam “alam nyata.” Karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak

mengamalkannya.

Firman Allah SWT :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak

kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff)

3. Berakhlak terhadap jiwa

a. Bertaubat dan Menjauhkan Diri dari Dosa Besar

Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang

telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada

waktu yang akan datang.8[8][7] Allah SWT berfirman :


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa

(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu

dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika

Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mu'min yang bersama dia; sedang cahaya mereka

memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami,

sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa

atas segala sesuatu." (QS. At-Tahrim : 8)

Adapun yang termasuk dosa-dosa besar diantaranya :9[9][8]

1) Syirik

2) Kufur

3) Nifak

4) Riddah

5) Fasik

6) Berzina dan menuduh orang berzina

7) Membunuh manusia

8) Bersumpah palsu

b. Bermuraqabah

Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT.

Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia

merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain

Dia.10[10][9]

Firman Allah SWT :

Artinya : “Sesungguhnya Allah itu maha mengawasimu.” (QS. An-Nisa : 1)

c. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk

menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan pada yang diwajibkan

kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. Kalau termasuk yang

harus diqadha maka mengqadhanya. Dan bila ternyata terdapat sesuatu yang terlarang maka

memohon ampun, menyesali dan berusaha tidak mengulangi kembali. Muhasabah merupakan

salah satu cara untuk memperbaiki diri, membina, menyucikan, dan membersihkannya.11[11][10]

Firman Allah SWT :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada

Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)

d. Mujahadah

Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu.

Hawa nafsu senantiasa mencintai ajakan untuk terlena, menganggur, tenggelam dalam nafsu

yang mengembuskan syahwat, kendatipun padanya terdapat kesengsaraan dan penderitaan. Jika

seorang Muslim menyadari bahwa itu akan menyengsarakan dirinya, maka dia akan berjuang

dengan menyatakan perang kepadanya untuk menentang ajakannya, menumpas hawa nafsunya.

Firman Allah SWT :

Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya

Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf : 53)

C. Cara Memelihara Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri antara lain12[12] :

1. Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan
penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah ,

menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

2. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung

banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah

memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan

dengan

menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.


3. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya

atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki

yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang

lain.

4. Shidiq , artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam keadaan

benar lahir batin ,yaitu benar hati ,benar perkataan dan benar perbuatan.

5. Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin
menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya

terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah SAW bersabda bahwa “ tidaj (sempurna) iman

seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji . ”(
HR . Ahmad ) .

6. Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan

dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya “ Katakanlah bahwasanya aku

hanyalah

seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang
Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan

kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya”

7. Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari
segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang

tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya,

tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.

8. Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun

rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan

kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.
D.Manfaat Akhlak Terhadap Diri Sendiri

1. Berakhlak terhadap jasmani

a. jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan


b. tubuh menjadi sehat dan selalu bugar

c. menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah

2. Berakhlak terhadap akalnya:

a. memperoleh banyak ilmu

b. dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain

c. membantu orang lain


d. mendapat pahala dari Allah SWT

3. Berakhlak terhadap jiwa:

a. selalu dalam lindungan Allah SWT

b. jauh dari perbuatan yang buruk

c. selalu ingat kepada Allah SWT

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani

sifatnya atau rohani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri

kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.

Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri yaitu dengan sabar, shidiq, tawaduk, syukur,
istiqamah,iffah, pemaaf dan amanah.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, semoga dengan membaca makalah ini dapat dijadikan

pedoman kita dalam melangkah dan bias menjaga akhlak terhadap diri sendiri. Apabila ada

kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.

DAFTAR PUSTAKA

Djatnika,rahmat.1996. Sistem Etika Islami : Akhlak Mulia.Jakarta: Pustaka Panjimas.

Faridl,miftah.1997.Etika Islam: Nasehat Islam untuk Anda.Bandung: Pustaka.

Jabir El Jazairi,Abu bakar.1993.Pola Hidup Muslim (Minhajul Muslim): Etika.Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

Maulan,rizka, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat

: http://www.slideshare.net/rilamaulida04/akhlak-2 kamis, 09.04.15.58

Sikum bang,agung kusuma, akhlak terhadap diri sendiri. Dalam alamat

: http://azemmutawakkil.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=

%2Fjournal%2Fitem. Kamis,09 April 2015jam 12.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai