Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN HIV/AIDS
“MANAJEMEN KASUS PADA KLIEN PENYALAHGUNAAN NAPZA“

DISUSUN OLEH
: KELOMPOK 4

1. Livia Permata Gita (1710142010012)


2. Liza Anggraini (1710142010013)
3. Munzir Mubarak (1710142010019)
4. Nadia Hanifa (1710142010020)
5. Rahmat Besly Permata (1710142010026)
6. Ririn Sovia (1710142010034)
7. Tyovynna Oktavia Dewi (1710142010041)

PRODI S1 KEPERAWATAN
DOSEN PEMBIMBING : Siska Damaiyanti, Ners, M.Kep

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


TA 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam
yang telah memberikan rahmat serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah keperawatan HIV AIDS ini
Didalam makalah ini berisi tentang manajemen kasus pada klien
penyalahgunaan NAPZA. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah.
Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman yang kami miliki. Namun demikian banyak pula pihak
yang sudah membantu dengan menyediakan sumber-sumber informasi serta
memberikan masukan pemikiran.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, 9 Mei 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ................................................. ........................................ i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian NAPZA................................................................................................4
2.2. Penyebab Penyalahgunaan NAPZA....................................................................5
2.3. Pengertian Manajemen Kasus..............................................................................8
2.4. Tujuan Manajemen Kasus....................................................................................8
2.5. Prinsip-Prinsip Manajemen Kasus......................................................................8
2.6. Komponen Dasar Manajemen Kasus................................................................10
2.7. Model-Model Manajemen Kasus.......................................................................14
2.8. Komposisi Tim Manajemen Kasus...................................................................15
2.9. Langkah-Lagkah Penerapan Manajemen Kasus.............................................16
2.10. Penanggulangan Masalah NAPZA.................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................................... 21
3.2. Saran...................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota besar


maupun kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA sudah
sangat mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan NAPZA akan
menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana,
2005).

Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut factor
keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian
keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya faktor lingkungan lebih
pada kurang positifnya sikap masyarakat terhadap masalah tersebut
misalnyaketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA. Hal ini ditunjukkan dengan
makin banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit karena penyalahgunaan dan
ketergantungan yaitu mengalami intoksikasi at dan withdrawal. Peran penting
tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan
NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari,
kecuali mereka yang berminat pada penanggulangan NAPZA (depkes, 2001).

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas, maka perlunya peran serta tenaga
kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu masyarakat yang sedang
dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat tentang perawatan dan pencegahan kembali penyalahgunaan NAPZA
pada klien. Untuk itu dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat
klien dengan menggunakan pendekatan dalam pemberian pelayanan yang ditujukan
untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat
memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkannya secara tepat melalui manajemen
penyalahgunaan NAPZA.

1.2. Rumusan Masalah

1
1. Apa Pengertian NAPZA
2. Apa Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
3. Apa Pengertian Manajemen Kasus
4. Apa Tujuan Manajemen Kasus
5. Apa Prinsip-Prinsip Manajemen Kasus
6. Apa Komponen Dasar Manajemen Kasus
7. Bagaimana Model-Model Manajemen Kasus
8. Bagaimana Komposisi Tim Manajemen Kasus
9. Bagaimana Langkah-Lagkah Penerapan Manajemen Kasus
10. Bagaimana Cara Penanggulangan Masalah NAPZA

1.3. Tujuan Penulisan

11. Untuk Mengetahui Pengertian NAPZA


12. Untuk Mengetahui Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
13. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Kasus
14. Untuk Mengetahui Tujuan Manajemen Kasus
15. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Manajemen Kasus
16. Untuk Mengetahui Komponen Dasar Manajemen Kasus
17. Untuk Mengetahui Model-Model Manajemen Kasus
18. Untuk Mengetahui Komposisi Tim Manajemen Kasus
19. Untuk Mengetahui Langkah-Lagkah Penerapan Manajemen Kasus
20. Untuk Mengetahui Penanggulangan Masalah NAPZA

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi Penulis


Mengembangkan kemampuan penulis dalam hal menyusun makalah serta
menambah pengetahuan penulis mengenai manajemen kasus penyalahgunaan
NAPZA
1.4.2. Bagi Pembanca

2
2.4. Tujuan Manajemen Kasus
Tujuan atau peranan manajemen kasus secara umum adalah untuk mengupayakan
agar pelayanan kepada individu dan keluarga tetap berlanjut dengan menghubungkan
klien kepada sumber pelayanan yang sesuai selain melakukan koordinasi diantara
pelayanan-pelayanan yang diberikan. Dalam kasus ini klien diberikan pelayanan oleh
lembaga yang menguasai yaitu BNN.
Peranan ini dimulai dari ;
✓ mengidentifikasi pelayanan apa yang dibutuhkan oleh klien,
✓ mencarikan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi,
✓ membela klien dengan menghubungkannya dengan pihak terkait,
✓ memberikan pelayanan langsung sampai dengan memonitor ketercapaian
pelayanan

2.5. Prinsip – Prinsip Manajemen Kasus

(Gerhart, 1990) & Henry S. Maas


1) Individualisasi pelayanan (Individualization of services)
Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu berbeda satu
dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja sosial haruslah menyesuaikan
cara memberi bantuan dengan setiap kliennya, guna mendapatkan hasil yang
diinginkan. Dengan adanya prinsip individualisasi ini, maka seorang pekerja
sosial dibekali dengan pengetahuan bahwa setiap individu adalah unik,
sehingga pendekatan yang diutamakan adalah kasus per kasus dan bukannya
penggeneralisasian
2) Pelayanan yang komprehensif (comprehensiveness of services)
Pelayanan diberikan tidak hanya terfokus pada klien, tetapi juga sistem klien
(lingkungan) yang mempengaruhi keberadaan klien, agar tercita suasana yang
kondusip bagi kehidupan klien.
3) Pelayanan yang teratur (parsimonious services)

8
4) Kemandirian (fostering autonomy)
Pelayanan yang diberikan bertujuan agar klien mampu hidup normal dan
kedepan mampu mengatasi masalahnya sendiri
5) Keberlanjutan pelayanan (continuity of care)
Pelayanan dilakukansesuai dengan tahapan pelayanan yang dimulai dari
pendekatan awal sampai dengan terminasi yang berakhir dengan kemandirian
klien.
6) Penerimaan
Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang pekerja sosial menerima klien
tanpa “menghakimi” klien tersebutterlebih dahulu. Kemampuan pekerja
sosial untuk menerima klien dengan sewajarnya (apa adanya) akan banyak
membantu perkembangan relasi antara pekerja sosial dengan
kliennya.Dengan adanya sikap menerima keadaan klien apa adanya, maka
klien akan dapat merasa lebih percaya diri dan tidak “kaku” dalam
berbicara dengan pekerja sosial, sehingga ia dapat mengungkapkan berbagai
macam perasaan dan permasalahan yang mengganjal di hatinya. Dengan cara
seperti ini maka relasi antara pekerja sosial dengan klien dapat dikembangkan
dengan baik
7) Komunikasi
Prinsip komunikasi ini erat kaitannya dengan kemampuan pekerja sosial
untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien,
baik dalam bentuk komunikasi yang verbal, yang diungkapkan klien ataupun
sistem klien, maupun bentuk komunikasi nonverbal, seperti cara duduk klien,
posisi ataupun letak duduk dalam suatu pertemuan dengan anggota keluarga
yang lain, cara bicara, cara berpakaian, dan lain sebagainya.
Bila suatu ketika lawan bicara tidak dapat mengungkapkan apa yang
dirasakannya, seorang pekerja sosial diharapkan dapat membantunya untuk
mengungkapkan apa yang ia rasakan agar dapat menelaah permasalahannya
secara lebih jelas.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pekerja sosial adalah menyadari
ekspektasi (harapan) dari klien, sehingga komunikasi antara klien ataupun

9
sistem klien dengan pekerja sosial daapat tetap terjaga. Dalam kaitannya
dengan hal ini, seorang pekerja sosial diharapkan dapat member kesempatan
kepada klien untuk mengemukakan apa yang ia rasakan, misalnya perasaan
takut, marah, benci, sedih, gembira, dan lain sebagainya. Dengan
mengemukakan apa yang dirasakan, diharapkan akan sedikit dapat
meringankan beban yang menghimpit klien, sehingga hubungan antara
pekerja sosial dengan klien dapat semakin berkembang.
8) Kerahasiaan.
Apapun data atau pun perihal tentang klien wajib di jaga kerahasiaannya
2.6. Komponen Dasar Manajemen Kasus
a. Asesmen (Assessment)
Sebelum melakukan tahap penilaian ini, tim manajemen kasus mengadakan
prescreening terhadap klien, untuk menentukan klien mana yang dapat ikut dalam
program manajemen kasus yang akan dilakukan.
Hal-hal mendasar dalam penentuan prescreening :
➢ Keadaan medis psikiatri klien, dalam hal ini klien yang masih dalam kondisi
akut tidak dapat diikutsertakan dalam program ini.
➢ Ada tidaknya dukungan keluarga terhadap program ini dapat berpengaruh
pada keikutsertaan klien. Keluarga yang tidak mendukung akan dapat
mengurangi kesempatan klien untuk dapat mengikuti program manajemen
kasus
Asesmen yang bersifat komprehensif menjadi sangat penting dalam manajemen
kasus, yakni asesmen diperoleh dari :
-Hasil observasi dan evaluasi perkembangan tingkah laku klien selama masa
perawatan
-Informasi dari keluarga atau orang yang dekat dengan klien
-Hasil masukan atau pendapat dari klien tentang hal-hal yang menjadi masalah
bagi dirinya
b. Perencanaan (Planning)

10
mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang
dibutuhkannya secara tepat dengan manajemen kasus penyalahgunaan NAPZA.
3.2. Saran

21
DAFTAR PUSTAKA
http://hsvfhavfhbhv.blogspot.com/2017/03/makalah-penyalahgunaan-napza.html

http://lailatulmamluah2406.blogspot.com/

http://getaliadeaqorisyah.blogspot.com/2018/04/manajemen-kasus-pada-klien-
dengan_85.html

http://stefanowidhy123.blogspot.com/2018/04/manajemen-kasus-pada-klien-
dengan.html

http://intanhblogspot.blogspot.com/2018/04/manajement-kasus-pada-klien-
dengan.html

http://akpersehat-binjai.ac.id/data/1544753780.pdf

http://wwwdayatranggambozo.blogspot.com/2011/03/menejemen-kasus-pejerjaan-
sosial.html

http://media.kemsos.go.id/images/350MANAJEMEN_KASUS_DALAM_.pdf

https://sitiativa.wordpress.com/2012/04/07/prinsip-pekerjaan-sosial/

Anda mungkin juga menyukai