Anda di halaman 1dari 14

KONSEP HUBUNGAN PERAWAT Semester 2 ( Tingkat 1 B )

Jumat, 11 April 2014

COntoh Makalah Konsep Hubungan Perawat

KONSEP HUBUNGAN PERAWAT

Anggota Kelompok 2:

1. MOH.ERIK IRWANTO (14.401.13.059)

2. MUHAMMAD MUNIR (14.401.13.060)

3. NADYA GARADINA DEWANTI (14.401.13.061)

4. NINDA ALMA WINARKA PUTRI (14.401.13.062)

5. NOVALIA PARAMITHA (14.401.13.063)

6. NOVIA NUR KUMALASARI (14.401.13.064)

7. NOVITASARI PARAMITHA (14.401.13.065)

8.NUR FAJRIYATUL HASANAH (14.401.13.066)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2013-2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “KONSEP HUBUNGAN PERAWAT”.

Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang KONSEP HUBUNGAN PERAWAT dalam
Keperawatan agar dapat diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi
tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan Semester Genap.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................2

Daftar Isi........................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 4

1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................ 5

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 hubungan perawat dengan pasien.............................................................. 6

2.2 Hubungan kerja perawat dengan sejawat perawat..................................... 8

2.3 Hubungan kerja perawat dengan profesi lain yang saling terkait............. 9

2.4.Hubungan Kerja Perawat Dengan Institusi Tempat Perawat Bekerja........10

2.5 Model aktivitas- pasivitas......................................................................... 10

2.6 Model hubungan membantu ..................................................................... 11

2.7 Model partisipasi mutual........................................................................... 11

2.8 The Pristly Model...................................................................................... 11

2.9 The Collegial Model.................................................................................. 12

3.0 The Contractual Model............................................................................. 12

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 13

3.2 Saran........................................................................................................... 13

Daftar Pustaka.................................................................................................. 14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan,
yang diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
proses keperawatan, berpedoman pada standar asuhan keperawatan dalam lingkup wewenang
serta tanggung jawab keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam menjalankan asuhan
keperawatan, Perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien (Robert Priharjo,1995).
Disisi lain peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui
penerapan proses keperawatan (Nursalam, 2001).

Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya
hubungan yang saling ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan
tindakan asuhan keperawatan .

Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana
asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi
secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan
untuk menyalahgunakan.

Dengan demikian bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah bersifat dinamis, dimana
pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari salah satu atau
semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan
memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang telah
dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien.

Oleh sebab itu sebagai perawat professional, harus dapat mengidentifikasi komponen- konponen
yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Faktor- faktor tersebut
adalah : faktor agama, sosial, pendidikan, ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat,
dokter dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat bantuan perawat
dan dokter dalan ruang lingkup pelayanan kesehatan. Disamping harus menentukan bagaimana
keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien
sebagai manusia yang holistic.
1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan umum

Setelah penulisan makalah ini penulis memahami hubungan perawat dan pasien terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan.

Tujuan khusus

Setelah penulisan makalah ini penulis dapat :

1) Memahami etika hubungan tim keperawatan.

2) Memahami hubungan perawat - pasien – dokter.

3) Memahami hubungan perawat – pasien dalam konteks etik.

4) Penerapan hubungan antara perawat – pasien, perawat dan perawat, perawat –


profesi lain dan perawatan dengan masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HUBUNGAN PERAWAT DENGAN PASIEN

Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses
keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi kesediaan untuk terlibat guna mencapai
tujuan asuhan keperawatan. Hubungan perawat dan pasien adalah hubungan yang direncanakan
secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian tiuan klien. Dalam
hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi hubungan yang
efektif.

Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat professional yang diarahkan pada
pencapaian tujuan. Hubungan perawat dengan pasien merupakan hubungan interpersonal titik
tolak saling memberi pengertian.

Kewajiban perawat memberikan asuhan keperawatan dikembangkan hubungan saling percaya


dibentuk dalam interaksi ,hubungan yang dibentuk bersifat terapetik dan bukan hubungan
social,hubungan perawat dan klien sengaja dijalin terfokus pada klien,bertujuan menyelesaikan
masalah klien.

Dua tahap interaksi yang dilalui dalam berhubungan banyak factor yang perlu diperhatikan baik
klien maupun perawata.perawat professional bila mampu menciptakan hubungan terapetik
dengan klien

b.keikhlasan,empati dan kehangatan diciptakan dalam berhubungan dengan klien

Tahap hubungan perawat dengan pasien

1. Tahap orientasi

Di mulai pada saat pertama kali berhubungan.Tujuan utama tahap orientasi adalah membangun
trust.

2.Tahap bekerja

1. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan

2. Membangun suasana yang mendukung untuk berubah

3.Tahap terminasi

a. Penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan

b. Terminasi disampaikan sejak awal atau tidak mendadak


faktor-faktor yang mempengaruhi klien dalam berhubungan

1. Perbedaan perkembangan

2. Perbedaan budaya

3. Perbedaan gender

4. Gangguan pendengaran

5. Gangguan penglihatan

Hubungan yang baik antar perawat dengan pasien akan terjadi bila :

1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien

2. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hak
tersebut,salah satunya adalah hak untuk menjaga privasi pasien

3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada pribadi
pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya,antara lain kelemahan fisik dan
ketidakberdayaan dalam menentukan sikap atau pilihan sehingga tidak dapat menggunakan hak
dan kewajibannya dengan baik

4. Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat bersikap sabar dan tetap
memperhatikan pertimbangan etis dan moral

5. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas segala risiko yang mungkin timbul
selama pasien dalam perawatannya

6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai pribadi
pasien dengan cara membina hubungan baik antara pasien,keluarga,dan teman sejawat serta
dokter untuk kepentingan pasien

Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,keluarga,atau komunitas,perawat


sangat memerlukan etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan peraktek keperawatan,dimana inti dari filsafat
tersebyut adalah hak dan martabat manusia. Karena itu,fokus dari etika keperawatan ditujukan
terhadap sifat manusia yang unik. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
diperlukan peraturan tentang hubungan antara perawat dengan masyarakat,yaitu sebagai berikut :

1. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman pada tanggung jawab


yang bersumber dari adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu,kelurga,dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan,memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama
dari individu,keluarga,dan masyarakat

3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,keluarga dan


masyarakat,senantiasa dilandasi rasa tulus,ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan

4. Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu,keluarga dan


masyarakat,khususnya dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan serta upaya
kesejahteraan pada umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan
masyarakat.

2.2 HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN SEJAWAT PERAWAT

Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan lulusan SPK maupun
DIII Keperawatan (perjenjangan) diperlukan adanya sikap saling menghargai dan saling toleransi
sehingga sebagai perawat baru dapatr mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan,
dan juga para perawat lainnya.

Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama perawat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan
tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik dengansesama perawat yang ada di
lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus
mempunyai rasa saling mengahrgai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap
saling curiga dan benci.

Tunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara:

Silih Asuh

Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati, dan mengingatkan
bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga terbina hubungan yang serasi.

Silih Asih

Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling mrnhargai satu sama lain, saling
mengahrgai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta bertoleransi yang tinggi
sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat menimbulkan sikap saling curiga dan benci.

Silih Asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan, dapat mengamalkan
ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa pamrih.

2.3 HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN PROFESI LAIN YANG SALING


TERKAIT

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan profesi
lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, tenaga laboratorium, tenaga
rontgen dsb. Setiap tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan
pasien, hanya pendekatannya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesinya masing-masing.

Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik profesi
masing-masing. Kelancaran masing-masing profesi tergantung dari ketaatannya dalam
menjalankan dan mempertahankan kode etik profesinya.

Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin
dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga terjadi konflik-konflik etis.

Contoh kasus:

Perawat Ranti, S.Kp adalah lulusan fakultas ilmu keperawatan yang bertugas di ruang ICU
rumah sakit tipe B. dalam menjalankan tugasnya, Ranti sangat berdisiplin dan teliti terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan pasien. Oleh karena itulah, Ranti sangat dipercaya oleh dokter
jaga yang bernama dr.Alex.

Bila Ranti bertugas dengan waktu yang bersamaan dengan dr.Alex, Ranti sering mendapat pesan
bahwa dr.Alex tidak dapat hadir dan diberi petunjuk atau protocol bila terjadi perubahan pada
kondisi pasiennya dan Ranti diwajibkan melapor melalui telepon atau ponselnya.

Dalam hal ini, sebenarnya Ranti dan dr.Alex mempunyai tanggung jwab yang berbeda baik
dalam menjalankan tugas maupun tanggung jawab terhadap pasien. Walaupun Ranti dapat
menjalankan tugasnya dengan baik, akan tetapi terjadi konflik dalam nilai-nilai pribadinya,
apakah ia perlu menjelaskan pada dr.Alex bahwa tanggung jawab tugas mereka berbeda, dan
tidak dapat dilimpahkan begitu saja padanya tanpa alas an yang dapat dipertanggung jawabkan
atau apakah ia perlu melaporkan kepada pihak rumah sakit bahwa dr.Alex sering tidak hadir
untuk menjalankan tugasnya sebagai dokter jaga.

Hal ini perlu dipertimbangkan dengan matang agar hubungan kerja perawat dan dokter tersebut
dapat tetap terjalin dengan baik dan dapat berperan sesuai dengan profesinya masing-masing.
2.4. Hubungan Kerja Perawat Dengan Institusi Tempat Perawat Bekerja

Penumpukkan konflik nilai dalam pelaksanaan pekerjaannya setiap hari, lambat laun akan terjadi
:

1. Buruknya komunikasi antara perawat sebagai pekerja dengan institusi selaku pemberi
kebijakan.

2. Tumbuhnya sifat masa bodoh terhadap tugas yang merupakan tanggung jawabya.

3. Menurunnya kinerja.

Agar dapat terbina hubungan kerja yang baik antara perawat dengan institusi tempat bekerja,
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Perlu ditanamkan dalam diri perawat bahwa bekerja itu tidak sekedar mencari uang, tapi juga
perlu hati yang ikhlas.

2. Bekerja juga merupakan ibadah, yang berarti bahwa hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab akan dapat memenuhi
kebutuhan lahir dan batin.

3. Tidak semua keinginan individu perawat akan pekerjaan dan tugasnya dapat terealisasi dengan
baik sesuai dengan nilai-nilai yang ia miliki.

4. Upayakan untuk memperkecil terjadinya konflik nilai dalam melaksanakan tugas keperawatan
dengan menyesuaikan situasi dan kondisi tempat kerja.

5. Menjalin kerjasama dengan baik dan dapat memberikan kepercayaan kepada pemberi
kebijakan bahwa tugas dan tanggung jawab keperawatan selalu mengalami perubahan sesuai
IPTEK.

Purtillo dan Cassek (1981) menyarankan 4 langkah proses pengambilan keputusan, yaitu :

1. Mengumpulkan data-data yang berhubungan

2. Mengidentifikasi dilemma

3. Memutuskan apa yang harus dilakukan

4. Melengkapi tindakan.

Hubungan perawat-pasien-dokter
Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan selama mereka
masih terkait dalam suatu hubungan timbal balik pelayanan kesehatan. Hubungan perawat
dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan kedua profesi ini, tidak terlepas dari
sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang personal dan lain-lain. Berbagai model hubungan
perawat-pasien-dokter telah dikembangkan, diantaranya adalah model yang dikembangkan oleh
Szasz dan hollander, mereka mengembangkan tiga model hubungan dokter-perawat di mana
model ini terjadi pada semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antara perawat dan
dokter Model Yang Dikembangka Szasz dan hollander :

2.5 Model aktivitas- pasivitas

Suatu model dimana perawat dan dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini
tepat untuk bayi, pasien koma, pasien dibius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter berada
pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas pasien kurang
diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.

2.6 Model hubungan membantu

Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktik keperawatan atau praktik kedokteran. Model
ini terdiri dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan perawat atau dokter yang
mempunyai pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Perawat dan dokter memberi bantuan
dalam bentuk perlakuan/ perawatan atau pengobatan. Timbal baliknya pasien diharapkan bekerja
sama dengan mentaati anjuran perawat atau dokter. Dalam model ini, perawat dan dokter
mengetahui apa yang terbaik bagi pasien, memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari
prioritas yang lain. Model ini bersifat paternalistik walau sedikit lebih rendah.

2.7 Model partisipasi mutual

Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama atau kesejahteraan antara umat
manusia merupakan nilai yang tinggi, model ini mencerminkan asumsi dasar dari proses
demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkan kekuasaan yang sama, saling
membutuhkan, dan aktivitas yang dilakukan akan memberikan kepuasan kedua pihak.

Model ini mempunyai ciri bahwa setiap pasien mempunyai kemampuan untuk menolong dirinya
sendiri yang merupakan aspek penting pada layanan kesehatan saat ini. Peran dokter dalama
model ini adalah membantu pasien menolong dirinya sendiri.
Dari perspektif keperawatan, model partisipasi mutual ini penting untuk mengenal dari pasien
dan kemampuan diri pasien. Model ini menjelaskan bahwa manusia mempunyai kemampuan
untuk tumbuh dan berkembang. Keperawatan bersifat menghargai martabat individu yang unik,
berbeda satu sama lain dan membantu kemampuan dalam menentukan dan mengatur diri sendiri
( Bandman and Bandman,1999. dikutip dari American Nurses Assocication, Nursing: Asocial
Policy. Kansas City. MO: 1980. hal:6 ).

2.8 The Pristly Model

Dalam model ini dokter memegang vigure seorang ahli moral yang dapat memberi tahu pasien
apa yang harus dikerjakan pasien pada situasi tertentu. Tradisi ini berdasarkan prinsip etis jangan
kerjakan ketidak baikan. Ini mencerminkan pelaksanaan prinsip paternalistic dengan tidak
memberitahukan berita buruk kepada pasien, tetapi memberikan suatu pemantapan yang tidak
nyata. Model ini tidak menyertakan pasien dalam membuat keputusan, tetapi menyerahkan
kebebasan kepada dokter, misalnya, pasien tidak diizinkan menolak transfusi darah yang
menurut agamanya tidak diperbolehkan. Prinsip paternalime mengurangi takdir pasien dengan
mengurangi pengendalian pasien terhadap tubuh dan kehidupan.

2.9 The Collegial Model

Dalam model ini, dokter dan perawat merupakan mitra dalam mencapai tujuan untuk
menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan pasien. Saling percaya dan percaya
diri merupakan hal utama. Kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang sama. Namun pada
kenyataannya, veatch berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada dasar untuk persamaan
kedudukan dalam hubungan pasien-dokter karna perbedaan kelas sosial, status ekonomi,
pendidikan dan sistem nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik yang lazim terhadap ilusi.

3.0 The Contractual Model

Dalam model ini, peserta yang mengadakan hubungan/interaksi berharap untuk memegang
ketaatan terhadap anjuran dan manfaat untuk kedua belah pihak. Kesepakatan terhadap prinsip
moral merupakan hal yang penting. Lebih lanjut dalam kesepakatan hubungan, pasien berhak
menentukan nasib mereka. Dalam model ini terjadi curah pendapat tentang tanggung jawab dan
kewajiban etis.
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan analisa dari studi perpustakaan diatas, maka
penyusun dapat mengambil kesimpulan dan saran- saran, sebagai berikut:

3.1 Kesimpulan

Pada dasaranya hubungan antara perawat dan pasien berdasarkan pada sifat alamiah perawat dan
pasien. Dalam interaksi perawat dan pasien, peran yang dimiliki masing–masing membentuk
suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien pempunyai peran dan hak sebagai pasien dan
perawat dapat melaksanakan asuhan keparawatan mempunyai peran dan hak sebagai perawat.

Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, maka setiap hubungan harus didahului dengan
kontrak dan kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan perawat
sebagai pelaksana asuhan keperawatan. Kesepakatan ini menjadi parameter bagi perawat dalam
menentukan setiap tindakan etis.

3.2 Saran- saran

Untuk memulai memahami hubungan manusiawi dalam kontek profesional seseorang harus
mengerti bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan
kebutuhan baru, dan membuat seseorang yang rutin untuk menyalahgunakan.

Oleh karena itu sebagai perawat harus dapat mengidentifikasi kerusakan fisiologis yang spesifik
yang disebabkan oleh gejala-gejala penyakit atau kelainan lain, tetapi juga harus menemukan
bagaimana keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas
pasien sebagai manusia.

Dengan mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang
berbeda terhadap ancaman penyakit yang telah dialami dan dapat mengancam humanitas pasien,
maka perawat harus melakukan pengidentifikasian respon-respon manusia terhadap ancaman-
ancaman tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Bandman and Bandman (1990). Nursing: Asicial Policy.Kutipan ANA. Kansas


City.MO.:1980.Hal.6

Gaffar Jumadi Laode (1997). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Nursalam (2000). Proses dokumentasi keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Priharjo Robert (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Cetakan: 6. Yogyakarta: Kanisius.

Z.Hartianah (1997). Peranan Perawat.Makalah Seminar di Samarinda tidak dipublikasikan


.Tanggal 30 Nopember 1997.

Anda mungkin juga menyukai