Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN HOME CARE”

Dosen Mata Kuliah : Ns. SEPTI HENDI TELAUMBANUA, S.Kep

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Home Care

DISUSUN OLEH :

NAMA : HUSNUL KHATIMAH

NIM : 119201724

SEMESTER : VII (TUJUH)

KELAS :A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah secara tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul


“SEJARAH PERKEMBANGAN HOME CARE” yang menurut saya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita semua untuk mempelajari makalah ini.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon pemakluman bila isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang
saya buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Sungguminasa, November, 2020

Penulis,
JUDUL…………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR………………….……………………………….……...ii

DAFTAR ISI…………………………………………………..……..…………iii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………….………...….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………...…………….5

1.3 Tujuan Penulisan………………………………...…….....….5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Home Care…………………...………………..6

2.2 Sejarah Perkembangan Home Care di Luar Negeri dan di


Dalam Negeri……………….……………………………...6

2.3 Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care…...


……………………………………………………9

2.4 Populasi, Jenis dan Pemberi Layanan Home


Care………………………………………………………..11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………...….13

3.2 Saran………………………………………………….…….13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah


memandirikan masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat
sehat. Guna mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program
kesehatan telah dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada dan
perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat, Salah
satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat serta
menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan keperawatan
Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang mendorong
perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu melalui
pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.

Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 %


menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 %
mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta
91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah
memerluka ijin oprasional.

Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan


keperawatan kesehatan dirumah atara lain : Kebutuhan masyarakat,
perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang
mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.Home care ini sangat
cocok jika diberikan kepada pasien dengan penyakit kronis yang tak
kunjung sembuh.

Hampir dua dekade perawat Indonesia mengkampanyekan


perubahan paradigma. Pekerjaan perawat yang semula vokasional hendak
digeser menjadi pekerjaan profesional. Perawat yang dulunya berfungsi
sebagai perpanjangan tangan dokter, kini berupaya menjadi mitra sejajar
dokter sebagaimana para perawat di negara maju. Siapkah pihak lain
menerima perubahan paradigma itu? Siapkah para perawat menerima
konsekuensi dari perubahan paradigma itu?Wacana tentang perubahan
paradigma keperawatan bermula dari

Lokakarya Nasional Keperawatan I tahun 1983. Dalam pertemuan


itu disepakati bahwa keperawatan adalah pelayanan profesional. Pelayanan
keperawatan didefinisikan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, keluarga, kelompok khusus,
individu, dan sebagainya, pada setiap tingkat, sepanjang siklus kehidupan
pasien.

Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, para perawat


menginginkan perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Kalau
tadinya hanya membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari
upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan
pelayanan keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan.

Jika dulu hanya menjalankan perintah dokter, sekarang ingin diberi


wewenang memutuskan berdasarkan ilmu keperawatan dan bekerja sama
dengan dokter untuk menetapkan apa yang terbaik bagi pasien.

Keluarnya Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan, UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No 647/2000 tentang registrasi dan praktik
keperawatan lebih mengukuhkannya sebagai profesi di Indonesia.

Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah sebagian besar


bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja
(rumah sakit, puskesmas), dokter, serta pasien. Jika praktik keperawatan
dilihat sebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan.
Ada kejelasan batasan, siapa melakukan apa. Karena diberi kewenangan
maka perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab terhadap
tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

Perawat harus diberi kesempatan untuk mengambil keputusan


secara mandiri didukung oleh pengetahuan dan pengalaman di bidang
keperawatan. Namun demikian, tidak ada satu pun masalah kesehatan
yang hanya diatasi dengan salah satu disiplin ilmu, karenanya kerja sama
dengan pelbagai profesi lain tetap sangat penting.

Peran lain perawat adalah melakukan advokasi, membela


kepentingan pasien. Saat ini keputusan pasien dipulangkan sangat
tergantung kepada putusan dokter. Dengan keunikan pelayanan
keperawatan, perawat berada dalam posisi untuk bisa menyatakan kapan
pasien bisa pulang atau kapan pasien harus tetap tinggal. Perawat juga
berperan memberikan informasi sejelas-jelasnya bagi pasien. Untuk bisa
bekerja secara profesional diperlukan sarana dan prasarana kerja yang
memadai. Perlu iklim kerja yang kondusif dengan budaya organisasi yang
mendukung dalam berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain serta budaya
organisasi yang memfasilitasi kerja sama dengan pasien.

Struktur organisasi hendaknya bisa memfasilitasi kewenangan bagi


perawat dalam membuat keputusan. Untuk bisa bekerja secara tenang dan
maksimal, diperlukan proteksi terhadap risiko kerja dan tindak kekerasan.
Konsekuensi dari perkembangan itu harus ada jenjang karier dan
pengembangan staf yang tertata baik, imbalan jasa, insentif serta sistem
penghargaan yang sesuai dan memadai.

Dalam hal persiapan peraturan, Persatuan Perawat Nasional


Indonesia (PPNI) menyatakan sudah menyelesaikan konsep lingkup
praktik keperawatan, standar praktik keperawatan, serta standar
kompetensi tiap kategori keperawatan. Rancangan Undang-Undang
Keperawatan juga sudah selesai, tinggal dibahas di tingkat departemen
kemudian diteruskan ke DPR.
Dari adanya dukungan di atas maka model-model praktik
keperawatan profesional pun akan segera diwujudkan. Sejauh ini sudah
diidentifikasi bentuk-bentuk praktik keperawatan mandiri, seperti praktik
di rumah sakit, kunjungan rumah (home care), lembaga/rumah perawatan
(nursing home), praktik berkelompok serta praktik individu. Pelayanan
home care akan memudahkan pelayanan kesehatan kepada klien dan
keluarga. Home Care dilatarbelakangi, salah satunya, oleh permintaan
keluarga penderita yang diharuskan opname, namun tempat di Rawat Inap
penuh, sementara untuk ke RSU merasa keberatan dalam hal biaya.
Adakalanya pelayanan home care bagi penderita kasus terminal, yakni
kondisi penyakit yang dianggap tidak punya harapan lagi (dari sisi medis)
dan tidak diterima di RS manapun.

Landasan Hukum

1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.


2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah.
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran.
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik
perawat.
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas.
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas.
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
9. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
10. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Home Care?


2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Home Care di Luar Negeri dan di
Dalam Negeri?
3. Apa saja Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care?
4. Bagaimana Populasi, Jenis dan Pemberi Layanan Home Care?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Apa Pengertian Home Care


2. Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Perkembangan Home Care di
Luar Negeri dan di Dalam Negeri
3. Untuk mengetahui Apa saja Jenis Institusi Pemberi Layanan Home
Care
4. Untuk mengetahui Bagaimana Populasi, Jenis dan Pemberi Layanan
Home Care
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Home Care

Menurut Habbs dan Perrin (1985), home care adalah layanan


kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993).

Pelayanan kesehatan di rumah (home care) adalah pelayanan


keperawatan yang diberikan kepada pasien di rumahnya, yang merupakan
sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan keterampian teknikal
tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus
pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga, dengan
tujuan menyembuhkan, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
fisik, mental/ emosi pasien.

2.2 Sejarah Perkembangan Home Care di Luar Negeri dan di Dalam


Negeri

a. Di luar negeri

Di Amerika, home care yang terorganisasikan dimulai sejak


sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita
penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada
saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun
pemanfaatannya masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat
lebih menyukai perawatan dirumah. Kondisi ini berkembang secara
professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat
terlatih di seluruh USA ( Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan
keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Healt Nurses,
melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan
masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan
keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. &
Eric B.L, 1993).

Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan home


care terus meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya
diberikan oleh organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting
Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang layanan
yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS
(Hospital Based Agencies) Kondisi ini terjadi seiring dengan
perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat dibayar
melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di
berbagai layanan kesehatan termasuk berkembangnya Home Health
Nursing yang merupakan spesialisasi dari Community Health Nursing
(Allender & Spradley, 2001)

Home Care berkembang secara professional selama


pertengahan abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing ,
yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang
miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita
dari kalangan menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang
sakit, dibawah pengawasan Biarawati tersebut (Walliamson, 1996
dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus
berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District
Nurse (DN) adalah :

 Merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri


 Merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan
nyaman dan damai
 Mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan
keluarga, agar dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah
berlalu.
 Selain District Nurse (DN juga muncul perawat Health Visitor
HV) yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan
peran lain ialah :
 Melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga
maupun masyarakat luas dalam upaya pencegahan penyakit dan
promosi kesehatan
 Memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi
setempat.
b. Di dalam negeri

Di Indonesia, layanan Home Care sebenarnya bukan


merupakan hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang
dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga
keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah
merupakan hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat
dikemukakandalam perawatan maternitas, dimana RS Budi
Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di
Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah
melakukan program Home Care yang disebut dengan “Partus Luar”.
Dalam layanan “Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi
Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal dirumah
pasien, kemudian diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh
siswa bidan senior (kandidat) sampai tali pusat bayi puput (lepas).
Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan tugas “Partus
Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada RS
tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan.
Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang
memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.
2.3 Jenis Institusi Pemberi Layanan Home Care

Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home


Care (HC), antara lain:

a. Institusi Pemerintah

Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama


berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga
resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh
pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah
kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh
Visiting Nurse (VN)

b. Institusi Sosial

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan


sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM
atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur,
misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada
keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan
Tuhan.

c. Institusi Swasta

Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam


bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik
secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga
(asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu
tidak berorientasi “not for profit service”
d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat
dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan
keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis
program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home
Care (HC) diatas, adalah :
 Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga
kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang
(misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga
untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara
merawat tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum
ibu, senam post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum
sehingga kemandirian ibu masih kurang.
 Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada
klien yang dirawat dirumah sakit.
 Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu
memerlukan biaya yang besar
 Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke
rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun
perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan
komunitas PSIK Univ.
 Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa
konsumen RSHS cenderung menerima program HHC ( Hospital
Home Care) dengan alasan; lebih nyaman, tidak merepotkan,
menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali
kekeluargaan (Suharyati, 1998)
2.4 Populasi, Jenis dan Pemberi Layanan Home Care
a. Populasi layanan

Populasi layanan Home Care (HC) di Amerika didominasi oleh


wanita (66,8%). Meskipun program Home Care (HC) diperuntukkan
untuk semua umur, tetapi mayoritas klien berusia 65 tahun atau lebih
(Allender & Spradley, 2001).

Pengalaman Home Health Care (HHC) oleh “Suharyati” staf


dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RS
Al-Islam Bandung (yang dimulai sejak 1995) juga menunjukkan
kondisi yang sama, dimana pada triwulan I tahun 2002 klien wanita
lebih banyak dari pria dan kelompok usia lanjut juga mendominasi
layanan HHC di RS Al-Islam Bandung (Maya H, 2002). Hal ini
mungkin disebabkan karena populasi wanita lebih banyak dan umur
harapan hidup wanita lebih panjang dari pria serta para lansia yang
cenderung untuk lebih mudah terserang penyakit.

b. Jenis layanan
Mengingat HC dalam keperawatan merupakan spesialisasi dari
keperawatan komunitas (Blackie, 1998), maka jenis layanan yang
diberikan meliputi layanan keperawatan (diagnosa dan perlakuan
terhadap respon manusia yang menghadapi masalah kesehatan baik
potensial maupun actual dalam memenuhi kebutuhan dasarnya) dan
layanan kesehatan masyarakat (prevensi primer, sekunder dan tersier).
Di Amerika jenis kasus yang dirawat di rumah menurut
Allender & Spradley 2001 adalah :
 Penyakit jantung
 Penyakit/gangguan system muskuloskeletal dan jaringan pengikat
 Penyakit Diabetes Mellitus
 Penyakit system pernafasan
 Luka
 Keracunan

Sedangkan jenis kasus yang dirawat di unit HHC RS Al-


Islam Bandung dalam triwuln I tahun 2002 (Maya H, 2002) adalah:
 Pasca stroke
 Pasca bedah
 Diabetes Mellitus
 Kasus terminal
c. Pemberi layanan
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis
tenaga, yaitu :
 Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang
memberikan layanan kepada klien tanpa dibayar. Diperkirakan
75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini (Allender
& Spradley, 2001)
 Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama
keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus
memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu
perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir kritis dan
menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan
demikian diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai
dengan standard yang telah ditetapkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Home care adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan


dan komperehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga diberikan
kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan
untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit. Dalam melakukan home care ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam aspek legal dan etik serta isu-isu legal dalam home
care, perizinan dan akreditasi dalam home care, kebijakan home care di
Indonesia, dan keercayaan dan budaya dalam home care. Hal ini dilakukan
dalam proses perawatan yang akan dilakukan untuk pasien. Untuk
menghindari adanya saling menyalahkan dalam home care tersebut
sehingga tidak ada pihak yang saling merugikan. Sehingga pasien juga
mendapatkan perawatan yang baik serta perawat juga mengerti dan
memahami peraturan-peraturan yang ada dan langkah-langkah dalam
menjalankan home care.

3.2 Saran

1. Bagi perawat Perawat yang menjalankan perawatan home care


hendaknya sudah memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya,
bertanggung jawab terhadap tugasnya.
2. Bagi pasien dan keluarga Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat
terbuka terhadap perawat home care, tetap kritis namun bersifat
kooperatif dalam menerima informasi dari perawat.
DAFTAR PUSTAKA

http://docshare02.docshare.tips/files/21320/213205629.pdf

Anda mungkin juga menyukai